• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses perencanaan pembangunan dimulai dengan konsep perumusan kebijakan pembangunan, kesepakatan bersama yang banyak bersifat politis serta pelaksanaan pembangunan. Tujuan dilaksanakan proses sedemikian rupa ialah kepada siapa kebijakan pembangunan itu ditujukan, apakah akan bermanfaat secara langsung bagi kehidupan masyarakat. Walaupun pada akhirnya masyarakat merupakan awal dan akhir kebijakan pembangunan itu berasal. Jika masyarakat merupakan awal dan akhir dari sebuah kebijakan pembangunan yang ditetapkan dan dihasilkan oleh pemerintah daerah maka pemerintah membutuhkan partisipasi peran serta masyarakat. Peran aktif masyarakat sangat diperlukan, mulai dari pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan ditingkat kelurahan, tingkat kecamatan, sampai kepada tingkat kabupaten. Segenap masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat harus berperan aktif dalam memberikan informasi dan masukan kepada pemerintah daerah melalui musyawarah, kemudian informasi tersebut selanjutnya diproses oleh pemerintah bersama-sama dengan lembaga legislatif pada sidang penetapan rencana pembangunan jangka pendek dan rencana pembangunan jangka panjangdan inilah akhirnya menjadi sebuah kebijakan publik dibidang pembangunan.

Berkaitan dengan kondisi sosial budaya maka pembangunan umumnya mengikuti tren pembangunan yang bersasal dari kearifan lokal (local genius). Maksudnya ialah pembangunan suatu daerah juga perlu memperhatikan budaya dan kehidupan sosial masyarakat setempat. Kearifan lokal perlu diterapkan pada pembangunan, karena akan tercipta situasi dimana masyarakat dan pemerintah saling memahami dan saling memberikan kepercayaan. Selain itu kondisi sosial budaya tentu akan berpengaruh kepada tingkat daya pikir dan pendidikan masyarakat pada umumnya.

Jika sebuah daerah memahami dan melaksanakan budaya kerja keras yang tinggi maka tidak tertutup kemungkinan pembangunan akan berjalan dengan cepat dan efektif. Mengikuti tren pembangunan di kawasan Eropa, maka terlihat budaya kerja keras bangsa Eropa telah menciptakan suatu tatanan pembangunan dan moderenisasi yang pesat. Belum lagi dengan budaya menabung dan investasi serta etika kristen yang menyebabkan masyarakat Eropa menjadi negara-negara yang makmur dan sejahtera dalam segala bidang.60

Pandangan W.W. Rostow dapat dianalogikan pada kasus budaya pembangunan di Kabupaten Pakpak Bharat, sekaligus menjadi dasar teori yang dapat dipergunakan untuk memecahkan salah satu masalah pembangunan di Kabupaten Pakpak Bharat yakni budaya kerja keras. Masyarakat tradisional dan menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian dapat dikategorikan pada masa Pakpak Bharat pra otonomi daerah. Masa prakondisi lepas landas dan menuju lepas landas cocok bagi Pakpak Bharat diera otonomi daerah.61 Hal ini dikarenakan mulai meningkatnya budaya menabung, budaya kerja keras dan masuknya teknologi yang berasal dari luar dan mengakibatkan kemajuan pada berbagai sektor pembangunan. Namun pemerintah mensosialisasikan kebijakan pembangunan tanpa ada peran aktif seluruh masyarakat dalam memberikan masukan dan informasi kebutuhan maka pembangunan akan berjalan sepihak.

Dalam perumusan kebijakan perlu adanya peran serta masyarakat, dalam pelaksanaan kebijakan juga diperlukan peran aktif masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Paul L Padang (wawancara di kantor Bappeda Pakpak Bharat) bahwa:

“Kemudian kendala selanjutnya ialah dari masyarakat itu sendiri yakni terkadanag kurang aktifnya masyarakat terhadap pembangunan

60

Arief Budiman, Ibid; hal 21. 61

dan peran serta dalam kegiatan pemerintah itu sendiri dan melaksanakan regulasi dan peraturan sebagaimana mestinya. Ditambah budaya kerja keras yang masih rendah, namun disinilah pemerintah akan berusaha melaksanakan pembangunan dan merubah pola pikir masyarakat Pakpak Bharat melalui pendidikan dan sosialisasi secara langsung.”62

