• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang tersebut. Status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan kepemilikan, kemampuan dalam keberhasilan menjalankan usaha serta pencapaian pemenuhan kebutuhan (Ardi 2012). Kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini di antaranya adalah jumlah tanggungan, jenis usaha perikanan, curahan waktu, pendapatan, dan pengeluaran

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan dalam rumah tangga responden dilihat sebagai besarnya beban dalam penafkahan. Sesuai Undang-undang PPh No. 35 Tahun 2008 tentang PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), jumlah tanggungan dalam setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal tiga orang. Jumlah tanggungan kurang dari tiga orang maka bebannya rendah. Jumlah tanggungan sama dengan tiga orang maka bebannya sedang. Jumlah tanggungan lebih dari tiga orang maka bebannya tinggi.

Tabel 12 Persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan dalam rumah tangga di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012

Jumlah tanggungan Nelayan (%)

Pengolah hasil perikanan (%) Pembudidaya ikan (%) Total (%) Rendah (< 3 orang) 40 10 40 30 Sedang (= 3 orang) 24 40 20 28 Tinggi (> 3 orang) 36 50 40 42 Total (%) 100 100 100 100

Hasil pengambilan data menunjukkan bahwa rumah tangga di Desa

Tanjung Pasir mengalami pengelompokan beban tanggungan yang cukup merata. Persentase terbanyak dialami oleh rumah tangga dengan tanggungan tinggi sebesar 42 persen. Anggota rumah tangga di dalamnya memiliki banyak anak dan beberapa responden tidak hanya satu keluarga dalam satu rumah tangga. Rumah tangga dengan tanggungan sedang cenderung hanya memiliki dua orang anak (28 persen). Rumah tangga dengan tanggungan rendah sebesar 33 persen yang cenderung merupakan pasangan muda ataupun hanya tinggal pasangan tua saja.

Jika dilihat dari setiap jenis usaha perikanan, rumah tangga pengolah hasil perikanan dan sebagian rumah tangga pembudidaya memang memiliki jumlah tanggungan yang tinggi (50 persen dan 40 persen). Sedangkan untuk rumah

tangga nelayan dan sebagian rumah tangga pembudidaya ikan, jumlah tanggungan cenderung rendah (40 persen). Berdasarkan data yang ada dan hasil wawancara mendalam, penyebab jumlah tanggungan yang tinggi karena masih adanya pandangan konservatif bahwa “banyak anak banyak rezeki”, namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang diperoleh.

Jenis Usaha Perikanan

Usaha perikanan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir adalah (1) nelayan, baik harian maupun mingguan; (2) pengolah hasil perikanan, merupakan kelompok Batari (Bandeng Tanpa Duri) yang dikelola oleh ibu-ibu dan cukup sering mengadakan kegiatan pengolahan dalam setahun; serta (3) pembudidaya ikan, yang pelakunya melakukan kegiatan dengan sewa tambak atau penggarap.

Tabel 13 Persentase responden berdasarkan jenis usaha perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012

Jenis usaha perikanan Perempuan (%) Laki-laki (%) Total (%)

Nelayan 0 56 56

Pengolah hasil perikanan 22 0 22 Pembudidaya ikan 0 22 22

Total (%) 22 78 100

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mayoritas rumah tangga

perikanan di Desa Tanjung Pasir menggantungkan hidupnya sebagai nelayan dimana seluruh pelakunya adalah laki-laki (56 persen). Dalam usaha pengolahan ikan, seluruh pelaku usahanya adalah perempuan (22 persen). Sedangkan dalam pembudidayaan ikan, seluruh pelaku usahanya adalah laki-laki (22 persen). Dapat disimpulkan bahwa jenis kegiatan penangkapan dan budidaya dilakukan hanya oleh laki-laki, sedangkan pengolahan oleh perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan di Desa Tanjung Pasir enggan melakukan kegiatan melaut dan lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah. Selain itu alasan kekuatan fisik yang tidak sepadan dengan laki-laki, membuat perempuan dalam rumah tangga perikanan di desa ini memutuskan untuk melakukan kegiatan rumah tangga saja.

Curahan Waktu

Menurut Teori Analisis Harvard, kegiatan dalam rumah tangga dibagi menjadi kegiatan reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan. Setiap bidang kegiatan harus idealnya mengalami pembagian waktu yang seimbang. Kegiatan sosial kemasyarakatan tidak disertakan dalam penghitungan dan hanya sebagai data pendukung saja. Curahan waktu dalam kegiatan reproduktif dan produktif dilihat sebagai inti dari kegiatan keseharian setiap individu.

