• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effektivitas program pendidikan dan keterampilan dalam pemberdayaan anak pemulung bengkel kreativitas yayasan nanda dian nusantara Ciputat Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Effektivitas program pendidikan dan keterampilan dalam pemberdayaan anak pemulung bengkel kreativitas yayasan nanda dian nusantara Ciputat Tangerang"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA CIPUTAT TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

Wawan Kurnia

103054028814

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang.

Isu pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan masyarakat pada era globalisasi dan transparansi semakin banyak dibicarakan dalam forum-forum diskusi yang dilakukan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, nasional dan international, dan melalui artikel-artikel dalam media massa. Kesimpulannya mempersoalkan sikap apatis masyarakat terhadap proyek pembangunan, partisipasi masyarakat yang rendah dalam pembangunan, penolakan masyarakat terhadap beberapa proyek pembangunan, ketidakberdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan serta pemecahan masalahnya, tingkat adopsi masyarakat yang rendah terhadap inovasi dan masyarakat cenderung menggantungkan hidup terhadap bantuan pemerintah, serta kritik-kritik lainnya yang umumnya meragukan bahwa masyarakat memiliki potensi untuk dilibatkan sebagai pelaksana pembangunan.

Efektivitas pemberdayaan anak pemulung melalui pelayanan pendidikan dan keterampilan yang diberikan oleh Bengkel Kreativitas yaitu dengan memberikan pengetahuan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas anak dalam memahami suatu ilmu pengetahuan dan keterampilan. Sebagaimana diketahui pendidikan dan keterampilan bagi anak pemulung tidak selalu harus berlangsung di suatu lembaga pendidikan khusus, sebab sebagian dari mereka pendidikannya dapat berlangsung di lembaga atau sekolah umum, hal ini disebabkan oleh faktor kemampuan dan ketidakmampuan anak pemulung itu sendiri.

Dalam setiap pelaksanaan suatu program, tentunya akan selalu dihadapkan dengan faktor penghambat yang akan mengganggu perjalanan program, dan begitu pula dengan adanya faktor pendukung yang akan membantu kelancaran dalam rangka tercapainya tujuan suatu program. Dari faktor penghambat dan pendukung yang terdapat dalam program ini, penulis melihat bahwa yang menjadi faktor penghambat adalah ketersediaan dana, kurangnya staff pengajar yang ahli dibidangnya dalam keterampilan, karena selama ini staff pengajar tidak tetap hanya bersifat sementara (parsial), fasilitas yang kurang memadai seperti komputer, dll. Hal ini diakui ibu Desi Handayani yang merupakan Ketua Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara Wilayah Ciputat Tangerang ini, bahwa masih banyak kekurangan dari sarana dan prasarana, namun sebetulnya beliau ingin sekali mengembangkan program-program lain selain kegiatan pada program Bengkel Kreativitas.

(3)

Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmatNya, Zat Yang Maha menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam, zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas sang Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunnahnya.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolonganNya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolonganNya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang.” Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Penulis tertarik mengangkat karya tulis ini karena pemulung merupakan salah satu cara untuk mengatasi menumpuknya pengangguran. Banyaknya pengangguran dapat memicu permasalahan sosial dan tindak kriminal.

Pekerjaan memulung merupakan pekerjaan yang sangat kreatif. Karena, di tengah sengitnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di lapangan kerja, para pemulung justru menciptakan lapangan kerja sendiri. Mereka sadar, dengan minimnya keterampilan dan latar belakang pendidikan yang mereka memiliki, rasanya terlalu naif jika berharap bisa diterima bekerja di gedung-gedung perkantoran. Mereka justru beranggapan bahwa di sekitar mereka, ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, namun disia-siakan oleh orang lain, dengan alasan karena orang lain itu malu bergelut dengan barang-barang bekas.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima

(4)

kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Wati Nilamsari, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).

4. Bapak Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS, selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) angkatan 2003. Serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah yang telah mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk hidup penulis.

5. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd, selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak pernah bosan untuk membimbing dan memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Desi Handayani (Ketua Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara wilayah Ciputat), yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan informasi data-data untuk proses penelitian.

7. H. Eros (alm), selaku ayahanda tercinta yang selalu menjadi motivasi besar bagi penulis dalam hal apapun. Dan Ibunda tercinta Hj. Adah, yang selalu melakukan tirakat suci untuk kehidupan penulis, doa dan air matanya selalu tercurahkan untuk penulis, semoga segala pintu Rahman dan Rahim-Nya Ilahi selalu terbuka untuknya, karena kesabaran dan pengorbanan kalian. Amin. Seluruh kakak-kakakku tercinta: Ai Nur’asiah, Jajang Dulyamin, Euis Rosidah, Ayi Robi’ah Adawiyah, Roudhotul Hasanah, terima kasih atas semua perhatian, doa dan dukungan yang terucap maupun tidak.

8. Keluarga Besar Al-Mu’awanah: H.M.U. Shadikin, Hj. Asmanah Shadikin, Hj. Nurlaela, H. Aa Khaliq Hamzah, SE, H. Ujang Wahyudin, SH, Ucu Nur’aeni, H. Imam Asmuni, yang selalu memberikan dukungan moril dan

(5)

9. Teman-temanku PMI angkatan 2003 (Royani, Bagus Ahmad, Afrin, Kahfi, Ilham, Anwar Hasan, Datam, Lukman, Nasro, dan yang lainnya), Teman-teman PMI angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009. Teman-Teman-teman jurusan KPI, MD, BPI, KESSOS, JURNALISTIK, teman-teman organisasi seluruhnya THE DJAVU, ARKADIA, MASCOT Pamulang, KASTIL, KM. UIN, PMII, IMM, HMI dan teman-teman yang lain tanpa mengurangi rasa hormat tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapan terima kasih semuanya.

10. Teman-teman LIRBOYO yang selalu berbagi dalam keceriaan dan teman-teman kosan 78 F. Terima kasih atas kebersamaan yang telah terbagi.

11. Seluruh Staff Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas pelayanannya. 12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan

kepada penulis baik secara moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga kebaikan kalian semua menjadi jalan menuju kebaikan di masa depan.

