• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika kehidupan politik dan konstelasi birokrasidi daerah turut mempengaruhi bagaimana proses dan hasil dari sebuah kebijakan, termasuk kebijakan dibidang perencanaan pembangunan. Antara sistem politik, pemerintah daerah dan kebijakan merupakan suatu keselarasan. Politik lokal telah menciptakan suatu kondisi dimana kekuasaan eksekutif (pemerintah daerah), legislatif (dewan perwakilan rakyat daerah) dan yudikatif memiliki tugas dan peran tersendiri. Demikian dengan Kabupaten Pakpak Bharat, sejak tahun 2003 menjadi sebuah daerah otonom dan sejak itu pula daerah ini memperbaharui sistem politik dan birokrasi pemerintahan.

Tahun 2004 merupakan pertama kali bagi Pakpak Bharat melaksanakan pemilihan umum legislatif secara langsung untuk periode tahun 2004-2009. Sedangkan kepala daerah merupakan pelaksana tugas sejak berdiirinya Pakpak Bharat menjadi daerah otonom. Ditahun 2005 dilakukan pemilihan umum kepala daerah untuk menentukan kepala daerah dan wakil kepala daerah periode 2005-2010. Ditahun 2009 dilaksanakan kembali pemilihan legislatif untuk periode tahun 2009-2014. Dan terakhir ialah pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah pada tahun 2010 untuk periode tahun 2010-2015.

Pada tabel 3.9 dapat dilihat bahwa komposisi perbandingan anggota DPRD dan partai politik ditahun didominasi oleh partai Golkar sekaligus partai pendukung kepala daerah terpilih pada periode 2005-2010. Selanjutnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memperoleh jatah empat kursi yang disusul dengan partai Amanat Nasional memperoleh dua kursi dan Partai Kebangkitan Bangsa memperoleh dua kursi. Pada periode 2004-2009 anggota DPRD perempuan hanya terdapat pada partai PKS dengan jatah satu kursi di DPRD Kabupaten Pakpak Bharat. Hal ini mengindikasikan masih minimnya minat

perempuan untuk terjun ke dunia politik dan birokrasi pemerintahan di Kabupaten Pakpak Bharat. Kurangnya peran aktif kaum perempuan di Kabupaten Pakpak Bharat dalam kancah politik turut mempengaruhi minimnya anggota legislatif perempuan ditambah budaya setempat sering memandang politik dan pemerintahan adalah pekerjaan kaum pria. Pemerintahan yang kuat ialah pemerintahan yang didukung oleh partai berkuasa dan partai pendukung pemerintahan. Sehingga dengan adanya koalisi partai politik yang kuat di legislatif maka akan semakin memperkuat sebuah keputusan maupun kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan legislatif yang merupakan suatu perkumpulan kekuatan politik.

Tabel 3.9. Perbandingan Partai Politik Di DPRD Kabupaten Pakpak Bharat Periode 2004-2009

No Nama Partai Politik Jumlah

1 Partai Persatuan Pembangunan 1

2 Partai Pesrsatuan Demokrasi Kebangsaan 1 3 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 1

4 Partai Amanat Nasional 2

5 Partai Kebangkitan Bangsa 2

6 Partai Keadilan Sejahtera 1

7 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 4

8 Partai Golongan Karya 5

9 Partai Patriot 1

10 Partai Pelopor 1

Periode selanjutnya yakni pada pemilihan umum legislatif Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2009 terjadi sedikit perubahan perolehan suara dan kursi. Munculnya partai-partai politik baru menambah persaingan dan menciptakan konstelasi politik yang baru. Ditahun ini pula banyak dilaksanakan pemilihan umum mulai dari pemilihan Presiden dan wakil presiden, pemilihan DPR-RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Pakpak Bharat.

Pada tabel 3.10 dapat dilihat bahwa perolehan kursi DPRD Kabupaten Pakpak Bharat masih didominasi oleh partai Golkar, namun disusul dengan partai Hanura, Partai PNBK dan Partai Pelopor. Masing-masing partai politik memperoleh dua kursi di DPRD Kabupaten Pakpak Bharat. Periode ini mulai dimasuki oleh Partai Demokrat yang merupakan partai pemenang Pemilu Presiden tahun 2004 dan Pemilu Presiden 2009. Pada pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupaten Pakpak Bharat periode 2010-2015, dimenangkan oleh Reminggo Yolando Berutu dan H. Maju Ilyas Padang. Pasangan ini didukung oleh partai Demokrat yang kemudian berkoalisi dengan partai Hanura.

