• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA,

KABUPATEN TANGERANG

SITI MAULINA NURYANI KARNAEN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Gender dalam Rumah Tangga Perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabuputen Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013 Siti Maulina Nuryani Karnaen NIM I34090049

(4)
(5)

ABSTRAK

SITI MAULINA NURYANI KARNAEN. Peranan Gender dalam Rumah Tangga Perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabuputen Tangerang. Dibimbing oleh SITI AMANAH.

Desa Tanjung Pasir merupakan wilayah pesisir pantai yang mayoritas penduduknya menggantungkan hidupnya pada bidang perikanan. Terdapat kegiatan usaha perikanan baik penangkapan, pengolahan, maupun budidaya yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Berbagai macam program telah dilakukan, namun isu gender dalam rumah tangga belum terselesaikan. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari peranan gender dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan. Metode yang digunakan melalui pengisian kuesioner dan wawancara semi terstruktur yang didapat dari anggota rumah tangga perikanan. Beberapa faktor dalam karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi memiliki hubungan dengan peran gender dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan. Pembagian peran adil dan setara dari hasil riset antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga membantu mewujudkan rumah tangga yang harmonis dan seimbang.

Kata kunci: peranan gender, pengambilan keputusan, rumah tangga perikanan, karakteristik rumah tangga, kondisi sosial ekonomi

ABSTRACT

SITI MAULINA NURYANI KARNAEN. Gender Role in Fisheries’s Household in Tanjung Pasir Village, Teluknaga Subdistrict, Tangerang District. Supervised by SITI AMANAH.

Tanjung Pasir is a coastal area in Tangerang District where majority of the inhabitans depends their livelihood to the fisheries resources. There are three fishery businesses in Tanjung Pasir, include fishing, fish-processing, and fish breeding carried out by women and men. Various programs have been implemented, but gender role and relation in the household still unresolved issue. The research objective is to study the role of gender and decision-making in the fisheries’s households. Survey method using questionnaire was used to collect data and in-depth interviews with key informants were also-conducted. Some factors in characteristic of household and socio-economic condition show corelation with the gender roles and decision-making in the fisheries’s household.

Keywords: gender role, decision-making, fisheries’s household, characteristic of households, socio-economic condition

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA,

KABUPATEN TANGERANG

SITI MAULINA NURYANI KARNAEN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Peranan Gender dalam Rumah Tangga Perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang

Nama : Siti Maulina Nuryani Karnaen

NIM : I34090049 Disetujui oleh Dr Ir Siti Amanah, MSc Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Peranan Gender dalam Rumah Tangga Perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang”. Skripsi ini berupaya menjelaskan kondisi rumah tangga perikanan dari aspek peran gender. Rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir menjelaskan usaha penangkapan ikan, pengolahan perikanan, dan budidaya perikanan. Terdapat peran gender yang spesifik, yaitu laki-laki lebih banyak terlibat dalam kegiatan penangkapan dan budidaya perikanan, sedangkan perempuan lebih banyak terlibat dalam kegiatan pengolahan.

Atas terselesaikannya skripsi ini, diucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah, MSc, selaku Dosen Pembimbing yang selalu dengan sabar membimbing dan membagi ilmu pengetahuan. Tidak lupa kepada Ibu Ir Siti Sugiah Mugniesyah, MS selaku Dosen Penguji Utama dan Bapak Martua Sihaloho, MS, MSi, selaku Dosen Penguji Wakil Departemen dalam ujian sidang skripsi atas kritik dan masukannya. Terima kasih diucapkan kepada Bapak Dr Ir Dwi Sadono, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. Juga kepada seluruh dosen dan staf KPM yang telah banyak membantu selama ini serta kepada masyarakat Desa Tanjung Pasir atas ketersediaannya untuk dijadikan sebagai tujuan sasaran penelitian. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta, Dr Ir Toni Ruchimat, MSc dan Dra Siti Nur Irianti Atmadibrata, serta adik-adik tersayang, Muhammad Fauzan Darmawan Karnaen dan Siti Tazkia Nurhamida Karnaen, yang senantiasa memberi dukungan emosional dan psikologis, doa, serta limpahan kasih sayang kepada penulis. Juga kepada teman-teman yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu sebagai teman seperjuangan, berdiskusi, dan memotivasi penulis dalam proses penulisan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2013 Siti Maulina Nuryani Karnaen

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1  Latar Belakang 1  Masalah Penelitian 3  Tujuan Penelitian 4  Kegunaan Penelitian 4  PENDEKATAN TEORITIS 5  Tinjauan Pustaka 5  Konsep Gender 5 Ideologi Gender 6 Peranan Gender 7 Ketidakadilan Gender 7 Analisis Gender 8 Konsep Perikanan 8

Konsep Rumah Tangga 9

Pengambilan Keputusan 9

Kerangka Pemikiran 10 

Proporsi Penelitian 12 

Definisi Operasional 12 

METODOLOGI PENELITIAN 15 

Lokasi dan Waktu 15 

Teknik Sampling 15 

Teknik Pengumpulan Data 16 

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 16 

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 17 

Kondisi Geografis Desa 17 

Kondisi Sosial dan Budaya Desa 17 

Kondisi Ekonomi Desa 18 

Potensi Sumberdaya Desa 19 

Ekosistem Pesisir 19

Pariwisata 20

Kegiatan Usaha Perikanan 20

Penangkapan Ikan 21

Pengolahan Ikan 23

Pembudidayaan Ikan 24 

KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA

TANJUNG PASIR 27 

Usia 27 

Pendidikan Formal 28 

Status Bekerja/Kedudukan dalam Pekerjaan di Bidang Perikanan 28 

(14)

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN

DI DESA TANJUNG PASIR 31 

Jumlah Tanggungan 31 

Jenis Usaha Perikanan 32 

Curahan Waktu 32 

Pendapatan 36 

Pengeluaran 37 

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH

TANGGA PERIKANAN 39 

Hubungan Karakteristik Rumah Tangga dengan Peran Gender dalam

Rumah Tangga Perikanan 40 

Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Peran Gender dalam Rumah

Tangga Perikanan 42 

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM

RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 

Hubungan Karakteristik Rumah Tangga dengan Pengambilan Keputusan

dalam Rumah Tangga Perikanan 46 

Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Pengambilan Keputusan dalam

Rumah Tangga Perikanan 49 

SIMPULAN DAN SARAN 53 

DAFTAR PUSTAKA 56 

LAMPIRAN 59

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perbedaan seks dan gender 5

Tabel 2 Populasi dan sampel penelitian 15

Tabel 3 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Tanjung Pasir berusia produktif berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2010 18 Tabel 4 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Tanjung Pasir

menurut mata pencaharian tahun 2010 19 Tabel 5 Kategori usaha perikanan tangkap masyarakat Desa Tanjung

Pasir tahun 2012 21

Tabel 6 Hasil tangkapan utama perikanan tangkap masyarakat Desa

Tanjung Pasir tahun 2012 23

Tabel 7 Jenis ikan dalam usaha budidaya perikanan Desa Tanjung

Pasir 2009 dan 2010 25

Tabel 8 Persentase responden berdasarkan kategori usia di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang

tahun 2012 27

Tabel 9 Persentase responden berdasarkan pendidikan formal di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang

tahun 2012 28

Tabel 10 Persentase responden berdasarkan status bekerja/kedudukan dalam pekerjaan bidang perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 28 Tabel 11 Persentase responden berdasarkan pandangan tentang peran

gender di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga,

Kabupaten Tangerang tahun 2012 29

Tabel 12 Persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan dalam rumah tangga di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga,

Kabupaten Tangerang tahun 2012 31

Tabel 13 Persentase responden berdasarkan jenis usaha perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten

Tangerang tahun 2012 32

Tabel 14 Persentase responden berdasarkan curahan waktu perempuan dan laki-laki di sektor publik dan domestik masyarakat Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang

tahun 2012 33

Tabel 15 Curahan waktu responden dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 35 Tabel 16 Curahan waktu responden dalam bidang produktif

berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 35

(16)

Tabel 17 Persentase responden berdasarkan pendapatan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012

Tabel 18 Persentase responden berdasarkan tingkat pengeluaran di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten

Tangerang tahun 2012 36

Tabel 19 Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten

Tangerang tahun 2012 37

Tabel 20 Pembagian peran/aktivitas di bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten

Tangerang tahun 2012 39

Tabel 21 Persentase responden menurut karakteristik rumah tangga dan pembagian peran/aktivitas di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 40 Tabel 22 Persentase responden menurut kondisi sosial ekonomi dan

pembagian peran/aktivitas di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 43 Tabel 23 Persentase pengambilan keputusan di bidang reproduktif,

produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga,

Kabupaten Tangerang tahun 2012 46

Tabel 24 Persentase responden menurut karakteristik rumah tangga dan pengambilan keputusan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 47 Tabel 25 Persentase responden menurut kondisi sosial ekonomi dan

pengambilan keputusan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 49

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka pemikiran peran gender dalam rumah tangga

perikanan 11 Gambar 2 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga nelayan 33 Gambar 3 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pengolah hasil

perikanan 34 Gambar 4 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pembudidaya

ikan 34

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Peta Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga,

Kabupaten Tangerang 59

Lampiran 2 Kerangka sampling 60

Lampiran 3 Struktur pemerintahan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia sebagian besar merupakan kepulauan dan memiliki sekitar 17500 pulau dengan wilayah pesisir sepanjang 30000 km. Sampai saat ini, usaha perikanan sebagian besar masih dikelola dalam skala rumah tangga, dengan pendapatan yang terbatas. Terdapat beragam aspek dalam rumah tangga yang dapat dikaji untuk membantu meningkatkan kualitas kehidupan rumah tangga perikanan. Salah satunya adalah aspek relasi gender, yang menjadi fokus penelitian ini.

Latar Belakang

Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode 2010-2014, sampai saat ini upaya untuk meningkatkan manfaat sumberdaya alam dan peningkatan kualitas lingkungan hidup terus dilakukan. Daya dukung lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya alam semakin menipis. Pada satu sisi, peningkatan permintaan akan bahan pangan terjadi seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk serta meningkatnya daya beli dan selera masyarakat akan bahan pangan, yang dipicu oleh membaiknya kondisi ekonomi dalam lima tahun ke depan. Di sisi lain, penurunan kuantitas dan kualitas sumber daya tambak dan air, akan menjadi kendala dan keterbatasan dalam meningkatkan kemampuan produksi komoditas pangan. Terjadinya alih fungsi lahan pangan ke non pertanian, degradasi lahan pertanian dan lahan tambak, keterbatasan sarana dan prasarana produksi perikanan, serta dampak negatif dari fenomena perubahan iklim, juga akan menjadi permasalahan lain yang akan mengurangi kemampuan produksi bahan pangan dalam lima tahun ke depan.

RPJMN Periode 2010-2014 menyebutkan bahwa riset teknologi kelautan dan penerapannya dilaksanakan untuk mendukung pembangunan kelautan nasional, termasuk riset sumber daya kelautan di laut dalam. Kebijakan bidang pendidikan, industri, dan IPTEK belum terintegrasi sehingga mengakibatkan kapasitas yang tidak termanfaatkan pada sisi penyedia, tidak berjalannya sistem transaksi, dan belum tumbuhnya permintaan dari sisi pengguna yaitu industri kelautan dan perikanan. Di samping itu, kebijakan fiskal juga dirasakan belum kondusif bagi pengembangan kemampuan IPTEK kelautan dan perikanan. Aspek gender dalam rumah tangga perikanan merupakan isu yang belum banyak diungkap.

Hasil kajian Hikmah et al. (2008) mengemukakan bahwa relasi gender dalam masyarakat perikanan menunjukkan kondisi yang masih timpang. Peran gender masih dipengaruhi oleh stereotipe dan diskriminasi, yang berdampak terhadap semakin tingginya curahan waktu kerja perempuan di ranah domestik dan publik. Keterlibatan perempuan di sektor publik erat kaitannya dengan upaya peningkatan penghasilan rumah tangga. Dalam hal ini, Hubeis (2010) berpendapat bahwa umumnya perempuan cenderung menerima berbagai jenis pekerjaan tanpa memperhatikan besarnya pendapatan dan resiko yang akan diterima. Meskipun demikian, pada kenyataannya sampai saat ini kompetensi perempuan belum memperoleh penghargaan/pengakuan sebagaimana mestinya.

