• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI   LINGKUNGAN   INTERNAL

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG (Halaman 28-37)

I. PENERIMAAN

1 Penerimaan Pajak Rp 729.165.237.000.000 Pajak Dalam Negeri Rp 702.033.879.000.000

Pajak Perdagangan Internasional Rp 27.131.358.000.000

2 Penerimaan Bukan Pajak Rp 180.889.044.189.000 Penerimaan Sumber Daya Alam Rp 111.453.864.164.000

Laba BUMN Rp 23.005.143.000.000 PNBP lainnya Rp 36.719.144.708.000 Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) Rp 9.710.892.317.000

3 Penerimaan Hibah Rp 1.421.500.000.000 Jumlah Anggaran Pendapatan Negara

II. BELANJA

1 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Rp 699.688.128.265.000 2 Anggaran Belanja Ke Daerah Rp 309.797.580.800.000

Dana Perimbangan

- Dana Bagi Hasil Rp 76.586.089.800.000 - Dana Alokasi Umum Rp 195.805.611.700.000 - Dana Alokasi Khusus Rp 20.587.850.500.000 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

- Dana Otonomi Khusus Rp 8.878.028.800.000 - Dana Penyesuaian Rp 7.940.000.000.000 Jumlah Anggaran Belanja Negara

Selisih/Defisit Anggaran Rp 911,475,781,189,000 - Rp 1,009,485,709,065,000 =

, Pembiayaan Dalam Negeri Pembiayaan Luar Negeri Catatan tambahan :

* PNBP Dep. Agama Rp 404.569.752.000

- Pendapatan Jasa KUA Rp 58.574.400.000 - Pendapatan Pendidikan Depag Rp 345.995.352.000 *

* *

Rocan, ... September 2009

Anggaran Pendidikan 20% x Rp.1,009,485,709,065,000,- = Rp. 201,930,649,204,000,- dibagi A. Daerah = Rp.122,799,656,400,000,- B. Pusat = Rp. 79,130,992,804,000,- dibagi a. Diknas = Rp. 51,514,324,253,000,- b. Dep. Agama = Rp. 22,695,365,732,000,- c. K/L lainnya = Rp.3,194,020,222,000,- d. Bag. Anggaran 999 = Rp. 1,727,282,597,000,-

1.009.485.709.065.000 Rp (98.009.927.876.000) Rp 107.891.435.453.000 Rp (9.881.507.577.000) Rp

APBN Dep. Agama 2010 sebesar Rp. 27.238.717.517.000,- (3,89%) dari Belanja Pemerintah Pusat Rp. 699,688,128,265,000 Besar defisit Rp. 98.009,927,876,000,- adalah (9,71% ) dari Anggaran Pendapatan Negara Rp. 911.475.781.189.000,- sehingga penggunaan anggaran belanja hanya 90,29% dari Anggaran

RINCIAN JUMLAH 911.475.781.189.000 Rp 292.979.552.000.000 Rp 16.818.028.800.000 Rp  

C. KONDISI LINGKUNGAN INTERNAL  

Di lingkungan internal Departemen Agama, masih banyak faktor yang  harus dibenahi agar pembangunan bidang agama dapat mencapai sasaran  sesuai yang ditetapkan. Di bidang sumber daya manusia, sebagian pegawai  Departemen  Agama  belum  dapat  melaksanakan  tugasnya  masing‐masing.  Kelemahan  tersebut  terjadi  antara  lain  karena  rekrutmen  pegawai  belum 

berjalan  sesuai  tuntutan  paradigma  baru  yang  berkembang  dan  belum  berdasarkan analisis jabatan yang cermat. Penempatan pegawai yang tidak  sesuai  dengan  skill  yang  dimiliki  (the  right  man  on  the  wrong  place)  menyebabkan pegawai tidak cakap dalam menyelesaikan tugasnya.   

