• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah folklore persepsi pengobatan dal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah folklore persepsi pengobatan dal"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOBATAN DAN HARAPAN KESEMBUHAN DALAM JAMPI

RAHEUT DI KAMPUNG SEKEJENGKOL RW 14 DESA CILEUNYI

WETAN KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG

Oleh Santika

1. Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Pengobatan tradisional sering berdampingan dengan pengobatan yang bersifat mistik, karena dalam pengobatan tradisional sering mempergunakan mantra-mantra khusus yang dipercayai dapat menyembuhkan berbagai macam penderitaan.

Jampi adalah bagian dari mantra. Jampi biasanya digunakan khusus untuk kegiatan pengobatan. Di Cileunyi, sebagian masyarakat masih menjadikakan pengobatan tradisional yang bersifat mistis ini sebagai rujukan pertama dalam mengobati penderitaannya. Salah satu daerah yang masih mempergunakan jampi dalam pengobatan yaitu di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Jampi pengobatan ini ada dua jenis yaitu jampi untuk pengobatan kecelakaan dan jampi untuk pengobatan penyakit. Jampi ini dituturkan oleh sesepuh kampung atau oleh orang yang telah dipercaya mampu menuturkan jampi ketika ada warga yang tertimpa musibah (kecelakaan/penyakit) meminta untuk dijampe (diberi jampi-jampi). Jampi yang dituturkan sesuai dengan keadaan orang yang meminta untuk dijampe.

(2)

Jampi raheut dituturkan ketika penutur telah mengetahui keluhan pasiennya kemudian, penutur menyiapkan peralatan penunjang penuturan dan jampipun dituturkan. Jampi raheut kini jarang atau bahkan tidak dikenal oleh masyarakat. Jampi raheut

sebagai bagian dari tradisi lisan kini mulai beranjak menuju kepunahan. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan memberi imbas yang kurang baik bagi kelestarian tradisi lisan, termasuk jampi raheut. Di Kampung Sekejengkol RW14 sendiri jampi tersebut hanya dituturkan oleh sebagian kecil kelompok masyarakat saja. Penuturan jampi mulai ditingggalkan juga karena keyakinan agama dan semakin terfasilitasi jaminan kesehatan dengan adanya poliklinik dan rumah sakit.

Pengetahuan pengobatan secara modern sudah semakin pesat. Obat-obatan tradisionalpun mulai ditinggalkan beralih menggunakan obat-obatan kimia yang dengan mudah dijual di warung-warung. Sehingga penuturan jampipun mulai ditinggalkan. Pengetahuan agama yang dianggap sudah lebih mapan dimiliki oleh masyarakat juga mengakibatkan jampi tidak lagi dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan berjampi merupakan tradisi totemisme, sedangkan beberapa agama penuturan jampi merupakan kegiatan yang tidak dibenarkan. Kajian ini merupakan pemaparan jampi yang dipandang dari sisi apa dan bagaimana konsep-konsep yang ada didalamnya bukan persoalan penentangan terhadap agama.

Dalam sastra, jampi merupakan ranah sastra lisan. Sebagai sastra lisan khususnya sebagai folklore jelas jampi memiliki hal-hal yang istimewa. Danandjaja mengungkapkan bahwa folklore secara terselubung maupun secara gamlang melukiskan cara berpikir pemiliknya (2008;73)

Sejalan dengan pernyataan Danandjaja bahwa folklore mengungkapkan cara berfikir pemiliknya, jampi raheut mencerminkan bagaimana alam pikiran masyarakat. Pemikiran terhadap proses penyembuhan luka, mungkin jauh sebelum dipatenkan ilmuan, masyarakat telah mengetahui proses penyembuhan dan cara mengobati berbagai jenis luka. Hal ini dapat kita ketahui melalui teks jampi raheutnya dan peralatan yang digunakannya.

(3)

mata sedangkan penyakit biasanya tidak terlihat oleh mata. Oleh karena itu, proses penyembuhan luka lebih terlihat dan dapat kita bandingkan dengan teks jampi raheutnya. Maka kajian ini akan membahas jampi raheut.

Pentingnya kajian tentang jampi raheut ini mengingat betapa jampi tersebut sarat akan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang terkandung didalamnya jelas merupan warisan leluhur yang mesti kita jaga dan pertahankan. Dalam jampi raheut kita dapat memperoleh pandangan mengenai system pengetahuan manusia terhadap bagian-bagian tubuh, cara tubuh memperbaiki sel-selnya yang rusak dan pengetahuan tentang pengobatan.

Tanpa adanya kajian, maka nilai-nilai yang mungkin masih belum terungkap tidak akan diketahui. Jampi raheut tersebut menarik untuk dikaji karena jampi ini mencerminkan pemikiran manusia terhadap pemecahan persoalan dan solusi menangani luka. Kajian inipun dapat dikatakan sebagai salah satu upaya untuk menjaga kelestarian jampi raheut, dengan cara mendokumentasikannya. Pendokumentasian ini perlu dilakukan agar jampi raheut tidak punah, mengingat bahwa penutur jampi ini didominasi oleh generasi tua, sedangkan generasi saat ini belum ada yang tertarik melanjutkan tradisi berjampi.

(4)

suasana penuturan jampi raheut dan bagaimana konteks budaya masyarakat yang memiliki jampi raheut. Ketiga, jampi raheut dikaji bagaimana proses penciptaan dan proses pewarisannya. Keempat, jampi raheut dikaji bagaimana fungsi jampe raheut di masyarakat. Apakah segi sarana protes sosial, sebagai sarana hiburan, sebagai sarana pendidikan, atau sebagai system proyeksi. Terakhir yang kelima, kajian ini memaparkan apa saja makna yang terkandung dalam jampi raheut. Kajian makna tersebut dikaji dengan analisis semiotika yang menitik beratkan pada adanya tanda-tanda atau simbol-simbol yang terkandung dalam jampi tersebut. Pada akhirnya kajian ini akan memaparkan alam pikiran masyarakat setempat yang diwakili penutur tentang ilmu pengetahuan yang dikuasai,. Pengkajian akan dilakukan dengan menggali segala aspek yang ada dalam jampi yang mencerminkan kecerdasan penguasaan ilmu pengobatan tentang harapan kesembuhan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, dirumuskan rumusan masalah dalam kajian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengobatan dan harapan kesembuhan digunakan dalam struktur jampi

raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan cileunyi, Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana konteks penuturan jampi raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan cileunyi, Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana proses penciptaan jampi raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan cileunyi, Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana fungsi jampi raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan cileunyi, Kabupaten Bandung?

5. Apakah makna jampi raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan cileunyi, Kabupaten Bandung?

2. Pembahasan

2.1 Analisis struktur

(5)

Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi.

Fungsi ini barhubungan saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangkat sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur (Kridalaksana, 2002). Fungsi bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis yang utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Untuk dapat mengetahui fungsi unsur kalimat, terdapat ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

1. Ciri-Ciri Subjek

Yang dimaksud dengan subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri, dan yang tentangnya diberitakan sesuatu (Putrayasa,2001: 20). Dan terbentuk dari kata benda (mereka, rumah itu). Atau kata benda yang dipakai sebagai subjek atau yang dianggap sebagai kata benda, untuk menentukan subjek, kita dapat bertanya dengan memakai kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat.

2. Ciri-Ciri Predikat

Predikat adalah bagian yang memberikan keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek itu, yang menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu.

Predikat ialah bagian dari klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Dalam beberapa bahasa, antara lain dalam bahasa Indo-Eropa, predikat harus mengandung unsur verbal (Kridalaksana, 2001:177). Ramlan (2001:81) menjelaskan bahwa predikat secara fonetis atau lisan memiliki intonasi [2], 3 1 # atau [2] 3 # apabila unsur berakhir dengan kata yang suku kedua dari belakangnya bervokal /0/.