Tabel 14 menunjukkan bahwa curahan waktu perempuan dalam kehidupan sehari-hari cenderung berlebihan. Waktu yang berlebihan ini artinya adanya ketimpangan dalam pembagian waktu antara kegiatan reproduktif dan produktif. Kegiatan yang dilakukan biasanya adalah mengurus rumah, anak, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Curahan waktu sedang bagi perempuan sebesar 40 persen

disebabkan kegiatan pencarian nafkah yang dilakukan melalui pembukaan usaha dilakukan seiring dengan kegiatan reproduktif seperti mengurus anak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Hampir semua perempuan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir berjualan gado-gado, dan biasanya dilakukan ketika siang hari atau menjelang akhir pekan, yaitu hari Sabtu dan Minggu. Beberapa usaha lain yang dilakukan adalah berjualan kue keliling, membuka warung, dan sebagainya. Curahan waktu bagi laki-laki dalam rumah tangga perikanan dinyatakan 100 persen berlebih. Hal ini disebabkan laki-laki semuanya mencari nafkah, dan dalam hal ini di bidang perikanan. Waktu yang digunakan dalam sehari habis untuk melaut dan ketika berada di rumah cenderung tidak ikut melakukan kegiatan reproduktif.

Tabel 14 Persentase responden berdasarkan curahan waktu perempuan dan laki-laki di sektor publik dan domestik di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012

No. Curahan Waktu Perempuan Laki-laki % %

1. Sedang 40.0 0.0

2. Berlebihan 60.0 100.0

Total 100.0 100.0

Berikut ini adalah diagram kegiatan dalam aspek reproduktif, produktif, dan sosial-kemasyarakatan. Pembagian waktu yang dilakukan berdasarkan waktu bagi 45 rumah tangga perikanan (25 rumah tangga nelayan, 10 rumah tangga pengolah, dan 10 rumah tangga pembudidaya) untuk melihat perbedaan waktu dan kegiatan yang dilakukan oleh istri/perempuan dan suami/laki-laki dalam sehari (24 jam). Dilakukan pengambilan satu sampel dari masing-masing jenis rumah tangga perikanan

Keterangan: Mengasuh anak

Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak

Membersihkan lantai Mengaji

Melaut

Bersosialisasi dengan tetangga Persiapan untuk melaut Istirahat

Keterangan: Mengasuh anak

Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak

Membersihkan lantai Mengaji

Mencari nafkah utama (di luar bidang perikanan) Bersosialisasi dengan tetangga Perjalanan menuju tempat kerja Istirahat

Mencari nafkah tambahan

Gambar 3 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pengolah hasil perikanan

Keterangan: Mengasuh anak

Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak

Membersihkan lantai Mengaji

Mengurus tambak

Bersosialisasi dengan tetangga Istirahat

Mencari nafkah tambahan

Gambar 4 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pembudidaya ikan

Berdasarkan hasil ketiga diagram (Gambar 2-4), terlihat bahwa dalam setiap jenis rumah tangga perikanan, masih adanya ketimpangan dalam pembagian waktu antara suami dan istri. Hal ini disebabkan suami hanya fokus terhadap pencarian nafkah tanpa melakukan banyak kegiatan reproduktif. Sedangkan istri, dalam satu hari lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan reproduktif dan juga beberapa istri dalam rumah tangga yang melakukan usaha. Masih terjadinya ketimpangan antar aspek sehingga adanya ketidakseimbangan curah waktu antara aspek reproduktif, produktif, dan sosial-kemasyarakatan baik suami maupun istri dalam rumah tangga perikanan. Berikut ini tabel yang

menjelaskan masing-masing kegiatan dalam bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan.