Tabel 3.10. Perbandingan Partai Politik Di DPRD Kabupaten Pakpak Bharat Periode 2009-2014

No Nama Partai Politik Jumlah Anggota

1 Partai Golkar 2

2 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 1

3 Partai Demokrat 1 4 Partai PAN 1 5 Partai Hanura 2 6 Partai PNBK 2 7 Partai PKB 1 8 Partai Republikan 1

9 Partai Patriot 1 10 Partai PKDI 1 11 Partai PPD 1 12 Partai Pelopor 2 13 Partai PPI 1 14 Partai PPRN 1 15 Partai PKPB 1 16 Partai PDK 1

Sumber: KPUD Kabupaten Pakpak Bharat, 2013.

Dinamika politik lokal menciptakan suatu tatanan dan susunan birokrasi pemerintahan, buruk atau tidaknya itu tegantung kepada budaya politik di daerah setempat. Melalui sudut pandang ilmu politik maka birokrasi pemerintah daerah merupakan kepanjangan tangan dari pihak partai politik yang berkuasa disuatu daerah dan cenderung memihak kepada kepentingan penguasa dan rakyat. Sama halnya dengan defenisi birokrasi menurut Weber bahwa birokrasi merupakan sistem kekuasaan pemimpin dimana harus ada pendelegasian tugas dan wewenang, selain itu birokrasi pemerintah yang baik menurut weber ialah birokrasi yang bersifat modern dengan mengedepankan urusan kepentingan rakyat, urusan pribadi dan urusan dinas pemerintahan.53

Kondisi dinamika politik lokal di Kabupaten Pakpak Bharat yang terjadi pada saat ini ialah terdapat beberapa partai politik yang berkuasa yang merupakan partai-partai politik besar di Indonesia. Kemenangan Reminggo Yolando Berutu menjadi kepala daerah di Pakpak Bharat dikarenakan besarnya dukungan dari Partai Demokrat yang merupakan asal partai politik pendukungnya. Kemudian adanya koalisi dari Partai Hanura yang dijalankan oleh Reminggo untuk

53

memperkuat posisinya pada pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2010 lalu.

Dinamika politik akan sangat bermanfaat bagi pembangunan disuatu daerah jika dilaksanakan dengan tepat. Pembangunan terlaksana atas dasar bersatunya berbagai kepentingan. Namun politik juga menjadi suatu kendala ketika kepentingan suatu partai politik, maupun kelompok kepentingan cenderung menguasai segala hal termasuk peraturan dan kebijakan publik. Faktor lain yang menjadi kendala dan hambatan dalam pembangunan yang dimaksud disini ialah ketika terjadinya proses pergantian kepemimpinan kepala daerah. Adanya pemilihan umum mengidikasikan sebuah daerah yang memiliki kehidupan demokratis yang tinggi. Namun perlu diingat, efek negatif sering terjadi dari pergantian kepala daerah dan wakil kepala daerah dengan kebijakan dan pembangunan.

Pergantian kepala daerah setiap lima tahun sekali juga akan menjadi kendala bagi pembangunan di Kabupaten Pakpak Bharat. Seperti yang dikatakan oleh Paul L Padang (wawancara di Kantor Bappeda Pakpak Bharat):

“Pergantian kepala daerah melalui pelaksanaan pemilukada setiap lima tahun sekali akan menjadi suatu kendala, terlebih ketika pemenang pemilu ialah kandidat yang bukan inkumben. Hal ini berkaitan dengan kekuasaan dan citra politik, karena jika pembangunan sebelumnya dilaksanakan oleh kepala daerah pertama maka kepala daerah yang terpilih biasanya menginginkan jenis dan kebijakan pembangunan yang berbeda dari sebelumnya. Hal ini tentu saja memperlambat kinerja pembangunan yang mungkin saja kebijakan pembangunan sebelumnya dapat diselesaikan dan bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini merupakan efek dari kehidupan

demokratis dimana harus ada pergantian kepemimpinan melalui skema pemilihan umum.”54

Pelaksanaan pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah merupakan keharusan dan telah menjadi suatu ketetapan dalam undang-undang no 32 tahun 2004. Pemilihan umum merupakan peristiwa dimana masyarakat menentukan pemimpin terbaik tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak lain. Adanya mekanisme pergantian kepala daerah sering kali berpengaruh terhadap perubahan keputusan dan kebijakan misalnya pergantian kepala daerah mengakibatkan perubahan pada mekanisme perencanaan program dan kebijakan. Sebagai kabupaten baru Pakpak Bharat telah dua kali melaksanakan pemilu kepala daerah dan pergantian ini sedikit banyak telah mempengaruhi prioritas, program dan kebijakan pembangunan.

