• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.3. Kondisi Penduduk Kota Medan

Kondisi penduduk yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan saranapendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi

masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya.

Jumlah penduduk kota Medan selalu meningkat dari tahun ke tahun. BPS mengungkapkan bahwa jumlah penduduk kota Medan dalam hitungan terakhir (2009) mencapai 2.121.053 jiwa yang tersebar di 21 Kecamatan. Terjadi peningkatan jumlah penduduk dari 2.083.156 pada tahun 2007 menjadi 2.102.105 jiwa pada tahun 2008 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,91 %. Laju pertumbuhan penduduk

55 tahun 2008 ke tahun 2009 mencapai 0,90 % dengan jumlah penduduk mencapai 2.121.053 jiwa.

Tabel: I

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2009

Tahun Jumlah Penduduk Luas Wilayah (KM²) Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM²) [1] [2] [3] [4] 2005 2.036.185 265,10 7.681 2006 2.067.288 265,10 7.798 2007 2.083.156 265,10 7.858 2008 2.102.105 265,10 7.929,5 2009 2.121.053 265,10 8.001

Sumber: BPS Kota Medan

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk kota Medan semakin tinggi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penduduk di kota bukan hanya disebabkan karena jumlah kelahiran yang tinggi. Migrasi merupakan hal utama yang perlu mendapat perhatian mengingat kota merupakan tujuan utama arus urbanisasi.

56 Penduduk yang berkualitas merupakan modal dasar yang efektif bagi pembangunan. Namun pertumbuhan penduduk yang pesat akan menyebabkan sangat sulitnya untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Dengan demikian penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak

akan mudah untuk dicapai.

September 2014 pada pukul 22:45).

Penduduk yang berkualitas itu dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakatnya. Kondisi sosial yang dimaksud terbagi atas pendidikan, kesehatan, keamanan, kemiskinan yang dapat ditekan serta aspek lain termasuk agama, suku/ etnis dan lain-lain. selain itu sarana pendidikan, kesehatan dan keamanan merupakan faktor penunjang utama terhadap pertumbuhan ekonomi. Aspek religius/ agama juga sangat berpengaruh dimana akan memperbaiki pola pikir dan membentuk kepribadian masyarakatnya.

Secara umum jenis pekerjaan di kota Medan sangat beragam. Hal ini didukung karena semakin kompleksnya masyarakat yang tinggal di kota. Kota pada umumnya sangat terbuka bagi siapa saja yang berani dan mampu bertarung demi mendapatkan apa yang diinginkan. Begitu pula dengan kota Medan. Dengan demikian pola-pola mata pencaharian tidak bertumpu pada satu jenis. Pekerjaan di kota Medan terbagi atas dua jenis, yaitu sektor formal dan informal.

57 Pada dasarnya tidak semua orang mampu bertarung untuk mendapatkan pekerjaan. Data BPS menyebutkan bahwa jumlah angkatan kerja pada Agustus 2013 sebanyak 118, 19 juta orang, yang terdiri dari 110, 80 juta orang bekerja dan 7, 39 juta orang penganggur. Pengangguran merupakan faktor utama tingginya angka kemiskinan di kota. Pengangguran yang tinggi akan semakin memperparah kemiskinan di kota. Pengangguran dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Pengangguran memicu seseorang untuk berusaha melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi sehingga mampu menopang kehidupan. Hal ini semakin diperkuat dengan kondisi kota yang opened space sehingga memungkinkan seseorang untuk bebas melakukan aktivitas-aktivitas.

Sejak dibukanya perkebunan-perkebunan oleh orang asing, kota Medan semakin ramai dan jumlah penduduk semakin meningkat. Kuli-kuli perkebunan sengaja didatangkan oleh orang asing dari pulau Jawa dan luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Sejak saat itu penduduk kota Medan semakin kompleks, yang terdiri dari berbagai suku/ etnis seperti India, Tionghoa, Jawa, Batak, Aceh serta Karo dan Melayu sebagai suku asli di Kota ini.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan diditetapkannya kota sebagai pusat perdagangan dan jasa, semakin menambah daya tarik para transmigran dari berbagai penjuru. Kota Medan kini menjadi salah satu tujuan para pelancong untuk bekerja di sektor-sektor pemerintahan dan swasta. Di samping itu kota Medan juga menjadi

58 pusat pendidikan di Sumatera Utara. Sehingga dari tahun ke tahun jumlah penduduk kota Medan kini semakin padat.