Selain lemahnya kualitas sumber daya manusia pegawai Departemen  Agama, dari segi kuantitas pegawai memang besar tetapi ternyata besaran  tersebut belum sesuai dengan kebutuhan, sebagai contoh; kebutuhan jumlah  tenaga guru masih dirasa kurang. Tenaga guru untuk Madrasah Ibtidaiyah,  Tsanawiyah maupun Aliyah sejauh ini dirasakan belum memadai. Demikian juga  untuk guru‐guru agama di sekolah umum masih perlu  ditambah.  Kondisi yang  sama  juga  dialami  oleh dunia  pendidikan Kristen,  Katolik,  Hindu  maupun  Buddha.  Walaupun  setiap  tahun  pengangkatan  tenaga  guru  diutamakan,  utamanya  pengangkatan  tenaga  guru  honorer  yang mengalami hambatan.  Jumlah guru honorer yang diangkat belum memenuhi dari yang diusulkan. Hal  ini juga berpengaruh terhadap mutu pendidikan anak serta mentalitas bangsa.  Dari sisi lain, permasalahan di bidang pendidikan terjadi karena distribusi atau  penyebaran tenaga administrasi kurang merata. Oleh karena itu, selain perlunya  peninjauan  penyebaran  tenaga  administrasi,  juga  perlu  usaha  untuk  peningkatan tenaga administasi menjadi pegawai fungsional atau sebaliknya  membatasi tenaga fungsional yang akan beralih profesi ke tenaga administrasi.   Proses kesetaraan guru agama, sertifikasi guru, tunjangan profesi masih belum  selesai. Ditamabah lagi untuk guru agama NIP 13 yang   belum jelas apakah  masuk ranah Departemen Agama atau ranah Departemen Pendidikan Nasional.  Padahal batas waktu sertifikasi bagi guru agama yang belum sertifikasi itu  diperkirakan  sampai dengan tahun 2014, sesudahnya semua guru agama yang  yang diangkat harus sudah memiliki sertifikasi. Artinya ke depan kualitas guru  memang diharapkan mumpuni dan semakin sarat dengan profesionalitas.  

Minimnya jumlah sumber daya manusia yang melayani bidang sosial  keagamaan  juga  dapat  dilihat  pada  kurangnya  jumlah  tenaga  penyuluh   keagamaan. Padahal, di beberapa daerah terpencil dimana sarana pendidikan  agama dan keagamaan sangat terbatas, maka peran tenaga penyuluh   sangat  signifikan dalam memberikan bimbingan keagamaan. Sementara,   kebijakan  

pembinaan kepegawaian terhadap tenaga penyuluh yang sudah ada juga tidak  mendorong terbangunnya etos kerja. Sebagian tenaga penyuluh yang ada masih 

berstatus honorer dan jumlah honor penyuluh yang mereka terima sesuai DIPA  Departemen Agama sangat kecil dan masih sangat jauh dari  kelayakan standar  upah  minimum  regional,  yaitu  Rp.  100.000,‐/orang  bulan.  Sehingga  penghasilannya  sangat  tidak  mencukupi  kebutuhan  hidupnya.  Secara  manusiawi,   hal ini tentu  akan   berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas  sebagai penyuluh agama. Data Penyuluh Agama PNS (Pinmas 2005) berjumlah  13.765 terdiri : Islam 2.137, Kristen 4.858, Katolik 2.547, Hindu 1.145 dan  Buddha 3.078. Sementara jumlah Penyuluh Agama Non PNS pada kegiatan  prioritas RKP Departemen Agama tahun 2009 berjumlah 90.510. 

