• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan program pembangunan membutuhkan anggaran dana yang tepat sekaligus penanganan yang tepat pula. Untuk menentukan arah kebijakan pembangunan dan arah pembangunan suatu daerah maka diperlukan anggaran keuangan dan pengelolaan anggaran yang tepat. Dalam pelaksanaan sebuah kebijakan publik, setiap daerah dan disemua tempat mengandalkan dan membutuhkan pendanaan atau anggaran keuangan, baik anggaran yang berasal dari pendapatan asli daerah, pajak, hibah ataupun bantuan dana baik dari perseorangan maupun lembaga luar dan dalam negeri. Daerah otonom masih memperoleh pendanaan dari pemerintah pusat melalui APBN dan pemerintah provinsi melalui APBD. Kondisi dan kinerja suatu pembangunan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas anggaran dan pengelolaan anggaran. Apabila anggaran tersedia mencukupi dan maka pembangunan akan berjalan dengan pesat dan kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat. Begitu pula sebaliknya jika anggaran keuangan pembangunan disuatu daerah tidak mencukupi dengan kebutuhan pembangunan maka pembangunan akan sedikit terkendala dan tentu saja hal ini akan berdampak kepada disparitas dan kesenjangan pembangunan antar daerah.

Setiap tahun dilaksanakan perencanaan anggaran keuangan belanja daerah yang meliputi banyak sektor mulai dari anggaran pembangunan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, sarana prasarana kesehatan, dana pelaksanaan pemilihan umum, anggaran belanja pegawai, pembangunan sektor pertanian dan lain sebagainya. Kendala anggaran yang tidak sesuai dengan estimasi sering sekali dijumpai pada pelaksanaan pembangunan sektor tertentu. Misalnya pada bidang kesehatan yang meliputi banyak bidang dan program. Pemerintah daerah menargetkan adanya perkembangan kesehatan masyarakat yang semakin meningkat setiap tahunnya, namun kondisi ini jika tidak didukung dengan anggaran belanja daerah maka pelaksanaannya akan terhambat.

Pada tabel 3.11 dapat dilihat bahwa pada bidang kesehatan pemerintah daerah Pakpak Bharat menargetkan harus terjadi peningkatan dibidang kesehatan, maka yang terjadi ialah setiap tahun pula pemerintah daerah harus menaikan anggaran di bidang kesehatan demi terciptanya kondisi dan kinerja yang diharapkan oleh pemerintah daerah.

Tabel 3.11. Target KinerjaBidang Kesehatan

Sumber: Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat, 2012.

Kinerja yang dilakukan oleh pemerintah daerah semata-mata demi meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kesehatan masyarakat. Walaupun terkadang kondisi ini terhambat dengan kendala anggaran. Selain terjadinya peningkatan kesehatan masyarakat seperti berkurangnya angka kematian ibu dan bayi, berkurangnya gizi buruk, usia harapan hidup yang semakin tinggi masyarakat juga membutuhkan kinerja pemerintah daerah dalam sektor sarana dan prasarana pendukung kesehatan seperti pembangunan rumah sakit, pusat pelayanan kesehatan, posyandu dan lain sebagainya. Pada tabel 3.12 dapat dilihat bahwa sampai tahun 2012 kinerja pemerintah dibidang kesehatan telah memberikan kontribusi seperti dengan adanya sarana rumah sakit, puskemas, pusat pelayanan kesehatan pembantu, posyandu dan polindes. Belum lagi kebutuhan anggaran terhadap penyediaan obat-obatan dan tenaga medis. Beberapa hal tersebut merupakan deskripsi pembangunan bidang kesehatan yang membutuhkan anggaran dana yang tidak sedikit dengan tidak mengecualikan

No Uraian 2010 2011 2012

1 Angka kematian bayi 34 32 30

2 Angka kematian ibu (/100.000 kelahiran) 228 208 188 3 Persentasi balita gizi buruk 0.9 0.9 0.8

bidang-bidang lainnya. Sehingga anggaran dana yang dibutuhkan untuk pembangunan berbagai bidang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas pembangunan setiap tahunnya oleh pemerintah daerah.

Tabel 3.12. Kinerja Pembangunan Bidang Kesehatan

No Kecamatan Rumah Sakit Umum Puskesmas Pusat Pelayanan Kesehatan Pembantu Posyandu Polindes 1 Salak 1 1 2 12 6 2 STU Jehe - 1 5 4 10 3 Pagindar - 1 1 10 4 4 STU Julu - 1 3 18 5 5 Pergetteng-getteng - 1 3 6 5 6 Kerajaan - 1 6 24 10 7 Tinada - 1 5 7 6 8 Siempat Rube - 1 1 8 6

Sumber: Bappeda dan Pakpak Bharat Dalam Angka Tahun 2012, hal 87.

