• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Aspek Wisata

4. Konsep Vegetas

Penataan vegetasi pada kawasan Tirta Waduk Cacaban dibedakan berdasarkan fungsinya pada tapak. Adapun beberapa fungsi tersebut antara lain adalah fungsi konservasi, fungsi estetika, fungsi pengarah, fungsi peneduh, dan fungsi budidaya. Diagram konsep vegetasi dapat dilihat pada Gambar 37.

a. Fungsi Konservasi

Vegetasi berfungsi untuk mengkonservasi tanah, air dan membentuk habitat satwa lokal. Vegetasi konservasi di dalam tapak terutama dikembangkan pada area sempadan waduk dan area yang memiliki kemiringan curam hingga sangat curam. Pemilihan jenis vegetasi diutamakan vegetasi lokal karena selain dapat menjadi objek edukasi, vegetasi lokal akan sesuai dalam membentuk habitat satwa lokal. b. Fungsi Estetika

Vegetasi berfungsi sebagai elemen keindahan pada tapak yang mampu menghadirkan suasana visual yang baik. Vegetasi estetika terutama dikembangkan di ruang penerimaan dan pelayanan.

c. Fungsi Pengarah

Vegetasi berfungsi untuk mengarahkan sirkulasi kendaraan maupun pejalan kaki. Pemelihan jenis tanaman diutamakan yang memiliki ketinggian, bentuk dan kepadatan tertentu yang sesuai dengan kesan ruang yang ingin diciptakan. Vegetasi pengarah dikembangkan di sepanjang jalur sirkulasi.

d. Fungsi Peneduh

Vegetasi berfungsi sebagai penaung dan pengontrol iklim mikro pada tapak. Pemilihan jenis tanaman diutamakan yang berdaun lebat dengan tajuk lebar sehingga dapat secara efektif menyerap radiasi matahari. Vegetasi peneduh terutama dikembangkan pada area-area terbuka seperti area bermain, outbound dan camping ground.

e. Fungsi Budidaya

Vegetasi berfungsi sebagai komoditas budidaya pertanian masyarakat lokal dan juga dapat menjadi objek edukasi bagi wisatawan. Pemilihan jenis tanaman diutamakan vegetasi lokal yang telah banyak ditemukan pada tapak untuk menyesuaikan budaya dan kearifan lokal masyarakat.

Vegetasi Konservasi Vegetasi Peneduh

Vegetasi Estetis Vegetasi Pengarah Vegetasi Budidaya

Perencanaan Lanskap

Rencana lanskap kawasan TWC sebagai alternatif wisata di Kabupaten Tegal merupakan hasil akhir dari proses perencanaan yang terdiri dari rencana ruang, rencana aktivitas dan fasilitas, rencana sirkulasi dan rencana vegetasi. Rencana lanskap ini akan menyajikan lokasi atraksi/objek wisata di kawasan perencanaan beserta fasilitas penunjangnya.

Rencana Ruang

Kawasan obyek wisata TWC terbagi menjadi terbagi menjadi 3 (tiga) ruang utama sesuai dengan konsep pengembangan sebelumnya yaitu ruang konservasi, ruang pemanfaatan non intensif, dan ruang pemanfaatan intensif. Ketiga ruang ini memiliki beberapa sub ruang yang akan mengakomodasi aktivitas yang berbeda-beda (Gambar 38). Adapun luasan penggunaan ruang dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Rencana Alokasi Pembagian Ruang

Ruang Sub Ruang Luas (Ha)

(Ha) (%)