(20)

Menurut Hubeis (2010), kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam sebuah rumah tangga memerlukan kerja sama yang harmonis antara perempuan dan laki-laki. Sebuah rumah tangga tidak harus laki-laki sebagai pencari nafkah utama saja, tetapi tergantung kesepakatan bersama sehingga dalam prosesnya, dilakukan atas dasar kemauan sendiri tidak dengan paksaan atau dalam rasa tertindas. Hal tersebut merupakan hak asasi manusia (HAM), tanpa membedakan ia perempuan atau laki-laki. Kenyataan seringkali tidak sesuai dengan aturan yang ada. Salah satunya adalah mengenai HAM yang ada saat ini penerapannya tidak mungkin identik di setiap lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda. Sejak lahir, setiap perempuan dan laki-laki diberikan kemampuan yang sama dan memiliki tugas masing-masing. Berbagai studi dan penelitian menunjukkan bahwa dalam bidang ekonomi, perempuan pekerja memberi kontribusi ekonomi yang sangat signifikan terhadap penghasilan dan kesejahteraan keluarga serta penghasilan nasional. Rata-rata perempuan bekerja sekitar dua belas jam lebih panjang dari laki-laki setiap minggunya, baik dibayar maupun tidak. Oleh karena itu, perempuan merupakan penyelamat dari terjadinya krisis ekonomi yang ada meskipun adanya ketidakadilan gender yang meliputinya.

Kenyataan yang ada dalam masyarakat adalah perempuan masih belum memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Perempuan dalam kontribusinya cenderung untuk melakukan kegiatan penunjang. Salah satu contohnya adalah kehidupan perempuan pengolah hasil perikanan. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmalina dan Lumintang (2006) dan Yulisti dan Nasution (2009), adanya partisipasi perempuan dalam perekonomian didasari kebutuhan mendesak. Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, kesempatan kerja semakin terbatas karena persaingan yang semakin ketat, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Kondisi inilah yang menyebabkan ibu rumah tangga yang tadinya hanya di sektor domestik pada akhirnya turut dalam sektor publik.

Menurut hasil penelitian Hikmah dan Istiana (2009), hanya sedikit istri yang bekerja di sektor perikanan. Hal ini terjadi karena banyak istri yang bekerja di luar bidang perikanan seperti berdagang, menjadi buruh, menjadi tenaga kerja wanita, dan terbanyak adalah menjadi ibu rumah tangga. Sementara itu, tidak ditemukan istri yang bekerja sebagai nelayan. Jenis pekerjaan ini tidak dipilih oleh para istri karena pekerjaan tersebut dianggap membutuhkan tenaga serta waktu yang ekstra dan bermalam di laut, sehingga tugas utama istri mengurus rumah tangga dapat terbengkalai. Istri yang berusia produktif menunjukkan dapat melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan seperti penguatan ekonomi rumah tangga serta kebutuhan yang menyangkut aktivitas domestik, sosial, dan kebutuhan dasar.

Pemilihan lokasi dilakukan karena merujuk pada hasil penelitian Hikmah et al. (2008), daerah Kabupaten Tangerang dulunya memiliki sumberdaya perikanan yang melimpah. Penurunan sumberdaya disebabkan lokasi yang berdekatan dengan wilayah ibukota ditambah dengan semakin banyaknya nelayan dari luar kota yang datang. Beberapa nelayan mulai merasakan semakin sulitnya menangkap ikan karena para nelayan pendatang tersebut semakin banyak jumlahnya dan menggunaan peralatan yang lebih modern. Ditambah lagi dengan pengetahuan masyarakat yang kurang dalam upaya konservasi wilayah sekitar

(21)

mereka membuat perekonomian semakin menurun. Dampaknya adalah terhadap rumah tangga perikanan. Pendapatan suami tidak lagi mencukupi kebutuhan rumah tangga, sehingga perempuan mau-tidak mau ikut melakukan pencarian nafkah. Sebaliknya untuk kegiatan domestik, dapat dikatakan bahwa peran istri lebih dominan meskipun terkadang suami ikut membantu.