3. Ciri-Ciri Objek

Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif, yang ojeknya diletakkan setelah predikat. Objek dapat dikenali dengan memperhatikan :

(6)

b. Ciri khas objek itu sendiri.

Dimana verba trabsitif ditandai dengan afiks tertentu. Sufiks –kan dan –i serta prefiks meng- merupakan verba transitif.

Objek berupa nomina atau frase nominal. Jika objek tergolong nomina, frase nomina tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itui dapat diganti dengan pronomina –nya; dan jika jika berupa pronomina aku atau kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan.

Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan.

4. Ciri-Ciri Pelengkap

Baik objek, maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba (Alwi,et. Al, 1998:20).

Persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri, sebagai berikut :

tidak ada objek dan di belakang objek jika unsur ini hadir

(7)

Analisis Kalimat Bedasarkan Kategori

Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilakunya. Kata yang mempunya kemiripan di masukkan dalam satu kelompok. Kategori sintaksis bisa juga disebut dengan kategori atau kelas kata.

Analisis kalimat berdasarkan kategori merupakan penentuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Verhaar, mengatakan bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’ seperti nomina, verba, adjektifa, adverbia, adposisi (artinya, preposisi atay posposisi). Alwi membagi kelas kata ke dalam lima kelas. Kelas kata tersebut adalah :

1. Kata benda ( nomina ), 2. Kata kerja ( verba ), 3. Kata sifat ( adjektiva ),

4. Kata keterangan ( adverbia ), dan 5. Kata tugas.

Analisis kalimat berdasarkan peran

Analisis kalimat berdasarkan peran menagacu pada makna pengisi unsur-unsur fungsional kalimat. Dan menurut (Verhaar, 1996) mengatakan, bahwa ‘peran’ adalah segi semantis dari peserta-peserta verba. Dan unsur-unsur peran ini berkaitan dengan makna gramatikal/sintaksis. Dengan pengisian unsur peran ini, dapatlah diketahui makna yang ada pada masing-masing unsur-unsur fungsional tersebut.

Makna pengisi unsur-unsur fungsional kalimat dapat diuraikan sebagai berikut. Makna unsur pengisi subjek (S)

(Ramlan, 1996:80) mengemukakan beberapa kemungkinan makna unsur pengisi S, yaitu: 1) Menyatakan ‘pelaku’

2) Menyatakan ‘alat’

(8)

4) Menyatakan ‘hasil’ 5) Menyakan ‘tempat’ 6) Menyatakan ‘jumlah’

Makna unsur pengisi predikat (P)

(Ramlan, 1996:80) mengungkapkan, bahwa maka unsur pengisi predikat adala: 1) Meyatakan’perbuatan’

2) Menytakan ‘keadaan’ 3) Menyatakan’pengenal’ 4) Menyatakan ‘keberadaan’

Makna unsur pengisi objek (O)

Kemungkinan makna unsur pengisi O adalah: 1) Menyatakan ‘penderita’

2) Menyatakan ‘tempat’ 3) Menyatakan ‘alat’

Makna unsur pengisi pelengkap (Pel)

Unsur pengisi pelengkap memilik makna sebagai berikut. 1) Menyatakan ‘penderita’

2) Menyatakan ‘alat’

Makna unsur pengisi keterangan (K)

Makna unsur pengisi keterangan dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Menyatakan ‘tempat’

2) Menyatakan ‘waktu’ 3) Menyatakan ‘cara’ 4) Menyatakan ‘alat’ 5) Menyatakan ‘sebab’

(9)

1. Bismillahi rohmani rohim

Kalimat pertama merupakan kalimat dari Bahasa Arab, yang artinya ‘dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang’. Maksud dari kalimat tersebut yaitu, setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah adalah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (maha Pemurah); salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rohiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat ramah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada mkhluk-Nya.

Fungsi-fungsi sintaksis kalimat ini termasuk kedalam fungsi kategori fatis yang berfungsi sebagai pembuka doa. Kridalaksana dalam Kamus Linguistiknya mengatakan ketegori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempetahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan kawan bicara (Kridalaksana, 2011:113). Dengan kata lain, larik pertama dalam jampi raheut ini adalah kategori fatis karena berfungsi untuk memulai pembacaan jampi. kalimat bismilahirohmanirohom merupakan salam pembuka atau permisi untuk memulai dibacakannya jampi raheut. Kalimat pertama terdiri dari satu kata dan sembilan suku kata.

Analisis sintaksis

Bismilahirohmanirohim

Fungsi Pembuka Do’a Kategori fatis

peran Pembuka Do’a

2. Pegat sumsum, pada tepung sumsum

(10)

Kalimat kedua merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang menyedihkan.

Kata sumsum merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.

Sumsum berkategori sebagai nomina yaitubagian tubuh manusia yang terletak di dalam tulang, dalam KBBI sumsum adalah benak tulang. Peran dari kata sumsum adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang diinginkan.

Kata sumsum merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.

Sumsum berkategori sebagai nomina yaitu bagian tubuh manusia yang terletak di dalam tulang, dalamKBBI sumsum adalah benaktulang. Peran dari kata sumsum adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.

Analisis

Fungsi Predikat Subjek Predikat Subjek Kategori Adjektiv

a

Nomina Frasa

Adverbia

Nomina

(11)

3. Pegat tulang, pada tepung tulang

Kalimat ketiga merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang menyedihkan.

Kata tulang merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. tulang berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari kata tulang adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang diinginkan.

Kata tulang merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.

tulang berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari kata tulang adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.

Analisis sintaksis

Pegat tulang, pada tepung tulang

(12)

Kategori Adjektiva Nomina Frasa Adverbia Nomina

peran Keadaan Penerima keadaan

Keadaan Penerima keadaan

4. Pegat urat, pada tepung urat

Kalimat keempat merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang menyedihkan.

Kata urat merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. urat

berkategori sebagai nomina yaitu bagian dalam tubuh yang menyerupi benang atau tali. Peran dari kata urat adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang diinginkan.

Kata urat merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. urat

berkategori sebagai nomina yaitu bagian dalam tubuh yang menyerupai benang atau tali. Peran dari kata urat adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.

(13)

Fungsi Predikat Subjek Predikat Subjek Kategori Adjektiva Nomina Frasa

Adjektiva

Nomina

peran Keadaan Penerima keadaan Keadaan Penerima keadaan

5. Pegat daging, pada tepung daging

Kalimat kelima merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang menyedihkan.

Kata daging merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. tulang berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari kata daging adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang diinginkan.

Kata daging merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.

Daging berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari kata daging adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.

(14)

Fungsi Predikat Subjek Predikat Subjek Kategori Adjektiva Nomina Frasa

Adjektiva

Nomina

peran Keadaan Penerima keadaan Keadaan Penerima keadaan

6. Pegat bulu, pada tepung bulu

Kalimat kelima merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang menyedihkan.

Kata bulu merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. tulang berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari kata bulu adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang diinginkan.

Kata bulu merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. bulu

berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari kata bulu adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

(15)

Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.

Analisis sintaksi s

Pegat bulu pada

tepung

bulu

Fungsi Predikat Subjek Predikat Subjek Kategori Adjektiva Nomina Verba Nomina

peran Keadaan Penerima keadaan Keadaan Penerima keadaan

7. Pegat kulit, pada tepung kulit

Kalimat kelima merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang menyedihkan.

Kata kulit merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. Kata

kulit berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari kata kulit adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang diinginkan.

Kata kulit merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. kulit

berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari kata kulit adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.

(16)

Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.

