• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi

Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km². Kabupaten ini terdiri dari 28 Kecamatan, 340 desa dan 5 kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut.

Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang

Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi

DAS Ciambulawung mempunyai luas kurang lebih hanya sekitar 554,72 Ha dan terletak antara 106° 36’ – 106° 39’ Bujur Timur dan 6° 77’ – 6° 80’ Lintang Selatan. Wilayah ini berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), dimana 490.02 Ha dari kawasan TNGHS berada di dalam DAS Ciambulawung dan sisanya berupa kawasan APL (Purwanto et al., 2009).

Topografi

Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0 – 1.000 mdpl. Bagian dari Provinsi Banten yang berupa dataran rendah (0 – 200 mdpl) terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 200 – 2.000 mdpl dan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian dari 500 mdpl hingga 2.000 mdpl. Di wilayah ini terdapat Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.

DAS Ciambulawung terletak di kawasan Lebak Timur. Di daerah ini keadaan topografinya didominasi oleh topografi pegunungan dengan ketinggian hingga 680 mdpl untuk sisi bagian selatan, 680-825 mdpl untuk sisi bagian tengah, serta 825-1.188 mdpl untuk sisi bagian utara yang berbatasan langsung dengan Gunung Halimun Salak. Berdasarkan elevasi tersebut dan bentuk topografinya yang berpegunungan, maka DAS Ciambulawung memiliki kemiringan lereng dominan dari curam hingga sangat curam.

Iklim

Iklim wilayah Banten sangat dipengaruhi oleh Angin Muson (Monsoon Trade) dan gelombang La Nina atau El Nino. Saat musim penghujan (November - Maret) iklim didominasi oleh angin Barat (dari Sumatera, Samudra Hindia sebelah selatan India) yang bergabung dengan angin dari Asia yang melewati Laut Cina Selatan. Sebaliknya pada musim kemarau iklim didominasi oleh angin Timur yang menyebabkan wilayah Banten mengalami kekeringan terutama di wilayah bagian pantai utara terlebih lagi bila terkena gelombang El Nino. Suhu di daerah pantai dan perbukitan berkisar antara 22º C dan 32º C, sedangkan suhu di pegunungan pada ketinggian antara 400 –1.350 m dpl mencapai antara 18º C –29º C (Bappeda Banten, 2008).

Dari data primer curah hujan DAS Ciambulawung yang diolah dan diklasifikasi menurut metode Schmidt dan Ferguson, didapatkan bahwa wilayah DAS Ciambulawung termasuk ke dalam kategori iklim C, yakni daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba, di antaranya terdapat jenis vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau dengan nilai perbandingan antara Bulan Kering (BK) dengan Bulan Basah (BB) berkisar 33-60 %.

Geologi

Geologi Banten bagian selatan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunungapi, batuan terobosan dan alluvium yang berumur mulai Miosen Awal hingga Resen. Satuan litologi tertua di daerah ini adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen yang terdiri dari tiga anggota, yaitu Anggota Konglomerat, Batu Lempung, dan Batu Gamping. Selanjutnya adalah Formasi Cicaruep, Formasi Cijengkol, Formasi Citarate, Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi Badui, Formasi Cimancuri dan Formasi Cikotok (Puslitbang Geologi, 1998).

DAS Ciambulawung secara umum tersusun dari tiga Formasi Batuan (Gambar 2), yaitu Formasi Anggota Napal dengan umur Oligosen, Formasi Cikotok (Eosen), dan Formasi Cimapag (Miosen). Formasi Anggota Napal melintas di kampung Lebak picung, dimana singkapannya dapat diamati di wilayah permukiman penduduk (Gambar 3) yang tersusun dari jenis batuan sedimen (klastik dan marl). Formasi Cikotok mendominasi wilayah DAS Ciambulawung, tersusun dari batuan vulkanik (submarine), sedangkan Formasi

Cimapag terbentang di bagian utara, tersusun dari batuan induk yang sama dengan Formasi Cikotok, yakni batuan vulkanik (submarine), namun dengan umur yang lebih muda.

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian (Sumber: Peta Geologi, Puslitbang Geologi, 1998).

Gambar 3. Singkapan batuan napal (Oligosen) di Kampung Lebak Picung (posisi GPS : 06° 47’ 6.2” LS; 106° 21’ 41.8” BT)

Geomorfologi

Berdasarkan kondisi topografi, geologi, dan iklimnya, maka kondisi geomorfologi DAS Ciambulawung didominasi oleh proses denudasi pada morfologi pegunungan dan perbukitan dengan lereng-lereng yang curam. Mengingat morfologi di daerah ini tersusun dari batuan Tersier, maka proses denudasi tampak, seperti pada citra SRTM (Gambar 4), dimana torehan-torehan hasil proses denudasi menjadi ciri utama bentanglahan di wilayah penelitian. Berdasarkan kondisi geologi di atas, maka bentanglahan di wilayah ini secara morfogenesis berasal dari formasi vulkanik yang terbentuk di bawah permukaan laut yang selanjutnya terangkat secara tektonik, kemudian terdenudasi oleh proses geomorfologis (eksogenik) sehingga membentuk bentanglahan yang ada seperti saat ini. Hal ini sesuai dengan penjelasan Van Bemmelen (1949) dan uraian geomorfologi Pulau Jawa dari Pannekoek (1950) dan Verstappen (2000) yang mengatakan bahwa Pulau Jawa bagian selatan sebagian besar merupakan wilayah pengangkatan tektonik Tersier.

