• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kabupaten Tegal

Kabupaten Tegal terletak sebelah pesisir utara bagian Barat Pulau Jawa. Secara geografis Kabupaten Tegal terletak diantara 108°57’6” - 109°21’30" garis

bujur timur dan 6°50’41" - 7°15’30" garis lintang selatan. Posisi Kabupaten Tegal berbatasan dengan Kabupaten Brebes (sebelah Barat), Laut Jawa dan Kota Tegal (sebelah Utara), Kabupaten Pemalang (sebelah Timur) dan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas (sebelah Selatan).

Berdasarkan kemiringan lahan, curah hujan, ketinggian, topografi dan jenis tanah, maka pola kesesuaian lahan di Kabupaten Tegal dapat dibedakan menjadi kawasan pertanian lahan basah (karena didukung pengairan irigasi yang memadai, curah hujan, ketinggian dan kemiringan meliputi Kecamatan Slawi, Balapulang, Pagerbarang, Dukuhturi, Kedungbanteng), kawasan pertanian lahan kering (tidak tersedia jaringan irigasi yang terlalu baik meliputi Kecamatan Bojong, Bumijawa, Balapulang, Jatinegara dan Margasari) dan kawasan tanaman tahunan (tanaman keras meliputi Kecamatan Bojong, Bumijawa dan Jatinegara).

Adapun pola penggunaan lahannya, dari luas wilayah Kabupaten Tegal 878.79 Km2 Sebagian besar merupakan lahan kering yaitu mencapai 46.675 Ha (53,11%). Luas lahan sawah 41.204 Ha (46,89%) dengan jenis tanah meliputi

Aluvial (34,93%) terdapat di Kecamatan Suradadi, Margasari, Warurejo, Bumijawa, Pagerbarang, Pangkah, Dukuhwaru, Adiwerna Talang, Tarub dan Kramat, Regosol (24%) terdapat di seluruh kecamatan kecuali Jatinegara, Kedungbanteng dan Tarub, Litosol (23,69%) terdapat di Kecamatan Jatinegara,

Grumosol (9,42%) terdapat di Kecamatan Margasari, Pagerbarang, Jatinagara dan Kedungbanteng, Andosol (4,29%) terdapat di Kecamatan Margasari, Bumijawa Bojong, balapulang, Lebaksiu, Jatinegara, Kedungbanteng dan Pangkah, dan jenis tanah lainnya (3,67%).

Demografi Kabupaten Tegal

Berdasarkan hasil survei penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Tegal adalah sebesar 1.392.260 orang yang terdiri dari 693.287 laki- laki dan 698.973 perempuan (BPS Kabupaten Tegal 2010). Kecamatan yang memiliki tingkat distribusi penduduk paling tinggi yakni Kecamatan Adiwerna dengan catatan peningkatan sebesar 8,73 persen (survei 1990), 8,50 persen (survei 2000) dan 8,50 persen (survei 2010).

Kecamatan Kramat menunjukkan indeks distribusi penduduk yang meningkat secara signifikan yaitu 6,27 persen pada tahun 1980 menjadi 6,63 persen pada tahun 1990 dan menjadi 7,37 persen pada tahun 2010. Sedangkan kecamatan dengan distribusi penduduk terendah yaitu Kecamatan Kedungbanteng, Pagerbarang dan Jatinegara, yaitu masing-masing sebesar 2,85 persen, 3,70 persen dan 3,87 persen. Berikut adalah data mengenai pertambahan penduduk Kabupaten Tegal yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Peningkatan Penduduk Kabupaten Tegal

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertambahan Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan (%) 1990 1,236,316 - - 2000 1,382,435 146,119 1.12 2006 1,476,799 94,364 0.66 2007 1,482,551 5,752 0.04 2008 1,415,625 -66,926 -0.46 2009 1,420,760 5,135 0.04 2010 1,392,260 -28,500 -0.20