Analisis sintaksi s

Pegat kulit pada tepung kulit

Fungsi Predikat Subjek Predikat Subjek Kategori Adjektiva Nomina Frasa adjektiva Nomina peran Keadaan Penerima

keadaan

Keadaan Penerima keadaan

8. Tiis dingin palipurna

Kalimat tiis dingin palipurna menduduki satu fungsi yaitu predikat. Karena frasa ini yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Namun, subjek disini dilesapkan, secara pragmatic subjek untuk frasa ini merujuk pada orang yang mengucapkannya (penutur/pasien) karena dapat menjawab “bagaimana keadaan penutur/pasien”. Frasa ini merupakan frasa adjektiva dan berperan sebagai keadaan.

Analisis sintaksis Tiis dingin paripurna

Fungsi Predikat

Kategori Frasa Adjektiva

(17)

9. Hurip waras

Kalimat tersebut menduduki satu fungsi yaitu sebagai predikat. Frasa hurip waras ini merupakan frasa adjektiva. Berdasarkan persamaan distribusinya di sebut frasa endosentrik yang koordinatif. Frase hurip waras ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraan ini dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau.

Analisis sintaksis Hurip waras

Fungsi Predikat

Kategori Frasa Adjektifal Koordinatif

peran Keadaan

Berdasarkan uraian struktur kalimat-kalimat yang ada dalam teks Jampe Raheut, terlihat bahwa pola kalimat yang dominan adalah kalimat inversi yang mendahulukan predikat. Pola-pola itu dapat terlihat dari kalimat kedua sampai ketujuh. Pola inversi ini selalu diulang dalam urutan yang berdekatan merupakan penyimpangan dari pola kalimat yang umum. Namun, penyimpangan ini dapat bertujuan untuk mempermudah hafalan penutur. Selain mempermudah hafalan, pola inversi ini juga memberi efek penegas terhadap apa yang sedang terjadi, juga memberi efek ritmis karena kata pegat dan pada tepung diulang tujuh kali secara berdekatan, membuat jampi raheut ini terasa sakral dan serius.

(18)

Secara keseluruhan pola-pola kalimat yang terdapat pada jampi raheut ini memberi efek artistik yang ritmis dan sakral karena merupakan kalimat yang pendek-pendek, memiliki pola sama yang sederhana. Pola kalimat sederhana ini pula berpengaruh terhadap proses pewarisan karena membuat jampi raheut ini mudah untuk di hafal.

2.1.2 Formula Bunyi

Analisis bunyi pada teks ‘Jampi Raheut’ ini menekankan pada asonansi, aliterasi, dan efek bunyi yang ditimbulkannya. Sebelum peneliti melanjutkan pembahasan mengenai formula bunyi, ada baiknya peneliti mengutip definisi dari KBBI Luar Jaringan (Luring) Versi 1.3 mengenai pelbagai istilah dalam formula bunyi, yang akan menjadi acuan peneliti dalam menganalisis formula bunyi ‘Jampi Raheut’. Berikut adalah pelbagai definisi mengenai istilah dalam formula bunyi. 1. Asonansi adalah perulangan bunyi vokal dalam deretan kata; purwakanti; 2. Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan; 3. Eufoni adalah kombinasi bunyi yang dianggap enak didengar;

4. Kakofoni adalah rangkaian bunyi yang tidak harmonis yang sengaja digunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek artistik atau menggoda perhatian pembaca.

(19)

yang berkombinasi dengan vokal /i/ sehingga menimbulkan efek yang ringan. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik pertama menimbulkan kesan eufoni. Bunyi yang merdu itu dapat mendukung suasana hidmat di mulainya sebuah do’a.

Asonansi yang muncul pada larik kedua adalah vokal /e/, /a/ dan /u/. Pada larik pegat sumsum, pada tepung sumsum vokal /u/ sangat dominan dan berkombinasi dengan konsonan bersuara /g/, bunyi sengau /m/, /ng/ sehingga menimbulkan efek yang berat. Vokal /a/ berkombinasi dengan konsonan /t/ sehingga menimbulkan efek yang parau yang tidak enak didengar, tajam di telinga, dan menyesakkan dada. Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi konsonan bunyi sengau /m/, yang berkombinasi dengan vokal /u/ sehingga menimbulkan suasana sedih atau muram. Terutama yang diekspresikan adalah suasana atau peristiwa yang menyedihkan pegat sumsum. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik kedua menimbulkan kesan kakofoni. Bunyi yang dihasilkan mendukung suasana sedih, hal ini terlihat pada kata pengat ‘patah’.

(20)

Asonansi yang muncul pada larik keempat adalah vokal /e/, /a/ dan /u/. Pada larik pegat urat, pada tepung urat vokal /a/ sangat dominan dan berkombinasi dengan konsonan bersuara /p/, /t/, memberi efek parau (kakofoni). Vokal /e/ berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /t/ sehingga terasa berat dan parau (kakofoni). Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi konsonan bunyi sengau /ng/, bunyi liquida /r/ yang berkombinasi dengan vokal /a/ sehingga menimbulkan efek yang berat, menggambarkan kesedihan. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik keempat ini menimbulkan kesan kesedihan (kakofoni). Hal ini di sebabkan karena dipilihnya diksi yang berbunyi parau.

Asonansi yang muncul pada larik kelima adalah vokal /e/, /a/ dan /i/. Pada larik pegat daging, pada tepung daging vokal /a/ sangat dominan dan berkombinasi dengan konsonan bersuara /p/, /t/, memberi efek parau (kakofoni). Vokal /e/ berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /t/ sehingga terasa berat dan parau (kakofoni). Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi konsonan bunyi sengau /ng/, /d/ yang berkombinasi dengan vokal /a/ dan /i/ sehingga menimbulkan efek yang ringan. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik keempat ini menimbulkan kesan yang seimbang antara kakofoni dan efoni. Hal ini di sebabkan karena dipilihnya diksi yang berimbang antara keadaan dan harapan.

(21)

Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik pertama menimbulkan kesan kakofoni. Bunyi yang tidak enak di dengar.

Asonansi yang muncul pada larik ketujuh adalah vokal /e/, /a/, /u/ dan /i/. Pada larik pegat kulit, pada tepung kulit vokal /a/ dan /u/ sangat dominan dan berkombinasi dengan konsonan bersuara /p/, /t/, /l/, /k/ memberi efek parau (kakofoni). Vokal /e/ berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /t/ sehingga terasa berat dan parau (kakofoni). Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi konsonan bunyi /k/, /l/, /t/ yang berkombinasi dengan vokal /u/ dan /i/ sehingga menimbulkan efek yang parau. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik ketujuh ini menimbulkan kesan yang kakofoni. Hal ini di sebabkan karena banyak bunyi yang menimbulkan suara parau.

Asonansi yang muncul pada larik kedelapan adalah vokal /i/, /a/ dan /u/. Pada larik tiis dingin palipurna vokal /i/ sangat dominan dan berkombinasi dengan konsonan bersuara /s/, /t/, memberi efek parau (kakofoni). Vokal /a/ berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /n/ sehingga terasa sedikit ringan. Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi konsonan bunyi sengau /ng/, /d/ yang berkombinasi dengan vokal /i/ sehingga menimbulkan efek yang ringan. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik kedelapan ini menimbulkan kesan yang efoni. Hal ini di sebabkan karena dipilihnya diksi yang bermakna harapan.

(22)

Dari hasil analisis bunyi teks ‘jampi Raheut’ di atas, terdapat bunyi vokal, konsonan, dan orkestrasi bunyi yang ditimbulkan. Berikut adalah tabel analisis bunyi teks ‘Jampi Raheut’.

Nomor

.

Bunyi vokal

Bunyi konsonan

Orkestrasi

1.

/i/, /a/, /o/

/b/, /s/, /m/, /l/, /r/, /n/

Efoni

2.

/e/, /a/, /u/,

/p/, /g/, /t/, /l/, /ng/

Efoni

3.

/e/, /a/, /u/

/p/, /g/, /t/, /r/,/d/, /ng/

Efoni

4.

/e/, /a/, /u/

/p/, /g/, /t/, /r/,/d/, /ng/

Kakofoni

5.

/e/, /a/, /i/

/p/, /g/, /t/, /d/, /ng/,

Seimbang

6.

