• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM BENGKEL KREATIVITAS

B. Kondisi Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian

Anak-anak pemulung merupakan komunitas yang selayaknya memperoleh hak-hak dasarnya dengan baik. Mereka dapat bermain dan belajar sebagaimana layaknya anak-anak yang lain bisa menikmati masa kanak-kanak dan terlindung dari bahaya kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Dari tahun ke tahun jumlah pemulung senantiasa berubah dan bertambah, demikian juga dengan anak-anak pemulung. Hal ini sangat dipengaruhi oleh situasi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum terselesaikan dimana terjadi penyempitan lapangan pekerjaan, pendidikan semakin tidak terjangkau oleh masyarakat miskin. Dan meningkatnya harga kebutuhan pokok sehingga mendorong pelibatan seluruh anggota keluarga untuk ikut bekerja.17

Tahap selanjutnya adalah mendeskripsikan indikator-indikator kerja pada masing-masing dimensi, dimana indikator-indikator kerja tersebut merupakan indikator kerja dari penelitian suatu program. Deskripsi mengenai indikator kerja dimasing-masing dimensi pada program Bengkel Kreativitas dalam pelayanan bagi anak pemulung di Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN), Pisangan- Ciputat, ialah sebagai berikut:

1. Kondisi Anak-anak Pemulung

Pada dimensi ini ditemukan beberapa indikator kerja dengan cara wawancara langsung dengan penanggungjawab Yayasan Nanda Dian Nusantara, yaitu Ibu Desi Handayani (ibu Yani). Dari proses wawancara itu mendapatkan informasi bahwa sebelum adanya program Bengkel Kreativitas ini, aktifitas para

17

Artikel diakses pada 17 November 2009 dari http://portalinfaq.org/p01x13_program_article_view.php?article_id=63&program_id=156

pemulung khususnya anak-anak pemulung hanya bermain dan mengumpulkan barang-barang bekas. Mereka mencari barang-barang bekas terkadang disekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah, bahkan di daerah yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Mereka sehari-harinya membantu orang tuanya bekerja di rumah. Orang tua mereka tidak mampu untuk menyekolahkan mereka ke sekolah-sekolah SD, “karena untuk makan aja mereka pun sulit, apalagi harus membiayai anak- anaknya untuk sekolah?” (kata Ibu Yani).

Pada awalnya, penduduk yang berprofesi menjadi pemulung itu hanya sedikit, tapi sekarang ini sudah bertambah lagi, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang dari luar kota. Mereka biasanya datang ke kota untuk menemui saudara-saudaranya, tetapi ketika mereka tahu saudaranya tinggal seperti ini mereka tidak mampu untuk kembali ke tempat asal mereka, dan akhirnya bertambahlah penduduk disini.18 Sepertinya Ibukota Jakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang untuk yang lebih baik.

Seperti yang dikatakan Ibu Desi Handayani bahwa anak-anak pemulung disini (di jalan Jambu II RT.001/RW.011, Pisangan, Ciputat-Tangerang), tidak ada yang menikmati pendidikan pada umumnya. Mereka belum mengenal huruf- huruf abjad dan angka-angka bilangan, mereka juga belum mampu untuk membaca. Seharusnya diusia mereka yang masih belia, mereka bisa menikmati masa kanak-anaknya dengan bermain dan belajar, bukan untuk bekerja.

2. Masukan (input)

Dimensi masukan atau input, saya memperoleh informasi dengan cara wawancara dan observasi. Berbagai informasi yang penulis temukan ketika

18

Wawancara penulis dengan Ibu Desi Handayani, pada hari Selasa, tanggal 03 Nov 2009, pukul 16:00, di Sekretariat Yayasan Nanda Dian Nusantara, Ciputat - Tangerang.

observasi, penulis tuangkan dalam sebuah tulisan yang demikian itu akan menjadi suatu indikator kerja pada dimensi masukan (input).

Setelah adanya program ini, tentunya akan mempengaruhi lingkungan yang berada di sekitar pelaksanaan program dan akan terjadi perubahan situasi dan kondisi. Program ini dinamakan “Bengkel Kreativitas”, dimana program ini mempunyai tujuan sebagai wadah atau tempat untuk mengembangkan ide-ide kreatif anak, kemampuan apapun yang mereka miliki selama kemampuan itu positif untuk mereka, maka disinilah mereka dapat mengembangkannya. Selain itu juga untuk memberikan hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak, dengan belajar sambil bermain, dan bermain sambil belajar.