Permasalahan lain terdapat pada pendidikan agama dan pendidikan  keagamaan Islam yaitu  di  Pondok Pesantren dan Madrasah  Diniyah.  Data  tentang pendidikan keagamaan Islam menyebutkan bahwa jumlah siswa/santri  terdiri dari 7.038.661 orang, 58.6723 lembaga yang mencakup: Salafiyah  8.001  lembaga, Ashriyah 3.881 lembaga, Kombinasi 9.639 lembaga, Madin dalam  Pontren sebanyak 8.485 lembaga dan Madin di luar Pontren sebanyak 28.617  lembaga. Pendidikan agama dan pendidikan keagamaan telah memiliki dasar  hukum yang kuat yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang  Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Namun demikian penjabaran  Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tersebut belum selesai (dalam  proses), sehingga untuk proses membuat nomenklatur dan akun di Departemen  Keuangan masih memerlukan waktu yang cukup lama.  Padahal bila dilihat dari  korelasi sisi analisis makro PP 55 Tahun 2007 dengan UU Nomor 20 Tahun 2003  tentang Sistem Pendidikan Nasional yang di dalamnya sudah memuat dan  mengatur menyeluruh aspek  pendidikan  formal dari tingkat  dasar sampai  perguruan tinggi, PP 55 Tahun 2007 terlepas dari UU Nomor 20 Tahun 2003.  Dimungkinkan, dimana terjadi perubahan iklim political will, maka Departemen  Agama hanya mengelola Pendidikan Agama dan Keagamaan. Kondisi inilah yang  perlu diantisipasi oleh internal Departemen Agama. 

Dari analisis row materials (data mentah) ini, tentunya akan berdampak  kepada beban dan kinerja Departemen Agama yang masih sangat memerlukan 

perhatian ke depan. Terbukti dengan dipaparkannya hasil dari pemeriksaan BPK  tahun terakhir ini bahwa Departemen Agama masih Disclaimer. Dengan kata  lain,  tuntutan  untuk  menuju  remunerisasi  di  Departemen  Agama  belum  terpenuhi. Jadi artinya ketatalaksanaan dan kinerja sumber daya manusia di  lingkungan Departemen Agama menjadi fokus prioritas untuk ditingkatkan guna  mengisi pembangunan yang berkelanjutan.  

Selain  masalah  kuantitas  dan  kualitas  sumber  daya  manusia  di  Departemen  Agama,  sarana  dan  prasarana  kantor  masih  banyak  yang  memperihatinkan. Sebagai gambaran, Kantor Urusan Agama, khususnya di luar  Jawa, masih banyak yang belum memiliki kantor yang memadai, apalagi dengan  adanya pemekaran wilayah maka penambahan gedung/kantor itu merupakan  kebutuhan yang tidak bisa ditawar‐tawar lagi. Begitu pula terhadap kebutuhan  gedung Balai Nikah yang layak merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan  dengan  kebutuhan  masyarakat  agamis.  Masyarakat  melaksanakan  proses  administrasi pernikahan dan bahkan akad nikah banyak dilakukan di gedung  Balai Nikah. Jadi dilihat dari sisi kebutuhan, tugas dan fungsi Kantor Departemen  Agama Kecamatan (KUA) merupakan ujung tombak pelayanan Departemen  Agama yang  langsung dirasakan  manfaatnya oleh masyarakat bawah.  

Pelayanan terhadap jamaah haji sering kali dianggap sebagai  barometer  pelayanan dari Departemen Agama, di samping itu penyelenggaraan ibadah haji  juga membawa nama baik dan martabat bangsa. Namun setiap musim haji  sering kali muncul permasalahan karena terbatasnya sarana dan prasarana, dan  khususnya  kuantitas sumber  daya manusia yang bermuara  kepada kinerja  institusi haji yang masih memerlukan peningkatan,   pembinaan   teknis dan  pembinaan manajemen. Hal ini dimaksdukan guna masyarakat pengguna haji  memperoleh  pelayanan optimal.  

Berbagai kondisi yang ada di lingkungan internal Departemen Agama  seperti tergambar di atas, menjadi satu tantangan agar pembangunan bidang  agama mampu meminimalisasi kekurangan dan kelemahan yang ada di satu sisi  serta  di  lian  sisi  agar  mempertahankan  potensi  yang  selama  ini  menjadi  pendukung  bagi  suksesnya  pembangunan  bidang  agama.  Oleh  karenanya  peningkatan anggaran Departemen Agama untuk fungsi agama sebagai salah 

satu solusi peningkatan kinerja menjadi prioritas kebutuhan yang tidak bisa  ditawar‐tawar. 

