• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaah Renstra Kementerian Perindustrian tahun 2014-2019

Tujuan V: Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Yang Berdaya Saing dan Berbudaya

3.3.2 Telaah Renstra Kementerian Perindustrian tahun 2014-2019

Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah

Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan :

 Industri kelas dunia

 PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa

 Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan

penciptaan pasar.

Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2025 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:

a. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya b. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi

perekonomian nasional

c. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar

d. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);

e. Jasa industri yang tangguh.

Berdasarkan Visi tahun 2025, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi

III-10

basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan. Dalam mewujudkan Visi Kementerian Perindustrian tahun 2025, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan berupa pencapaian strategis (Strategic

Outcomes) yaitu :

1. Meningkatnya nilai tambah industri;

2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri; 3. Meningkatnya kemampuan SDM Industri, penelitian dan

pengembangan serta kewirausahaan;

4. Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan;

5. Lengkap dan menguatnya struktur industri; 6. Tersebarnya pembangunan industri;

7. Meningkatnya peran IKM terhadap PDB.

Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2019 yakni Indonesia Menjadi Negara Industri yang

Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan.

A. MISI

Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut:

1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;

3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;

4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;

5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;

6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;

7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku

terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Sesuai dengan Misi tahun 2025 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2019 sebagai berikut:

1. Memperkuat dan meperdalam struktur industri struktur Industri Nasional untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju dan berwawasan lingkungan;

III-11

2. Meningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi;

3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; 4. Pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna

memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional.

Implementasi Kebijakan Industri Nasional (Perpres 28 Tahun 2008) dilakukan secara sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah, dimana sinergi dengan daerah dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu:

1. Atas - bawah (top-down)

Dalam pendekatan top down, pemerintah menetapkan Klaster Industri Prioritas dari hasil pemetaan yang terdiri dari 35 industri prioritas dari 563 industri, dengan total output 78 persen dan total ekspor 83 persen,yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional. Dari 35 klaster industri prioritas tersebut, difokuskan pada enam kelompok yakni: 1. Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur, 2. Kelompok Klaster Industri Agro, 3. Kelompok Klaster Industri Alat Angkut, 4. Kelompok Klaster Industri Elektronika & Telematika, 5. Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu, dan 6. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu.

Kelompok Klaster Industri Agro diarahkan pada pemantapan dan pengembangan 12 cabang industri yakni: Kelapa Sawit, Karet dan Barang Karet, Kakao, Pengolahan Kelapa, Pengolahan Kopi, Gula, Hasil Tembakau, Pengolahan Buah, Furnitur, Pengolahan Ikan, Kertas, serta Pengolahan Susu. Adapun Kelompok Klaster Industri Alat Angkut difokuskan untuk meningkatkan produktivitas

dan kualitas Industri Kendaraan Bermotor, Perkapalan,

Kedirgantaraan dan Perkeretaapian. Kelompok Klaster Industri

Elektronika & Telematika ditujukan untuk mendukung

pengembangan Industri Elektronika, Telekomunikasi, serta

Komputer & Peralatannya.

Beberapa tahun belakangan ini, Industri Kreatif yang umumnya Industri Kecil Menengah menunjukkan peningkatan inovasi karena meningkatnya koordinasi dari desainer, pengrajin, dan pemroses. Keunikan budaya dalam menghasilkan desain-desain unik bercirikan kedaerahan yang setelah dibina dengan bantuan teknologi pewarnaan dan kombinasi pemenuhan tren menghasilkan produk

fashion yang berkarya tinggi. Kelompok ini terdiri dari Industri

Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, Fashion, dan Kerajinan & Barang Seni. Sebagai contoh untuk produk fashion Desain yang terpaku pada motif tradisional diperbarui tanpa menghilangkan pola

III-12

bakunya yang dianut, walau kelemahan dalam pemasaran masih terjadi dengan dibantunya melalui keikutsertaan pada berbagai ekshibisi/pameran oleh pemerintah. Selain itu, pengembangan juga

ditujukan terhadap industri berbasis Manufaktur untuk

memantapkan antara lain: Industri Baja, Semen, Petrokimia, Keramik, Industri Permesinan (Mesin Listrik & Peralatan Listrik, Mesin Peralatan Umum), serta Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja (Tekstil & Produk Tekstil, Alas Kaki).

Kelompok klaster industri kecil dan menengah tertentu difokuskan pada 5 klaster yaitu 1. Klaster Industri batu Mulia dan Perhiasan, 2. Klaster Industri garam, 3. Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4. Klaster Industri Minyak Atsiri, 5. Klaster Industri Makanan Ringan.

Pada tahun 2025 mendatang akan dikembangkan pula

knowledge based industry yang merujuk kepada industri yang relatif

intensif dalam memperlakukan teknologi dan/atau sumber daya manusia sebagai input dari keberlangsungan suatu industri, diantaranya industri bio-teknologi, nano-teknologi, perangkat lunak, perkapalan dan kedirgantaraan, elektronika dan peralatan listrik, teknologi informasi dan peralatan komunikasi, serta peralatan energi dan lingkungan.