Ciputat, 08 Desember 2009

Penulis

(6)

KATAPENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Pengertian Efektivitas ... 17

2. Indikator Efektivitas... 18

B. Pemberdayaan Masyarakat... 20

1.Pengertian Pemberdayaan Masyarakat... 21

2.Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat... 24

3.Tujuan dan Proses Pemberdayaan... 26

4.Strategi Pemberdayaan ... 27

C. Pemulung ... 30

1. Pengertian Pemulung ... 30

2. Karakteristik Pemulung... 31

D. Pendidikan... 32

1. Pengertian Pendidikan... 35

2. Tujuan Pendidikan ... 37

3. Tingkatan Pendidikan ... 38

4. Jenis-jenis Pendidikan... 39

E. Keterampilan ... 40

1. Pengertian Keterampilan... 40

2. Jenis-jenis Keterampilan ... 42

BAB III GAMBARAN UMUM BENGKEL KREATIVITAS YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA DI CIPUTAT TANGERANG A. Profil Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara... 45

1. Sejarah Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara 45 2. Struktur Organisasi ... 49

3. Visi dan Misi ... 46

4. Program-program yang dilaksanakan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara... 51

5. Sumber Dana dan Kerja Sama ... 60

B. Kondisi Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara ... 61

(7)

NANDA DIAN NUSANTARACIPUTAT TANGERANG

A. Analisa Efektivitas Pemberdayaan Anak Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan ... 71 1. Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Pendidikan ... 76 2. Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Keterampilan 77 B. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Pemberdayaan

Anak Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan... 78 1. Faktor Penghambat ... 79 2. Faktor Pendukung ... 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

(8)

vii

(9)

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan interaksi dari seluruh faktor yang ada dalam masyarakat, baik faktor ekonomi maupun faktor manusia. Membangun suatu bangsa yang modern akan banyak bergantung pada pembangunan sumber daya manusia dan organisasi-organisasi yang mewadahi kegiatan-kegiatannya.1

Indonesia, dinilai tengah berada dalam proses transisi, sehingga mempunyai kepentingan untuk menyimak lebih jauh tentang peranan sumber daya manusia. Dalam pandangan para ahli tentang sumber daya manusia, masalah kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang sangat diprioritaskan dari pada sekedar kuantitas, sehingga setiap usaha untuk membangun sumber daya manusia, pengembangan manusia akan selalu dikaitkan dengan mutu kualitas diri manusia

Pemberdayaan sebagai perubahan ke arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dalam menentukan tindakan ke arah yang lebih baik.2

Menurut Sharlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan

1

Jan Tinbergen, The Design of develovment, Baltimore: The John Hopkins University Press, 1958.

2

(10)

mereka.3 Artinya ialah mendorong mereka untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depannya.

Dalam membicarakan tingkat kualitas manusia, bagi Oshima, ada dua hal yang harus dibedakan satu dengan lainnya. Dua komponen kualitas manusia ini adalah tingkat keterampilan atau keahlian dan etika kerja atau budaya kerja. Yang pertama lebih berhubungan dengan pendidikan, training dan usaha kerja, sedangkan yang kedua lebih merupakan prinsip moral kemasyarakatan dan merupakan warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.4

Komponen yang kedualah yang paling penting ditekankan karena masalahnya lebih mendasar, sedangkan yang pertama dapat dibangun kemudian setelah ada landasannya. Dan faktor yang lebih banyak menerangkan pertumbuhan cepat dari ekonomi Jepang pasca Perang Dunia Kedua adalah faktor manusia (manpower factor).

Pemberdayaan melalui pendidikan dan keterampilan menekan pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Pendidikan dan keterampilan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara. Karena itu, tuntutan reformasi politik, ekonomi, sosial, hak azasi manusia, sistem pemerintahan dan agraria tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan dan keterampilan. Krisis multidimensi yang melanda negara dan

3

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003, h. 53.

4

(11)

bangsa Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan dan keterampilan.

Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti, dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup. Perubahan perilaku ini apabila dipadukan dengan sumber daya alam yang tersedia, akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi. Partisipasi ini akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif melaksanakan pembangunan yang terarah dan berencana terutama dalam meningkatkan pendapatan income generating, serta membuka lapangan kerja baru employment generating untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat.5

Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada masyarakat, khususnya masyarakat miskin.6 Maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.7

Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai negara.

5

Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.28.

6

Herry Darwanto adalah Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas-red.

7

(12)

Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi, agen-agen nasional-internasional, serta negara-negara setempat menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai sarana percepatan proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan pendekatan pembangunan yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal.8

Dalam konteks stabilitas sosial di masyarakat, pilihan menjadi pemulung merupakan salah satu cara untuk mengatasi menumpuknya pengangguran. Banyaknya pengangguran dapat memicu permasalahan sosial, dan tindak kriminal. Pekerjaan memulung merupakan pekerjaan yang sangat kreatif. Karena, di tengah sengitnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di lapangan kerja, para pemulung justru menciptakan lapangan kerja sendiri. Mereka sadar, dengan minimnya keterampilan dan latar belakang pendidikan yang mereka memiliki, rasanya terlalu naif jika berharap bisa diterima bekerja di gedung-gedung perkantoran. Mereka justru beranggapan bahwa di sekitar mereka, ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, namun disia-siakan oleh orang lain, dengan alasan karena orang lain itu malu bergelut dengan barang-barang bekas.

Pekerjaan pemulung bagi masyarakat miskin dianggap memiliki konotasi negatif. Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Kadang kita melihat kenyataan pahit di sekitar kita, bagaimana keadaan orang-orang yang tidak mampu untuk

8

(13)

memenuhi kebutuhannya dengan kerja keras. Bagaimana mereka hanya mampu hidup di pekuburan, kerja banyak tapi penghasilan sedikit, kerja dari hasil memulung, dan pekerjaan-pekerjaan halal lain yang dilakukannya demi menutupi dahaga ditenggorokan.

Secara bersamaan, pemulung memiliki sumbangsih yang sangat besar dalam menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem dimana mereka berada. Bisa dibayangkan betapa hancurnya suatu ekosistem bila sampah-sampah yang tidak bisa diurai atau yang susah dihancurkan oleh bakteri atau yang biasa disebut dengan sampah anorganik tidak dipungut para pemulung. Jadi, peran para pemulung ini dalam menjaga lingkungan sebenarnya sangatlah besar. Mereka mengumpulkan barang-barang yang menghasilkan uang. Pemulung sebagai ujung tombak dari kegiatan mengumpulkan barang-barang bekas ini, mestinya mendapat porsi perhatian besar dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan sehingga antara pemulung, penampung (pengepul), agen dan pabrik pengolah, merupakan satu mata rantai yang adil dan proporsional.9

Pada akhirnya, masyarakat bawah yang menggantungkan hidup dari mengais barang-barang bekas merasakan kesulitan. Sebab, harga barang bekas, misalnya plastik, kertas, seng, besi, kardus, kini sedang mengalami penurunan harga . Dalam kondisi seperti ini pemerintah agaknya tidak bisa berbuat banyak. Kalau pun tak bisa menstabilkan harga atau memberi suntikan dana segar, setidaknya pemerintah bisa membantu memberikan peluang usaha yang lebih menjanjikan bagi masyarakat bawah (pemulung).10