Penduduk yang semakin banyak membutuhkan pemukiman yang cukup luas. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan pemukiman pun semakin tinggi. Lahan di kota semakin menyempit sehingga pemukiman menyebar hingga ke wilayah rural urban. Selain itu pembangunan fisik seperti jalur transportasi yang menghubungkan masyarakat juga semakin menyebar. Hal ini akan berpengaruh terhadap ruang terbuka hijau dimana kota yang pada awalnya sebagian besar adalah ruang terbuka hijau kian menyempit. Kawasan rural urban sebagai wilayah konservasi pun semakin berkurang.

Untuk mencegah terjadinya penumpukan penduduk di satu tempat maka pemerintah membuat arahan distribusi penduduk yang tersebar di seluruh kecamatan di kota Medan.

59 Tabel: II

ARAHAN DISTRIBUSI PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2030

Sumber: RTRW Kota Medan Tahun 2011-2030

Arahan penyebaran penduduk ini ditetapkan karena penyebaran penduduk kota Medan saat ini tidak merata. Penyebaran penduduk terkonsentrasi di kawasan pusat kota seperti Kecamatan Medan kota, Kecamatan Medan perjuangan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Area, dan Kecamatan Medan Tembung. Sejalan dengan kecenderungan perkembangan fisik kota, saat ini

60 perkembangan permukiman mulai mengarah ke Selatan. Perkembangan permukiman ke arah Selatan perlu dibatasi mengingat kawasan ini merupakan daerah konservasi. Untuk itu pada masa yang akan datang perkembangan permukiman diharapkan akan mengarah ke Utara, seperti Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan.28

b. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan masyarakat. Dalam menunjang fungsi tersebut di Kota Medan terdapat Rumah Sakit Umum Provinsi, Rumah Sakit Umum Pusat, Untuk mewujudkan penyebaran penduduk yang demikian maka harus disertai dengan pola perkembangan dan penggunaan lahan yang sesuai.

Penataan ruang Kota Medan sangat tergantung pada tata ruang kota yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan. Dalam perjalanan Kota Medan mengalami perkembangan yang signifikan, dan untuk melihat perubahan yang terjadi dapat dikemukakan tentang perkembangan kota tersebut. Sejak tahun 1862 ada dua kutub pertumbuhan, yaitu pelabuhan laut Belawan, dan pusat Kota Medan. Sekarang, yang berhubungan dengan pasar (pajak) ikan, tetapi saat ini pajak ikan sudah berubah fungsi menjadi pasar kain dan wilayah perkantoran serta perdagangan kota. Kota medan menjadi strategis, karena mempunyai beberapa fungsi utama dalam kerangka konteks regional sebagaimana dikemukankan berikut ini.

a. Sebagai pusat pemerintahan daerah, yaitu pemerintahan Kota Medan dan Pemerintahan Provinsi Sumatera utara. Sehubungan dengan itu, kantor perwakilan negara-negara asing (konsulat) berdomisili di Medan.

28

61 Perguruan Tinggi Negeri, stasiun TVRI dan RRI. Fungsi ini ditopang dengan munculnya fasilitas lainnya yang dikembangkan oleh pihak swasta.

c. Sebagai pusat perkantoran swasta, yaitu sebagai kantor koordinasi walaupun kegiatannya tersebar diberbagai tempat di Sumatera Utara bahkan di luar Sumatera Utara.

d. Sebagai pusat perdagangan yang wilayah pengaruhnya mencakup seluruh Provinsi Sumatera Utara, bahkan juga provinsi tetangga.

e. Sebagai pintu gerbang international untuk penerbangan udara yang sekaligus menjadi pintu gerbang pariwisata.

Kondisi tersebut mendorong Kota Medan menajadi semakin penting bagi daerah sekitar. Di mana Kota Medan diharapkan dapat menjadi pusat pelayanan terhadap daerah-daerah yang berada di belakangnya dan membatu agar daerah tersebut dapat berkembang. Ketidak mampuan Kota Medan mendukung pelayanan daerah lainnya akan berpengaruh terhadap kemajuan Kota Medan. Untuk peranan Kota Medan terhadap wilayah sekitarnya dengan penyebaran pusat-pusat kegiatan ekonomi.