2. Bawah - atas (bottom up)

Keberagaman daerah di Indonesia dengan kekayaan alam sebagai keunggulan komparatif menghadirkan potensi daerah yang layak dikembangkan. Pembangunan daerah harus berdasarkan keunikan daerah tersebut dan mendorong kemandirian daerah yang tidak dapat ditiru daerah lain atau dikenal dengan basis Kompetensi Inti Industri Daerah. Kompetensi Inti Industri Daerah adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumber daya termasuk sumber daya alam dan kemampuan suatu daerah untuk membangun daya saing dalam rangka mengembangkan perekonomian Provinsi dan Kabupaten/Kota menuju kemandirian. Karakteristiknya yakni merupakan produk unggulan di daerah atau yang memiliki potensi sebagai unggulan, memiliki keterkaitan yang kuat (baik keterkaitan horizontal maupun keterkaitan vertikal), produk memiliki keunikan lokal, tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan yang memadai.

Kompetensi Inti yang dipilih haruslah memenuhi kriteria yaitu: bernilai tambah tinggi, memiliki keunikan daerah, keterkaitan kuat dengan sumber daya yang dimiliki daerah, serta berpeluang menembus pasar internasional. Dengan kata lain, penentuan Kompetensi Inti suatu daerah haruslah memberikan dampak yang besar dalam merangsang pertumbuhan ekonomi daerah.

III-13

Dengan mengambil pemikiran mengenai konsep One Village

One Product (OVOP) yang dikembangkan di Oita-Jepang dan konsep

SAKASAKTI (Satu Kabupaten/Kota Satu Kompetensi Inti) yang berkembang ditanah air, maka untuk membangun daya saing daerah diperlukan penciptaan Kompetensi Inti bagi daerah tersebut. Karenanya, pendekatan dari bawah - ke atas menjadi satu upaya untuk memperoleh masukan dari daerah yang lebih lanjut akan diselaraskan dengan program-program pemerintah yang dari atas – ke bawah.

Sesuai dengan analisis lingkungan strategis dan dengan memperhatikan Visi dan Misi Industri Nasional Indonesia, maka dapat dirumuskan kondisi yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Industri Nasional. Kondisi mendatang dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu:

a. Tahap 2020-2025 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan Visi pembangunan industri nasional jangka panjang menjadikan

Indonesia negara industri tangguh di dunia;

b. Tahap 2015-2019 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan Visi pembangunan industri nasional menjadikan Indonesia

negara industri maju baru; dan

c. Tahap 2020-2025 sebagai perbaikan fundamental industri untuk mencapai visi pemantapan daya saing basis industri

manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.

Kondisi yang harus dicapai pada tahun 2025 sebagai berikut:

1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang terkena dampak krisis;

2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar;

3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk olahan;

4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor; 5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi

kekuatan penggerak pertumbuhan industri di masa depan;

6. Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar dua kali lebih cepat daripada industri kecil.

Keluaran jangka menengah yang diharapkan adalah :

1. Besarnya kemampuan sektor industri untuk menyediakan lapangan kerja baru,

2. Pulihnya industri yang terpuruk akibat krisis,

3. Meningkatnya kemampuan daerah menghasilkan produk olahan,

III-14

4. Menguatnya struktur industri, seiring dengan tumbuhnya industri penunjang, komponen dan bahan baku industri,

5. Meningkatnya ekspor secara signifikan,

6. Terbangunnya pilar-pilar industri masa depan,

7. Semakin kuatnya keterkaitan antar skala-industri, dan seimbangnya sumbangan nilai tambah antara industri besar dan IKM.

B. TUJUAN

Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan industri mampu memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri andalan masa depan.

Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Dengan memperhatikan keenam kondisi yang diharapkan sebagaimana diuraikan pada Bagian E, maka dijabarkan Tujuan, Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama, Sasaran Kuantitatif, Arah kebijakan dan Program. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut:

Tujuan

Kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan

Indikator Kinerja Utama terdiri dari:

1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah; 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional.

Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar

negeri, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional. 2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan

di pasar dalam negeri.

Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang

III-15

1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri; 2. Indeks iklim industri Nasional.

Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan

penguasaan teknologi Industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri

terapan inovatif;

2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri.

Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri,

dengan indikator Kinerja Utama:

1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia);

2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan;

3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.

Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan

Indikator Kinerja Utama :

1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional;

2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja.

Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran industri kecil dan

menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama :

1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan eknomi nasional; 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil; 3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source”

Industri Besar.

C. SASARAN

Untuk mewujudkan pencapaian kondisi yang diinginkan dan tujuan di atas, maka perlu dirumuskan sasaran-sasaran yang sifatnya kuantitatif sehingga mudah untuk diukur keberhasilan pencapaiannya.

Kondisi sektor industri pada lima tahun yang akan datang tidak bisa dilepaskan dari keadaan perekonomian dalam negeri saat ini dan proyeksinya untuk lima tahun mendatang. Seperti telah dijelaskan, ada keinginan kuat untuk lebih meningkatkan peran Industri Kecil dan Industri Menengah di semua cabang industri. Untuk itu diharapkan terjadi peningkatan peran Industri Kecil dan Menengah mulai dari tahun 2016 sampai ke tahun 2021 dan selanjutnya tahun 2025.

III-16