Tabel 15 Curahan waktu responden dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012

Reproduktif Curahan waktu (jam)

P L

Memasak 1.5 0.0

Mencuci dan menyetrika baju 2.0 0.0 Membersihkan lantai 1.0 0.0

Mengurus anak 10.0 2.0

Total (jam) 14.5 2.0 Sosial-kemasyarakatan Curahan waktu (jam)

P L

Pengajian 2.0 2.0

Arisan 0.5 0.0

Kerja bakti 5.0 3.0

Total (jam) 7.5 5.0

Tabel 15 merupakan bermacam aktivitas yang dilakukan dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan oleh perempuan dan laki-laki. Mayoritas dalam ruamh tangga masing-masing jenis usaha perikanan terjadi pembagian tugas yang serupa. Oleh karena itu dilakukan generalisasi dalam tabel. Curahan waktu dalam bidang produktif dan sosial kemasyarakatan cenderung lebih banyak dilakukan oleh perempuan dalam rumah tangga perikanan. Mayoritas laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk pencarian nafkah, khususnya dalam hal ini di laut/tambak. Oleh karena itu, perempuan memiliki peran yang lebih besar dalam mengurus rumah dan anak dalam kesehariannya. Terjadi perbedaan pembagian peran/aktivitas di bidang produktif dalam setiap jenis usaha perikanan yang dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16 Curahan waktu responden dalam bidang produktif berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Produktif Nelayan (jam) Pengolah hasil perikanan (jam) Pembudidaya

ikan (jam) Total (jam) P L P L P L P L Mencari nafkah utama 0.0 10.0 3.0 13.0 0.0 11.0 3.0 11.3 Membuka usaha 11.0 0.0 10.5 6.0 7.0 0.0 9.5 2.0 Mengikuti pelatihan 2.5 0.0 2.5 0.0 2.5 0.0 2.5 0.0 Total (jam) 13.5 10.0 16.0 19.0 9.5 11.0 15.0 13.3

Total curahan waktu perempuan dalam aktivitas produktif cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh desakan ekonomi dalam rumah tangga yang mengharuskan adanya upaya penambahan pendapatan

sehingga perempuan cenderung mengurus rumah dan anak diiringi dengan membuka usaha kecil-kecil di rumahnya seperti warung, penjualan makanan ringan, serta minuman sachet. Jika dilihat dari jenis aktivitas yang dilakukan, dalam kegiatan pencarian nafkah, curahan waktu laki-laki cenderung lebih besar. Sedangkan untuk kegiatan membuka usaha dan mengikuti pelatihan, curahan waktu perempuan cenderung lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan pencarian nafkah, laki-laki lebih mendominasi dibandingkan perempuan. Akses untuk melaut maupun mengurus tambak dipandang lebih layak jika dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan untuk kegiatan membuka usaha dan kegiatan pelatihan, perempuan cenderung mendapatkan akses yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendapatan

Pendapatan adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu (Syamrilaode 2010). Pendapatan dalam rumah tangga sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian adalah pendapatan total dari kegiatan perikanan dan non perikanan oleh seluruh anggota dalam rumah tangga. Berdasarkan UMR Kabupaten Tangerang 2012, nilai rata-ratanya adalah Rp1 379 000. Diambil nilai tengah dari rata-rata tersebut untuk keperluan pengkategorian pendapatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir.

Tabel 17 Persentase responden berdasarkan pendapatan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012

No. Pendapatan Nelayan (%)

Pengolah hasil perikanan (%) Pembudidaya ikan (%) Total (%) P L P L P L P L 1. Rendah 24 0 60 0 50 0 44 0 2. Sedang 8 8 0 20 0 10 3 13 3. Tinggi 8 92 10 80 0 90 6 87 Total (%) 40 100 70 100 50 0 53 100

Disimpulkan bahwa hampir seluruh rumah tangga, bahkan jika dilihat berdasarkan jenis usaha perikanan, Desa tanjung Pasir tergolong berpendapatan tinggi (87 persen). Hal ini tidak sesuai dengan fakta yang ada dalam lokasi penelitian yang memperlihatkan bahwa keadaan ekonomi masyarakat Desa Tanjung Pasir tergolong cukup rendah. Kemungkinan besarnya pendapatan karena dilakukan kumulatif antara pendapatan yang harian dihitung menjadi bulanan, dan pendapatan yang mingguan juga dihitung menjadi bulanan. Perhitungan pendapatan yang didapat akan rendah apabila dihubungkan dengan pengeluaran.