Secara umum pola perkembangan atau penggunaan lahan kota Medan lebih mendekati pada teori lingkaran konsentrik (concentric zone theory) dimana teori lingkaran konsentrik yang dikembangkan oleh Ernest Burgess (1923), penggunaan lahan diidentifikasi atas lima zona, yakni:

62 • Kawasan pusat kegiatan usaha/niaga (central business district-CBD) yang merupakan pusat kegiatan;

• Zona transisi yang mencampurkan penggunaan perdagangan dan jasa dan industri; • Zona perumahan penduduk berpendapatan rendah;

• Zona perumahan penduduk berpendapatan sedang; dan • Zona perumahan penduduk commuter.

Hal ini dapat diyakini karena sejak periode tahun 1970-an terjadi perkembangan yang hanya memusat di pusat kota saja, kemudian berkembang secara merata ke luar pusat kota. Aplikasi dari teori ini dituangkan dalam kelompok-kelompok pengembangan yang saling terkait. Cluster/ kelompok-kelompok-kelompok-kelompok yang diidentifikasikan dan diprioritaskan pengembangannya adalah :

a). Cluster Pusat Kota dengan fungsi utama sebagai : pusat perdagangan dan jasa; b). Cluster Kawasan Utara dengan fungsi utamanya sebagai: kawasan industri, pelabuhan, pariwisata dan perikanan; dan

c). Cluster Kawasan Selatan dengan fungsi utamanya sebagai : Ruang Terbuka Hijau.29

29

RTRW kota Medan tahun 2011-2030

Untuk mewujudkan kawasan Selatan sebagai wilayah konservasi dan peruntukan Ruang Terbuka Hijau maka perkembangan pemukiman penduduk diarahkan ke bagian Utara yakni di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Labuhan. Kedua Kecamatan ini dipilih karena jumlah penduduk yang belum padat.

63 Kepadatan penduduk dan terus meningkat dan kebutuhan akan pemukiman pun akan semakin meningkat pula. Hal ini menjadi masalah besar bagi ekosistem kota. Dimana keseimbangan kota yang ditopang dengan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau akan semakin berkurang sehingga akan berdampak pada merosotnya keseimbangan ekologis di kota. Konsekuensi yang dihadapi adalah semakin besarnya potensi polusi, banjir dan kebisingan di perkotaan.

2.4. Kondisi Perdagangan di Kota Medan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa Kota Medan menjadi strategis karena salah satu fungsi utama Kota Medan adalah pusat perdagangan. Kegiatan pada sektor perdagangan di Kota Medan diantaranya terdiri dari kegiatan di pasar, plaza/mall, toko, restoran, Pedagang Kaki Lima dan warung. Kegiatan perdagangan tersebut umumnya tergolong dalam kegiatan pada sektor perdagangan formal maupun sektor perdagangan informal.

Kegiatan yang termasuk sektor informal bersifat heterogen. Secara umum sektor informasi di daerah perkotaan dipandang sekedar melakukan peran dalam kehidupan kota dan terdiri dari beraneka ragam kegiatan usaha yang berkaitan dengan bidang pelayanan dan jasa pada tingkat bawah, seperti warung kopi, tukang sampah, pengamen jalanan, penyemir sepatu, Pedagang Kaki Lima, dan pengencer barang. Kegiatan informal dapat dibedakan menjadi lima sub sektor yaitu perdagangan, jasa, angkutan, bangunan, dan industri kecil.

64 Adanya dorongan untuk masuk pada sektor informal karena tidak adanya hubungan kerja kontrak jangka panjang pada sektor informal, sehingga mobilitas angkatan kerja dalam sektor informal menjadi relatif tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang mempermudah tenaga kerja memasuki sektor ini. Jadi, diharapkan dapat bertindak sebagai suatu kekuatan penyangga antara kesempatan kerja dan pengangguran. Beberapa pencari kerja yang memperoleh pekerjaan tetap di sektor formal, bisa bekerja dalam sektor informal sementara atau waktu lama daripada menganggur sama sekali.

Kegiatan-kegiatan perekonomian sektor informal setidaknya memberikan pendapatan dan pekerjaan pada para penduduk, betapa sedikit dan tidak tetapnya, kepada penduduk yang hampir tidak bisa dibayangkan bagaimana mereka bisa mempertahankan kehidupan subsistensi mereka. Namun tidak mungkin diharapkan adanya kebijakan yang berorientasi pada kelangsungan kegiatan-kegiatan kecil dan tidak efisien yang menggunakan teknologi yang tradisional. Peningkat tingkat hidup penduduk menuntut perluasan sektor formal secepat mungkin. Oleh karena itu, perlu campur tangan pemerintah untuk membuat suatu kebijakan tentang keberadaan sektor informal khususnya Pedagang Kaki Lima.

Dokumen terkait