/e/, /a/, /u/

/p/, /g/, /t/, /b/, /l/, /d/,

Seimbang

7.

/e/, /a/, /u/, /i/

/p/, /g/, /t/, /k/, /l/, /d/

Kakofoni

8.

/i/, /a/, /u/

/t/, /s/, /d/, /ng/, /p/, /l/, /r/, /n/ Efoni

9.

/u/, /i/, /a/

/r/, /p/, /s/

Efoni

(23)

bersuara seperti bunyi /t/, /p/, dan /d/; bunyi likuida seperti /r/ dan/l/; dan bunyi sengau /m/, /n/, dan /ng/, sehingga menimbulkan orkestrasi bunyi merdu atau eufoni. Orkestrasi eufoni biasanya dapat menggambarkan perasaan mesra, kasih sayang atau cinta, serta hal-hal yang menggembirakan (Pradopo, 2010:27-28). Pendapat Pradopo sepertinya sesuai untuk menggambarkan pola kemerduan jampi ini, jampi ini menggambarkan permohonan atas derita yang dialaminya supaya diberikan kesehatan, kenikmatan dan kebahagiaan.

Formula irama ini memberi efek ritmis yang membuat jampe raheut ini terasa sakral baik bagi penutur yang melapalkan ataupun bagi pendengar. Keritmisan ini membuat konsentrasi penuh bagi penutur. Pola irama yang efoni dan cenderung berpola sama membuat jampi raheut ini mudah untuk di hafal. Maka formula irama ini sangat berpengaruh terhadap proses penciptaan dan pewarisan.

2.1.3 Formula Rima

Pradopo menyebut rima dengan istilah sajak, menurut Slametmuljana sajak ialah pola estetika bahasa yang berdasarkan ulangan suara yang diusahakan dan dialami dengan kesadaran. Selain berhubungan dengan keindahan sajak juga berfungsi untuk mempertinggi mutu bila mempunyai daya evokasi, yaitu daya kuat untuk menimbulkan pengertian (2009:36).

Jampi raheut tidak disusun dalam beberapa bait. Jika dilihat dari susunannya, jampi raheut terdiri atas satu bait. Dengan demikian, pembahasan mengenai rima dalam jampi raheut tidak akan diuraikan berdasarkan bait, tetapi berdasarkan jenis-jenis rima dalam jampe raheut.

(24)

Pertama, rima mutlak. Rima mutlak ditandai dengan permunculan bunyi yang sama baik dalam satu larik atau larik yang berbeda. Pada larik kedua sampai larik ketujuh bunyi pegat diulang secara mutlak. Jika dilihat dari letaknya, bunyi

pegat merupakan rima awal karena keenamnya terdapat di awal larik.

Rima mutlak juga terdapat dalam larik kedua, bunyi sumsum diulang secara mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima dalam karena terdapat dalam satu larik.

Rima mutlak juga terdapat dalam larik ketiga, bunyi tulang diulang secara mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima dalam karena terdapat dalam satu larik.

Rima mutlak juga terdapat dalam larik keempat, bunyi urat diulang secara mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima dalam karena terdapat dalam satu larik.

Rima mutlak juga terdapat dalam larik kelima, bunyi daging diulang secara mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima dalam karena terdapat dalam satu larik.

Rima mutlak juga terdapat dalam larik keenam, bunyi bulu diulang secara mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima dalam karena terdapat dalam satu larik.

Rima mutlak juga terdapat dalam larik ketujuh, bunyi kulit diulang secara mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima dalam karena terdapat dalam satu larik.

(25)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa rima yang terdapat dalam jampi raheut berdasarkan jenisnya terdapat satu yaitu rima mutlak. Berdasarkan letaknya ada dua yaitu rima awal dan rima dalam. Dengan demikian dapat dilihat bahwa jampi raheut tidak seperti puisi pada umunya, yang biasanya menggunakan rima berpeluk berumus ab.b.a, bersilang ab-ab dan rima rangkai

aaaa.

Pola bunyi dalam jampi raheut adalah gabungan dari asonansi dan aliterasi bunyi yang terdiri atas bunyi berat /t/, /p/, /d/, /m/, /n/, /ng/, /r/, /l/, vocal /a/, /u/. kombinasi tersebut memberi efek khusu. Rima yang dominan adalah pengulangan mutlak. Pola pada formula bunyi ini berpengaruh pada penuturan jampi dalam proses penciptaannya. Pengulangan bunyi yang sama yang dituturkan secarta cepat memberi efek magis dan membuat penutur terhanyut dalam kekhusuan. Formula bunyi yang sama ini membantu penguatan ingatan sehingga jampi

raheut ini tidak mudah di lupakan. Pola ini memiliki peran untuk mempermudah hafalan.

2.1.4 Formula Irama

Jampi raheut ini tidak memiliki irama yang khas, bahkan terkesan datar. Hal ini mengisyaratkan bahwa jampi harus dituturkan dengan khidmat dan tanpa dilagukan. Jumlah suku kata atau silabel berbeda tiap lariknya. Hanya larik kedua sampai larik ketujuh yang memiliki jumlah suku kata yang sama yaitu sepuluh suku kata, lalu larik pertama yang memiliki satu kata, dan sembilan suku kata. Kemudian larik kedelapan terdiri atas tiga kata dengan delapan suku kata dan pada larik kesembilan terdiri atas dua kata dengan empat suku kata.. Suku kata tiap larik berkisar antara empat sampai sepuluh suku kata.

(26)

1. Suku kata dari sudut fisiologi adalah ujaran yang terjadi dalam suatu denyut yakni pada suatu peregangan otot pada waktu penghembusan udara dari paru-paru;

2. Suku kata dari sudut artikulasi adalah regangan ujaran yang terjadi dari suatu puncak kenyaringan di antara dua unsur yang tak berkenyaringan;

3. Suku kata dari sudut fonologi adalah struktur yang terjadi dari suatu fonem atau urutan fonem bersama dengan cirri lain seperti kepanjangan atau tekanan; kadang-kadang ada kesepadanan antara suku kata yang ditetapkan secara fonetis dan ditetapkan secara fonologis, kadang-kadang tidak.

Terdapat simbol-simbol yang digunakan peneliti untuk menganalisis irama teks ‘Jampi Raheut’ tersebut, simbol itu antara lain: simbol (−) menandakan nada yang panjang, simbol (∩) menandakan nada yang pendek, dan simbol (≥) menandakan nada yang sedang.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah hasil analisis irama teks ‘Jampi Raheut’ yang akan disajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah analisis. Sebelumnya perlu diketahui bahwa penggunaan simbol mewakili tiap suku kata dalam teks tersebut. Berikut analisis irama teks jampi raheut .

Larik pertama yaitu teks bismilahirohmanirohim terdapat Sembilan suku kata. Hanya suku kata terakhir dituturkan dengan irama sedang, yaitu pada bunyi

him. Sedangkan semua suku kata yang lain diucapkan dengan irama pendek. Larik kedua yaitu teks pegat sumsum, pada tepung sumsum terdapat sepuluh suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi sum. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama pendek.

Larik ketiga yaitu teks pegat tulang, pada tepung tulang terdapat sepuluh suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi

(27)

Larik keempat yaitu teks pegat urat, pada tepung urat terdapat sepuluh suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi

rat. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama pendek. Larik kelima yaitu teks pegat daging, pada tepung daging terdapat sepuluh suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi ging. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama pendek.

Larik keenam yaitu teks pegat bulu, pada tepung bulu terdapat sepuluh suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi

lu. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama pendek. Larik ketujuh yaitu teks pegat kulit, pada tepung kulit terdapat sepuluh suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi

lit. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama pendek. Larik kedelapan yaitu teks tiis dingin palipurna. Terdapat delapan suku kata. Suku kata pertama dilafalkan dengan irama sedang yaitu pada bunyi ti. Sedangkan semua suku kata yang lain diucapkan dengan irama pendek.

Larik kesembilan yaitu teks hurip waras. Terdapat empat suku kata. Suku kata kedua dan kempat dilafalkan dengan irama sedang yaitu pada suku kata rip

(28)

Teks

Jumla h Suku

Kata

Simbol

(1) Bismilahirohmanirohim (1) 9 ∩∩∩∩∩∩∩∩≥ Pegat sumsum, pada tepung sumsum

(2) 10 ∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥

Pegat tulang, pada tepung tulang (3) 10 ∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥ Pegat urat, pada tepung urat (4) 10 ∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥ Pegat daging, pada tepung daging (5) 10 ∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥ Pegat bulu, pada tepung bulu (6) 10 ∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥ Pegat kulit, pada tepung kulit (7) 10 ∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥

*Tiis dingin paripurna (8) 8 ≥∩∩∩∩∩∩

Hurip waras (9) 4 ∩≥∩≥

Keterangan:

(−) : nada panjang dengan lima ketukan ketukan (∩) : nada pendek

(29)

Efek dari pola irama tersebut adalah efek sakral yang amat terasa. Tiap larik dilafalkan dengan nada-nada yang pendek dan tiap akhir larik selalu dilafalkan dengan nada sedang. Adanya ritme yang cepat dalam jampi raheut

menimbulkan efek khusu dan ketenangan pada penutur maupun pendengar. Ritme cepat ini juga menimbulkan daya magis yang melibatkan pendengar dan penutur.

2.1.4 Majas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang sebenarnya. Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik. Dalam ‘jampe raheut’ ini terdapat beberapa majas diantaranya:

2.1.4.1 Antitetis

Antitetis yaitu kata yg berlawanan arti satu dengan yang lain. Pada larik kedua sampai ketujuh. contoh :

(30)

Patah sumsum ‘pegat sumsum’ dikontraskan dengan saling menyatu sumsum ‘pada tepung sumsum’. Hal ini dikarenakan unsur terpenting pada jampi reheut ini adalah yang pegat dan yang pada tepung.

Efek dari penggunaan majas antiteris ini adalah adanya kefokusan tujuan yang ditonjolkan. Dikontraskan dengan jelas antara keadaan dan harapan yang diinginkan.

Bagi pendengar khususnya pasien yang sedang diobati, penggunaan majas ini akan memberi efek ketenangan, kepercayaan dan keyakinan tentang penyembuhan karena sesuatu yang pegat (luka yang diderita) bisa pada tepung

kembali (mencapai kesembuhan).

2.1.4.2 Sinekdoke

Sinekdoke yaitu bagian untuk keseluruhan, atau keseluruhan untuk sebagian.

Pada larik:

Pegat sumsum, pada tepung sumsum

Pegat sumsum ini menyatakan bagian untuk keseluruhan karena pegat sumsum mewakiti penderitaan badan secara keseluruhan. Memberi efek keringkasan, baik dalam penuturan maupun penghafalan. Penggunaan majas ini juga bermakna bahwa sumsum adalah organ manusia yang paling penting yang bisa mewakili manusia secara utuh.

2.1.4.3 Antiklimaks

(31)

Pegat sumsum, pada tepung sumsum

Pegat tulang, pada tepung tulang

Pegat urat, pada tepung urat

Pegat daging, pada tepung daging

Pegat bulu, pada tepung bulu

Pegat kulit, pada tepung kulit

Hal yang di ungkapkan diurutkan dari gagasan penting ke gagasan kurang penting. Dalam Jampi Luka ini, luka ‘pegat sumsum’ merupakan luka paling serius diurutkan sampai luka paling ringan.

Penggunaan majas antiklimaks ini memberi efek suasana yang menjadi cair. Majas ini juga sesuai dengan urutan struktur manusia dari yang terdalam hingga terluar. Hal ini membuat pengetahuan kita semakin kuat tentang struktur tubuh manusia.

2.1.4.4 Repetisi

Repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Pegat sumsum, pada tepung sumsum

Pegat tulang, pada tepung tulang

Pegat urat, pada tepung urat

(32)

Pegat bulu, pada tepung bulu

Pegat kulit, pada tepung kulit

Penggunaan majas repetisi ini memberi efek kejelasan bahwa sumsum mengalami dua peristiwa pegat dan pada tepung. Kemudian repetisi ini memperjelas bahwa yang melakukan pekerjaan pegat dan pada tepung itu adalah

sumsum. Begitu pula untuk kata tulang, urat, daging, bulu dan kulit.

Untuk lebih jelas repetisi ini di kelompokan kembali sesuai jenis pengulangan bunyinya di antaranya:

2.1.4.4.1 Tautotes

Tautotes adalah pengulangan dalam sebuah kontruksi. Pada larik:

Pegat sumsum, pada tepung sumsum

Pegat tulang, pada tepung tulang

Pegat urat, pada tepung urat

Pegat daging, pada tepung daging

Pegat bulu, pada tepung bulu

Pegat kulit, pada tepung kulit

(33)

hal di tojolkan berupa subjek, ini berefek pada kejelasan maksud tuturan yaitu kesembuhan pada sumsum, tulang, daging, urat, bulu dan kulit.

2.2.4.4.2 Anafora

Anafora yaitu pengulangan kata pertama pada baris atau kalimat selanjutnya.

Pada larik:

Pegat sumsum, pada tepung sumsum

Pegat tulang, pada tepung tulang

Pegat urat, pada tepung urat

Pegat daging, pada tepung daging

Pegat bulu, pada tepung bulu

Pegat kulit, pada tepung kulit

Pengulangan awal kalimat ini berfungsi sebagai penegas hal yang terjadi. Penggunaan majas anafora ini memberi efek magis yang sangat kental karena pengulangan di awal kalimat membuat konsentrasi menjadi penuh dan pengucapan yang semakin cepat. Selain efek magis juga membuat keteraturan yang mendukung proses penciptaan dan pewarisan karena pola yang sama mempermudah ingatan.

(34)

Mesodiplosis yaitu pengulangan di tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan

.

Pada larik:

Pegat sumsum, pada tepung sumsum

Pegat tulang, pada tepung tulang

Pegat urat, pada tepung urat

Pegat daging, pada tepung daging

Pegat bulu, pada tepung bulu

Pegat kulit, pada tepung kulit

Pengulangan di tengah baris ini berfungsi sebagai penegas hal yang diinginkan. Penggunaan majas mesodiplosis ini memberi efek magis dan ritmis.

2.1.4.4.3 Hiperbol

Hiperbol yaitu gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan.

Pada larik

tiis dingin palipurna

(35)

Berdasarkan hasil analisis penggunaan majas dalam teks jampi

raheut di atas dapat disimpulkan bahwa majas yang dominan digunakan adalah repetisi. Penggunaan majas repetisi ini memberi efek artistik ritmis dan memberi efek magis saat penuturan berlangsung. Majas repetisi ini memberi penegasan terhadap apa yang dituturkan. Penggunaan majas repetisi ini juga sangat mendukung terhadap proses penciptaan dan proses pewarisan karena membantu dalam proses penghapalan agar lebih mudah di ingat.

2.2.5 Diksi

Secara umum bahasa yang digunakan dalam jampi luka adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda yang terdapat dalam teks ini secara umum adalah bahasa Sunda yang masih kita kenal sampai sekarang, meskipun terdapat leksikon-leksikon yang merupakan bahasa Sunda kuno (buhun).

Ragam bahasa Sunda pada teks ini adalah bahasa Sunda yang ‘loma’ terkesan kasar, biasanya dipakai untuk berbicara kepada teman sebaya, namun dalam bahasa pendidikanpun pada umumnya memakai ragam ini. Menurut penutur penggunaan bahasa sunda loma ini karena teks jampi reheut ini merupakan obat bukan sebagai do’a, pemahaman ini menjadi indikasi pemilihan diksi yang digunakan tidak halus seperti do’a pada umumnya. Diksi-diksi dalam jampi raheut ini diyakini memiliki kekuatan tersendiri dalam menyembuhkan luka.