9

NagianImawan, Gusur Kemiskinan, Jangan Gusur Orang Miskin,” artikel diakses pada 15 Februari 2009 dari http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Pilkada&id=157004. html

10

(14)

Berdasarkan masalah di atas penulis bermaksud akan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul "Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas

Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang

Di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara ini adalah sebuah lembaga pemberdayaan pendidikan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak pemulung di Ciputat, sehingga mereka dapat berkembang menjadi masyarakat yang mandiri dalam bidang pendidikan, keterampilan, kepribadian dan kemasyarakatan, sesuai dengan impian mereka sendiri. Dan dikemudian hari, mereka bisa merubah nasibnya menjadi orang-orang yang lebih beruntung dari nasib yang sekarang (pemulung).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Setelah mengamati berbagai macam fenomena yang terjadi pada masyarakat lapisan menengah ke bawah yang berprofesi sebagai pemulung. Maka dalam skripsi ini, penulis membatasi pembahasan pada Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang.

Agar penulisan skripsi ini menjadi terstruktur dan tidak melebar kepada pembahasan lainnya, penulis merumuskan masalah ini sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi program pendidikan dan keterampilan sebagai sarana pemberdayaan pemulung?

(15)

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pada Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian dengan judul Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang, mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut:

1. Tujuan

a. Sejauhmana pemberdayaan pemulung melalui program pendidikan dan keterampilan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara di Ciputat Tangerang.

b. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang.

c. Memotivasi belajar Pemulung karena melalui keterampilan, Pemulung dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

d. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan di masa yang akan datang.

(16)

a. Menambah wawasan dan pengalaman penulis secara langsung di lapangan melalui penelitian ini, khususnya tentang pemberdayaan Pemulung melalui pendidikan dan keterampilan.

b. Mengembangkan kepekaan kreatif pemulung melalui berbagai

kegiatan penciptaan benda-benda daur ulang menggunakan

bahan-bahan alam maupun industri.

c. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara dalam menjalankan aktivitasnya dalam pemberdayaan pemulung melalui pendidikan dan keterampilan.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen.11 Karena penulis bermaksud untuk meneliti sesuatu secara mendalam. Dalam hal ini yang diteliti adalah bagaimana efektivitas program pendidikan dan keterampilan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara dan apa yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat pada program pendidikan dan keterampilan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara.

Metode Kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan dapat lebih menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh bersama terhadap pola-pola

11

(17)

nilai yang dihadapi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Waktu dan Tempat

Pada penelitian ini, penulis mengambil tempat di Jl. Jambu II, RT.001/RW.011, Ciputat - Tangerang. Dan dari segi waktu, penelitian ini dimulai pada 10 Maret sampai dengan 03 November 2009.

2. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang akan diteliti langsung di lapangan, karena metode observasi merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting bagi seorang peneliti secara langsung di lapangan, yang artinya pengamatan dengan menggunakan panca indra langsung yang terjadi di lembaga yang bernama Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara di Ciputat Tangerang.

(18)

Untuk itu, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang disusun dengan rapih dan siap diajukan langsung ke responden. Guna memperoleh gambaran dan informasi yang memungkinkan tentang kegiatan lembaga dalam pemberdayaan pemulung melalui pendidikan dan keterampilan. Dalam penelitian ini penulis langsung mewawancarai Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara yakni, Ibu Desi Handayani yang mengetahui dan menguasai tentang pemulung. Dan mengadakan tanya jawab yang berkenaan dengan efektivitas program pendidikan dan keterampilan pemberdayaan pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara.

3. Teknik Pencatatan Data

Teknik pencatatan data menggunakan berupa alat tulis dan tape recorder. Pada waktu pencatatan data, keberadaan penulis diketahui oleh Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara. Teknik pencatatan data yang digunakan yaitu pedoman wawancara. Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.12 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu peneliti dan responden.

4. Analisa Data

Pada saat menganalisa data hasil observasi penulis menginterpretasikan hasil wawancara yang ada kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dan analisa data

12

(19)

diperoleh berdasarkan fenomena yang nampak pada program pendidikan dan keterampilan pemberdayaan anak pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara. Modus yang digunakan dalam analisa data adalah hemeneutik yaitu landasan filosofi pada pemahaman manusia untuk interpretativisme. Hermeneutik terutama berkaitan dengan pemaknaan artinya pemahaman teks secara menyeluruh dan interpretasi bagian-bagiannya yang deskripsinya diharapkan membawa makna dengan dibimbing oleh penjelasan yang ada.

5. Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria :

a. Kreadibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1). Membandingkan data hasil wawancara (2). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh Koordinator Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara dengan yang diberikan Anak Pemulung mengenai program pendidikan dan keterampilan pemberdayaan anak pemulung (3). Membandingkan dokumen dengan unit analisis

(20)

tersebut secara rinci. Maksudnya penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

c. Kepastian dengan pemeriksaan audit kepastian. Auditor dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Disini pemastian bahwa sesuatu itu adalah objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapatan dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.

Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II Tahun 2007. Lokasi penelitian itu sendiri akan dilakukan di lembaga yang bernama Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang.

E. Tinjauan Pustaka

Pada skripsi-skripsi yang sudah ada memang sudah dibahas masalah tentang pemberdayaan anak pemulung, itu hanya sebatas tentang evaluasi atau upaya pemberdayaan pemulung. Namun pada skripsi ini belum pernah ada yang membahas tentang efektivitas yayasan atau lembaga dalam pemberdayaan pemulung melalui pendidikan dan keterampilan.

(21)

namun berbeda tinjauan dan pembahasan. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi milik sulistiyani “Evaluasi Program Bengkel Kreatifitas Dalam Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN), Pisangan-Ciputat”, 2009.

Pembahasan pada skripsi milik sulistiyani adalah mengenai evaluasi dari program Bengkel Kreativitas yang ada di Yayasan Nanda Dian Nusantara dengan menggunakan indikator-indikator evaluasi yang ada. Namun itu hanya membahas tentang pelayanan pendidikan dan evaluasi program tetapi tidak membahas tentang efektivitas Yayasan Nanda Dian Nusantara dalam pemberdayaan pemulung.

Sedangkan skripsi yang dibahas penulis yaitu mengenai Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang. Semua program atau kegiatan yang ada di bengkel tersebut dapat dikatakan efektif atau tidak. Karena penulis melihat bahwa, efektivitas program pendidikan dan keterampilan bukan sekedar pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk mencapai sasaran, tetapi berkaitan erat dengan syaratnya komponen-komponen sistem dengan mutu, dengan kata lain ditetapkannya pengembangan mutu program.