Sumber: Bappeda dan BPS Kab. Tegal, 2010

Dengan luas wilayah sekitar 994,99 km², Kabupaten Tegal memiliki kepadatan penduduk rata-rata sebesar 1.399 orang/km². Kecamatan yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Talang yaitu sebesar 5.159 orang/km², disusul oleh Kecamatan Dukuhturi sebesar 4.776 orang/km², Kecamatan Slawi sebesar 4.420 orang /km², dan Kecamatan Adiwerna sebesar 4.413 orang/km². Sedangkan kecamatan yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Jatinegara yaitu sebesar 476 orang/km², Kecamatan Kedungbanteng sebesar 478 orang/km², dan Kecamatan Bumijawa sebesar 693 orang/km². Rincian jumlah penduduk di Kabupaten Tegal dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Rasio Jenis Kelamin Margasari 46,932 47,485 94,417 99 Bumijawa 41,715 41,659 83,374 100 Bojong 29,869 31,141 61,010 96 Balapulang 40,211 40,881 81,092 98 Pagerbarang 25,712 26,087 51,799 99 Lebaksiu 40,691 42,368 83,059 96 Jatinegara 26,471 26,926 53,397 98 Kedungbanteng 19,884 19,806 39,690 100 Pangkah 49,032 48,985 98,017 100 Slawi 33,694 35,031 68,725 96 Dukuhwaru 28,611 29,347 57,958 97 Adiwerna 59,412 58,548 117,960 101 Dukuhturi 44,189 43,455 87,644 102 Talang 48,067 47,737 95,804 101 Tarub 38,121 37,611 75,732 101 Kramat 50,883 52,013 102,896 98 Suradadi 39,952 40,186 80,138 99 Warureja 29,481 29,707 59,188 99 Total 692,927 698,973 1,391,900 -

Apabila ditinjau dari mata pencaharian, komposisi penduduk Kabupaten Tegal yang bekerja pada sektor pertanian 32 %, perindustrian 9 %, perdagangan 21 %, jasa 27 % dan mata pencaharian lainnya 11 %. Ini berarti masyarakat Kabupaten Tegal dominan bekerja pada sektor pertanian dan jasa.

Gambaran Umum Kawasan Waduk Cacaban Batas Geografis dan Administrasi

Kawasan Tirta Waduk Cacaban (TWC) secara administratif terletak di Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah yang mencakup tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kedungbanteng meliputi sebagian Desa Penujah, Karangmalang, Karanganyar, dan Tonggara, Kecamatan Jatinegara meliputi sebagian Desa Jatinegara, Dukuhbangasa, Capar dan Padasari, serta Kecamatan Pangkah meliputi sebagian Desa Dermasuci. Secara geografis kawasan ini terletak pada ketinggian 80 hingga 600 mdpl dan pada posisi koordinat 109º 9’ 35” BT - 109º

17’ 57” BT dan 6º 57’ 44” LS - 7º 4’ 2” LS.

Waduk Cacaban memiliki daerah tangkapan air (water catchment area) seluas 6.792,71 hektar dan memiliki luas genangan waduk pada kondisi maksimal seluas 928,70 hektar. Pada kondisi tersebut, Waduk Cacaban dapat mengaliri areal persawahan irigasi teknis di sekitarnya seluas kurang lebih 17.500 hektar (Kurnianto, 2008). Waduk Cacaban memiliki daerah tangkapan air pada 3 kecamatan yaitu Kecamatan Jatinegara meliputi Desa Jatinegara, Lebakwangi, Capar, Padasari, Wotgalih, Kecamatan Pangkah meliputi Desa Dermasuci, dan Kecamatan Kedungbanteng meliputi Desa Penujah dan Karanganyar. Sebagian besar dari desa-desa tersebut memanfaatkan aliran air dari Waduk Cacaban untuk aktivitas irigasi pertanian sehari-hari. Oleh karena itu, keberadaan waduk ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian desa maupun penduduk setempat.

Penelitian dilakukan hanya pada empat dari enam desa daerah tangkapan air Waduk Cacaban (Gambar 4). Adapun keempat desa tersebut meliputi Desa Kedungbanteng, Penujah, Capar, dan Lebakwangi. Hal ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa keterkaitan keempat desa tersebut lebih erat dan potensial dengan keberadaan waduk. Adapun total luasan wilayah perencanaan lanskap pada penelitian ini adalah sebesar 5.173 hektar (Ha).