Sebagai contoh pada kepemimpinan Bupati periode 2005-2010 fokus pembangunan utama di Pakpak Bharat ialah pada peningkatan sumber daya manusia melalui peningkatan akses pendidikan yang sesuai dengan visi dan misi kepala daerah pada saat itu. Program ini telah cukup bermanfaat bagi masyarakat Pakpak Bharat karena adanya sekolah gratis sampai tingkat sekolah menengah. Sedangkan pada masa kepemimpinan bupati periode 2010-2015 fokus kebijakan pembangunan sedikit mengalami perubahan dikarenakan beberapa kendala utama pembangunan Pakpak Bharat berasal dari kondisi alam dan kondisi geografis yang sangat mempengaruhi semua sektor pembangunan. Sampai sekarang program kepala daerah mengutamakan peningkatan pembangunan infrastruktur yang diharapkan bermanfaat dibidang lainnya. Seperti contohnya ialah pada kebijakan pembangunan jalan lintas Pakpak Bharat-Aceh, jalan Pakpak Bharat-Humbang dan lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa pergantian kepala daerah cenderung akan mengalami pergantian fokus kebijakan dan fokus pembangunan. Hal ini

54

Wawancara dengan Paul L Padang, Staff Ahli Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat bidang perencanaan kebijakan pada 25 Januari 2013, jam 13.10 wib.

sering kali dipengaruhi oleh dinamika politik lokal yang terdapat di DPRD karena lembaga ini bersama pemerintah daerah menentukan kebijakan dan anggaran pembangunan.

Ketika itu pula pemilu akan menjadi fokus perhatian utama segenap masyarakat Pakpak Bharat. Walaupun kabupaten ini baru menjadi sebuah daerah otonom dan baru dua kali pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah dan legislatif daerah sudah banyak kendala yang diakibatkan melalui proses dan dinamika politik tingkat lokal. Kepala daerah merupakan hasil dari mekanisme politik sekaligus pemimpin suatu daerah yang memimpin dan mengarahkan kemana dan bagaimana daerah yang dipimpinnya dalam jangka waktu lima tahun kedepan. Seperti defenisi birokrasi yang disebutkan oleh Weber bahwa birokrasi pemerintahan merupakan sistem kekuasaan dimana pemimpin mempraktekkan kontrol dan kinerja kepada bawahannya dan terciptalah suatu kondisi yang baik.55

Kendala menurunya kualitas dan kuantitas kinerja para birokrat juga mempengaruhi pembangunan di Pakpak Bharat. Selanjutnya Paul L Padang juga mengatakan (wawancara di kantor Bappeda Pakpak Bharat) bahwa:

Bidang perencanaan pembangunan terkadang mengalami penurunan kinerja karena pemerintah lebih berfokus kepada politik. Kondisi ini terjadi disaat menjelang periode pergantian kepala daerah dan pelaksanaan pemilihan umum legislatif daerah. Pelaksanaan pemilihan legislatif yang hampir bersamaan dengan pemilihan kepala daerah turut memperpanjang jangka waktu untuk berfokus kepada politik dan mengkesampingkan tugas dan kewajiban pemerintah daerah yakni menyejahterakan masyarakat, salah satunya dengan pembangunan.56

55

P. Anthonius Sitepu, loc.cit, hal 229. 56

Wawancara dengan Paul L Padang, Staff Ahli Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat bidang perencanaan kebijakan pada 25 Januari 2013, jam 13.15 wib.

Kondisi yang terjadi di Pakpak Bharat mungkin saja juga dialami oleh kebanyakan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Ketika menjelang pelaksanaan pemilihan umum, maka tugas dan kewajiban pemerintah daerah dan jajarannya akan sedikit terganggu akibat mekanisme dinamika politik. Perlu adanya loyalitas yang tinggi dari pemerintah daerah dan jajarannya dalam menjalankan sebuah pemerintahan sampai tuntas. Selain kedua hal tersebut, kebijakan dan regulasi peraturan di daerah merupakan hasil kerjasama antara pemerintah daerah yakni kepala daerah dan wakil kepala daerah dan jajarannya dengan perangkat legislatif daerah. Kebijakan dan peraturan daerah yang dihasilkan merupakan suatu keharusan dan kebutuhan, namun yang menjadi kendala ialah kurangnya koordinasi masing-masing perangkat daerah dan lembaga teknis daerah dalam menghasilkan peraturan dan kebijakan sampai kepada pelaksanaan kebijakan tersebut.

Kondisi aparatur pemerintah ini juga menjadi kendala ketika terjadi pergantian kepemimpinan kepala daerah. Berdasarkan teori (top down) dan (bottom up) dalam kebijakan publik, maka bentuk dan tatanan pemerintahan tersebut kerap mengalami pergantian dan perubahan mulai dari atas menuju kebawah. Sehingga yang menjadi kendala ialah jika dari kepala daerah berganti maka kebanyakan kepala daerah akan merubah dan mengganti masing-masing pegawai pada lembaga teknis daerah dan perangkat daerah.Walaupun demikian perlu adanya kebijaksanaan kepala daerah untuk meningkatan kinerja pada masa pemerintahannya dengan mengambil para pegawai terbaik untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah secara keseluruhan.

Dokumen terkait