2.2.6 Tema

(36)

Pendapat lain dikemukakan pula oleh Aminudin (1995:91) ”tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptanya.

Tema merupakan dasar pikiran yang terkandung dalam sebuah teks. Tema dalam jampi raheut dapat dilihat dari kata-kata atau frasa yang membentuk isotopi. Isotopi-isotopi yang muncul dalam jampi raheut akhirnya akan membentuk motif-motif yang membangun jampi raheut. Dari motif yang di bentuk isotopi-isotopi tersebut maka, didapatkan tema yang menjadi pokok pikiran dalam jampi raheut. Untuk merumuskan tema maka harus diuraikan terlebih dahulu isotopi-isotopi.

1. Isotopi Kepadatan

No Frasa/kata D/K Frekuensi Komponen makna bersama Benda Cara keadaan

1 Sumsum DK 2X + -

-2 Tulang DK 2X + -

-3 Urat DK 2X + -

-4 Daging DK 2X + -

-5 Bulu DK 2X + -

-6 Kulit DK 2X + -

-7 Pada tepung D 6X - + +

8 Hurip D 1X - + +

9 Pada tepung sumsum D 1X + + +

10 Pada tepung tulang D 1X + + +

11 Pada tepung urat D 1X + + +

12 Pada tepung daging D 1X + + +

13 Pada tepung bulu D 1X + + +

14 Pada tepung kulit D 1X + + +

Tabel di atas menunjukkan kata atau frasa yang mendukung isotopi kepadatan ada tujuh kata dan ada tujuh frasa. Komponen makna bersama isotopi kepadatan adalah benda, cara dan keadaan. Kata sumsum, tulang, urat, daging, bulu dan kulit memiliki makna konotasi dan denotasi yang merujuk pada benda karena dapat dilihat secara bentuk fisik. Frasa pada tepung dan kata hurip

(37)

dan keadaan. pada tepung adalah cara yang menunjukan kepadatan, karena adanya kesalingan. Kata hurip masuk kedalam isotopi kepadatan karena hidup penuh dengan aktivitas yang menunjukan kepadatan. Kemudian pada frasa pada tepung sumsum, pada tepung tulang, pada tepung urat, pada tepung daging, pada tepung bulu dan pada tepung kulit termasuk kedalam semua komponen makna bersama isotopi kepadatan.

Dengan demikian, komponen makna bersama yang menonjol pada isotopi ini adalah benda karena kata-kata yang terdapat dalam jampe raheut ini merujuk kepada benda yang padat baik secara denotatif maupun konotatif.

2. Isotopi Penderitaan

No Frasa/kata D/K Frekuensi Komponen makna bersama Penyakit Kesengsaraan Derita

1 Pegat DK 6X + + +

2 Pegat sumsum D 1X + + +

3 Pegat tulang D 1X + + +

4 Pegat urat D 1X + + +

5 Pegat daging D 1X + + +

6 Pegat bulu D 1X + + +

7 Pegat kulit D 1X + + +

(38)

bergantung, apabila tulang ini pegat pasti akan sangat menderita, menimbulkan penyakit, kesengsaraan dan derita.

Begitu pula dengan frasa pegat daging, pegat urat, pegat bulu dan pegat kulit, komponen-komponen tubuh manusia akan sangat bermasalah jika rusak karena setiap komponen memiliki fungsi dan peranannya masing-masing.

Dengan demikian, komponen makna bersama isotopi penderitaan ini memiliki intesitas yang sama karena kata-kata yang terdapat dalam jampe raheut

ini merujuk kepada penderitaan berupa penyakit, kesengsaraan dan derita. Komponen makna bersama yang sama ini dikarenakan adanya kesejajaran fungsi dari masing-masing frasa.

3. Isotopi Kebendaan

No Frasa/kata D/K Frekuensi

Komponen makna bersama

Wujud Zat

1 Sumsum D 2X +

-2 Tulang D 2X +

-3 Urat D 2X +

-4 Daging D 2X +

-5 Bulu D 2X +

-6 Kulit D 2X +

-7 Bismilahirohmanirohi

m D 1X - +

Isotopi kebendaan merupakan isotopi yang dibentuk dari kata atau frasa yang menunjukan segala yang ada di alam baik yang berwujud ataupun berjasat(zat). Dari ketujuh kata di atas hanya kalimat bismilahirohmanirohim

yang memiliki komponen makna bersama zat karena pada kalimat

bismilahirohmanirohim terdapat arti yang merujuk kepada Tuhan yang tidak bisa dilihat bentuk fisiknya. Sementara kata sumsum, tulang, urat, daging, bulu dan

(39)

Dengan demikian, komponen makna bersama yang menonjol pada isotopi ini adalah wujud karena kata-kata yang terdapat dalam jampe raheut ini merujuk kepada benda yang berwujud baik secara denotatif maupun konotatif.

4. Isotopi Kesehatan

No Frasa/kata D/K Frekuensi SakitKomponen makna bersamaSehat Jasmani rohani

1 Sumsum D 2X + + +

(40)

sehat, jasmani dan rohani. Kata sumsum, tulang, urat, daging, bulu dan kulit

merupakan bagian-bagian tubuh manusia yang dapat menjadi simbol kesehatan. Sementara frasa pada tepung merupakan perintah yang menjadikan sumber kekuatan baru yang muncul dan menjadi dasar pertumbuhan tubuh yang sehat. Kemudian frasa pada tepung sumsum, pada tepung tulaang, pada tepung urat, pada tepung daging, pada tepung bulu dan pada tepung kulit menunjukan adanya perbaikan sel-sel rusak diganti sel-sel yang baru, yang tentu saja mengarah kepada kondisi yang lebih baik yaitu kesembuhan dan kesehatan. Proses perbaikan sel-sel ini terjadi pada tubuh manusia yang hidup maka termasuk pula makna bersama jasmani. Kesembuhan secara jasmanipun akan mempengaruhi kesehatan secara rohani ataupun sebaliknya, karena pada dasarnya manusia akan mengalami kesembuhan dari sakitnya tergantung pada pola pikir, sugesti, dan cara hidup. Dengan memberi sugesti sehat maka tubuhpun akan merespon untuk sehat maka, termasuk komponen makna bersama rohani.

Dengan demikian, komponen makna bersama yang menonjol pada isotopi ini adalah jasmani karena kata-kata yang terdapat dalam jampe raheut ini merujuk kepada kesehatan secara jasmani baik secara denotatif maupun konotatif. Dilihat dari fungsi jampi raheut isotopi kesehatan sangat relevan karena fungsi dari jampi ini adalah untuk mengobati.

5. Isotopi Manusia

No Frasa/kata D/K Frekuensi Alat Komponen makna bersamaSifat Aktivitas Tubuh

1 Sumsum D 2X + - - +

2 Tulang D 2X + - - +

3 Urat D 2X + - - +

4 Daging D 2X + - - +

5 Bulu D 2X + - - +

(41)

7 Pada tepung D 6X + + +

-Isotopi manusia terdiri atas duabelas frasa dan sepuluh kata dengan makna bersama alat, sifat, aktivitas dan tubuh. Semua kata dan frasa temasuk kedalam komponen makna bersama alat karena manusia sendiri terdiri atas bermacam-macam alat. Alat gerak, alat penafasan, alat berfikir, alat pencernaan dll. Alat utama yang dapat mengerakan alat-alat yang lainnya adalah dengan adanya sumsum sebagai alat untuk memproduksi sel darah merah dan sel darah putih, tulang sebagai alat pengokoh tubuh, alat gerak, urat sebagai alat untuk memasok darah keseluruh tubuh, daging sebagai alat untuk menyimpan energi, bulu sebagai alat penutup kulit, kulit sebagai alat pembuangan keringat. Frasa pada tepung

(42)

raheut ini berfungsi sebagai cara manusia menangani luka untuk mengeratkan bagian tubuh yang sudah tidak erat.

Frasa pegat sumsum, pegat tulang, pegat urat, pegat daging, pegat bulu

dan pegat kulit berhubungan dengan kegiatan manusia baik di sengaja maupun tidak. Dengan demikian, komponen makna bersama yang menonjol pada isotopi ini adalah alat dan tubuh karena kata-kata yang terdapat dalam jampe raheut ini merujuk kepada apa yang ada di dalam tubuh manusia beserta fungsi dari bagian-bagian tubuh manusia tersebut baik secara denotatif maupun konotatif. Hal ini berhubungan dengan konteks situasi penuturan yang di tujukan untuk pengobatan luka yang melibatkan komponen tubuh manusia.

6. Isotopi Pekerjaan

No Frasa/kata D/K Frekuensi Komponen makna bersama Perintah Aktifitas

1 Pada tepung sumsum D 1X + +

2 Pada tepung tulang D 1X + +

3 Pada tepung urat D 1X + +

4 Pada tepung daging D 1X + +

5 Pada tepung bulu D 1X + +

6 Pada tepung kulit D 1X + +

7 Pegat sumsum D 1X + +

8 Pegat tulang D 1X + +

9 Pegat urat D 1X + +

10 Pegat daging D 1X + +

11 Pegat bulu D 1X + +

12 Pegat kulit D 1X + +

Isotopi pekerjaan ini terdiri atas duabelas frasa, isotopi ini berhubungan dengan apa yang berkenaan dengan pekerjaan manusia berupa perintah dan aktivitas. Dari duabelas frasa di atas semuanya memiliki komponen makna bersama perintah dan aktivitas. Sesuai konteks jampi raheut, teks yang dituturkan memberi sugesti kepada tubuh agar memperbaiki diri. Frasa pada tepung

(43)

dan aktivitas karena sebelumnya tubuh telah pegat, pegat disini juga merupakan pekerjaan, pekerjaan yang di sengaja maupun tidak.

Kemudian sebagai aktivitas, tubuh secara otomatis akan melakukan pekerjaannya memperbaiki sel-sel yang rusak. Maka pada tepung sumsum, pada tepung tulang, pada tepung daging, pada tepung urat, pada tepung bulu dan pada tepung kulit merupakan aktivitas tubuh manusia.

Dengan demikian, komponen makna bersama yang menonjol pada isotopi ini adalah perintah dan aktivitas karena kata-kata yang terdapat dalam jampe

raheut ini merujuk kepada pekerjaan perbaikan sel-sel yang rusak, penyembuhan dengan memerintah tubuh untuk memperbaiki riri dan aktivitas dari perbaikan sel-sel yang rusak tersebut untuk memperbaiki diri.

7. Isotopi Perasaan

(44)

Frasa pegat sumsum, pegat tulang, pegat urat, pegat daging, pegat bulu

dan pegat kulit mewakili perasaan yang sedih, karena kerusakan satu organ manusia saja dapat menghambat aktivitas manusia. Betapa sedihnya jika sumsum,

tulang, daging, urat, bulu dan juga kulit kita rusak.

Frasa pada tepung sumsum, pada tepung tulang, pada tepung urat, pada tepung daging, pada tepung bulu dan pada tepung kulit menggambarkan perasaan batin yang haru dan senang. Kesatuan sumsum, kesatuan tulang, kesatuan urat, kesatuan daging, kesatuan bulu dan kesatuan kulit merupakan hal paling penting bagi manusia. Jika dilihat dari konteks jampi raheut ini, keadaan pada tepung ini memiliki isotopi perasaan yang kental dengan kesenangan dan keharuan, frasa ini merupakan permohonan dan keinginan dari pasien yang sedang mengalami musibah maka, akan sangat senang bila apa yang pegat disatukan kembali atau disembuhkan.

(45)

13 Pegat bulu D 1X - + -

-14 Pegat kulit D 1X - + -

-15 Hurip D 1X + + + +

16 Waras D 1X + + + +

17 Pada tepung sumsum D 1X + - -

-18 Pada tepung tulang D 1X + - -

-19 Pada tepung urat D 1X + - -

-20 Pada tepung daging D 1X + - -

-21 Pada tepung bulu D 1X + - -

-22 Pada tepung kulit D 1X + - -

-Isotopi kekuatan merupakan isotopi yang dibentuk dari sembilan kata dan tigabelas frasa yang menunjukan tekstur suatu benda, apakah benda itu kokoh, rapuh, lentur atau liat. Maka komponen bersama isotopi kekuatan adalah kokoh, rapuh, dan lentur atau liat.

Kata sumsum memiliki komponen bersama rapuh karena sumsum

berbentuk gumpalan yang mudah terurai kekokohan sumsum tergantung pada

tulang yang melindunginya. Tulang sendiri termasuk komponen kokoh tetapi termasuk juga komponen rapuh, karena tulang yang kokoh bisa menjadi rapuh apabila kekurangan kalsium.

Sementara kata urat, daging, bulu dan kulit memiliki komponen makna yang sama yaitu lentur. Tetapi urat, daging dan kulit memiliki komponen makna lain yaitu liat atau kenyal. Bulu dan kulit juga termasuk komponen makna rapuh karena kulit yang kering mudah sekali terkelupas begitupun bulu.

Kata hurip dan waras termasuk isotopi kekuatan dan termasuk kedalam semua komponen makna bersama. Walaupun hurip dan waras bukanlah kata benda tetapi keduanya memiliki sifat yang termasuk kedalam isotopi kekuatan.

(46)

Dengan demikian, komponen makna bersama yang menonjol pada isotopi ini adalah rapuh karena kata-kata yang terdapat dalam jampe raheut ini merujuk kepada kekuatan yang rapuh baik secara denotatif maupun konotatif. Hal ini berindikasi karena jampi ini untuk memulihkan kerapuhan tersebut.

9. Isotopi Cita-cita

No Frasa/kata D/

K Frekuensi

Komponen makna bersama Harapan Keyakina

n Pencapaian

1 Hurip D 1X + + +

2 Waras D 1X + + +

3 Pada tepung sumsum D 1X + + +

4 Pada tepung tulang D 1X + + +

5 Pada tepung urat D 1X + + +

6 Pada tepung daging D 1X + + +

7 Pada tepung bulu D 1X + + +

8 Pada tepung kulit D 1X + + +

9 Tiis dingin palipurna D 1X + + +

Isotopi cita-cita merupakan isotopi yang dibentuk dari dua kata dan tujuh frasa yang menunjukan keinginan di masa mendatang. Komponen makna isotopi cita-cita ialah harapan, keyakinan dan pencapaian. Kata hurip termasuk kedalam isotopi cita-cita karena tidak semua orang bisa hidup. Kata waras juga bagi sebagian orang adalah cita-cita, bagi orang sakit khususnya, sehat adalah harga yang sangat mahal. Maka kata waras termasuk kedalam isotopi cita-cita.

Frasa tiis dingi palipurna adalah harapan, keyakinan dan pencapaian seseorang setelah melakukan usaha. Frasa pada tepung sumsum, pada tepung tulang, pada tepung urat, pada tepung daging, pada tepung bulu dan pada tepung kulit adalah dambaan bagi orang mengalami musibah seperti patah tulang, kelainan sumsum dll.

(47)

merujuk kepada cita-cita yang berupa harapan, keyakinan dan pencapaian baik

Isotopi keselakaan merupakan isotopi yang dibentuk dari satu kata dan enam frasa yang menunjukan musibah, hal-hal yang tidak di inginkan. Komponen makna bersamanya adalah luka parah, luka ringan, luka serius, luka lahir dan luka batin. Secara konotasi maupun denotasi kata pegat bermakna negatif, kata pegat termasuk kedalam semua komponen makna bersama isotopi kecelakaan. Kata pegat ini merupakan satu-satunya kata yang termasuk makna bersama luka batin karena kata pegat bisa di sandingkan dengan kata cinta, silaturahmi, dll.