Dengan melihat kondisi APBN 2010 sebagaimana tersebut di atas, maka  dimaklumi terhadap alokasi anggaran di 76 kementerian/lembaga rata‐rata  tidak mengalami kenaikan yang signifikan bahkan terjadi menurun. Akan tetapi  untuk  Departemen  Agama  terjadi  kenaikan,  besaran  kenaikan  tersebut  

mencapai  2,18%,  yaitu  dari  anggaran  tahun  2009  sebesar 

Rp.26.656.600.559.000,‐  naik  di  tahun  2010  menjadi  27.238.717.517.000,‐  Sehubungan  hal  itu,  dengan  melihat  visi,  misi,  tugas  pokok  dan  fungsi  Departemen Agama serta melakukan analisis faktor internal  dan eksternal  (kekuatan, kelemahan dan peluang, ancaman) dan mengamati hasil evaluasi  kinerja Departemen Agama tahun 2009 maka untuk tahun anggaran 2010  Departemen Agama tetap akan melanjutkan penajaman terhadap Fungsi Agama  dan Fungsi Pendidikan melalui program‐program dan skala prioritas kegiatan.  Hal ini dimaksudkan, disamping untuk menuntaskan kegiatan yang tertinggal  dan mengantisipasi kebutuhan ke depan sesuai dinamika dan kondisi tuntutan  global. 

Sesuai Renstra 2010 ‐ 2014 diperkirakan pemerintah masih menghadapi  pertumbuhan ekonomi yang belum menggembirakan, mengingat sektor riil,  sektor pendidikan, sektor kesehatan dan sektor pertambangan dan energi yang  mempunyai korelasi langsung pada tingkat kesejahteraan dan kualitas manusia  Indonesia terkena dampak krisis ekonomi global. Tahun 2010, Pemerintah masih  akan memberlakukan kebijakan  penekanan pengeluaran terhadap government 

expenditure atau belanja pemerintah, melanjutkan program dan atau pekerjaan  fisik  yang  masih  tersisa,  penertiban  belanja  pegawai,  penertiban  akun.   Kebijakan APBN 2010 tidak banyak mengalami perubahan signifikan dari APBN  2009, kecuali untuk sektor pendidikan dan program bantuan/subsidi. Untuk  sektor pendidikan pemerintah berupaya memenuhi amanat Undang‐Undang  Dasar (amandemen) tentang penyediaan dana pendidikan sebesar minimal 20 %  dari APBN/APBD. Belanja pemerintah lainnya masih harus dicadangkan untuk  menutupi  dampak  bencana  alam  dan  peningkatan  hidup  rakyat  miskin, 

mengatasi peningkatan jumlah pengangguran akibat krisis global ekonomi serta  menutup  pembayaran  hutang  luar  negeri. Oleh  karena  itu, secara umum 

anggaran  tahun  2010  kementerian/lembaga  tidak  banyak  mengalami 

peningkatan yang signifikan kecuali pada kementerian/lembaga yang mengelola  pendidikan. 

Kebijakan pemerintah tentang alokasi kenaikan anggaran pendidikan  melaui pengikatan program/kegiatan di dalam RKP memberikan implikasi positif  terhadap penerimaan total anggaran Departemen Agama tahun 2010 sehingga  mengalami peningkatan   yang semula sebesar Rp. 26.656.600.559.000,‐.(2009)  menjadi Rp  27.238.717.517.000,‐ (2010) atau naik 2,18 %.  

 

Tabel 4. 

Struktur Anggaran Departemen Agama Tahun 2009 dan Tahun 2010 

 

*)  Anggaran 2010 merupakan Pagu Definitif berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor 

SE‐2679/MK.02/2009 Tanggal 24 September 2009 

 

Jika dikaji lebih jauh, penyebab kenaikan anggaran Departemen Agama itu  juga dipengaruhi antara lain oleh beberapa kebijakan berikut: 

1. Kenaikan gaji PNS, TNI, POLRI sebesar 5% dari gaji pokok yaitu sebesar Rp.  874.464.781.000,‐; 

2. Kenaikan uang makan PNS (dari Rp. 15.000,‐/hari kerja menjadi Rp. 20.000,‐ /hari kerja) sebesar Rp. 657.315.793.000,‐; 