Bentuk nyata perencanaan pembangunan ialah terlaksananya pembangunan infrastruktur jalan, pendidikan, kesehatan, pertanian dan bidang-bidang lainnya. Pemerintah rutin melaksanakan musyawarah rencana pembangunan setiap tahun tepatnya pada awal dan akhir tahun dengan tujuan mengajak masyarakat turut serta melaksanakan pembangunan dan memberikan informasi ataupun masukan. Melalui perwakilan masyarakat setiap desa dan kecamatan maka pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dapat berkaca akan keinginaan dan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya musyawarah dan sosialisasi antara pemerintah dan masyarakat setiap tahunnya mengindikasikan bahwa pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat juga mengapresiasi akan peran aktif masyarakat. Selain itu pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat juga menawarkan program pembangunan padad bidang sosial budaya dengan program kerja utama ialah pemeliharaan budaya Pakpak dan budaya inilah yang menjadi dasar kerja pemerintah daerah. Inilah letak fungsi demokrasi lokal yang diharapkan oleh masyarakat Pakpak Bharat dimana pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama dalam segala bidang pembangunan.

Namun terkadang kendala pembangunan bisa juga terjadi ketika terjadinya budaya masyarakat setempat yang kurang merawat dan menjaga hasil-hasil pembangunan. Misalnya pada pembangunan infrastruktur, hasil pembangunan pemerintah pada bidang sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan lain

62

Wawancara dengan Paul L Padang, Staff Ahli Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat bidang perencanaan kebijakan pada 25 Januari 2013, jam 14.00 wib.

sebagainya. Sebagai contoh kurangnya partisipasi masyarakat pada sarana air bersih yang telah dibangun oleh pemerintah daerah seperti yang terjadi di Dusun Sinderung, Kecamatan Pargetteng-getteng Sengkut. Pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat berharap agar masyarakat mau menjaga dan merawat aset daerah yang merupakan aset bersama yang ditujukan untuk kepentingan bersama.

Kendala sosial lainnya ialah kebutuhan sumber daya manusia yang ahli dan terampil yang banyak namun kurang tersedia. Hal ini tentu mengarah kepada bidang pendidikan. Pendidikan masyarakat merupakan salah satu cara dimana pemerintah daerah dapat meningkatkan peran aktif masyarakat, sesuai dengan undang-udang dasar 1945 bahwa tujuan pemerintah ialah mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain pendidikan pemerintah daerah sering mengadakan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat mau turut serta dalam berbagai program pembangunan pemerintah. Pada tabel 3.15 dapat dilihat bahwa pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat memiliki target untuk memberikan pendidikan layak kepada seluruh masyarakat Pakpak sekaligus memiliki program pendidikan gratis sembilan tahun. Inilah salah satu bentuk pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah demi terwujudnya partisipasi masyarakat pada program pembangunan.

Tabel 3.15. Target Kinerja Bidang Pendidikan

No Uraian(%) 2010 2011 2012

1 APK SD atau MI 97.82 98.22 98.62

2 APK SMP atau MTs 87.73 88.60 90.36 3 APK SMA atau MA atau SMK 74.80 78.77 82.94 (APK: Angka Partisipasi Kasar)

Otonomi daerah dan pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Otonomi daerah terjadi karena adanya keinginan dan kemauan masyarakat untuk memisahkan diri dari kabupaten induk. Sedangkan pembangunan disuatu daerah tidak terlepas dari bentuk sosial budaya yang terdapat di daerah tersebut. sama halnya dengan Kabupaten Pakpak Bharat yang memiliki kondisi sosial budaya yang berbeda dengan kondisi awal sebelum menjadi daerah otonom.

Sebagai kabupaten yang termasuk baru, Pakpak Bharat memiliki budaya tersendiri jika dibandingkan dengan kabupaten induk yakni Kabupaten Dairi. Masyarakat Kabupaten Dairi yang terdiri dari bermacam multi etnis yang didominasi oleh suku Batak Toba, Angkola, Pakpak, Nias, Simalungun, Mandailing dan lain sebagainya.63 Sedangkan wilayah Pakpak Bharat pra otonomi daerah merupakan daerah yang mayoritas bersuku Pakpak. Hampir 90 persen masyarakat yang berdomisili di Pakpak Bharat ialah suku Pakpak. Kondisi sosial inilah yang menjadi suatu kecemburuan sosial terlebih tingkat disparitas pembangunan yang tinggi pada saat itu. Kabupaten Dairi tumbuh menjadi sebuah daerah yang maju dalam sektor pertanian, perkebunan rakyat dan pariwisata. Namun kondisi ini berbalik arah dengan yang dialami di wilayah Pakpak Bharat yang merasa bahwa pembangunan turut dipengaruhi oleh budaya setempat dan perlu adanya pemisahan dengan Kabupaten Dairi.