Sasaran dalam program ini adalah anak-anak yang kurang mampu, anak- anak pemulung, anak-anak yatim, anak-anak dhuafa, dan anak-anak kurang mampu lainnya yang tidak mendapatkan hak pendidikan yang layak. Jumlah anak yang mengikuti program ini berjumlah 15 sampai 25 orang, usia mereka adalah usia sekolah, yaitu usia 5 tahun sampai usia 13 tahun. Menurut penjelasan ibu Yani selaku ketua koordinator yayasan di wilayah Ciputat ini, anak-anak sangat senang sekali ketika kegiatan dalam Bengkel Kreativitas ini diadakan. Karena di Bengkel Kreativitas ini mereka bisa belajar sambil bermain.

Kegiatan yang dilakukan dalam program Bengkel Kreativitas ini seperti membaca, menulis, dan berhitung (paket A). Pelajaran yang diberikan untuk mereka adalah sama dengan pelajaran yang didapatkan pada Sekolah Dasar (SD), misalnya seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Berhitung, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengeyahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan

pelajaran umum lainnya. Selain kegiatan untuk paket A, adapula kegiatan untuk anak-anak yang berusia 5 tahun, yaitu Taman Kanak-kanak (TK). Untuk kegiatan paket A dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.00 WIB, sedangkan untuk TK dimulai pada pukul 11.00 sampai pukul 12.30 WIB, kemudian dilanjutkan kegiatan untuk sore harinya setelah shalat ashar (pukul 15.30 WIB) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Para pengajar nya ada 3 orang; Ibu Desi Handayani, Ibu Iin Nashiroh, Ibu Yurnita Kamal, dan dibantu oleh mahasiswa- mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah untuk kegiatan sore harinya. Kegiatan dalam program ini bukan sekedar membekali pengetahuan umum kepada anak-anak, tetapi pengetahuan aqidah, akhlak, adab kesopanan, dan tentang kesehatan.

Sarana yang disediakan di Bengkel Kreativitas ini antara lain seperti: Adanya bangunan (rumah singgah) untuk pelayanan pendidikan bagi anak-anak pemulung, terdapat tiga ruangan di dalamnya; ruang taman bacaan (di dalamnya terdapat buku-buku pelajaran dan bacaan lainnya), mushala/untuk kegiatan TPA dan ruangan untuk kegiatan belajar, ada 15 meja belajar, 2 buah white board, 2 buah meja guru, 2 buah kursi untuk guru, alat-alat tulis, poster-poster pendidikan, dan buku-buku pelajaran yang diajarkan.

3. Hasil (output)

Deskripsi indikator kerja dari dimensi hasil atau output ialah anak-anak (khususnya pemulung) sudah mampu membaca, menulis dan berhitung. Informasi ini saya dapatkan dengan cara wawancara dengan ibu Yani selaku penanggung jawab yayasan ini. Beliau menceritakan anak-anak yang dahulunya belum bisa membaca, sekarang sudah bisa membaca bahkan menulis dan menghitung (anak tersebut masih belajar di Yayasan Nanda Dian Nusantara).

Selain kemampuan mereka bertambah, mereka juga mendapat pengetahuan, antara lain; pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Pengetahuan agama mereka peroleh dari ibu Iin, beliau selalu memberikan ilmu agama kepada anak-anak. Mereka sudah mulai hidup bersih, berperilaku sopan santun, dan tidak mengatakan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan. Walaupun kadang mereka lupa untuk mengatakannya, akan tetapi itu sebagian dari porses pemberdayaan.

Yayasan ini sudah memberikan kesempatan bagi orang tua yang kurang mampu untuk membekali anaknya pengetahuan dengan belajar seperti layaknya di Sekolah Dasar (SD) atau disebut paket A. Sebenarnya, program ini tidak hanya untuk pendidikan seperti sekolah formal saja, tetapi Bengkel Kreativitas ini memberikan kebebasan bagi anak untuk mengembangkan kreatifitas mereka. Tetapi sayangnya, yang terlihat di Bengkel Kreatifitas ini adalah kegiatan belajar mengajar Taman Kanak-anak (TK), paket A dan pengajian atau TPA.