3. Kenaikan uang lauk pauk TNI/POLRI (dari Rp. 35.000,‐/hari menjadi Rp.  40.000,‐/hari) sebesar Rp. 1.416.046.140.000,‐ 

4. Tambahan  pagu  penggunaan  PNBP  pada  beberapa  K/L  sebesar  Rp.  1.014.532.253.000,‐ 

5. Tambahan pagu hibah sebesar Rp. 27.686.000.000,‐ 

6. Tambahan  anggaran  pendidikan  sesbesar  Rp.  5.766.300.000.000,‐  yang  diberikan kepada K/L yang melaksanakan fungsi pendidikan; 

7. Tambahan  pagu  hasil  optimalisasi  pada  beberapa  K/L  sebesar  Rp.  2.835.900.000.000,‐ 

       

Grafik 2  

Perkembangan Anggaran Departemen Agama  Tahun 2000 – 2010 

*)  Anggaran 2010 merupakan Pagu Definitif berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE‐

 

Dengan memperhatikan perkembangan data time series selama sepuluh  tahun terakhir ini pada grafik 2 di atas tentang data time series sepuluh tahun  anggaran  Departemen  Agama  sejak  tahun  2000  –  2010    telah  terjadi  peningkatan anggaran yang cukup signifikan. Kenaikan anggaran sebagaimana  tersebut, atas perjuangan dan bantuan seluruh satuan organisasi di lingkungan  Departemen Agama Pusat dan Daerah terutama dalam membantu tersedianya   bahan/data untuk penyusunan program, anggaran dan kegiatan Departemen  Agama serta intensifikasi kinerja perencana yang berkualitas. 

 

Pendekatan  strategi  dan  kebijakan  Departemen  Agama  dalam 

penyusunan kebutuhan anggaran menggunakan pendekatan strategi kebutuhan  fungsi yaitu Pendekatan Fungsi Pendidikan dan Fungsi Agama. Kebutuhan kedua  fungsi  ini  tetap  terus  disampaikan  Departemen  Agama  kepada  Pemerintah   melalui  Bappenas,  Departemen  Keuangan,  DPR,  praktisi‐praktisi  dan  tokoh  masyarakat untuk meyakinkan Pemerintah bahwa   Departemen Agama tetap  membutuhkan kenaikan anggaran pada tahun 2010 – 2014 terutama untuk 

anggaran  Fungsi  Agama,  mengingat  beban  Departemen  Agama  dalam 

melaksanakan tugas dan fungsinya di era globalisasi ini cukup berat, khususnya  untuk fungsi agama, sehingga korelasi terhadap isu‐isu strategis nasional dan  internasional  

Sedangakan isu nasional yang menjadi kebutuhan mendasar internal  Departemen Agama bagi seluruh jajaran Departemen Agama pusat dan daerah  untuk mengisi pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagaimana tersebut di  bawah ini sebagai berikut: 

1. Penanggulangan dampak negatif globalisasi, modernisasi dan reformasi  2. Internalisasi nilai‐nilai demokrasi dan HAM 

3. Indikator pembangunan bidang agama  4. Peningkatan pelayanan peribadatan 

5. Perluasan wawasan dan peningkatan pendalaman keagamaan  6. Pengembangan data dan informasi kegamaan 

8. Pemberdayaan  dan  peningkatan  peran  tempat  ibadah  dan  lembaga 

keagamaan 

9. Peningkatan mutu pendidikan agama dan keagamaan  10. Peningkatan sarana keagamaan 

11. Peningkatan kualitas keluarga sakinah / sukinah / hita sukaya, bahagia dan  masyarakat madani 

12. Pemberdayaan umat melalui mobilisasi potensi zakat, wakaf produktif dan  dana keagamaan lainnya 

13. Peningkatan fungsi budaya dan rekreasi bidang agama melalui program  pengembangan budaya dan rekreasi yang bernuansa religius 

14. Penguatan  kelembagaan,  peningkatan  pegarusutamaan  gender  dan 

perlindungan anak. 

15. Penelitian agama dan keagamaan 

16. Peningkatan dan penguatan kelembagaan 

BAB IV 

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG (Halaman 28-37)

Dokumen terkait