Perencanaan anggaran keuangan dan belanja suatu daerah didasarkan kepada Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.57

57

Lihat Undang-Undang Republik Indonesia No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Pasal 157.

Hal ini tentu berimplikasi kepada perubahan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan terkait dengan alokasi sumber daya dan anggaran pemerintah daerah untuk tujuan kebijakan

pembangunan. Semua aspek pemerintahan membutuhkan anggaran dana yang besarannya tergantung dengan kebutuhan masing-masing bidang dan sesuai dengan keputusan pemerintah daerah, legislatif daerah dan sesuai dengan rancangan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Kondisi anggaran keuangan pembangunan Kabupaten Pakpak Bharat setiap tahun mengalami pasang surut. Banyak faktor yang mempengaruhi naik turunya anggaran pembangunan berbagai bidang, misalnya karena faktor pertumbuhan ekonomi yang menurun, krisis ekonomi, dan faktor politis yakni persetujuan masing-masing fraksi dalam sidang rapat legislatif, keputusan pemerintah pusat dan provinsi, kenaikan harga bahan bakar minyak dan lain sebagainya. Pemenuhan dana anggaran keuangansering tidak sebanding dengan kebutuhan dan keterbatasan anggaran maupun pemotongan anggaran sering terjadi sesuai dengan prioritas pembangunan setiap tahunnya. Kondisi ini akan mengakibatkan ketimpangan, dan yang terjadi ialah usulan, keinginan dan masukan dari masyarakat mengenai perbaikan dan pertumbuhan pembangunan semakin bertambah namun keuangandaerah serta anggaran pendanaan tidak mencukupi.

Kabupaten Pakpak Bharat memiliki pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat setiap tahun. Hal ini terlihat melalui rencana anggaran pendapatan belanja daerah yang cenderung fluktuatif namun semakin bertambah. Anggaran keuangan daerah Pakpak Bharat didukung oleh sektor perekonomian yang berasal paling besar dari sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, industri kecil dan lainnya. Bidang pertanian menjadi tumpuan perekonomian pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dan menjadi sektor mata pencaharian utama masyarakat. Melalui dokumen rencana pembangunan jangka menengah, rencana pembangunan jangka pendek dan rencana kerja pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat setiap tahunnya memperlihatkan sektor pertanian terus digenjot oleh pemerintah, disusul oleh perkebunan dan pariwisata. Selain sektor pertanian pemerintah daerah Pakpak Bharat juga menerapkan adanya kebijakan peningkatan perekonomian masyarakat melalui pertambahan jumlah koperasi dan usaha mikro kecil

menengah (UMKM) yang dapat dikategorikan seperti industri kecil dan industri rumah tangga. Pada tabel 3.13 dapat dilihat bahwa setiap tahunnya terjadi penambahan jumlah koperasi dan industri kecil dan UMKM, baik itu yang berada dibawah naungan pemerintah daerah maupun yang dilaksanakan oleh masyarakat umum.

Tabel 3.13.Target Kinerja Bidang Koperasi dan UMKM

No Uraian 2010 2011 2012

1 Koperasi aktif 40 44 48

2 Koperasi tidak aktif 16 16 16 3 Jumlah industri kecil 170 185 200

Sumber: Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat, 2012.

Pendapatan asli daerah Kabupaten Pakpak Bharat setiap tahun paling banyak mendapat dukungan melalui sektor pertanian, kemudian pertambangan dan hasil perkebunan dan kehutanan. Banyak sektor lain yang mampu dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat untuk meningkatkan perkonomian masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan asli daerah. Sektor pariwisata yang belum banyak dikembangkan seharusnya mampu menambah devisa dan pendapatan asli daerah namun kondisi inilah perlu dikembangkan oleh pemerintah daerah melalui pembangunan. Pada tabel 3.14 dapat dilihat adanya perkembangan anggaran dana untuk pembangunan yang berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah dan anggaran pendapatan belanja negara. Anggaran tersebut tentunya berasal melalui pendapatan asli daerah, baik yang berasal dari sektor pertanian, perkebunan, pertambangan dan lainnya. Selain itu perbandingan anggaran pendapatan belanja daerah yang fluktuatif namun semakin bertambah setidaknya mengindikasikan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pakpak Bharat pasca sejak otonomi daerah sampai saat ini.

Walaupun terjadi peningkatan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan disertai dengan peningkatan Anggaran Dana Pembangunan Daerah bukan berarti jumlah tersebut mampu mengakomodir dan memenuhi semua kebutuhan pembangunan masyarakat Pakpak Bharat yang terdapat di delapan kecamatan. Sebagai contoh pada anggaran pendidikan yang dicanangkan 20 persen dari APBD belum mampu menjangkau pendidikan masyarakat sampai kepada tingkat menengah yang terdapat di Pagindar dan sarana pendidikan di Sitelu Tali Urang Julu. Belum lagi masalah infrastruktur dan sarana sarana pendukung yang setiap tahun menjadi fokus utama karena terkendala akan kondisi alam dan kondisi geografis sedangkan saranan prasarana kesehatan seperti masih minimnya pusat kesehatan masyarakat yang hanya terdapat satu disetiap kecamatan dan masih terkendala akan kurangnya tenaga ahli. Hanya di Kecamatan Salak terdapat rumah sakit daerah yang mengakomodir seluruh masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat. Kendala di Kabupaten Pakpak Bharat ialah ketika kebutuhan realisasi pembangunan tidak sesuai dengan anggaran yang tersedia sekalipun setiap tahun terjadi peningkatan anggaran belanja daerah dan anggaran pembangunan.

Tabel 3.14. Perbandingan PAD Kabupaten Pakpak Bharat.

No Tahun APBD Pakpak Bharat

APBN Jumlah Dana

Pembangunan 1 2008 256,820,922,382 5,597,372,000 262,418,294,382 2 2009 267,931,781,821 16,720,817,000 311,543,660,231 3 2010 231,573,004,143 16,717,424,000 265,839,001,227 4 2011 290,031,678,386 4,280,960,000 318,568,754,148 5 2012 296,781,857,912 Proyeksi Belum terdaftar

Selanjutnya yang menjadi kendala dalam pembangunan daerah di Kabupaten Pakpak Bharat juga berasal dari jumlah anggaran yakni ketidaksesuaian anggaran yang dikeluarkan dengan kebutuhan pembangunan. Selanjutnya Paul L Padang juga mengatakan (wawancara di Kantor Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat) bahwa:

“Salah satu penghambat pembangunan ialah anggaran yang minim. Sejak daerah ini menjadi sebuah daerah otonom, penguasaan dan pengelolaan anggaran dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah daerah, namun keterbatasan kemampuan pemerintah daerah Pakpak Bharat pasca menjadi sebuah daerah otonom mengakibatkan banyak daerah-daerah dan kecamatan yang tertinggal dan pembangunan yang terhambat diberbagai sektor. Sehingga butuh dukungan dan suntikan dana melalui pemerintah pusat dan pemerintah provinsi demi terwujudnya pembangunan berkeadilan dan merata di Kabupaten Pakpak Bharat.”58

Banyak sektor yang mampu dikembangkan di Kabupaten Pakpak bharat untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, bidang lainnya ialah pajak dan retribusi daerah. Melalui keputusan Bupati Pakpak bersama-sama dengan legislatif menghasilkan peraturan pemerintah yang menetapkan pendapatan asli daerah melalui Pajak, sumber daya alam dan lain sebagainya. Sumber pendapatan daerah Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah no. 55 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dikelompokkan sebagai berikut,59

58

Wawancara dengan Paul L Padang, Staff Ahli Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat bidang perencanaan kebijakan pada 25 Januari 2013, jam 14.00 wib.

(1) Pendapatan asli daerah yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah pada umumnya terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan serta lain-lain

59

pendapatan asli daerah yang sah. (2) Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan anggaran pendapatan dan belanja negara yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana perimbangan Terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. (3) Dana lain-lain, yakni pendapatan daerah yang sah meliputi hibah, dana darurat, pajak dari provinsi kepada kabupaten atau kota, dana penyesuaian dan otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lain.

Pada tabel 3.14 terlihat adanya peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Pakpak Bharat yang merupakan asal dari anggaran keuangan daerah. Berdasarkan data tersebut dalam kurun waktu sejak tahun 2008-2012, secara keseluruhan pendapatan Daerah mengalami peningkatan dengan persentase kenaikan berfluktuatif. Namun melalui tabel 3.14 telihat yang menjadi kendala ialah peningkatan pendapatan asli daerah tidak sebanding dengan kebutuhan pembangunan berbagai bidang di Kabupaten Pakpak Bharat. untuk itulah perlu suatu sistem penganggaran dan pengelolaan keuangan dan pendapatan asli daerah yang tepat dan terencana. Dan bukan tidak kemungkinan untuk tahun-tahun berikutnya tren peningkatan pendapatan daerah akan sesuai dengan kebutuhan anggaran pembangunan daerah dan tentu saja akan berdampak positf kepada seluruh aspek kebutuhan pembangunan masyarakat. Kebutuhan akan anggaran daerah tidak lagi menjadi kendala pembangunan jika saja sektor pertanian, perkebunan, dan pariwisata Pakpak Bharat semakin ditingkatkan oleh pemerintah daerah dan terakhir ialah akan semakin berkurangnya ketergangtungan bantuan anggaran pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.Disinilah letak suatu daerah yang berhasil dalam melaksanakan fungsi otonomi daerah.

Dokumen terkait