• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Sosial Ekonom

Dalam dokumen makalah folklore persepsi pengobatan dal (Halaman 118-124)

harapan manusia (kepada Tuhan) untuk sembuh dan sehat atas penderitaan yang dialam

2.3 Konteks Penuturan

2.3.3 Kondisi Sosial Ekonom

Berdasarkan data Potensi dan Perkembangan Kelularan tahun 2010, kondisi sosial ekonomi masyarakan Kampung Sekejengkol berada pada level menengah kebawah. Terdapat kesenjangan yang amat jauh antara rata-rata pendapatan maksimum dan rata-

rata pendapatan minimum. Rata-rata pendapatan perkapita kurang lebih 1.000.000,00. Hal ini dapat dilihat dari segi pekerjaan, sebagian besar merupakan petani dan sebagian kecil merupakan pengusaha dan PNS.

2.4 Fungsi

Menurut Bascom (Sudikan, 2001:100) ada beberapa fungsi folklor bagi pendukungnya, yaitu: (a) sebagai sistem proyeksi, (b) sebagai alat pengesahan kebudayaan, (c) sebagai alat pendidikan, dan (d) sebagai alat pemaksaan pemberlakuan norma-norma.

Jampi ini berfungsi sebagai pengobatan, pengobatan dengan cara memanjatkan permohonan yang di tujukan kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan. Fungsi ini sesuai dengan salah satu pendapat yang di kemukakan Bascom yang menyatakan bahwa fungsi folkor sebagai sistem proyeksi. yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif. Karena harapan untuk sembuh, sehat dan bahagia merupakan keinginan setiap orang, khususnya orang yang sakit pasti sangat mendambakan kesehatan, kesembuhan dan kebahagiaan. fungsi proyeksi ini tercermin pada larik tiis dingin palipurna ‘sangat merasa puas’ kalimat ini merupakan dambaan semua orang atas penderitaannya yang hilang.

Sebagai pengetahuan lokal tentang kesehatan. Dalam teks jampi sendiri mengandung lokal genius, yaitu pemahaman tentang bagaimana proses penutupan luka yang dimulai dari sumsum kemudian tulang lalu urat ke daging sampai ke bulu dan kulit. Fungsi ini sesuai dengan fungsi folklore sebagai alat pendidikan. Fungsi sebagai pendidikan ini tercermin pada larik : pegat sumsu, pada tepung sumsum

Pegat tulang, pada tepung tulang Pegat urat, pada tepung urat Pegat daging, pada tepung daging Pegat bulu, pada tepung bulu Pegat kulit, ada tepung kulit

Jampi ini juga sebagai alat pengesah kebudayaan karena sudah menjadi keharusan jika mengalami kecelakaan langkah awal yang di tempuh adalah berobat ke sesepuh atau orang yang dianggap memiliki kemampuan menyembuhkan luka. Karena masyarakat menyakini penyakit itu datangnya tidak hanya dari penyakit yang bisa dideteksi medis, tapi masyarakat percaya bahwa penyakit ada yang datangnya dari gangguan mahluk halus. Kegiatan berjampi ini seolah mengesahkan bahwa penyakit itu ada yang datangnya dari gangguan mahluk halus.

2.5 Makna

Berdasarkan analisis isotopi, konteks penuturan dan seluruh analisis bisa di ketahui makna dari teks jampi raheut adalah harapan manusia memperoleh kesembuhan jiwa dan raganya. Setiap orang tentu menginginkan kehidupan yang tanpa kekurangan sesuatu apapun. Kesembuhan yang terkandung dalam teks jampi raheut adalah kesempurnaan, berupa kesehatan, kemulusan raga tanpa cacat suatu apapun. Hal ini tercermin dari analisis isotopi, bahwa kata-kata atau diksi yang dipakai dalam teks jampi raheut ini memiliki makna yang erat kaitannya dengan tubuh manusia, kesehatan, kesakiytan dan cara pengobatan setra kesembuhan.

Jika dilihat dari konteks penuturannya jampi raheut ini memiliki makna yang luhur akan pengetahuan. Kiranya teks jampi raheut merupakan bukti kecerdasan leluhur orang Sunda akan ilmu pengetahuan pengobatan maupun ilmu kesehatan lain. Jauh sebelum ada penelitian mengenai obat-obatan. Leluhur orang Sunda sudah dapat membaca potensi alam sehingga memilih berbagai obat-obatan herbal yang jauh lebih bermanfaat dan tidak menimbulkan efek samping. Maka dari itulah muncul berbagai jampi dan obat tradisional untuk memaksimalkan potensi alam sekitar. Konsep pengobatan dalam jampi raheut ini dapat diperoleh manusia karena hasil uji coba yang mungkin dilakukan ratusan kali dengan tujuan berusaha untuk hidup sehat. dan konsep harapan kesembuhan dalam jampi raheut ini dapat diperoleh karena adanya sistem pengetahuan tentang bagian-bagian tubuh dan cara sistem tubuh memperbaiki sel-selnya yang rusak. Hal tersebut tercermin pada beberapa larik yang mengulang kata pegat dan pada tepung.

Pegat sumsum, pada tepung sumsum. Pegat tulang, pada tepung tulang.

Pegat urat, pada tepung urat. Pegat daging, pada tepung daging. Pegat bulu, pada tepung bulu. Pegat kulit, pada tepung kulit.

Harapan kesembuhan yang di mulai dari bagian terdalam tubuh sampai bagian terluar tubuh.

Secara umum isi jampi luka ini adalah permohonan seseorang kepada tuhan agar diberikan kesempurnaan (tiis dingin palipurna) kesembuhan atas luka yang di derita.