Gambar 4. Daerah Penelitian Dilihat dari Citra SRTM Penutupan/ Penggunaan Lahan

Seperti diuraikan di atas bahwa sebagian besar dari wilayah DAS Ciambulawung adalah bagian dari Kawasan Taman Nasional Halimun Salak (TNGHS), oleh karena itu sangat wajar jika sebagian besar penutupan/penggunaan lahan di daerah penelitian ini didominasi oleh hutan (Gambar 5). Sungguh pun demikian pada wilayah ini terdapat jenis

DAS

penutupan/penggunaan lahan lainnya meskipun dengan luasan yang cukup kecil, yaitu kebun campuran, permukiman, sawah, semak belukar dan tanah terbuka.

Berdasarkan tipe penutupan/penggunaan lahan di atas, permukiman merupakan penggunaan lahan yang paling sempit luasannya dan berada di dataran di sekitar sungai. Untuk persawahan sebagian besar berada di lereng-lereng kaki perbukitan dengan system terassering.

Hutan Semak Belukar

Kebun Campuran Sawah

Lahan Terbangun Lahan Terbuka

Hidrologi

Potensi sumber daya air wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di Kabupaten Lebak. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Sungai Ciambulawung merupakan salah satu anak Sungai Cimadur yang bermuara ke Samudera Hindia dengan arah aliran secara umum ke selatan. Berdasarkan hasil pengukuran debit sesaat dari sungai Ciambulawung di lapangan, pada saat musim hujan dan kemarau pada tahun 2011 berturut-turut adalah sebesar 242,71 L/s dan 36,1 L/s. Pemanfaatan air sungai oleh penduduk setempat umumnya untuk mandi, cuci dan kakus (MCK), mengisi kolam ikan di luar musim tanam, mengairi sawah penduduk setempat dan sawah-sawah desa lain melalui saluran irigasi, serta memutar turbin PLMTH sebagai pembangkit listrik. Adapun untuk keperluan air bersih umumnya penduduk memanfaatkan mata air yang terdapat di tebing sungai, ditampung di suatu tempat dan dengan menggunakan selang dialirkan ke setiap rumah.

Demografi, Sosial-Ekonomi, dan Budaya

Jumlah penduduk di kampung Lebak Picung cukup sedikit yaitu berkisar 52 KK. Lebak Picung termasuk dalam kategori kampung terpencil di Provinsi Banten. Dimana penduduk kampung Lebak picung sebagian besar bekerja sebagai petani. Jenis komoditi pertanian utama di kampung ini diantaranya adalah padi, cengkeh, kopi, jagung, singkong, pisang, dan gula aren. Komoditi pertanian tersebut selama ini masih diolah secara sederhana dan dimanfaatkan untuk keperluan sendiri (subsisten). Selain menjadi petani, sebagian besar kaum muda lebih memilih merantau ke daerah perkotaan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang mereka miliki. Untuk memenuhi kebutuhan finansial, sebagian besar penduduk menjual hasil-hasil sumberdaya alam, terutama kayu hutan yang terdapat di sekitar perkampungan mereka namun bukan dari kawasan TNGHS. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, padi merupakan tanaman utama dan secara tradisional sistem bercocok tanam hanya dilakukan sekali dalam setahun. Hasil panen kemudian dijemur dan disimpan di dalam lumbung atau dalam bahasa lokal disebut leuit (Gambar 6).

Gambar 6. Lumbung (leuit) Padi Khas Kampung Lebak Picung

Kampung Lebak picung juga dikenal sebagai kampung adat, dimana penduduknya masih memegang teguh adat istiadat yang diturunkan oleh para leluhurnya. Sebagai contoh terdapat satu hari dari setiap bulannya, berupa larangan bagi penduduk Lebak picung untuk mengambil hasil alam yang ada di sekitar mereka. Hal tersebut mereka lakukan sebagai wujud menjaga kelestarian alam serta hasil bumi di dalamnya. Pada hari yang sama penduduk juga diharuskan membuat bubur merah untuk dimakan bersama dalam suatu acara sebagai simbol rasa syukur mereka kepada Yang Maha Kuasa atas hasil bumi yang telah dilimpahkan.

Dokumen terkait