F. Sistematika Penulisan

(22)

dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (Lima) bab, dan masing-masing bab akan dibagi lagi menjadi su-sub bab, yaitu sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian yang digunakan, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Teoretis, dalam bab ini akan membahas landasan teoritis dengan uraian sebagai berikut: Pengertian dan Indikator Efektivitas, Pemberdayaan Masyarakat, Pengertian Pemberdayaan Masyarakat, Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat, Tujuan dan Proses Pemberdayaan, Strategi Pemberdayaan, Pemulung, Pengertian dan Karakteristik Pemulung, Pendidikan, Pengertian Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Tingkatan dan Jenis-jenis Pendidikan, Keterampilan, Pengertian Keterampilan, Jenis-jenis Keterampilan.

Bab III Gambaran Umum tentang Objek Penelitian, dalam bab III akan membahas tentang: Profil Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara, Sejarah Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara, Struktur Organisasi, Visi dan Misi, Program-program yang dilaksanakan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara, Sumber Dana dan Kerja Sama, Kondisi Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara.

(23)

Melalui Pendidikan, Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Keterampilan, Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan di Ciputat Tangerang.

(24)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Efektivitas

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia dijelaskan bahwa efektivitas berasal dari akibat atau pengaruh, yang berarti ada pengarunya, akibatnya, manjur atau mujarab.1 Menurut etimologi, efektivitas merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu effective. Kata serapan ini menjadi efektif lalu berubah menjadi efektivitas. Sedang menurut terminologi, efektivitas berarti dapat membawa hasil, sedangkan dalam kegiatan belajar mengajar pengertian efektivitas adalah kegiatan berkenaan dengan sejauhmana sesuatu yang telah direncanakan atau diinginkan yang dapat terlaksana atau tercapai.2

Suatu usaha dapat dikatakan efektif ketika usaha itu mencapai tujuannya.3 Menurut pengertian bahasa, efektivitas berarti dapat membawa hasil, sehingga sesuatu dapat dikatakan efektif bila berhasil dan dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah dirumuskan atau direncanakan sebelum melakukan hal tersebut.

Pada dasarnya pengertian efektivitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, seiring atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan output.

1

Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah,1997). h.133.

2

Zakiah Drajat, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.126.

3

(25)

Istilah efektif (effective) dan efisien (efficient) merupakan dua istilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam upaya untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

Jadi dapat dikatakan bahwa sebuah kegiatan tersebut dapat efektif apabila tujuan akhir kegiatan itu dapat dicapai. Tetapi bila akibat-akibat yang tidak dicari dari kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting dibandingkan dengan hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan ketidakpuasan, meskipun efektif kegiatan tersebut dapat dikatakan tidak efisien. Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-cari dari kegiatan itu mempunyai nilai tidak penting, maka kegiatan tersebut efisien. Sehubungan dengan itu, kita dapat mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu. Dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau tidak.

1. Pengertian Efektivitas

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Artinya pada pelaksanaannya dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bagaimana tugas tersebut dapat diselesaikan dan terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya yang dikeluarkan.4

Efektivitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, kata efektif berarti adanya pengaruh, adanya akibat dari sesuatu, jadi efektivitas mengandung arti keberpengaruhan atau keberhasilan setelah melakukan sesuatu.5

Ketika membicarakan efektivitas kita tidak memperdulikan berapa banyak

4

Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan organisasi, (Jakarta: CV Masagung, 1986), Cet. Ke-5, h. 149.

5

(26)

sumber daya yang dibutuhkan. Tidak peduli input berupa waktu kerja, energi, maupun bahan yang dibutuhkan, ukuran efektivitas hanyalah jumlah output layak dari sejumlah output yang dihasilkan. Makin banyak output layak berarti makin efektif.6 Efektivitas juga menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dapat dikatakan efektif apabila itu mencapai tujuannya.

Efektivitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan, yang mana perencanaan harus memiliki alasan keefektifan. Dalam buku Isbandi Rukminto Adi, ke-efektif-an diukur berdasarkan variabel-variabel kriteria (Criterion Variables) yang diciptakan dalam hubungan dengan pencapaian tujuan. Berdasarkan kriteria-kriteria ini petugas dapat menilai apakah program yang mereka jalankan dapat dikategorikan berhasil atau tidak. Akan tetapi, hal yang diinginkan mungkin tidak dapat dicapai apabila tidak dilakukan perencanaan terlebih dahulu.7

2. Indikator Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu dimensi tujuan manajemen yang berfokus pada hasil, sasaran dan target yang diharapkan. Program pendidikan dan keterampilan yang efektif adalah program yang menetapkan keberhasilan pada input, proses, output, dan outcome yang ditandai dengan berkualitasnya komponen-komponen sistem tersebut. Dengan demikian, efektivitas program pendidikan dan keterampilan bukan sekedar pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk mencapai sasaran, tetapi berkaitan erat dengan

6

Artikel diakses pada 15 Februari 2009 dari http://sepia.blogsome.com/2007/11/06/saya-kerja-lebih-keras-kok-dibayar-lebih-sedikit-bagian-1/

7

(27)

syaratnya komponen-komponen sistem dengan mutu, dengan kata lain ditetapkannya pengembangan mutu program.

Pengembangan diartikan sebagai bergerak maju. Progran pendidikan dan keterampilan yang berkembang tidak jalan di tempat, tetapi bergerak maju sesuai dengan tuntutan kualitas yang ditetapkan dalam input, proses, output, dan outcome.8

Dengan melihat pengertian efektivitas diatas, efektivitas lebih melihat kepada hasil akhir atau output. Oleh karena itu perlu dijelaskan mengenai beberapa indikator pendukung efektivitas dalam suatu pemberdayaan yang terkait dengan individu dan struktural, diantaranya sebagai berikut:

a. Indikator-indiktor pemberdayaan individu yang mengarah kepada peningkatan kapasitas individu:

1. Ilmu pengetahuan, untuk peningkatan segi pengetahuan individu dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan yang luas.

2. Keterampilan, dalam hal ini individu diberikan keterampilan atau kemampuan khusus.

3. Sikap, ilmu pengetahuan dan keterampilan tentunya tidak akan bermanfaat tanpa didukung dengan sikap dan mental yang baik. Maka dari itu, dalam rangka pemberdayaan individu diberikan penanaman sikap dan mental yang positif.

b. Indikator yang terkait dengan struktural:

8

(28)

1. Penyediaan lapangan kerja, dalam hal ini terkadang masih terdapat kesulitan dalam mendapatkan lapangan pekerjaan. Tak jarang peserta program pemberdayaan saat melewat fase terminasi masih dibingungkan dengan masalah lapangan pekerjaan.