Pencarian nafkah tambahan oleh perempuan dalam rumah tangga perikanan tidak hanya pengolahan saja, tetapi juga melakukan kegiatan di luar non perikanan. Meskipun adanya peran dalam bidang produktif oleh perempuan, hal tersebut tidak membuat peran perempuan dalam rumah tangga menjadi seimbang dengan laki-laki. Akses dan kontrol pengambilan keputusan bagi perempuan dalam rumah tangga cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki. Dibutuhkan adanya keseimbangan dalam pembagian waktu untuk kegiatan rumah tangga dan usaha yang dilakukannya. Seperti halnya dalam penelitian Yulisti dan Nasution (2007), curahan waktu antara suami dan istri dalam rumah tangga nelayan di Kabupaten Sukabumi. Pada dasarnya, perempuan tetep lebih dominan dalam sektor domestik dan laki-laki pada sektor publik. Namun, hasil persentase menunjukkan antara keduanya memiliki peran masing-masing dan mendekati keseimbangan antara sektor domestik dan publik serta dalam kegiatan sosial-kemasyarkatan.

Mayoritas masyarakat Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang bekerja di bidang perikanan. Perikanan tangkap dan budidaya perikanan dilakukan oleh laki-laki sedangkan pemasaran ataupun pengolahan dilakukan oleh perempuan. Laki-laki cenderung untuk melakukan aktivitas melaut, sedangkan perempuan tetap tinggal di daratan untuk pengolahan. Perempuan cenderung tidak terlalu aktif di bidang produktif karena pengolahan dapat dilakukan di tempat sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Partisipasi perempuan dalam rumah tangga perikanan cenderung lebih sedikit dibandingkan laki-laki karena adanya budaya patriarki. Pandangan dan budaya patriarki yang tertanam dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir merasa bahwa kewajiban perempuan lebih ditekankan dalam sektor domestik. Seandainya pengolahan lebih dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya, maka kemungkinan pemberian nilai lebih dan peningkatan pendapatan dapat terjadi.

Harmonisasi gender diperlukan dalam setiap rumah tangga. Hal ini sebagai dasar dalam kepuasan lahir dan batin bagi perempuan dan laki-laki. Baik pencarian nafkah maupun kegiatan dalam rumah tangga harus imbang antara laki-laki dan perempuan. Hal ini terjadi karena adanya kesepakatan untuk bersama-sama dalam penguatan ekonomi rumah tangga dengan tidak mengandalkan salah satu pihak saja. Harmonisasi yang terjadi bukan disebabkan budaya setempat dan pekerjaan yang dilakukan berkaitan dengan bidang perikanan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana hubungan konsep gender terhadap rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir.

Masalah Penelitian

Terdapat kegiatan usaha perikanan baik penangkapan, pengolahan, maupun budidaya. Peran gender belum secara imbang dilakukan, sehingga berdampak terhadap curahan waktu antara perempuan dan laki-laki. Selain itu, beragam program pembangunan dalam bidang perikanan telah berlangsung di

(22)

Desa Tanjung Pasir seperti PEMP (2003-2005), SIKIB (2011-sekarang), dan PDPT (2012-sekarang). Program-program tersebut belum memasukkan isu gender dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasinya. Sebagai salah satu dampaknya, masih belum terselesaikannya masalah isu gender.

Berdasarkan latar belakang teersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian, yaitu:

(1) Apa sajakah faktor-faktor karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi berhubungan dengan peran gender dalam rumah tangga perikanan masyarakat Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang?

(2) Bagaimana hubungan antara faktor karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan masyarakat Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mempelajari peran gender dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Secara khusus, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

(1) Mengetahui faktor-faktor karakteristik rumah tangga yang berhubungan dengan peran gender dalam rumah tangga perikanan;

(2) Mengetahui faktor-faktor kondisi sosial ekonomi yang berhubungan dengan peran gender dalam rumah tangga perikanan;

(3) Menganalisis hubungan antara faktor karakteristik rumah tangga dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan; dan

(4) Menganalisis hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain: (1) Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi salah satu

sumber informasi dan pengetahuan tentang gender dalam rumah tangga perikanan, serta dapat menjadi awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya secara lebih mendalam terkait penelitian sejenis;

(2) Bagi pemerintah dan swasta, dapat memandang dan meningkatkan pentingnya kesetaran dan keadilan gender dalam kegiatan domestik dan publik sehingga diadakan program pemberdayaan rumah tangga perikanan; dan

(3) Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan masukan dalam pengembangan dan perwujudan kesetaraan gender yang tidak memberatkan perempuan maupun laki-laki dalam rumah tangga perikanan.