Aksesibilitas

Transportasi menuju ke kawasan Wisata Tirta Waduk Cacaban dapat ditempuh melalui dua rute. Rute yang pertama adalah dari Jalur Pantura, Kota Tegal ke arah Selatan melalui Kec. Kramat menuju Kec. Pangkah kemudian Waduk Cacaban dengan jarak kurang lebih 20 km. Rute yang kedua dari Kota Slawi ke arah Tenggara menuju Kec. Pangkah kemudian Waduk Cacaban dengan jarak kurang lebih 9 km. Hingga saat ini sudah tersedia angkutan umum pedesaan dengan trayek Slawi – Cacaban sebanyak 25 Armada. Moda transportasi tambahan yang sedang dalam proses persiapan pelaksanaan adalah angkutan

“Loko Antik” dari pabrik gula Pangkah menuju Cacaban. Skema rute dapat dilihat pada Gambar 5.

Ga mbar 4. P eta Ba ta s Ta pa k P ene li ti an

Sarana transportasi menuju kawasan ini ada dua jenis yakni angkutan roda empat dan angkutan roda dua. Angkutan roda empat berupa angkutan pedesaan (angkudes) yang beroperasi dengan trayek Slawi – Cacaban sebanyak 25 armada. Adapun angkutan roda dua yang beroperasi di kawasan tersebut berupa ojeg dan becak milik warga setempat. Oleh karena itu, angkutan jenis ini memiliki waktu operasi dan jumlah armada yang lebih terbatas apabila dibandingkan dengan angkutan pedesaan yang disediakan oleh pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Tegal. Satu lagi moda transportasi yang sedang dipersiapkan untuk menunjang akses

menuju lokasi Waduk Cacaban adalah “Loko Antik” milik pabrik gula Pangkah.

Angkutan ini diharapakan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Obyek Wisata Tirta Waduk Cacaban sambil menikmati pemandangan alam bernuansa agro di sepanjang perjalanan menuju lokasi. Adapun peta akses menuju ke lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Prasarana transportasi menuju lokasi berupa jalan raya yang sudah sepenuhnya menggunakan aspal. Namun ada beberapa titik jalan yang rusak dan berlubang yang diakibatkan oleh faktor cuaca dan pemeliharaan yang kurang terkontrol oleh pemda Kabupaten Tegal. Selain itu, terdapat jembatan pada salah satu ruas jalan utama menuju lokasi dengan lebar yang sangat minim sehingga menyebabkan kendaraan harus melintas secara bergantian. Hal ini tentunya mengurangi kenyamanan aksesibilitas menuju lokasi bagi sejumlah kendaraan besar seperti bus yang mengangkut rombongan wisatawan dan kendaraan roda empat pribadi milik wisatawan. Beberapa kondisi mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 5. Skema Akses Menuju Lokasi

Jarak tempuh ± 20

Jarak tempuh ± 9

Ke Selatan

Ke Tenggara Jalur Pantura

(Kota Tegal) Kec. Kramat

Kec. Pangkah Waduk Cacaban

Kota Slawi Dari Arah

Ga mbar 6 P eta Akse s Me nuju Ta pa k

Kondisi Sosial Masyarakat Waduk Cacaban

Waduk Cacaban memiliki daerah tangkapan air (water catchment area) yang tersebar di sembilan desa dengan jumlah penduduk yang menempati sebanyak 29.859 jiwa. Lapangan usaha masyarakat Waduk Cacaban sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Adapun sektor non-pertanian yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat setempat adalah sektor perdagangan dan jasa.

Hal ini dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk menambah pemasukan demi memenuhi kebutuhan perekonomian mereka sehari-hari. Jenis sektor usaha perdagangan dan jasa yang terlihat di sekitar lokasi waduk antara lain berupa penginapan, kios-kios makanan dan warung apung, kios pengisian bahan bakar eceran, jasa sewa perahu (wisata keliling waduk), serta jasa penitipan kendaraan.

Kondisi Pengelolaan Waduk Cacaban

Selain memiliki fungsi utama sebagai sumber air untuk irigasi pertanian, waduk Cacaban juga memiliki fungsi tambahan yang dapat dikembangkan untuk potensi wisata. Wisata yang dikembangkan adalah wisata air dan wisata alam dengan

Gambar 7. Kondisi Akses Menuju Lokasi (1) Jembatan sempit pada salah

satu titik akses menuju lokasi

(2) Area penerimaan Waduk Cacaban

beberapa atraksi wisata dan pengenalan edukasi alam. Secara garis besar pola aktivitas wisata di kawasan Waduk Cacaban yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Wisata Air.