2. Memberikan akses atau kesempatan, dalam hal ini peserta program akan mendapat akses dan kesempatan kerja yang sama dengan yang lainnya. 3. Menghilangkan diskriminasi, dengan adanya proses pemberdayaan ,

setidaknya peserta program akan terhindar diskriminasi dari pihak lain.

B. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model pelaksanannya sehingga variasi di tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Konsep partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang sangat besar. Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak memberikan kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan upaya membangkitkan partisipasi masyarakat tersebut. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan.

(29)

minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan pendidikan dan keterampilan yang minim.

Masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat atau community dalam bahasa Inggris atau juga komunitas. Secara etimologis “community” berasal dari communitat yang berakar pada comunete atau common.9 Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau menyatu satu-sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu tempat yang sama.

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Secara umum community development dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi awalan pe- dengan mendapat sisipan m- dan akhiran -an menjadi “pemberdayaan” artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari

9

(30)

“empowerment” dalam bahasa inggris.10

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.11

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi yang kurang beruntung (miskin), sehingga mereka dapat melepas diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak memiliki kekuatan (powerless).12

Pemberdayaan merujuk pada pengertian perluasan kebebasan memilih dan bertindak. Bagi masyarakat miskin, kebebasan ini sangat terbatas karena ketidakmampuan bersuara (voicelessness) dan ketidak berdayaan (powerlessness) dalam hubungannya dengan negara dan pasar. Karena kemiskinan adalah multi

10

H. Roesmidi, dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: ALQAPRINT, 2006), Cet. Ke-1 h. 1.

11

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet Ke-1, h. 59.

12

(31)

dimensi, masyarakat miskin membutuhkan kemampuan pada tingkat individu (seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan) dan pada tingkat kolektif (seperti bertindak bersama untuk mengatasi masalah). Memberdayakan masyarakat miskin dan terbelakang menuntut upaya menghilangkan penyebab ketidakmampuan mereka meningkatkan kualitas hidupnya.

Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam:

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, dalam arti bukan bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kemiskinan ilmu.

b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.

c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.13

Dalam Ensiklopedi Indonesia, daya adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan untuk bertindak.14 Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai perubahan kearah yang baik dari tidak berdaya menjadi berdaya, dan pemberdayaan juga terkait dengan upaya meningkatkan taraf hidup kearah yang lebih baik.15

13

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 58.

14

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1999), h. 667.

15

(32)

2. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

Usaha realisasi pemberdayaan masyarakat islam harus dilakukan secara bertahap. Hal ini selain memaksimalkan target yang hendak dicapai juga bertujuan untuk mensistemalisis orientasi yang hendak digapai. Dengan mengklasifikasikan proyek pemberdayaan masyarakat dalam bertahap-tahap, maka target yang harus dipenuhi akan dapat selalu dievaluasi.

Menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafe’i, ada tiga tahapan dalam pemberdayaan yaitu:16

a. Pemberdayaan pada mata ruhaniyah, dalam hal ini terjadi degradasi moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam. Oleh karena itu pemberdayaan jiwa dan akhlak harus lebih ditingkatkan.

b. Pemberdayaan Ekonomi, masalah kemiskinan identik dengan masyarakat Islam Indonesia. Ini menjadi tanggungjawab bersama masyarakat Islam sendiri.

c. Pemberdayaan Intelektual, yang pada saat ini dapat disaksikan betapa umat Islam Indonesia sudah jauh tertinggal dalam kemajuan penguasaan teknologi, untuk itu diperlukan berbagai usahapemberdayaan intelektual sebagai perjuangan besar (jihad).

Keberdayaan masyarakat adalah suatu usaha merubah masyarakat yang mampu mengembangkan potensi dirinya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dari kondisi tidak mampu menjadi mampu, sehingga dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan yang

Press, 1997), h. 15.

16

(33)

memungkinkan dapat menciptakan masalah baru.

Bagi para pekerja sosial di lapangan, kegiatan pemberdayaan di atas dapat dilakukan melalui pendampingan sosial. Terdapat lima tahap kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial:

a. Perumusan masalah. PM dilaksanakan berdasarkan masalah atau kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa masalah yang biasanya ditangani oleh PM berkaitan dengan kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, pemberantasan buta hurup, dll. Perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan penelitian (survey, wawancara, observasi), dan sebagainya.Penetapan program. Setelah masalah dapat diidentifikasi dan disepakati sebagai prioritas yang perlu segera ditangani, maka dirumuskanlah program penanganan masalah tersebut.

b. Perumusan tujuan. Agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan keberhasilannya dapat diukur perlu dirumuskan apa tujuan dari program yang telah ditetapkan. Tujuan yang baik memiliki karakteristik jelas dan spesifik sehingga tercermin bagaimana cara mencapai tujuan tersebut sesuai dengan dana, waktu dan tenaga yang tersedia.

c. Penentuan kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah sejumlah orang yang akan ditingkatkan kualitas hidupnya melalui program yang telah ditetapkan.

(34)

e. Penentuan strategi dan jadwal kegiatan. Strategi adalah cara atau metoda yang dapat digunakan dalam melaksanakan program kegiatan.

Keberhasilan pemberdayaan keluarga miskin dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis jenis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’ (power within), ‘kekuasaan untuk’ (power to), ‘kekuasaan atas’ (power over), dan ‘kekuasaan dengan’ (power with).

3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri kearah yang lebih baik secara berkesinambungan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat adalah upaya memperluas pilihan bagi masyarakat yang berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.17

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).18

Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dan organisasi mereka, sehingga aset dan kemampuan mereka bertambah, baik kapabilitas perorangan maupun kapasitas

17

Agus Ahmad Syafe’i, Manajemen pengembanagn Masyarakat Islam, (Bandung: Gerbang Masyarakat Baru, 2001), h.39.

18

(35)

kelompok. Agar pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung secara efektif, maka reformasi kenegaraan, state reform, harus dilakukan pada tingkat nasional maupun daerah. Berbagai peraturan, ketentuan, mekanisme kelembagaan, nilai-nilai dan perilaku harus disesuaikan untuk memungkinkan masyarakat miskin berinteraksi secara efektif dengan pemerintah. Berbagai ketentuan perlu disiapkan untuk memungkinkan masyarakat miskin dapat memantau kebijakan, keputusan dan tindakan pemerintah dan pihak-pihak lain yang terlibat. Tanpa pemantauan yang efektif dari masyarakat miskin, maka kepentingan mereka dapat terlampaui oleh kepentingan-kepentingan lain.