Konservasi 1392,5 26,92

Pemanfaatan Non Intensif Wisata Penunjang 410,7 7,94

Area Penyangga 2956 57,14

Pemanfaatan Intensif Wisata Utama 199,5 3,86

Area Pendukung Wisata 214,3 4,14

Total 5173 100

Perencanaan ruang untuk area konservasi dialokasikan seluas 1.392,5 Ha atau 26,92% dari luas total kawasan perencanaan. Perencanaan ruang pemanfaatan non intensif terbagi menjadi sub ruang wisata penunjang dengan alokasi luasan 410,7 Ha atau 7,94% dari luas total kawasan dan sub ruang penyangga seluas 2.956 Ha atau 57,14% dari luas total kawasan perencanaan. Sedangkan untuk perencanaan ruang pemanfaatan intensif akan terdiri dari sub ruang wisata utama dengan alokasi luasan sebesar 199,5 Ha atau 3,86% dari luas total kawasan dan sub ruang pendukung wisata dengan alokasi luas area 214,3 Ha atau sebesar 4,14% dari luas total kawasan perencanaan.

Ruang konservasi memiliki fungsi utama untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati pada kawasan TWC. Selain itu fungsi fisiknya adalah untuk mencegah terjadinya erosi pada area bahaya dilakukan dengan penanaman vegetasi pada lahan yang curam sekaligus dapat membantu menjaga kestabilan ketersedian air waduk.

Ga mbar 38 P eta Re n ca n a R ua ng

Sub ruang wisata penunjang dan ruang penyangga memiliki karakter sebagai penunjang ruang wisata utama. Di dalamnya terdapat aktivitas wisata alam bersifat pasif atau hanya terbatas pada kegiatan sightseeing, jalan santai, pengamatan satwa dan fauna yang mendukung usaha konservasi. Adapun fasilitas yang tersedia pada ruang ini berupa jalur dan media interpretasi.

Sub ruang wisata utama akan menjadi area yang memiliki aktivitas paling intensif dalam kawasan perencanaan. Di dalam area tersebut akan diakomodasikan beberepa jenis kegiatan wisata antara lain wisata edukasi, wisata rekreasi air dan darat, wisata budidaya. Sedangkan untuk sub ruang pendukung wisata akan diperuntukkan sebagai area penerimaan, area transisi, dan area pelayanan yang memfasilitasi berbagai kebutuhan wisata seperti gerbang masuk, lahan parkir, akomodasi penginapan, pusat belanja, restoran, dan sebagainya.

Ruang wisata edukasi mengakomodasi kegiatan wisata berupa interpretasi alam, kegiatan penelitian dan pengamatan flora-fauna lokal, jalan-jalan, fotografi, pentas atraksi dan apresiasi kesenian budaya lokal serta pengenalan secara umum terhadap sistem operasional waduk. Adapun fasilitas yang mendukung kegiatan wisata tersebut diantaranya adalah panggung wisata, jalur pedestrian, media interpretasi, dan sebagainya. Tujuan dari perencanaan ruang wisata ini adalah untuk menarik dan sekaligus memberikan wawasan kepada wisatawan tentang keunikan alam serta budaya masyarakat cacaban. Selain itu, program-program yang direncanakan pada ruang ini diharapkan dapat menjadi jembatan antara pihak pengelola kawasan dan masyarakat untuk terlibat secara bersama-sama dalam proses pengembangan wisata di kawasan TWC. Ruang wisata edukasi direncanakan dengan luas area sebesar 33,2 Ha.

Ruang wisata rekreasi pada kawasan TWC direncanakan menjadi dua (2) jenis yakni wisata rekreasi darat dan wisata rekreasi air. Kegiatan wisata rekreasi darat diantaranya meliputi wisata outbound, aktivitas olahraga (jogging, bersepeda), piknik dan berkemah, fotografi, sightseeing, dan sebagainya. Adapun fasilitas yang akan tersedia pada ruang ini direncanakan seperti lapangan terbuka, jalur sepeda, jogging track, menara pandang dan sebagainya. Sedangkan jenis kegiatan wisata rekreasi air direncanakan berupa kegiatan memancing, bersampan dan kuliner. Adapun fasilitas yang akan disediakan meliputi perahu/sampan, restoran apung, fasilitas penyewaan perlengkapan memancing. Ruang wisata rekreasi direncanakan dengan luas area sebesar 75,9 Ha dengan rincian luas ruang untuk wisata rekreasi air sebesar 49,6 Ha dan wisata rekreasi darat sebesar 26,3 Ha.

Ruang wisata budidaya direncanakan seluas 90 Ha yang terdiri dari budidaya pertanian sebesar 75 Ha dan budidaya perikanan sebesar 15 Ha pada kawasan perencanaan. Ruang ini akan dimanfaatkan sebagai lahan bagi masyarakat lokal untuk melakukan usaha budidaya di bidang pertanian (agroforestri) dan perikanan air tawar. Adapun keterlibatan masyarakat secara langsung diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dalam bidang perekonomian.

Adapun sub ruang pendukung wisata dikembangkan sebagai area yang bersifat penerimaan dan pelayanan dengan mengakomodasi berbagai fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung kegiatan wisata pada kawasan perencanaan. Karakter ruang yang dikembangkan bersifat estetik dan menarik. Ruang penerimaan

terbagi menjadi ruang penerimaan primer dan sekunder. Ruang penerimaan primer akan dikembangkan menjadi welcome area, area transisi, dan area pelayanan. Sedangkan area penerimaan sekuder hanya terdiri dari area transisi dan area pelayanan. Pengembangan yang sesuai pada ruang ini adalah wisata belanja, atraksi budaya, penginapan, dan wisata kuliner.

Rencana Aktivitas Wisata

Jenis aktivitas utama yang direncanakan mengacu pada konsep yang telah ditentukan pada pengembangan konsep. Adapun jenis aktivitas dibedakan menjadi aktivitas yang berbasis konservasi alam/lingkungan dan aktivitas yang berbasis sosial-budaya. Kedua jenis aktivitas tersebut akan diarahkan pada kegiatan yang bersifat edukatif dan rekreatif.

a. Aktivitas Wisata Edukatif 1. Wisata Edukasi Konservasi

Konservasi air waduk, menurut UU no. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menjelaskan bahwa waduk adalah salah satu bentuk usaha pengelolaan sumberdaya air yang harus dikonservasi. Program wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan terkait dengan hal ini adalah pengenalan sistem operasional waduk dan sistem pengendalian daya rusak air. adapun fasilitas yang akan disediakan berupa pemandu wisata yang akan menjelaskan tentang sistem kerja waduk beserta fungsinya dan memberikan wawasan mengenai usaha pengendalian daya rusak air khususnya di kawasan TWC. Selain itu dapat disediakan juga sebuah ruang khusus yang dipergunakan untuk memutarkan film edukatif tentang pentingnya pengelolaan sumber daya air.

Interpretasi vegetasi dan satwa, kondisi alam kawasan TWC yang berbukit memiliki resiko bahaya terjadinya erosi dan tanah longsor. Oleh karena itu, diperlukan adanya konservasi tegakan vegetasi yang dapat mempertahankan agregat tanah ketika hujan. Area ini nantinya akan berfungsi sebagai area penyangga kawasan konservasi dimana di dalamnya dapat dilakukan kegiatan pengamatan/penelitian mengenai jenis dan fungsi vegetasi tersebut. Dengan adanya usaha konservasi vegetasi, diharapakan dapat menambah populasi satwa lokal yang terdapat di kawasan ini. Satwa- satwa tersebut dapat menjadi objek menarik bagi wisatawan sebagai objek pengamatan atau fotografi. Fasilitas yang sesuai direncanakan pada area ini adalah jalan setapak, papan interpretasi, binocular/teropong dan menara pandang. Papan interpretasi dapat berupa papan kayu sintetis dengan tinggi 1,5 m dan lebar 1 m dengan dilapisi kaca.

2. Wisata Edukasi Budidaya

Budidaya pertanian, mayoritas masyarakat kawasan Cacaban memiliki usaha budidaya dalam bidang pertanian dengan sistem agroforestri dan silvopastura. Agroforestri merupakan kegiatan budidaya yang mengintegrasikan antara komoditas pertanian dan kehutanan. Sedangkan silvopatura merupakan usaha penggembalaan/budidaya ternak di kawasan hutan. Hal ini dapat direncanakan sebagai program edukasi kepada

wisatawan mengenai aplikasi sistem budidaya agroforestri dan pengolahan hasil budidaya tersebut pada skala rumah tangga masyarakat sekitar. Aktivitas ini akan ditunjang oleh fasilitas pemandu dan mobil wisata yang dapat mengantar wisatawan berkeliling kebun milik petani lokal. Pihak pengelola akan menentukan kelompok-kelompok petani lokal mana saja yang menjadi sentra percontohan dan dapat bekerja sama dalam pengembangan wisata ini.

Budidaya Perikanan, badan air waduk seluas kurang lebih 500 Ha diberikan alokasi sebesar 5% oleh BPSDA setempat. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar yang dikelola oleh masyarakat dengan sistem keramba. Diperlukan adanya pendampingan instansi terkait kepada masyarakat lokal mengenai cara budidaya dengan sistem ini pada tahap awal. Tujuannya adalah agar masyarakat lokal memahami sistem keramba dengan benar. Kemudian hal ini dapat menjadi atraksi wisata bagi wisatawan dan hasilnya dapat menjadi pemasukan tambahan bagi masyarakat. Area yang dikembangkan untuk wisata ini seluas kurang lebih 15 Ha pada badan air waduk. Aktivitas yang sesuai pada wisata ini antara lain tebar benih, fish feeding, panen ikan, dan pengamatan budidaya perikanan secara langsung. Adapun fasilitas yang direncanakan berupa satu unit tambak keramba jaring apung (KJA) yang terdiri dari empat keramba dan satu rumah jaga yang dapat berfungsi sekaligus sebagai gudang serta boardwalk. Ukuran tiap kolam umumnya (7 x 7) m2 atau dengan luas total (15,8 x 15,8) m2. Idealnya satu unit KJA memiliki 37 pelampung dengan jarak antar masing-masing pelampung 1,7 m. Ilustrasi fasilitas KJA dapat dilihat pada Gambar 39 dan Gambar 40.

Sumber: https://www.trobos.com

Gambar 40 Ilustrasi Budidaya Sistem KJA Gambar 39 Skema Sistem KJA

b. Aktivitas Wisata Rekreasi 1. Wisata Rekreasi Darat

Berkemah, kegiatan ini diakomodasi pada area perkemahan seluas 2,3 Ha pada sub ruang wisata utama. Area ini direncanakan dilengkapi dengan fasilitas lapangan terbuka, toilet, dan panggung atraksi. Penempatannya dikelilingi oleh area hutan konservasi sehingga kesan alami tetap dapat dirasakan. Letaknya juga berdekatan dengan aliran sungai dari waduk sehingga memungkinkan untuk aktivitas fotografi dan sightseeing.

Outbound, area ini direncanakan pada area seluas 3,3 Ha di lahan yang relatif datar pada sub ruang wisata utama. Area ini juga dilengkapi dengan fasilitas outbound dan pemandu untuk memberikan paket-paket wisata dengan variasi kesulitan yang berbeda. Fasiltas penunjang pada area wisata ini berupa menara pandang dimana tiang menara tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penopang tali untuk atraksi flying fox.

Piknik, area piknik direncanakan dan dikembangankan dengan luas sekitar 1,6 Ha pada sub ruang wisata utama. Area piknik berjarak ±200 m dari area perkemahan. Area ini dilalui oleh jalur pedestrian dan akses mobil wisata dari gerbang masuk. Aktivitas piknik dapat dilakukan dengan menggunakan meja dan bangku piknik atau duduk langsung di atas rumput. Area ini ditunjang dengan pemandangan nuansa alami hutan konservasi dan taman bunga.