Jika dilihat berdasarkan setiap jenis usaha perikanan terpilah jenis kelamin, partisipasi perempuan sudah cukup banyak dalam upaya pencarian nafkah (40 persen, 70 persen, dan 50 persen). Pendapatan nelayan yang rendah dibantu perekonomiannya oleh perempuan meskipun hasil yang didapat relatif rendah (24 persen). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapatnya rumah tangga nelayan yang sangat miskin di Desa Tanjung Pasir. Pendapatan pengolah hasil perikanan

tergolong rendah (60 persen) karena kegiatan tidak dilakukan secara rutin dan hanya ketika ada pemesanan saja. Pendapatan tambahan yang rendah, mayoritas didapat dari hasil berjualan gado-gado yang dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu setiap minggunya. Sedangkan dalam rumah tangga pembudidaya ikan, partisipasi perempuan lebih tinggi dalam pencarian nafkah, meskipun pendapatan yang dihasilkan rendah (50 persen). Terlihat bahwa dalam setiap rumah tangga, masih rendahnya pendapatan yang dihasilkan oleh perempuan (44 persen) dibandingkan tingginya pendapatan laki-laki (87 persen) dalam rumah tangga perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya akses dalam pencarian nafkah bagi perempuan. Masih banyaknya rumah tangga dimana jika hanya mengandalkan pendapatan laki-laki/suami saja, kebutuhan belum tentu dapat tercukupi semuanya.

Pengeluaran

Pengeluaran adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam periode tertenu untuk memenuhi kebutuhan (AIM 2009). Penghitungan dilakukan berdasarkan pengeluaran dalam rumah tangga, baik untuk keperluan kegiatan perikanan maupun non perikanan (kebutuhan rumah tangga dan anak). Pengkategorian merujuk pada UMR Kabupaten Tangerang, seperti yang telah dilakukan untuk penghitungan dalam variabel pendapatan.

Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengeluaran di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012

No. Pengeluaran Nelayan (%) Pengolah hasil perikanan (%) Pembudidaya ikan Total 1. Rendah 4 10 0 5 2. Sedang 28 20 40 29 3. Tinggi 68 70 60 66 Total (%) 100 100 100 100 Disimpulkan bahwa pengeluaran rumah tangga perikanan (nelayan, pengolah, dan pembudidaya) di Desa Tanjung Pasir tergolong tinggi (66 persen). Pengeluaran yang besar diakibatkan perlunya modal yang besar dalam sekali melaut atau mengurus tambak. Usaha penangkapan, membutuhkan biaya yang besar dalam umpan, kail, BBM, dan bekal sehari-hari selama meluat. Dalam usaha pengolahan pun demikian, dibutuhkan sekitar 50 kilo bandeng dalam pembuatannya untuk sekali pemesanan. Dalam usaha pembudidayaan, baik benih, pakan, maupun vitamin cukup besar biayanya. Ditambah dengan masing-masing rumah tangga perikanan memiliki jumlah tanggungan yang mayoritas tinggi, menyebabkan adanya pengeluaran rumah tangga yang cukup besar. Pendapatan yang tinggi nyatanya diiringi juga dengan pengeluaran yang tinggi, misalnya biaya hidup selama di laut dengan berhutang ke warung, bahan bakar mesin, dan keperluan lainnya. Oleh karena itu, berikut ini (Tabel 19) merupakan data pendapatan bersih rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir.

Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012

No. Tingkat Pendapatan Bersih Σ % 1. Pendapatan rendah (< Rp 1 000 000) 31 68.9 2. Pendapatan sedang (Rp 1 000 000 - Rp 1 700 000) 13 28.9 3. Pendapatan tinggi (> Rp 1 700 000) 1 2.2

Total 45 100.0

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, khususnya dalam rumah tangga perikanan masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan pendapatan yang tinggi diiringi pula dengan pengeluaran yang tinggi. Beberapa rumah tangga menyadari bahwa perlu adanya pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“..dagang gini ya saya kepengen sendiri aja daripada ga ngapa-ngapain di rumah. Kalo cuma nunggu dari si bapak aja ya kurang. Duit bisa dipake buat anak, makan, macem-macem. Lumayan kalo lagi untung ya sehari bisa dapet Rp 30000..” – Ibu Badlah, 30 tahun.

Tidak semua perempuan dalam rumah tangga perikanan berinisiatif dalam melakukan usaha pencarian nafkah tambahan. Masih melekatnya stereotipe yang menganggap bahwa kewajiban perempuan adalah mengurus rumah dan anak. Tidak adanya larangan dari suami untuk bekerja membantu dalam perekonomian rumah tangga, namun tidak banyak yang melakukan pancarian nafkah tambahan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN