• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Perekonomian Daerah a. Pertumbuhan PDRB`

BAB II GAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS

Per 10.000 Pendudukdi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2014 b. Rasio Ketergantungan

2.3.4. Kondisi Perekonomian Daerah a. Pertumbuhan PDRB`

Tujuan pembangunan ekonomi secara substansi adalah untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan pembangunan yang ada dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat memerlukan terciptanya kondisi dasar, yakni: (1) Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; (2) Penciptaan sektor ekonomi yang kokoh; serta (3) Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.

Kinerja pembangunan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah terus menunjukkan prestasi yang spektakuler. Prestasi kinerja ini dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2011-2015, kecuali pada tahun 2014 sedikit melambat sebagai konsekuensi adanya pembatasan larangan ekspor bahan mentah minerba sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara. Meski demikian laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah selama periode tahun 2011-2015 masih lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan PDRB seri 2010, laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun awal pelaksanaan RPJMD yakni tahun 2011 sebesar 9,82 persen meningkat menjadi 15,56 persen pada tahun 2015 atau terjadi peningkatan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 9,91 persen pertahun sepanjang periode tahun 2011-2015. Capaian laju pertumbuhan ekonomi tersebut telah melampaui target yang diamanatkan dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah 2011-2016 yang menargetkan sebesar 9,45 persen pada tahun 2015.

Sumber: BPS 2016.

Gambar 2.9

Trend Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2015

II | 37 Dalam skala regional Indonesia Timur Sulawesi, Maluku, dan Papua (SULAMPUA) Tahun 2015, capaian laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah menempati peringkat pertama.

Sumber: BPS 2016.

Gambar 2.10

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Perspektif Regional SULAMPUA Tahun 2015

Pada tahun 2015, pertumbuhan tertinggi berdasarkan PDRB sektoral adalah Sektor Industri Pengolahan dengan laju pertumbuhan sebesar 89,99 persen dengan andil pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,37 persen, diikuti terbesar kedua dan ketiga masing-masing adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan laju pertumbuhan sebesar 26,71 persen dengan andil pertumbuhan sebesar 2,73 persen, dan Sektor Kontruksi dengan laju pertumbuhan sebesar 20,95 persen dengan andil pertumbuhan sebesar 2,57 persen.

II | 38

Tabel 2.10

Laju dan Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah Menurut Sektor Ekonomi, Tahun 2011-2015 (Persen)

Sumber: BPS, 2016.

Perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Tengah sepanjang periode tahun 2011-2015 cenderung mengalami peningkatan, yakni Pada Tahun 2011 Nilai PDRB ADHB mencapai Rp. 60.716 milyar menjadi Rp. 107.788 milyar pada tahun 2015, sedangkan PDRB ADHK 2010 dari Rp. 56.834 miliar pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 82.991 milyar pada tahun 2015.

II | 39 Sumber: BPS 2016.

Gambar 2.11

Perkembangan Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2015

Dilihat dari pola distribusi PDRB menurut sektor ekonomi atau dari sisi produksi, sepanjang tahun 2011-2015 sektor pertanian secara umum masih dominan dalam pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah dengan kontribusi rata-rata sebesar 34,42 persen pertahun, disusul terbesar kedua dan ketiga masing-masing adalah Sektor Konstruksi dengan kontribusi rata-rata sebesar 11,85 persen pertahun dan Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan kontribusi rata-rata sebesar 10,99 persen pertahun.

Tabel 2.11

Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2011-2015

SEKTOR EKONOMI 2011 2012 2013 2014 2015

RATA-RATA

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 36,61 35,51 34,35 34,37 31,26 34,42

B Pertambangan dan Penggalian 10,12 11,68 13,14 9,69 10,31 10,99

C Industri Pengolahan 6,24 5,85 5,67 5,87 9,27 6,58

D Pengadaan Listrik, Gas 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0,16 0,15 0,14 0,15 0,14 0,15

F Konstruksi 9,83 10,41 11,12 13,59 14,29 11,85

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 10,45 9,89 9,48 9,66 9,25 9,75

H Transportasi dan Pergudangan 4,28 4,15 4,20 4,26 4,00 4,18

II | 40

SEKTOR EKONOMI 2011 2012 2013 2014 2015

RATA-RATA

Minum

J Informasi dan Komunikasi 3,48 3,56 3,42 3,47 3,22 3,43

K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,47 2,48 2,45 2,38 2,19 2,39

L Real Estate 2,14 2,07 1,98 2,07 1,95 2,04

M,N Jasa Perusahaan 0,28 0,28 0,28 0,28 0,27 0,28

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 6,47 6,55 6,57 6,78 6,43 6,56

P Jasa Pendidikan 4,42 4,43 4,26 4,39 4,08 4,32

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,49 1,48 1,44 1,53 1,42 1,47

R,S,T,U Jasa lainnya 0,94 0,92 0,89 0,90 0,90 0,91

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS 2016.

Sementara dari sisi PDRB pengeluaran pada tahun 2015, andil pertumbuhan tertinggi disumbangkan oleh Komponen Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yakni sebesar 6,13 persen, menyusul terbesar kedua dan ketiga masing-masing adalah Komponen Ekspor Luar Negeri dengan andil pertumbuhan sebesar 5,85 persen dan Komponen Konsumsi Rumah Tangga dengan andil pertumbuhan sebesar 2,28 persen.

Tabel 2.12

Perkembangan Laju dan Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi TengahMenurut Komponen Pengeluaran

Tahun 2011 - 2015 (Persen)

Sumber: BPS, 2016.

Dilihat dari pola distribusi PDRB dari sisi pengeluaran, selama periode 2011-2015 struktur PDRB Provinsi Sulawesi Tengah masih didominasi oleh Komponen Konsumsi Rumah Tangga dengan kontribusi rata-rata pertahun sebesar 55,18 persen, menyusul terbesar kedua dan ketiga masing-masing adalah Komponen Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi rata-rata pertahun sebesar 40,43 persen dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

II | 41 dengan kontribusi rata-rata pertahun sebesar 14,33 persen. Secara rinci perkembangan kontribusi masing-masing komponen pengeluaran terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.13.

Distribusi PDRB ADHB Menurut Komponen Pengeluaran Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2015

PDRB DARI SISI PENGELUARAN 2011 2012 2013 2014 2015

RATA-RATA 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga 57,55 56,30 54,88 57,27 50,38 55,18

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,90 1,81 1,81 1,91 1,79 1,74 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15,10 14,97 14,76 14,37 12,94 14,33 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 37,39 38,22 40,11 44,55 42,38 40,43 5. Perubahan Inventori 1,71 2,32 2,08 1,85 2,87 2,17 6. Ekspor Luar Negeri 8,50 8,44 7,90 5,30 9,79 7,72 7. Impor Luar Negeri 0,58 0,62 0,67 0,81 1,90 0,92 8. Net Ekspor Antar Daerah -21,58 -21,44 -20,87 -24,45 -18,25 -22,42

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS 2016.

Selanjutnya perkembangan Nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Nominal Sulawesi Tengah juga menunjukkan pertumbuhan yang positif yakni pada tahun 2015 PMTB mencapai Rp. 48.717 Milyar atau meningkat sebesar 21,16 persen dari tahun 2014.

Sumber: BPS, 2016.

Gambar 2.12

Trend PMTB Nominal Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2011 – 2015

II | 42

b. PDRB Perkapita

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita memberikan gambaran nilai tambah atas keseluruhan aktivitas ekonomi yang dihasilkan oleh penduduk dalam suatu periode tertentu, atau dengan perkataan lain PDRB perkapita adalah nilai dari hasil pembagian PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Semakin tinggi nilai PDRB perkapita suatu daerah, maka semakin baik tingkat perekonomian daerah tersebut, walaupun ukuran ini belum mencakup faktor kesenjangan pendapatan antar penduduk. PDRB perkapita merupakan salah satu indikator untuk mengetahui sejauhmana tingkat pembangunan ekonomi suatu daerah dalam lingkup makro, selain itu juga dijadikan sebagai acuan untuk memantau kemampuan daerah dalam menghasilkan produk domestik barang dan jasa.

Sejalan dengan meningkatnya nilai PDRB, maka PDRB Perkapita Provinsi Sulawesi Tengah selama periode tahun 2011-2015 juga menunjukkan trend yang positif. Pada tahun 2011 PDRB Nominal Perkapita sebesar Rp. 22.547.485,-meningkat menjadi Rp.25.421.636,- pada tahun 2012, selanjutnya secara berturut-turut meningkat setiap tahun hingga menjadi Rp.37.469.466,- pada tahun 2015, dengan demikian maka rata-rata pertumbuhan PDRB ADHB Perkapita Provinsi Sulawesi Tengah sepanjang periode 2011-2015 sebesar 13,91 persen pertahun.

Sumber: BPS 2016.

Gambar 2.13

Perkembangan PDRB ADHB Perkapita Provinsi Sulawesi Tengah, Periode 2011-2015

II | 43

c. Potensi Daerah 1) Pertanian

Kebijakan pembangunan bidang ekonomi nasional diarahkan pada peningkatan sektor industri dengan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah di Sektor Pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dan perkebunan dalam rangka mewujudkan dan meningkatkan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis. Pembangunan di sektor pertanian menjadi lebih penting disebabkan sebagian besar wilayah Sulawesi Tengah merupakan daerah pertanian dan mata pencaharian penduduknya adalah bercocok tanam/berkebun dan nelayan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya daya serap tenaga kerja di sektor pertanian di Provinsi Sulawesi Tengah rata-rata sebesar 49 persen pertahun. Sementara kontribusi Sektor Pertanian (secara umum) dalam perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah yakni menyumbang rata-rata sebesar 34 persen pertahun.

Tabel 2.14

Perkembangan Produksi Padi dan Palawija Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2011-2015

NO. KOMODITI 2011 2012 2013 2014 2015

(ARAM I) 1.

Padi

(Sawah+Ladang)

- Luas Panen (Ha) 221.846 229.080 224.326 219.613 222.119

- Produktivitas

(Kw/Ha) 46,96 44,71 45,98 46,54 47,87

- Produksi (Ton) 1.041.789 1.024.316 1.031.364 1.022.054 1.063.382

2. Jagung

- Luas Panen (Ha) 41.218 37.418 34.174 41.647 35.049

- Produktivitas

(Kw/Ha) 39,26 37,86 40,75 40,87 40,55

- Produksi (Ton) 161.810 141.649 139.266 170.203 142.132

3. Kedelai

- Luas Panen (Ha) 4.632 5.621 7.642 10.138 9.688

- Produktivitas

(Kw/Ha) 14,9 14,59 16,56 16,18 17,01

- Produksi (Ton) 6.900 8.202 12.654 16.399 16.475 4. Kacang Tanah

- Luas Panen (Ha) 6.362 6.135 3.971 3.751 3.991

- Produktivitas

(Kw/Ha) 16,52 15,44 18,39 15,6 14,56

- Produksi (Ton) 10.513 9.471 7.303 5.853 5.810 5. Kacang Hijau

- Luas Panen (Ha) 1.577 1.639 1.009 839 884 - Produktivitas 8,32 8,38 8,32 8,59 8,54

II | 44 NO. KOMODITI 2011 2012 2013 2014 2015 (ARAM I) (Kw/Ha) - Produksi (Ton) 1.312 1.373 839 721 755 6. Ubi Kayu

- Luas Panen (Ha) 4.198 4.702 4.844 4.074 2.714 - Produktivitas (Kw/Ha) 198,04 199,15 208,4 207,87 216,78 - Produksi (Ton) 83.139 93.642 100.950 84.688 58.835 7. Ubi Jalar

- Luas Panen (Ha) 2.306 2.516 2.001 1.832 1.983

- Produktivitas

(Kw/Ha) 108,89 107,04 107,7 111,64 111,19 - Produksi (Ton) 25.111 26.932 21.550 20.452 22.049 Sumber: BPS, 2015.

Perkembangan produksi tanaman padi dan palawija di Provinsi Sulawesi Tengah selama periode 2011-2015 cenderung meningkat. Pada Tahun 2015, Produksi tertinggi yakni komoditi padi dengan produksi mencapai 1.063.382 ton dan luas panen 222.119 ha dengan tingkat produktivitas sebesar 47,87 kw/ha, menyusul terbesar kedua dan ketiga masing-masing adalah komoditi jagung dengan produksi mencapai 142.132 ton dan luas panen 35.049 ha dengan tingkat produktivitas sebesar 40,55 kw/ha, dan komoditi ubi kayu dengan produksi mencapai 58.835 ton dan luas panen 2.714 ha dengan tingkat produktivitas sebesar 216,78 kw/ha. Sedangkan produksi terendah yakni komoditi kacang hijau dengan produksi 755 ton dan luas panen 884 ha dengan tingkat produktivitas sebesar 8,54 kw/ha.

2) Perkebunan

Perkembangan usaha perkebunan di Sulawesi Tengah menunjukkan peningkatan yang cukup nyata dengan beberapa komoditas andalan seperti : kakao, cengkeh, dan kelapa. Disamping itu terdapat juga beberapa komoditi potensi lainnya seperti : kemiri, pala dan panili.

Komoditi tanaman perkebunan yang merupakan komoditi perdagangan mempunyai peranan strategis, karena disamping merupakan sumber penghasilan devisa negara, juga mencakup rangkaian kegiatan produksinya termasuk peluang terbukanya lapangan kerja yang cukup menyerap banyak tenaga kerja.

Sub Sektor Perkebunan telah memberikan andil yang cukup baik dalam perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah. Sepanjang Tahun 2011-2015 Sub Sektor Perkebunan berkontribusi rata-rata sebesar 15 persen pertahun terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah.

II | 45

Tabel 2.15.

Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2011-2014

NO. KOMODITI 2011 2012 2013 2014

1. Kakao

- Luas Panen (Ha) 195.725 295.874 284.125 291.445 - Produksi (Ton) 168.859 181.523 195.846 208.485

2. Kelapa

- Luas Panen (Ha) 158.614 210.205 214.697 213.881 - Produksi (Ton) 192.469 218.411 189.572 190.568

3. Kopi

- Luas Panen (Ha) 5.899 7.573 7.762 8.373

- Produksi (Ton) 7.104 4.626 3.164 3.572

4. Cengkeh

- Luas Panen (Ha) 31.769 43.883 52.637 56.554 - Produksi (Ton) 7.996 9.304 13.788 16.444

5. Lada

- Luas Panen (Ha) 468 2.028 1.061 1.228

- Produksi (Ton) 238 252 183 114

6. Pala

- Luas Panen (Ha) 355 2.440 5.052 8.444

- Produksi (Ton) 89 88 209 227

7. Jambu Mete

- Luas Panen (Ha) 10.322 18.393 16.358 15.030

- Produksi (Ton) 3.455 4.816 2992 2.217

8. Karet

- Luas Panen (Ha) 4.662 5.398 5.605 6.201 - Produksi (Kw/Ha) 9.725 5.673 5.673 2.243

9. Vanila

- Luas Panen (Ha) 627 1.571 1.242 623

- Produksi (Ton) 143 151 132 43

10. Kelapa Sawit

- Luas Panen (Ha) 36.007 62.852 67.658 69.686 - Produksi (Ton) 571.846 144.861 121.077 127.191

Sumber: BPS, 2015.