Menurut keterangan ibu Yani (wawancara dengan beliau), dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya program ini ialah memberikan hak anak-anak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak, tanpa membatasi kreatifitas mereka. Karena mereka disini (di Bengkel Kreativitas) dibekali dengan ilmu-ilmu pengetahuan baik umum maupun agama. Kemudian, dengan adanya rumah singgah ini juga mengurangi beban orang tua dalam memberikan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada awalnya orang tua mereka membiarkan anak-anaknya untuk bekerja membantunya tanpa memikirkan pendidikan anaknya.

tidak memikirkan masa depan anak-anaknya. Hal ini lagi-lagi karena keterbatasan dana yang dimiliki orang tua mereka, bahkan mereka tidak mampu membayar uang sekolah. Pada awalnya para orang tua masih enggan memasukkan anak- anaknya di Bengkel Kreativitas ini, karena akan mengganggu mereka untuk mencari barang yang layak jual. Setelah para orang tua diberikan pengarahan dan pengertian mengenai hak-hak anak, akhirnya mereka mengerti dan membiarkan anak-anaknya untuk ikut kegiatan di Yayasan Nanda Dian Nusantara.

Dampak lain yang dapat dilihat dan amati oleh ibu Yani adalah peningkatan kemampuan anak-anak pemulung dalam mengembangkan potensi dirinya. Kemampuan mereka menjadi lebih baik; mereka sudah bisa mengenal huruf dan angka, sehingga mereka bisa membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu juga mereka sedikit berubah menjadi anak-anak yang berperilaku sopan santun dan bisa untuk hidup bersih. Hal yang demikian ini merupakan pemberian Yayasan Nanda Dian Nusantara sebagai fasilitas belajar bagi anak-anak yang kurang mampu.

4. Keadaan di lingkungan

Secara umum, kondisi lingkungan pemulung rentan terjadi kecelakaan kerja, di mana pemulung cenderung mengabaikan keselamatan dirinya ketika terjadi pembongkaran dan pemindahan sampah oleh Bulldozer. Begitu pula ketika sampah diturunkan dari truk, para pemulung berebut sampah yang memiliki nilai jual. Resiko terjadinya kecelakaan sangat besar, mengingat tidak semua pemulung melengkapi dirinya dengan berbagai peralatan keselamatan kerja, seperti helm, sarung tangan dan penutup hidung. Kondisi kerja memiliki potensi terjadinya kecelakaan terhadap pemulung. Mereka mengabaikan keselamatan dirinya ketika

terjadi pembongkaran dan pemindahan sampah oleh Bulldozer dan aktivitas bongkar muat oleh truk sampah. Dan kecelakaan kecil seperti tertusuk paku, tergores pecahan kaca adalah kecelakaan yang paling sering terjadi. Sebagian besar pemulung tidak menyadari bahwa kecelakaan kecil seperti itu dapat mengakibatkan sumber penyakit (tetanus).19

Yayasan Nanda Dian Nusantara berada di wilayah Ciputat Tangerang, berlokasi di Jalan Jambu II RT.001/RW.011 Pisangan, Ciputat-Tangerang. Di sekitar yayasan ini adalah masyarakat yang berasal dari berbagai daerah, yang berprofesi sebagai pemulung dan tempat tinggal mereka dinamakan lapak. Di sana banyak sekali barang-barang bekas, dan mereka hidup di lingkungan yang bercampur dengan itu semua.

Dalam menjalankan program, tentunya ada faktor pendukung dan penghambat. Baik faktor itu berasal dari dalam maupun dari orang-orang di sekeliling komunitas pemulung. Berdasarkan hasil wawancara yang didapat, ada beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat.

Faktor pendukung, antara lain: Semangat yang tinggi dari anak-anak dan para guru untuk datang dan siap belajar dan mengajar. Kata ibu Yani, “walaupun hanya ada saya, ibu Iin, dan Ibu Yur, tapi saya berusaha untuk mengajarkan mereka sebisanya saya.” Selain itu, orang tua yang kini membebaskan anaknya untuk tidak lagi bekerja dan lebih baik anaknya belajar. Serta adanya teman-teman mahasiswa dan mahasiswi yang membantu kegiatan ini. Mereka membantu untuk mengajar anak-anak mengaji Al-qur’an. Adapula teman-teman mahasiswa yang dulu pernah mengajar, tetapi sekarang tidak lagi ternyata masih ingat dengan

19

Artikel diakses pada 17 November 2009 dari http://makassarkota.go.id/download/makassar_dd_report_%20social_(bahasa).pdf

anak-anak di yayasan ini. Kadang mereka memberikan bingkisan berupa perlengkapan sekolah, makanan atau apapun untuk anak-anak di Yayasan Nanda Dian Nusantara.

Selain faktor-faktor pendukung di atas, adapula yang menjadi penghambat dalam kegiatan ini, antara lain: Kurangnya tenaga pengajar. Karena di Yayasan ini yang menjadi pengajar hanya ada 3 orang pengajar, itupun mereka harus mengajar paket A dan TK. Walaupun ada mahasiswa yang membantu, tetapi untuk pagi hari mereka tidak bisa, hanya bisa mengajar untuk TPA yaitu sore hari. Selain itu, masih ada orang tua yang memanggil anaknya ketika anaknya sedang belajar untuk membantu pekerjaannya, sehingga anak tidak mengikuti pelajaran sampai usai. Karena dipertengahan belajar mereka dipanggil oleh orang tuanya. Selanjutnya adalah kurangnya donatur, sehingga sulit untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan lain, dan melaksanakan program-program lain. “padahal di otak saya, nih ada banyak banget kegiatan yang belum terlaksana. Tetapi lagi- lagi masalah dana.…”(sambil senyum-senyum ia mengatakannya).

Faktor lingkungan juga dapat menghambat perkembangan kreativitas anak-anak, karena sikap orang tua mereka yang tidak menginginkan anak-anaknya dapat belajar dengan baik. Sikap orang tua dan pendidik dapat mempengaruhi peningkatan kecerdasan dan kreativitas anak. Sangatlah penting bahwa orang tua atau pendidik menyadari betapa pentingnya belajar berkreativitas bagi anak-anak. Dan bagi pendidik harus mengetahui ciri-ciri anak didik manakah yang perlu dipupuk untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif, biasanya orang tua atau pendidik kurang menyadari dampak dari sikap mereka terhadap

perkembangan kepribadian anak. 20

Beberapa contoh sikap pendidik yang kurang baik dalam menunjang kreativitas anak adalah:

1. Sikap terlalu khawatir atau takut-takut, sehingga anak terlalu dibatasi dalam kegiatan-kegiatannya.

2. Sikap terlalu mengawasi anak.

3. Sikap yang menekankan pada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan.

4. Sikap yang menekankan kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu mempertimbangkan alasan-alasan anak.

5. Sikap yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha atau karya anak.

Singkatnya, anak-anak pemulung ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menyebabkan kebekuan dan menghambat kreativitas untuk dapat melahirkan ide-ide kreatifnya. Dan juga Kesulitan belajar yang dialami anak yang terhambat dalam perkembangan berfikirnya. Kesulitan berkomunikasi pada orang tua anak dalam memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan bagi anak. Selain itu masalah minimnya dana yang tersedia, sehingga sulit untuk mengembangkan program-program lain.

20

Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan. Pedoman bagi orang tua dan guru dalam mendidik anak cerdas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), Cet. Ke- 1 h. 115.

BAB IV

ANALISA EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN DAN

KETERAMPILAN DALAM PEMBERDAYAAN ANAK PEMULUNG DI BENGKEL KREATIVITAS YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA

CIPUTAT TANGERANG

Anak pemulung merupakan bagian dari warga Indonesia yang perlu diperhatikan dan perlu perlindungan, di mana anak pemulung memerlukan perhatian khusus, terutama perhatian masalah pendidikan dan keterampilanya. Karena pendidikan dan keterampilan sangat dibutuhkan mereka untuk kepentingan dan kebutuhan sehari-hari.

Dalam dunia pendidikan, tidak hanya diberikan pada anak normal melainkan diberikan pada anak pemulung juga karena mereka selama ini dipandang masyarakat dilihat dari kekuranganya. Dengan adanya pendidikan dan keterampilan yang mereka dapatkan, itu menjadi motivasi bagi mereka untuk maju seperti anak-anak lainnya. Untuk itu, Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) membantu mereka dengan memberikan pelatihan agar mereka dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan harapan dan cita-cita mereka. Agar mereka diakui masyarakat, karena selama ini pandangan masyarakat terhadap anak pemulung dipandang dari segi kekurangannya.

Dengan adanya program pendidikan dan keterampilan yang diberikan oleh Bengkel Kreativitas tersebut yaitu: tata cara sablon baju, tata cara menyemir sepatu, tata cara membuat kue-kue kering, tata cara membuat sandal, tata cara bengkel motor, tata cara menjahit, dan lain-lain. Itu merupakan salah satu program

untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh anak pemulung agar mereka dapat menjalankan kehidupan sesuai harapan mereka dengan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki.

A. Analisa Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis terhadap Bengkel Kreativitas diperoleh Informasi tentang efektivitas pemberdayaan anak pemulung terhadap pelayanan pendidikan dan keterampilan, seperti semua lembaga sebelum melakukan kegiatan khususnya dalam pendidikannya perlu membuat rancangan-rancangan. Begitu juga dengan Bengkel Kreativitas ini, sebelum melaksanakan program selalu membuat sebuah perencanaan kerja yang menjadi target dalam mencapai tujuan yang di rencanakan.

Untuk mencapai tujuan yang direncanakan tersebut adalah dengan melakukan pendekatan atau berinteraksi secara baik dengan mengamati lingkungan pergaulan anak pemulung. Yaitu, dengan memberikan pemahaman tentang pendidikan, baik itu melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Di mana dalam pelayanan pendidikan ini berpengaruh penting pada anak-anak pemulung dan juga berpengaruh penting terhadap mental mereka khususnya dalam membangun jiwa anak-anak pemulung dan membantu kesehatan mereka dengan memberikan sekolah non-formal bagi anak-anak pemulung.

Berbagai keterampilan kerja masyarakat tidak dapat dipelajari dari sebuah buku panduan praksis, dan tidak pula bisa dipelajari dalam sebuah ruangan kelas. Hal ini tentunya bukan berarti bahwa berbagai panduan praksis dan pembelajaran

di kelas mengenai pendidikan dan keterampilan ini tidak relevan, keduanya dapat menjadi sangat penting dalam menyingkapkan masyarakat dari berbagai ide baru, dan juga pada awal proses pengembangan berbagai pendidikan dan keterampilan.1

Dalam kondisi pertama, penulis akan menggambarkan mengenai latarbelakang kondisi anak-anak pemulung yang menjadi sasaran program Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara ini. Dengan demikian akan terlihat ke dalam dua bagian yaitu:

a. Mata pencaharian orang tua

kondisi ekonomi orang tua anak yang berada di wilayah Pisangan Ciputat ini hampir seluruhnya berprofesi sebagai pemulung. Terdapat ±200 KK (Kepala Keluarga) yang berada di wilayah Yayasan berprofesi sebagai pemulung. Dan mereka berasal dari berbagai macam daerah, diantaranya ada yang berasal dari Indramayu, Cirebon, Kuningan, Subang, Cikampek, dan lain-lain. Jadi mereka semua bukan asli penduduk setempat, melainkan pendatang dari luar daerah yang mengadu nasib ke Jakarta.

b. Kondisi pendidikan anak

Kondisi anak-anak pemulung di Yayasan tersebut sama sekali belum pernah mengenyam dunia pendidikan. Oleh karena itu, kemampuan berfikir anak- anak pemulung berbeda dengan anak-anak selain pemulung. Jika anak-anak pada umumnya sudah mengenal huruf-huruf dan angka-angka, lain halnya dengan anak-anak pemulung. Mereka sangat kurang dalam hal pengetahuan dan keterampilan. Sasaran program Yayasan ini sebagian besar berasal dari anak-anak.

Untuk dapat melaksanakan suatu program dengan baik, maka harus

1

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), Cet. Ke-3 h. 618.

adanya staff-staff pengajar yang dapat melaksanakan program sesuai dengan latarbelakang pendidikan yang sesuai dengan bidangnya. Di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara ini ada beberapa staff pengajar yang siap mengajarkan keterampilan dan berbagi ilmu pendidikan kepada anak-anak pemulung.

Tabel 1

Daftar Staff-staff (Tenaga Pengajar) di Bengkel Kreativitas tersebut

No. Nama Latar Belakang Pendidikan

1. Desi Handayani -

2. Iin Nashiroh S.Pd.I

3. Yurnita Kamal S.Pd

4. Mia Rosmalia S.Sos.I

5. Asbah Mahasiswa 6. Rohim Mahasiswa 7. Gita Mahasiswa 8. Ebi Mahasiswa 9. Abi Mahasiswa 10. Ana Mahasiswa 11. Anggi Mahasiswa 12. Ain Mahasiswa

Sumber: Company Profile Yayasan Nanda Dian Nusantara tahun, 2009. Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara di wilayah Ciputat ini seluruhnya dimotori oleh Ibu Desi Handayani, beliau seorang yang peduli terhadap pendidikan anak-anak di komunitas pemulung.

Sarana yang ada di Yayasan ini antara lain: Rumah Singgah (tempat belajar-mengajar), buku-buku pelajaran (IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Matematika, dan lain-lain), 20 meja belajar, 2 buah meja guru, 10 kursi, 2 buah papan tulis, 1 buah lemari kecil, perpustakaan mini, alat tulis kantor (ATK), raport hasil belajar anak-anak, dan poster-poster pembelajaran.

Tujuan program ini sebagai menjadi wadah belajar bagi anak-anak pemulung agar mendapat pendidikan yang layak. Di Yayasan ini, anak-anak pemulung mendapat pelatihan dan pembinaan mengenai life skill, seperti: tata cara sablon baju, menyemir sepatu, membuat kue membuat sandal, cara menjahit pakaian, dan lain-lain.

Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara yang berlokasi di Jl. Jambu II, RT.001/RW.011, Pisangan, Ciputat Tangerang ini bertujuan agar anak- anak pemulung dikemudian hari memiliki keahlian hidup dan mampu menjadikan mereka anak yang berguna bagi Bangsa dan Negara.

Dari observasi yang dilakukan penulis, pelaksanaan kegiatan berdasarkan waktu yang ditetapkan oleh Bengkel Kreativitas ini. Untuk kegiatan Calistung (membaca, menulis dan berhitung) atau paket A, dilakukan dari hari senin sampai sabtu, mulai pada pukul 08.00 samapai dengan 12.00 WIB. Kegiatan ini dibagi menjadi beberapa kelas, untuk kelas 1 dan 2 mulai pukul 08.00 sampai pukul 10.00 WIB, dan dilanjutkan untuk Taman Kanak-kanak sampai pukul 12.00 WIB. Sedangkan untuk kelas 5, mulai pukul 08.00 sampai pukul 12.00 WIB. Kemudian, sore harinya setelah salat ashar (pukul 16.00 WIB) ada kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Dan adapula program KF (Keaksaraan Fungsional), yaitu

program untuk memberantas buta huruf. Program ini diperuntukkan bagi orang tua anak-anak pemulung yang dilakukan setiap hari jum’at malam di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara di Ciputat.2

Menurut keterangan ibu Yani (wawancara dengan beliau), dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya program ini ialah memberikan hak anak-anak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak, tanpa membatasi kreatifitas mereka. Karena mereka disini (di Bengkel Kreativitas) dibekali dengan ilmu-ilmu pengetahuan baik agama maupun umum. Kemudian, dengan adanya rumah singgah ini juga mengurangi beban orang tua dalam memberikan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada awalnya orang tua mereka membiarkan anak-anaknya untuk bekerja membantunya tanpa memikirkan pendidikan anaknya.

Karena mereka harus bersaing dengan kerasnya kehidupan di kota. Mereka tidak memikirkan masa depan anak-anaknya. Hal ini lagi-lagi karena keterbatasan

Dokumen terkait