Pegat sumsum, pegat urat dan pegat tulang memiliki komponen makna bersama luka parah, luka serius, dan luka lahir. Sumsum, urat dan tulang

merupakan bagian terpenting tubuh, kerusakan sumsum, urat dan tulang akan berakibat fatal maka termasuk luka serius yang harus di tangani dengan serius.

(48)

Pegat bulu juga termasuk luka serius, karena bulu yang tumbuh di kepala akan menjadi persoalan yang serius apabila mengalami kerusakan misalnya, rontok, botak, dll.

Pegat kulit juga merupakan hal yang serius untuk di tangani, karena kulit menjadikan manusia terlihat cantik, bersih, dan mulus.

Dengan demikian, komponen makna bersama yang menonjol pada isotopi ini adalah luka serius dan luka lahir karena kata-kata yang terdapat dalam jampi

raheut ini merujuk kepada kecelakaan yang Nampak secara lahir dan berindikasi kepada luka yang serius.

11.Isotopi Ketuhanan

No Frasa/kata D/

K Frekuensi

Komponen makna bersama Gaib Sifat kekuasaan 1. Bismilahirohmanirohimi D

K 1x + + +

Kalimat bismilahirohmanirohim apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya adalah dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Semua isotopi ketuhanan terdapat dalam kalimat ini, sesuatu yang gaib yaitu Allah, sifat yaitu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kekuasaan yaitu tidak ada satu mahluk pun yang mampu menandingi kekuasaan Tuhan.

12.Isotopi keyakinan

No Frasa/kata D/

K Frekuensi

Komponen makna bersama konsep ajaran

(49)

2 Pegat sumsum, Pada tepung sumsum. D 1X + +

3 Pegat tulang, Pada tepung tulang. D 1X + +

4 Pegat daging, Pada tepung daging. D 1X + +

5 Pegat urat, Pada tepung urat. D 1X + +

6 Pegat bulu, Pada tepung bulu. D 1X + +

7 Pegat kulit, Pada tepung kulit. D 1X + +

Isotopik keyakinan di bentuk dari tujuh frasa yang menunjukan segala keyakinan manusia yang diperoleh dari pengajaran atau konsep pemikiran manusia. Kalimat bismilahirohmanirohim merupakan sebuah keyakinan yang di percayai masyarakat khususnya yang beragama Islam sebagai pembuka dalam melakukan segala sesuatu karena diyakini mengucap kalimat

bismilahiromanirohim akan memberi awalan yang baik dan menjauhkan dari hal-hal yang tidak baik. Hal ini merupakan suatu konsep yang di ajarkan dari generasi ke generasi.

Kemudian pada frasa pegat sumsum pada tepung sumsum menunjukan keyakinan masyarakat bahwa sesuatu yang rusak bisa di perbaiki, atau disembuhkan kembali. Dengan cara berihtiar, berusaha untuk mencari jalan memperbaiki atau menyembuhkan kembali. Ini juga merupakan konsep yang diajarkan masyarakat dari generasi ke generasi.

Dengan demikian, komponen makna bersama yang menonjol pada isotopi ini adalah konsep dan ajaran karena kata-kata yang terdapat dalam jampe raheut

ini merujuk kepada keyakinan yang telah dipercaya melalui konsep dan ajaran.

13.Isotopi Keajaiban

No Frasa/kata D/K Frekuensi

Komponen makna bersama Istimewa Luar

(50)

1 Pegat sumsum, pada tepung sumsum D 1X + +

2 Pegat tulang, pada tepung tulang D 1X + +

3 Pegat urat, pada tepung urat D 1X + +

4 Pegat daging, pda tepung daging D 1X + +

5 Pegat bulu, pada tepung bulu D 1X + +

6 Pegat kulit, pada tepung kulit D 1X + +

7 Hurip waras DK 1X + +

Isotopi keajaiban merupakan isotopi yang terdiri atas tujuh frasa yang menunjukan hal-hal yang tidak mungkin tetapi tejadi. Pada kolom di atas, nomor satu sampai nomor enam memiliki pola kalimat yang sama. Pegat sumsum, pada tepung sumsum. Sumsum yang telah patah atau rusak bisa kembali saling menyatu, itu merupakan hal yang luar biasa, apalagi jika hanya menuturkan jampi

raheut kemudian secara langsung sumsum yang patah kembali menyatu. Luar biasa sekali jika itu terjadi tanpa bantuan oprasi hanya menuturkan jampi saja. Begitu pula pada frasa pegat urat pada tepung urat, pegat tulang pada tepung tulang, pegat daging pada tepung daging, pegat bulu pada tepung bulu dan pegat kulit pada tepung kulit.

Hurip waras juga sangat luar biasa istiewanya, apalagi untuk orang yang telah sakit keras bisa hurip waras kembali itu merupakan keajaiban.

Dengan demikian, komponen makna bersama yang menonjol pada isotopi ini adalah istimewa dan luar biasa karena kata-kata yang terdapat dalam jampi

raheut ini merujuk kepada keajaiban yang istimewa dan luar biasa.

1.4 Isotopi Harapan

No Frasa/kata D/K Frekuensi

(51)

1 Pegat sumsum D 1x - +

2 Pegat tulang D 1x - +

3 Pegat urat D 1x - +

4 Pegat daging D 1x - +

5 Pegat bulu D 1x - +

7 Pegat kulit D 1x - +

8 Pada tepung sumsum D 1x +

-9 Pada tepung tulang D 1x +

-10 Pada tepung urat D 1x +

-11 Pada tepung daging D 1x +

-12 Pada tepung bulu D 1x +

-13 Pada tepung kulit D 1x +

-Isotopi harapan terdiri atas tigabelas frasa yang menunjukan keinginan manusia dalam mencapai sesuatu. Harapan manusia tidak selamanya selalu baik, kadang manusia berharap sesuatu yang kurang baik. Maka komponen makna bersama isotopi harapan adalah positif dan negative. Seperti pada frasa pegat sumsum, pegat tulang, pegat urat, pegat daging, pegat bulu dan pegat kulit secara denotasi menunjukan pengharapan yang negatif.

Sedangkan frasa pada tepung sumsum, pada tepung tulang, pada tepung urat, pada tepung daging, pada tepung bulu dan pada tepung kulit merupakan pengharapan yang positif.

Dengan demikian, komponen makna bersama pada isotopi ini tidak ada yang menonjol karena harapan positif dan negative disandingkan bersama. Hal ini karena dalam teks jampi raheut di paparkan keadaan yang negative (pegat ….) dan positif (pada tepung ….) secara resiprokal.

Gambar

Tabel  di  atas  menunjukkan  kata  atau  frasa  yang  mendukung  isotopi
Tabel  di  atas  menunjukan  kata  atau  frasa  yang  mendukung  isotopik
Tabel  di  atas  menunjukan  kata  yang  mendukung  isotopi
Tabel  di  atas   menunjukan  kata  yang  mendukung  isotopi  tubuh
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

3) Seksi Kelembagaan dan Kesiswaan Akademis. Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal, terdiri dari :.. 1) Seksi Pendidikan Anak

1) Rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri

تىلا ةقيرطلا امأ اهمدختست ةظحلالما ةقيرطلا يهف ثحبلا اذه فى تانايبلا عملج ةثحابلا لحتلا لىإ تانايبلا ليلتح نم ةثحابلا هتجا ،تانايبلا ليلتح فى و .ةقيثولا ةقيرطلاو

Besarnya Penurunan Kapasitas Daya (Kva) Terpasang Transformator Distribusi (Studi Kasus : Trafo

Pada hari ini Jumat tanggal Delapan belas bulan Agustus tahun Dua Ribu Tujuh Belas (18-08-2017) bertempat di Sekretariat BLPBJP Kabupaten Sumbawa, Kelompok Kerja 12 Pekerjaan

[r]

Kelompok Kerja Pengadaan Barang, Kontruksi dan Jasa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh. Tahun