Selama periode tahun 2011-2014 perkembangan produksi komoditi tanaman perkebunan di Sulawesi Tengah rata-rata mengalami peningkatan. Produksi terbesar masih didominasi oleh tanaman, kakao, kelapa, cengkeh, dan kelapa sawit.

Produksi tanaman kakao pada tahun 2011 sebesar 168.859 ton dengan luas panen 195.725 ha meningkat menjadi 208.485 ton dengan luas panen 291.445 ton

II | 46 pada tahun 2014 atau terjadi peningkatan produksi rata-rata sebesar 7,28 persen pertahun selama periode tahun 2011-2014.

Sementara produksi tanaman kelapa dari 192.469 ton dengan luas panen 158.614 ha pada tahun 2011 meningkat menjadi 198.568 ton dengan luas panen 213.881 ha pada tahun 2014 atau terjadi peningkatan produksi rata-rata sebesar 1,67 persen pertahun selama periode tahun 2011-2014.

Produksi tanaman cengkeh pada tahun 2011 sebesar 7.996 ton dengan luas panen 31.769 ha meningkat menjadi 16.444 ton dengan luas panen 56.554 ha pada tahun 2014 atau terjadi peningkatan produksi rata-rata sebesar 27,94 persen pertahun selama periode tahun 2011-2014.

Sedangkan produksi tanaman kelapa sawit sejak periode 2011-2013 cenderung menurun dan pada tahun 2014 produksinya kembali meningkat menjadi 127.191 ton dengan luas panen 69.686 ha.

3) Peternakan

Sub sektor peternakan pada Tahun 2014 telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 1,91 persen.

Jenis ternak yang diusahakan di Sulawesi Tengah terdiri dari: (a) Ternak Besar meliputi: sapi, kerbau dan kuda; (b) Ternak kecil meliputi: kambing, domba dan babi; (c) Ternak unggas meliputi: ayam ras, ayam kampung dan itik.

Tabel 2.16.

Populasi Ternak Menurut Jenisnya Di Provinsi Sulawesi Tengah,Tahun2011-2014

JENIS TERNAK 2011 2012 2013 2014 Ternak Besar a. Kerbau 3.341 3.403 3.409 3.297 b. Sapi 242.564 250.921 249.990 262.854 c. Kuda 3.976 3.904 3.318 3.007 Ternak Kecil a. Kambing 477.445 530.627 558.096 586.948 b. Domba 8.656 7.354 7.736 8.164 c. Babi 198.636 215.446 218.992 213.657 Ternak Unggas a. Ayam Ras 5.606.618 7.528.814 9.785.940 9.971.550 - Petelur 470.416 613.677 888.405 1.040.733 - Pedaging 5.136.202 6.915.137 8.897.535 8.930.817 b. Ayam Kampung 3.883.331 4.615.310 3.998.886 5.259.123 c. Itik 331.880 527.789 542.469 564.602 Sumber: BPS, 2015.

II | 47 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa, selama periode tahun 2011-2014, hampir semua jenis ternak mengalami peningkatan populasi kecuali pada jenis ternak kerbau dan kuda yang cenderung menurun.

Populasi terbanyak untuk kategori jenis ternak besar yaitu sapi dengan jumlah populasi pada tahun 2011 sebanyak 242.564 ekor meningkat menjadi 262.854 ekor pada tahun 2014 dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 2,74 persen selama periode 2011-2014.

Sementara untuk kategori jenis ternak kecil populasi terbanyak adalah kambing dengan jumlah populasi pada tahun 2011 sebanyak 477.445 ekor meningkat menjadi 586.948 ekor pada tahun 2014, dengan perumbuhan rata-rata pertahun sebesar 7,16 persen selama periode 2011-2014.

Sedangkan untuk kateori jenis ternak unggas populasi terbanyak yaitu ayam ras pedaging dengan jumlah populasi pada tahun 2011 mencapai 5.136.202 ekor meningkat menjadi 8.930.817 ekor pada tahun 2014, dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 21,22 persen selama periode 2011-2014.