Sejak menjadi sebuah daerah otonom maka pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat terus memperbaiki sistem birokrasi, dan meningkatkan pembangunan disegala bidang dan lainnya. Visi dan misi pemerintah daerah Pakpak Bharat yang ingin mensejahterakan seluruh masyarakat dengan tetap mempertahankan budaya Pakpak yang luhur tentu berpengaruh kepada setiap

63

kebijakan pembangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Budaya Pakpak yang luhur dan kaya tercermin salah satunya melalui Todik.

Seperti yang dikatakan oleh James (wawancara dengan masyarakat Desa Salak II) bahwa:

“Todik merupakan budaya asli Pakpak Bharat yang mencerminkan kehidupan masyarakat Pakpak yang sangat menghargai aturan dan peraturan bahkan aturan pemerintah sekalipun. Aturan dan peraturan ini turut serta menjadi rambu-rambu perilaku masyarakat Pakpak. Selain itu budaya Pakpak lainnya yang perlu dipertahankan ialah budaya keseimbangan antara kata dan perbuatan serta jika melaksanakan suatu pekerjaan jangan terburu-buru tetapi sesuai dengan perencanaan.”64

Budaya asli Pakpak ini diharapkan mampu menjadi sebuah landasan berpikir dan bekerja bagi masyarakat Pakpak terutama demi terciptanya kerjasama pembangunan antara masyarakat dan pemerintah. Budaya tersebut memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan sebagai spirit dan kekuatan dalam pelaksanaan pembangunan birokrasi yang bersih maupun pemberdayaan masyarakat. Melalui demokrasi lokal akan tercipta pembangunan yang tetap menghargai dan menghormati budaya luhur masyarakat Pakpak Bharat sehingga akan tercipta legitimasi yang tinggi diantara masyarakat dengan pemerintah daerah. Selain itu perlu adanya peningkatan kinerja pemerintah daerah yang berlandaskan kepada budaya Pakpak dan selalu melaksanakan pembangunan sesuai dengan kearifan lokal.

64

Wawancara dengan Bapak James, salah seorang warga setempat yang berdomisili di Desa Salak II, Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat pada 28 Januari 2013, jam 20.10.

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Sejak dicanangkannya konsep otonomi daerah dan desentralisasi kekuasaan oleh pemerintah pusat maka sejak saat ini pula keran-keran kebijakan pembangunan terus bergulir ke setiap daerah demi menciptakan kehidupan yang demokratis dan kesejahteraan rakyat yang meningkat. Konsep otonomi daerah telah memberikan kesempatan kepada setiap daerah demi mewujudkan kemandirian suatu daerah, namun ketergantungan antara pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat sampai saat ini masih banyak terjadi. Ketergantungan antara pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dapat dilihat salah satunya melalui kebutuhan anggaran tahunan demi pelaksanaan kebijakan-kebijakan termasuk kebijakan pembangunan dan sebagainya. Banyak faktor yang mendasari suatu daerah otonom belum mampu untuk memenuhi kebutuhan daerahnya salah satunya karena pendapatan asli daerah yang masih rendah disusul dengan kinerja pemerintah daerah yang belum maksimal dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya di daerah tersebut. Ironis memang ketika konstitusi dan undang-undang memberikan kesempatan kepada daerah untuk dapat melaksanakan desentralisasi demi memberikan manfaat bagi masyarakat, namun yang terjadi ialah kebanyakan daerah gagal melaksanakannya dan beberapa sangat bergantung kepada pemerintah pusat.

Sebagai sebuah daerah otonom yang mandiri dan telah disahkan sejak tahun 2004, Kabupaten Pakpak Bharat mulai membenahi berbagai sektor kebijakan demi mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Salah satunya dengan perbaikan dan pembenahan pada kebijakan pembangunan. Dengan adanya perencanaan pembangunan yang tepat maka pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dapat mengurangi beban pemerintah pusat untuk

daerah ini. Selain itu sangat dibutuhkan kinerja terbaik dari segenap pemangku jabatan mulai dari kepala daerah sampai kepada lembaga terkecil agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan maksimal dan mampu memberikan manfaat nyata bagi rakyat.

Selama bergabung dengan kabupaten induk yakni Kabupaten Dairi, masyarakat Pakpak merasa seperti dikesampingkan dalam berbagai hal mulai dari kesejahteraan rakyat, urusan birokrasi pemerintahan sampai kepada kebijakan pembangunan. Dengan adanya otonomi daerah pada Kabupaten Pakpak Bharat diharapkan terjadi perubahan terhadap paradigma yang tadinya sentralisasi menjadi desentralisasi berbagai bidang kebijakan pembangunan. Melalui konstitusi pula dengan jelas dinyatakan pada undang-undang otonomi daerah bahwa pelaksanaan otonomi daerah secara utuh dan luas dititikberatkan pada lokasi kabupaten dan kota. Hal ini tergambar dari bentuk kewenangan daerah kabupaten dan kota yang mengatur segala sesuatunya dibidang pembangunan kesehatan, pendidikan, kebudayaan, pertanian, infrastruktur dan lain sebagainya yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.

Begitu halnya dengan kinerja, pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat pasca otonomi daerah terus memperbaiki dan membenahi kinerja segenap elemen pemerintah daerah. Sejak ditetapkan oleh Bappenas bahwa Pakpak Bharat sebagai daerah yang tertinggal bersama dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia setelah melaksanakan otonomi daerah, maka telah membuat pemerintah Kabupaten Pakpak Bahrat periode 2010-2015 berusaha memperbaiki kinerja mereka. Kinerja pembangunan merupakan salah satu bidang yang paling meningkat secara signifikan di Kabupaten Pakpak Bharat. Dari setiap tahunnya terlihat anggaran dana pembangunan semakin meningkat, begitu pula dengan kebijakan dan program kerja berbagai bidang pembangunan yang ditawarkan dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Kinerja pemerintah daerah Pakpak Bharat dalam perencanaan pembangunan dan implementasinya merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan dengan visi dan misi kepala daerah terpilih. Seperti halnya daerah lain dapat dilihat bahwa visi dan misi kepala daerah merupakan janji-janji politik kepala daerah tersebut pada masa kampanye ketika pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah. Dengan demikian program kerja yang dibuat pada masa kepemimpinan kepala daerah tentu tidak jauh berbeda dengan janji-janji politik ketika kampanye pada masa pemilihan umum kepala daerah.

Mencermati kebijakan dan program pembangunan yang ditawarkan maupun dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat periode tahun 2010-2012 menunjukkan bahwa program pembangunan utama jangka menengah dan program pembangunan jangka pendek setiap tahun masih fokus kepada lima bidang pembangunan. Dalam upaya mencapai kinerja yang terbaik maka pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat menetapkan lima program utama yang harus diperbaiki dan terus dikembangkan. Kelima bidang tersebut meliputi bidang pendidikan, perekonomian, kesehatan, infrastruktur dan birokrasi pemerintahan. Selanjutnya kelima bidang ini berkembang kepada kebijakan dibidang lainnya termasuk pada bidang sosial budaya.

Terakhir dalam implementasinya, pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat sering menemukan kendala dan hambatan yang memperlambat kinerja pemerintah daerah termasuk kinerja lembaga Bappeda sebagai pelakasana tugas pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat dalam sektor penelitian, perencanaan dan evaluasi kebijakan pembangunan di Pakpak Bharat. Melalui hasil penelitian ditemukan permasalahan yang selama ini menjadi kendala dalam pelaksanaan pembangunan. Beberapa ialah seperti kendala dari kondisi alam dan kondisi geografis, kondisi politik dan birokrasi pemerintahan, kondisi anggaran dan keuangan daerah serta kondisi sosial budaya dan peran aktif masyarakat. Inilah beberapa kendala pembangunan yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dan tentunya masih terdapat berbagai kendala dan hambatan lainnya yang menghambat kinerja pemerintah daerah dan lembaganya.

Dokumen terkait