Adapun wisata air yang dikembangkan oleh pengelola Waduk Cacaban meliputi rekreasi dan olahraga. Namun demikian, fasilitas penunjang yang tersedia masih sangat terbatas. Potensi wisata air di kawasan ini sangat besar karena didukung dengan keberadaan pulau-pulau kecil di tengah Waduk Cacaban. Sedikitnya terdapat empat pulau yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata air dan juga dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pengembangan flora dan fauna. Pengembangan ini melibatkan Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (BPSDA) Pemali Comal sebagai pengelola Waduk Cacaban.

Selain itu, wisata air lainnya berupa area pemancingan dan area wisata kuliner terapung telah dikembangkan di kawasan ini. Keberadaan rumah makan apung di beberapa titik memungkinkan wisatawan untuk menikmati menu hidangan ikan air tawar di atas genangan air waduk.

2. Wisata Darat

Daya tarik wisata darat yang terdapat pada kawasan Waduk Cacaban merupakan aset yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Tegal yang dikelola secara terpisah oleh Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, serta Dinas Perhubungan dan Pariwisata dan sebagian milik BPSDA Propinsi Jawa Tengah dan Perum Perhutani KPH Pemalang. Adapun pembagian areanya adalah sebagai berikut:

a. Area yang dikelola oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan berada pada area zona penyangga berupa pemulihan dan pengembangan area green belt, hutan wisata, sub-sub DAS Cacaban Wetan dan pengembangan kawasan pulau di tengah waduk berupa wisata agro.

b. Area yang dikelola oleh Dinas Perhubungan dan Pariwisata berada pada zona konservasi berupa area pariwisata antara lain shelter-shelter, jalan lingkungan, jalan setapak, area bermain, area grass track, area

road race dan area hutan lindung.

c. Area yang dikelola oleh BPSDA Propinsi Jawa Tengah adalah area pangggung terbuka, area berkemah, dan jalan setapak di sekitar badan bending atau zona utama waduk.

Adapun gambaran mengenai beberapa kondisi eksisting wisata darat dan wisata air dapat dilihat pada Gambar 8.

Potensi usaha yang paling menonjol adalah sektor usaha pertanian tanaman pangan seperti jagung, padi, ketela, dan sebagainya serta beberapa tanaman perkebunan pekarangan seperti kelapa dan cengkeh. Hingga saat ini, belum ada potensi lain yang menjadi penghasilan baik bagi penduduk selain sektor pertanian dan perdagangan

. Perdagangan dan jasa merupakan potensi yang sangat baik di kawasan Waduk Cacaban. Oleh karena itu, dengan dikembangkannya wisata di kawasan ini tidak menutup kemungkinan kontribusi perdagangan dan jasa untuk menambah pemasukan bagi desa-desa dan masyarakat lokal di sekitar waduk. Data mata pencaharian masyarakat Cacaban disajikan pada Tabel 4.

Gambar 8 Kondisi Wisata Air dan Darat

(a) Badan Bendung (b) Jalan Setapak

(c) Panggung Terbuka

(d) Pulau-Pulau Waduk (e) Perahu Sewaan

Tabel 4. Jenis Lapangan Usaha Masyarakat Cacaban Desa Pe r ta n ia n Pa n g a n Pe r k e b u n a n Pe ri k a n a n Pe te r n a k a n Pe r ta n ia n L a in n y a In d u st r i Pe n g o la h a n Pe r d a g a n g a n J a sa A n g k u ta n L a in n y a Jatinegara 964 25 4 0 2 10 333 186 89 112 Dukuhbangsa 1681 1087 7 1 19 6 57 147 16 341 Lebakwangi 1713 1144 1 2 12 20 211 274 37 7 Capar 701 604 0 0 0 0 44 28 6 18 Padasari 2612 1881 4 2 56 5 339 118 13 190 Wotgalih 2084 1941 8 0 0 3 49 25 4 52 Dermasuci 1173 637 0 3 9 23 128 262 25 83 Penujah 943 686 1 13 13 27 58 98 29 17 Karanganyar 2528 882 8 31 53 71 494 305 350 328 Jumlah 14399 8887 33 52 164 165 1713 1443 569 1148

Dokumen terkait