Proses pemberdayaan sendiri bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.19Adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan menghasilkan wujud yang berbeda jika pembangunan tidak melalui proses yang partisipatif. Pembangunan yang partisipatif menghasilkan tata pemerintahan yang lebih baik, kemakmuran yang lebih adil, pelayanan dasar yang lebih bermanfaat bagi masyarakat banyak, akses ke pasar dan jasa bisnis yang lebih merata, organisasi masyarakat yang lebih kuat, dan kebebasan memilih yang lebih terbuka.

4. Strategi Pemberdayaan

Strategi pemberdayaan masyarakat pedesaan terpencil dilakukan dengan mewujudkan ke empat elemen pemberdayaan masyarakat: inklusi dan partisipasi,

19

(36)

akses pada informasi, kapasitas organisasi lokal, profesionalitas pelaku pemberdaya. Tantangan utama yang dihadapi dalam memberdayakan masyarakat pedesaan terpencil adalah pengetahuan yang terbatas, wilayah yang sulit dijangkau, dan pemahaman adat yang kuat pada masyarakat adat.

Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan dengan mikro, mezzo dan makro.20

a. Mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan dan konseling. Tujuan utamanya adalah membimbing dan melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada Tugas (task centered approach).

b. Mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi alam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dimilikinya.

c. Makro, pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (Large System Strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem

20

(37)

lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, aksi sosial, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Stategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Untuk dapat memasukkan mereka dalam proses perubahan, maka upaya yang pertama kali perlu dilakukan adalah memahami pemikiran dan tindakan mereka serta membuat mereka percaya kepada pelaku pemberdaya. Selanjutnya mereka perlu berpartisipasi dalam proses perubahan yang ditawarkan dengan memberikan kesempatan menentukan pilihan secara rasional. Proses ini dapat memerlukan waktu yang lama, namun hasilnya akan lebih efektif daripada memberikan pilihan yang sudah tertentu. Pengikutan masyarakat dalam proses perubahan dilakukan secara berangsung-angsur dari kelompok kecil menuju masyarakat lebih luas.

Akses pada informasi dibuka dengan memberikan penjelasan mengenai program-program pemerintah yang akan dilakukan, norma-norma bermasyarakat yang perlu diketahui, ilmu pengetahuan dasar, hak-hak yang mereka peroleh, manfaat perubahan yang akan terjadi, masalah-masalah yang mungkin dihadapi, dsb.

(38)

dan terhadap tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, aparat desa/dusun, dsb. Tujuan pemerkuatan organisasi lokal ini adalah untuk menjadikan mereka mampu merencanakan perbaikan lingkungan mereka, mampu meningkatkan produktivitas, mampu bernegosiasi dengan pihak lain, mampu melakukan kegiatan-kegiatan bersama yang bermanfaat. Teknik-teknik pemetaan wilayah, penyusunan rencana tata ruang, perbaikan sarana permukiman, pembangunan rumah, cara bercocok tanam, cara mengolah hasil kebun, melindungi mata air, dll. perlu diajarkan atau dipelajari bersama.

Pelaku pemberdaya perlu mempunyai kemampuan profesional yang tinggi agar dapat melakukan pendampingan secara baik. Pelaku pemberdaya yang potensial adalah organ pemerintah daerah atau organisasi berbasis masyarakat lokal, yang mempunyai perhatian, komitmen, dan kemampuan untuk membangun masyarakat miskin dan terbelakang. Upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan terpencil, baik masyarakat adat maupun masyarakat lokal, menuntut pola kerja yang fleksibel, tidak terhambat oleh sistem administrasi penganggaran yang ketat. Agar pelaku pemberdaya masyarakat dapat bekerja secara profesional, maka mereka perlu mendapat pelatihan dan pendidikan yang memadai.

C. Pemulung

1. Pengertian Pemulung

(39)

itu, dalam konteks stabilitas sosial di masyarakat, yang patut diacungi jempol pilihan menjadi pemulung merupakan salah satu cara untuk mengatasi menumpuknya pengangguran. Dan seperti kita tahu, banyaknya pengguran dapat memicu permasalahan sosial, dan tindak kriminal. Apalagi hanya meminta belas kasih orang lain dengan meminta-minta.

Para Pemulung bekerja mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumuni muatan truk sampah yang tengah di bongkar. Sebagian pemulung lainnya berputar-putar mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah. Ada juga yang berpendapat bahwa, Pemulung adalah kelompok sosial yang mandiri, pekerja keras, serta tidak menggantungkan diri pada orang lain yang kerjanya mengumpulkan atau memilah barang yang dianggap berguna dari sampah, baik yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) maupun diluar TPA.21

2. Karakteristik Pemulung

Para pemulung mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumuni muatan truk sampah yang tengah dibongkar, sebagian pemulung lainnya ada juga yang mengais barang bekas dari reruntuhan bangunan atau bekas banjir tragedi Situ Gintung pada 27 maret 2009 lalu.

Barang bekas yang telah terkumpul kemudian dipisah-pisahkan menurut jenis dan bentuknya, sebelum akhirnya dijual dipengepul barang bekas. Pengepul barang bekas adalah orang yang mempunyai modal besaruntuk membeli beberapa jenis barang bekas dari para pemulung. Jasa penampung barang bekas selain

21

(40)

sebagai pembeli tetap, ia juga sangat berperan sebagai sarana transportasi untuk pengumpulan barang bekas dari pemukiman liar, sehingga para pemulung menjadi anak buahnya yang tidak perlu menanggung ongkos angkutan.

Para pengepul barang bekas selanjutnya menjual barang bekas ke industry atau pabrik daur ulang yang menggunanakan bahan baku produksinya dari barang bekas secara langsung maupun melalui pihak perantara. Mengumpulkan barang sebanyak mungkin tentunya dengan menggunakan alat bantu yang berupa:

a. Gerobak roda dua. Alat ini sangat berfungsi sekali untuk mencari dan mengangkut barang yang berguna, sehingga dengan memakai gerobak roda dua ini para pemulung dapat mencari barang sebanyak-banyaknya. b. Karung dengan gincunya. Biasanya alat ini digunakan supaya lebih praktis

dan efektif, karena dengan menggunakan karung dengan gincunya lebih mudah untuk masuk ke jalan-jalan yang sempit. Dan kebanyakan yang memakai dengan alat ini mayoritas anak-anak dan orang dewasa. Setelah mendapat banyak barang yang dikumpulkan ke dalam karung, kemudian dipindahkan ke dalam gerobak kemudian kembali lagi mencari barang bekas sampai pada akhirnya gerobak sudah penuh dan siap untuk dibawa ke pengepul barang-barang bekas.