Jalan santai, jogging, dan sightseeing, wisatawan dapat melakukan jalan santai maupun jogging mengelilingi sub ruang wisata. Adapun aktivitas

sightseeing dari pulau di tengah waduk dimungkinkan dengan akses perahu/sampan menuju fasilitas jalur pedestrian yang mengelilingi pulau waduk. Vegetasi penaung juga direncanakan untuk menunjang kenyamanan pengunjung ketika melakukan aktivitas tersebut. adapun fasilitas penunjang lainnya seperti menara pandang, shelter/gazebo, toilet, dan tempat duduk.

Bersepeda, aktivitas ini direncanakan bagi pengunjung yang ingin berkeliling antar sub ruang wisata dengan menggunakan sepeda. Pengunjung tidak harus membawa sepeda sendiri karena pada ruang wisata disediakan beberapa titik penyewaan sepeda. Jalur sepeda ini menjadi satu dengan jalur pejalan kaki hanya diberi penanda/marka agar tidak menimbulkan konflik penggunaan jalur.

Tur mobil wisata, aktivitas tur dengan mobil wisata memungkinkan pengunjung untuk berpindah antar sub ruang wisata dengan waktu yang lebih efisien. Mobil wisata direncanakan akan memiliki jadwal keberangkatan dan kedatangan pada masing-masing terminal setiap interval 10 menit. Jumlah unit mobil wisata yang direncanakan untuk mengakomodasi seluruh kawasan sebanyak 25 unit.

2. Wisata Rekreasi Air

Bersampan/berperahu, aktivitas ini mengakomodasi pengunjung untuk berkeliling pada area badan air waduk. Aktivitas ini juga sebagai akses untuk menuju pulau di tengah waduk yang juga merupakan salah satu potensi

wisata. aktivitas ini ditunjang dengan adanya fasilitas dermaga air dan dek anjungan.

Kuliner Restoran Apung, potensi luasan badan air waduk juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata kuliner dengan sensasi unik yaitu restoran terapung. Restoran ini menyajikan kuliner-kuliner khas lokal dan berbagai jenis hasil usaha budaya perikanan yang dikembangakan di area waduk TWC. Akses ke restoran ini dapat diakomodir oleh perahu/sampan.

Memancing, sebagian hasil budidaya dari sistem tambak keramba nantinya direncanakan akan disebar di perairan waduk untuk menambah fungsi ekologisnya. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata bagi pengunjung untuk melakukan aktivitas memancing. Hasil ikan yang tertangkap harus dikembalikan atau diberi batasan jumlah tangkapan per orang per hari untuk mempertahankan fungsi ekologis. Kegiatan ini ditunjang oleh pemandu dan fasilitas penyewaan peralatan memancing.

Rencana Sirkulasi

Sirkulasi yang direncanakan pada kawasan TWC akan terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu jalur wisata darat dan jalur wisata air. Sirkulasi jalur wisata direncanakan dengan pola linear dan tertutup (loop). Jalur wisata darat akan terbagi menjadi jalur darat primer dan jalur darat sekunder. Adapun rencana sirkulasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 41.

Jalur darat primer merupakan akses sirkulasi yang menghubungkan antar ruang dalam kawasan perencanaan dimana jalur tersebut meliputi jalur pedestrian, jalur mobil wisata,dan jalur kendaraan bermotor. Jalur ini menggunakan pola tertutup (loop) dengan beberepa titik pemberhentian dengan tujuan agar wisatawan dapat menikmati potensi dan atraksi wisata yang terdapat dalam kawasan perencanaan. Jalur pedestrian akan berupa paving dengan lebar antara 1,8-2 m dan untuk menunjang kenyamanan wisatawan akan disediakan tempat peristirahatan setiap interval jarak 200-300 m. Jarak tersebut merupakan asumsi jarak lelah manusia dalam berjalan kaki. Adapun tempat peristirahatan tersebut direncanakan berupa shelter/gazebo. Jalur mobil wisata direncanakan berupa jalan aspal dengan lebar 4-5 m dan terdapat beberapa stasiun/terminal pemberhentian untuk mengakomodasi wisatawan menggunakan fasilitas tersebut. Sedangkan untuk jalur kendaraan bermotor merupakan akses bagi kendaraan wisatawan yang terintegrasi area parkir dan stasiun/terminal mobil wisata yang tersedia pada kawasan perencanaan

Jalur darat sekunder merupakan akses sirkulasi yang menghubungkan antara kawasan di luar tapak dengan kawasan perencanaan dengan pola linear. Jalur ini berfungsi sebagai akses masuk dan keluar kawasan dimana jalur tersebut memanfaatkan keberadaan jalan raya lokal eksisting yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan wisata. Jalur tersebut berupa jalan aspal yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor yang dimulai dari gerbang masuk sebelah barat hingga ke gerbang masuk di sebelah selatan sepanjang 10 km. Lebar jalan ini direncanakan 4-6 m agar dapat mengakomodasi aktivitas sirkulasi dua kendaraan. Lebar jalan masuk mobil berkisar antara 2,7-3,6 m untuk jalan masuk satu kendaraan dan untuk dua kendaraan minimal berkisar antara 4,6-5,5 m (Chiara dan Koppelman 1997, diacu

dalam Firmansyah 2012). Jalur darat sekunder ini nantinya juga dapat digunakan oleh masyarakat lokal untuk mendistribusikan hasil budidaya pertanian dan perikanan dari kawasan perencanaan ke sentra-sentra perekonomian terdekat di luar kawasan perencanaan.

Jalur wisata air merupakan jalur yang direncanakan untuk mengakomodasi wisatawan untuk melakukan rekreasi pada badan air waduk. Jalur wisata ini memiliki pola tertutup (loop). Fasilitas yang disediakan berupa perahu motor/sampan untuk berkeliling dan beberapa dermaga air sebagai terminalnya. Selain itu, jalur wisata air ini juga dapat mengakomodasi wisatawan yang ingin menikmati wisata kuliner pada restoran apung dan melakukan pengamatan pada sentra budidaya perikanan yang terdapat pada badan air waduk. Adapun tabel rencana sirkulasi dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Rencana Sirkulasi Kawasan TWC

No. Jenis

Sirkulasi Jalur Pengguna

Panjang (m)

Lebar

(m) Material Lokasi

1 Darat

Primer Pedestrian Pejalan Kaki 10839,0 1,5 Paving SubRuang Penunjang Pedestrian Pejalan Kaki 348,8 2 Paving SubRuang Pendukung Pedestrian Pejalan Kaki 350,5 2 Paving SubRuang

Pendukung Pedestrian Pejalan Kaki 1335,2 1,2 Paving SubRuang

Penyangga Pedestrian Pejalan Kaki 1059,5 1,2 Paving SubRuang

Penyangga Pedestrian Pejalan Kaki 2775,0 2 Paving SubRuang

Wisata Utama Mobil Wisata Kendaraan Mobil

Wisata

1025,4 4 Aspal SubRuang Penunjang Mobil Wisata Kendaraan Mobil

Wisata

1113,3 4 Aspal SubRuang Wisata Utama Mobil Wisata Kendaraan Mobil

Wisata

5118,8 4 Aspal SubRuang Penyangga Mobil Wisata Kendaraan Mobil

Wisata

3036,7 4 Aspal SubRuang Penunjang Mobil Wisata Kendaraan Mobil

Wisata 4767,7 4 Aspal SubRuang Pendukung Kendaraan Kendaraan Wisatawan 2664,7 6 Aspal SubRuang Pendukung Sekunder Jalur Antar

Ruang

Kendaraan Wisatawan

10371,4 10 Aspal Antar Pintu Gerbang Kendaraan

Masyarakat

11028,5 7 Aspal Antar Pintu Gerbang 2 Air

Jalur Bersampan

Perahu dan Sepeda air

- - - SubRuang

Ga mbar 41 P eta Re n ca n a S irkula si

Rencana Fasilitas

Adapun perencanaan fasilitas pada tapak disesuaikan dengan aktivitas wisata pada masing-masing ruang. Fasilitas yang dikembangkan harus dapat mengakomodasi aktivitas wisata pada tapak dan memenuhi kebutuhan ruang yang diperlukan pengunjung. Rencana fasilitas dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Rencana Fasilitas pada Kawasan TWC

No. Fasilitas Dimensi Ukuran Jumlah

Fasilitas Pelayanan

1 Pintu Gerbang Utama p=3m ; l=10m ; t= 7m 2

2 Pintu Gerbang Sekunder p=2m ; l=8m ; t=6m 1

3 Loket dan Pos Keamanan p=4m ; l=4m 3

4 Parkir Primer L= 5400 m² 3 titik

5 Parkir Sekunder L= 3800 m² 4 titik

6 Halte Mobil Wisata L= 80 m² 8

7 Mobil Wisata p=5m ; l= 2,5m 25

8 Stasiun Kereta Wisata L= 200 m² 1

9 Gedung Pengelola dan Pusat Informasi p=20m ; l=15m ; t=5m 2

10 Aula dan Ruang Multimedia p=15m ; l=10m ; t=5m 3

11 Kios Souvenir p=8m ; l=5m 30 12 Rumah Makan p=15m ; l=15m 3 13 Rumah Penginapan p=10m ; l=15m 9 14 Masjid L= 100 m² 2 15 Toilet p=3m ; l=3m ; t= 2,5m 10 Fasilitas Wisata 1 Bangku p=2m ; l=0,6m ; t=0,6m 55 2 Shelter p=5m ; l=3m ; t= 2,5m 40 3 Papan Informasi p=1m ; l=0,6m ; t=1,6m 50 4 Dermaga Perahu p=8m ; l=3m 7 5 Perahu Motor p=4m ; l=2m 25

6 Unit Tambak Keramba Jaring Apung L= 225 m² 24

7 Dek Boardwalk p=800m ; l=1,2m 1

8 Rumah Makan Apung p=15m ; l=8m 12

9 Area Outbound L= 32616 m² 1

10 Area Berkemah L= 23110 m² 1

11 Area Piknik L= 16617 m² 1

12 Gedung Pusat Penelitian/Pengembangan p= 25m ; l=10m ; t=6m 2

13 Lahan Pembibitan L= 2500 m² 1

14 Menara Pandang p=6m ; l=6m ; t= 15m 6

15 Pusat Pertunjukan Seni Sejarah Budaya (PSSB) L= 625 m² 1

16 Viewing Deck p=30 ; l=5 3

17 Dek Pemancingan p=150 ; l=10 1

18 Jembatan p= 62m ; l=6m 1

Rencana Vegetasi

Pengembangan vegetasi diutamakan pada jenis tanaman yang dapat mengkonservasi air dan tanah pada kawasan TWC. Hal ini dikarenakan keberadaan waduk sangat penting bagi keberlanjutan perekonomian masyarakat setempat dengan fungsinya sebagai sumber utama irigasi pertanian masyarakat. Selain itu, kondisi

lereng di sekitar kawasan waduk yang tergolong curam hingga sangat curam juga memerlukan upaya konservasi agar tidak terjadi longsor dan mengancamkan keberlanjutan fungsi waduk. adapun jenis vegetasi akan dibedakan berdasarkan fungsinya mengikuti konsep sebelumnya antara lain fungsi konservasi, fungsi estetika, fungsi pengarah, fungsi peneduh, dan fungsi budidaya.

Dokumen terkait