3. Penutup

3.1 Kesimpulan

1. Struktur

1.1 Analisis Sintaksis

Berdasarkan uraian struktur kalimat-kalimat yang ada dalam teks Jampe Raheut, terlihat bahwa pola kalimat yang dominan adalah kalimat inversi yang mendahulukan predikat. Pola-pola itu dapat terlihat dari kalimat kedua sampai ketujuh. Pola inversi ini

selalu diulang dalam urutan yang berdekatan merupakan penyimpangan dari pola kalimat yang umum. Namun, penyimpangan ini dapat bertujuan untuk mempermudah hafalan penutur.

Selain pola kalimat inversi, terdapat pula pola kalimat yang dibentuk dari satu fungsi yaitu predikat. Hal ini dikarenakan subjek yang dirujuk dilesapkan. Karena tuturan permohonan/do’a maka ditonjolkan maksud dan keinginan penutur.

2.1 Formula Bunyi

Asonansi yang sering muncul dalam teks ini adalah bunyi vokal /a/ dan /u/. Bunyi /a/ terdapat pada semua larik, sedangkan bunyi /i/ tidak terdapat pada larik pertama. Bunyi /a/ dan /u/ banyak berkombinasi dengan bunyi konsonan bersuara seperti bunyi /t/, /p/, dan /d/; bunyi likuida seperti /r/ dan/l/; dan bunyi sengau /m/, /n/, dan /ng/, sehingga menimbulkan orkestrasi bunyi merdu atau eufoni. Orkestrasi eufoni biasanya dapat menggambarkan perasaan mesra, kasih sayang atau cinta, serta hal-hal yang menggembirakan (Pradopo, 2010:27-28). Pendapat Pradopo sepertinya sesuai untuk menggambarkan pola kemerduan jampi ini, jampi ini menggambarkan permohonan atas derita yang dialaminya supaya diberikan kesehatan, kenikmatan dan kebahagiaan.

2.2 Formula Rima

Rima yang terdapat dalam jampi raheut berdasarkan jenisnya terdapat satu yaitu rima mutlak. Berdasarkan letaknya ada dua yaitu rima awal dan rima dalam. Dengan demikian dapat dilihat bahwa jampi raheut tidak seperti puisi pada umunya, yang biasanya menggunakan rima berpeluk berumus ab.b.a, bersilang ab-ab dan rima rangkai aaaa.

Pola bunyi dalam jampi raheut adalah gabungan dari asonansi dan aliterasi bunyi yang terdiri atas bunyi berat /t/, /p/, /d/, /m/, /n/, /ng/, /r/, /l/, vocal /a/, /u/. kombinasi tersebut memberi efek khusu. Rima yang dominan adalah pengulangan mutlak. Pola pada formula bunyi ini berpengaruh pada penuturan jampi dalam proses penciptaannya. Pola ini memiliki peran untuk mempermudah hafalan.

2.3 Formula Irama

Efek dari pola irama tersebut adalah efek sakral yang amat terasa. Tiap larik dilafalkan dengan nada-nada yang pendek dan tiap akhir larik selalu dilafalkan dengan nada sedang. Adanya ritme yang cepat dalam jampi raheut menimbulkan efek-efek pada penutur maupun pendengar. Ritme cepat ini juga menimbulkan daya magis yang melibatkan pendengar dan penutur.

Majas yang terdapat pada teks jampi raheut adalah : a. Antitetis b. Sinekdoke c. Antiklimaks d. Repetisi e. Tautotes f. Anaphora g. Mesodiplosis h. Hiperbol

Hasil analisis penggunaan majas dalam teks jampi raheut di atas dapat disimpulkan bahwa majas yang dominan digunakan adalah repetisi. Penggunaan majas repetisi ini memberi efek artistik ritmis dan memberi efek magis saat penuturan berlangsung. Majas repetisi ini memberi penegasan terhadap apa yang dituturkan. Penggunaan majas repetisi ini juga sangat mendukung terhadap proses penciptaan dan proses pewarisan karena membantu dalam proses penghapalan agar lebih mudah di ingat.

2.5 Tema

Tema yang terkandung dalam teks jampi raheut adalah harapan manusia untuk sembuh dan sehat kepada Tuhan atas penderitaan yang dialaminya.

2.6 Diksi

Diksi yang digunakan adalah bahasa sunda loma dan beberapa kata ada yang sudah tidak dipakai lagi alias bahasa Sunda buhun.

3 Proses Penciptaan

Proses penciptaan jampi raheut ini lakukan dengan hafalan. Proses pewarisannya secara vertical dan horizontal. Penutur memperoleh dari ayahnya sementara leluhurnya memperoleh dari hasil belajar kepada orang lain.

4 Konteks Penuturan

Dilakukan oleh sesepuh kampung atau orang dipercaya masyarakat mampu menuturkannya. Dituturkan secara monolog biasanya dituturkan di rumah atau di lokasi kecelakaan.

Fungsi jampi raheut ini adalah sebagai system proyeksi yaitu cerminan angan- angan masyarakat tentang kesembuhan dan berfungsi sebagai system pendidikan yaitu, sebagai alat pendidikan bagi masyarakat mengenai ilmu-ilmu pengobatan dan ilmu system penyembuhan tubuh manusia.

6 Makna

Makna yang terkandung dalam jampi raheut ini adalah harapan manusia untuk memperoleh keswehatan. Kesehatan berupa sembuh dariluka.

Dalam dokumen makalah folklore persepsi pengobatan dal (Halaman 118-124)

Dokumen terkait