D. Pendidikan

(41)

sebuah proses yang melibatkan orang dewasa dan peserta didik dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya dan norma-norma yang berkembang di masyarakat.22

Semua pertukaran informasi pada dasarnya merupakan bentuk pendidikan. Sebagai fungsi dalam pendampingan sosial, pendidikan lebih menunjuk pada sebuah proses kegiatan, ketimbang sebagai sebuah hasil dari suatu kegiatan. Pendidikan sangat terkait dengan pencegahan berbagai kondisi yang dapat menghambat kepercayaan diri individu serta kapasitas individu dan masyarakat.

Dalam pendampingan sosial, pendidikan beranjak dari kapasitas orang yang belajar (peserta didik). Pendidikan adalah bentuk kerjasama antara pekerja sosial (sebagai guru dan pendamping) dengan klien (sebagai murid dan peserta didik). Pengalaman adalah inti “pelajaran pemberdayaan”. Peserta didik adalah partner yang memiliki potensi dan sumber yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses saling ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Pekerja sosial dan klien pada hakikatnya dapat menjadi pendidik dan peserta didik sekaligus.

Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu, maka manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi dengan lingkungannya itu akan menyebabkan manusia mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar. Semakin kuat motif sebagai upaya pemenuhan kebutuhan itu, semakin kuat pula proses belajar yang terjadi, dan pada gilirannya akan

22

(42)

semakin tinggi hasil belajar yang dapat dicapainya.

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan baik, pasti menjadi pohon mangga dan bukannya menjadi pohon jambu. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap.23

Para pekerja sosial pada umumnya memberikan pelajaran mengenai keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan pengasuhan anak, komunikasi interpersonal dan hidup mandiri.24 Beberapa pedoman di bawah ini dapat membantu para pekerja sosial menjadi pelatih yang baik:

a. Mengajar dan belajar sangatlah berbeda, kegiatan mengajar itu direncanakan dan dikontrol, akan tetapi belajar sebaliknya. Belajar itu bergantung pada individu yang bersangkutan, khususnya motivasi, kemampuan dan kesiapan.

b. Bantulah orang yang mau belajar dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan dan teknik-teknik yang dapat menjembatani proses belajar. Keterampilan dan teknik tersebut meliputi: membaca, menulis, menghitung, mendengarkan, memecahkan masalah, membuat keputusan sendiri dan lain-lain.

23

Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2005), Cet. Ke-2, h. 33.

24

(43)

c. Evaluasi secara kritis dengan pengajaran yang dilakukan oleh pendidik. Bisa dilakukan dengan cara sederhana, bertanya kepada peserta didik apakah mereka menyukainya cara pengajaran yang disampaikan atau sebaliknya. Kita juga bisa menilai peserta didik dari cara belajar yang baru atau apakah mereka menggunakan pengetahuan dan keterampilan setelah usai belajar. Selain itu, apakah pengetahuan dan keterampilan yang baru berdampak positif bagi pekerjaan dan kehidupannya mereka.

1. Pengertian Pendidikan

Arti pendidikan menurut bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.25 Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta diik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.26

Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan, sebagai berikut:

a. Menurut M. Arifin bahwa “pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadiannya serta

25

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 204.

26

(44)

kemampuan dasar anak didik, baik dalam pendidikan formal maupun non formal.”27

b. Menurut Zuhairini bahwa “Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.”28

c. SA. Branata, dkk “Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.”29

Berdasarkan kenyataan yang terkandung dalam pengertian pendidikan yang dikemukakan para ahli di atas, dapat kita simpulkan pendidikan itu adalah usaha sadar dan terencana dari orang dewasa untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.30

Definisi pendidikan tersebut sejalan dengan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut GBHN (Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973) dikatakan bahwa: “Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

27

M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama,Lingkungan Sekolah dan Orang Tua Murid, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), h. 14.

28

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-11, h. 150.

29

M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. Ke-1, h. 5.

30

(45)

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Menurut ketentuan umum, Bab I pasal I Undang-Undang Sistem Nasional Nomor 2 Tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, penajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.

Dengan demikian dalam prakteknya usaha pendidikan atau usaha sadar untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak didik tersebut harus dilakukan melalui bimbingan, pengajaran dan latihan atau pembiasaan dan diarahkan dalam rangka mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik ke tingkat kedewasaan dan hal ini dilakukan di dalam atau di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.31

2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Tujuan dari pendidikan ini adalah untuk mendidik dan membantu peserta didik dalam memperoleh informasi, pengetahuan atau keterampilan yang berguna bagi kehidupannya.

Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, sehingga terjadinya harus dicegah. Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan

31

(46)

dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.

Tujuan pendidikan merupakan batas cita-cita yang diinginkan dalam satu usaha, setiap usaha mempunyai tujuan tertentu, termasuk usaha pendidikan sebab tanpa adanya tujuan tersebut maka usaha itu tidak akan berarti apa-apa.32

3. Tingkatan Pendidikan

Berdasarkan sistem pendidikan di Indonesia, tingkatan pendidikan itu terdiri atas pendidika dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

a. Pendidikan Dasar atau Sekolah Dasar yang selanjutnya disebut SD adalah suatu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. Merupakan pendidikan yang melandasi untuk jenjang pendidikan menengah.

b. Pendidikan Menengah: 1. Sekolah Menengah Pertama selanjutnya disebut SMP adalah suatu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD atau bentuk lain yang sederajat. 2. Sekolah Menengah Atas selanjutnya disebut SMA adalah suatu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, atau bentuk lain yang sederajat. Selain merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan menengah juga terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

32

(47)

c. Pendidikan Tinggi, mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka, dan juga pendidikan tinggi ini dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.

4. Jenis-jenis Pendidikan

a. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Taman Penitipan Anak yang selanjutnya disebut TPA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non-formal yang menyelenggarakan program kesejahteraan sosial, program pengasuhan anak dan program pendidikan anak sejak usia enam tahun. c. Kelompok bermain yang selanjutnya disebut KB adalah salah satu bentuk

satuan anak usia dini pada jalur pendidikan non-formal yang menyelenggarakan program pendidikan dan program kesejahteraan bagi anak berusia dua tahun sampai dengan empat tahun.

(48)

pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, sosial dan memiliki ppotensi kecerdasan dan bakat istimewa.

E. Keterampilan

Menurut bahasa, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas.33 Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satu kesatuan yan utuh.34 Dari pendapat Gulo itu dapat diketahui bahwa suatu keterampilan tidak akan terwujud tanpa ada kemauan, sikap atau pun pengetahuan yang dimiliki seseorang, sehingga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebenarnya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari seseorang.

1. Pengertian Keterampilan

Keterampilan adalah pelajaran yang berisi kemampuan konseptual,

apresiatif dan kreatif produktif dalam menghasilkan benda produk kerajinan dan

atau produk teknologi yang memberikan penekanan pada penciptaan benda-benda

fungsional dari karya kerajinan, karya teknologi sederhana, yang bertumpu pada

keterampilan tangan.

Untuk memperoleh keberhasilan peserta didik yang optimal dalam pembelajaran maka salah satu upaya yang penting adalah melatihkan keterampilan proses. Dengan melatihkan keterampilan proses peserta didik akan lebih mudah

33

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1 h. 935.

34

(49)

menguasai dan menghayati materi pelajaran, karena peserta didik secara langsung mengalami peristiwa pembelajaran tersebut. Tujuan lain pendekatan keterampilan adalah sebagai berikut:

a. Memotivasi belajar peserta didik karena dalam keterampilan peserta didik dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Mengembangkan pengetahuan pemulung melalui penelaahan jenis,

bentuk, sifat-sifat, penggunaan dan kegunaan, alat, bahan, proses dan

teknik membuat berbagai produk kerajinan dan produk teknologi yang

berguna bagi kehidupan manusia, termasuk pengetahuan dalam konteks

budaya dari benda-benda tersebut.

c. Memperjelas konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari peserta didik karena pada hakekatnya peserta didik sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut.

d. Mengembangkan keterampilan pemulung untuk menghasilkan berbagai

produk kerajinan bagi kehidupan manusia dengan menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah diperolehnya.

e. Mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan di dalam kehidupan sehari-hari.

f. Menanamkan apresiasi kepada pemulung akan berbagai tatanan kehidupan

termasuk budaya sehingga dapat menumbuhkan kecintaan budaya

berkarya yang bercirikan Indonesia.

(50)

h. Mengembangkan kepekaan kreatif pemulung melalui berbagai kegiatan

penciptaan benda-benda produk menggunakan bahan-bahan alam maupun

industri.

i. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan.

2. Jenis-jenis Keterampilan

Mengenai keterampilan menurut Sardiman A.M ada dua jenis keterampilan umumnya meliputi:

a. Keterampilan Jasmani, Yaitu keterampilan yang dapat dilihat dan diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

b. Keterampilan Rohani, Yaitu keterampilan yang menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau konsep.35

Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh pendidik untuk anak didiknya:

a. Keterampilan Dasar Bertanya

Bagaimanapun tujuan pendidikan, secara universal pendidik akan selalu menggunakan keterampilan bertanya kepada anak-anak. Cara bertanya memiliki pengaruh yang sangat berarti, tidak hanya pada hasil belajar anak, tetapi juga pada suasana kelas baik sosial maupun emosional. Dengan bertanya akan membantu

35

(51)

belajar anak didik dengan kawan-kawannya, membantu lebih sempurna dalam menerima informasi dan mengembangkan keterampilan.

b. Keterampilan Lanjut Bertanya

Masalah-masalah yang muncul pada waktu yang akan datang, sebaiknya dapat diantisipasi sesegera mungkin, sebab hal itu sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Dalam hal ini pendidik harus dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam meningkatkan kemampuan berfikir dan hidup mandiri. Saling tukar pendapat di antara anak didik dan meningkatnya pertanyaan tanpa tuntutan dari pendidik, menunjukkan pertumbuhan cara berfikir yang bebas dan kedewasaan anak didik.

c. Keterampilan Memberi Penguatan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dengan adanya ”hadiah”. Orang yang bekerja untuk orang lain hadiahnya adalah upah/gaji, orang yang menyelesaikan suatu program sekolah hadiahnya adala ijazah. Pemberian hadiah tersebut secara psikologi akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang yang menerimanya. Karena hal tersebut akan membantu sekali dalam meningkatkan hasil belajar. Dengan kata lain, perubahan tingkah laku (behavior modification) dilakukan dengan pemberian penguatan.

d. Keterampilan Mengadakan Variasi

(52)

e. Keterampilan Menjelaskan

Dalam kehidupan sehari-hari istilah menjelaskan diartikan sama dengan menceritakan. Dan tujuan memberikan penjelasan antara lain untuk membimbing anak didik untuk mendapat dan memahami hukum,fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan benar. Dan melibatkan anak didik untuk berfikir, menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah-masalah dan pertanyaan yang ada.36

Pekerja sosial dan praktisi perubahan sosial memahami bahwa keterampilan (skill) adalah sebuah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik. Karena itu keterampilan dan keahlian bekembang secara terus-menerus dan mengalami pengulangan. Skill adalah kemampuan tentang bagaimana dan apa saja yang anda kerjakan. Skill memerlukan perhatian yang sangat serius dari peserta didik, akan tetapi mengalami atau melihat sendiri secara langsung merupakn guru yang lebih berpengalaman. Guru terbaik adalah pengalaman sepanjang hidupnya, dan kesalahan yang segera diperbaiki merupakan perbaikan diri yang luar biasa.37

36

Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet. Ke-2, h. 130-131.

37

Gambar

Gambaran Umum tentang Objek Penelitian, dalam bab III akan
GAMBARAN UMUM YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA
Tabel 1 Daftar Staff-staff (Tenaga Pengajar) di Bengkel Kreativitas tersebut

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan multikultural dalam buku ajar bahasa dan sastra indonesia untuk siswa sekolah menengah pertama di surakarta, Widyaparwa, 41 (1): 29 — 39. Meneguhkan paradigma mutu

Jumlah masjid dan musholla diseluruh Kabupaten Kampar Tahun 2015. Berdasarkan Dari data tabel diatas dapat dilihat berapa banyaknya jumlah keseluruhan masjid dan mushola di

[r]

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 CIPEUCANG KABUPATEN PANDEGLANG.. Universitas Pendidikan Indonesia

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir rasional siswa yang berkaitan dengan materi yang dikembangkan oleh peneliti

Penulisan dari skripsi ini bertujuan untuk membangun protokol CLNP yang digunakan pada ATN, khususnya pada modul output,selain itu skripsi ini juga bertujuan

Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya, skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, DAYA TARIK IKLAN, DAN HARGA TERHADAP MINAT

ASSETS ASSETS Debit for Increase Credit for Decrease LIABILITIES LIABILITIES Debit for Decrease Credit for Increase RETAINED RETAINED EARNINGS EARNINGS Debit for