(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Konsep Gender

Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi oleh lingkungan sosial-budaya dan politik serta ekonomi. Gender mengacu pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran sosial dan tanggung jawabnya dalam masyarakat mengenai beragam kegiatan yang seharusnya dinilai dan dihargai. Selain itu, gender juga mengacu pada sanksi sosial yang berlaku dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan (Hubeis, 2010).

Gender adalah konsep yang berbeda dengan jenis kelamin (seks), karena sifatnya yang tidak stabil. Gender berbeda dengan seks. Seks adalah jenis kelamin perempuan dan laki-laki dilihat secara biologis. Hal ini dikarenakan gender dipengaruhi oleh interaksi dalam lingkungan sosial, konstruksi sosial yang bervariasi di seluruh budaya yang berubah dari waktu ke waktu. Artinya, terdapat perbedaan perempuan dan laki-laki secara sosial, masalah atau isu yang berkaitan dengan peran, perilaku, tugas, hak, dan fungsi yang dibebankan kepada perempuan dan laki-laki sehingga memunculkan isu gender. Hal ini biasanya muncul sebagai akibat suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan gender.

Tabel 1 Perbedaan seks dan gender

No. Seks Gender

1. Perbedaan anatomis perempuan dan laki-laki

Atribut emosional dan psikologis terintegrasi pada karakteristik fisik perempuan dan laki-laki

2. Biologis, dipunyai sejak lahir Tidak dipunyai sejak lahir 3. Kodrat, ketentuan biologis, tidak

dapat dipertukarkan

Konstruksi atau bentukan sosial budaya (identitas, peran, fungsi, pola perilaku kegiatan, persepsi tentang perempuan dan laki-laki)

4. Tidak dapat diubah Contoh:

- Hanya perempuan yang dapat melahirkan

- Hanya laki-laki yang dapat menghamili

Dapat diubah (adaptasi) Contoh:

- Perempuan dan laki-laki dapat bekerja sebagai guru, buruh, dan sebagainya

Sumber: Prasodjo NW et al. (2003)

Menurut Bappenas (2012), gender adalah peran, status dan relasi yang berbeda diantara kedua jenis kelamin itu dikonstruksikan, disosialisasikan oleh budaya dimana seseorang dibesarkan/diharapkan. Gender memiliki dua konsep teori, yaitu teori nature dan nurture. Menurut teori nature, perbedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat sehingga harus diterima, sedangkan menurut teori nurture, perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya. Akibatnya, karakteristik perempuan dilekatkan dengan

(24)

sisi feminin (lembut, manja, perasa, sensitif, penuh perhatian, penuh rasa cinta), sedangkan karakteristik laki-laki dilekatkan dengan sisi maskulin (berkepribadian keras, tegas, kerja keras, senang berkompetisi, punya rencana yang sistematis, kurang sensitif). Namun demikian, kedua sifat tersebut bercampur di dalam setiap individu laki-laki maupun perempuan.

Menurut Fakih (1996), menjelaskan bahwa perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki terjadi melalui proses yang sangat panjang, melalui proses sosialisasi, penguatan dan konstruksi sosial, kultural dan keagamaan, bahkan melalui kekuasaan negara. Demikian gender sebagai suatu konsep merupakan hasil pemikiran atau rekayasa manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga gender bersifat dinamis, dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, serta sistem nilai dari bangsa, masyarakat, dan suku bangsa tertentu. Gender pun dapat berubah karena perjalanan sejarah, perubahan politik, ekonomi dan sosial budaya, atau karena kemajuan pembangunan. Sehingga gender tidak bersifat universal atau tidak berlaku secara umum, akan tetapi bersifat situasional sesuai masyarakatnya.

Menurut Gustina (2011), gender seringkali keliru digunakan hanya untuk mewakili perempuan. Perdebatan pada perempuan dan gender merupakan upaya untuk memperkenalkan analisis bagaimana hubungan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki serta pengaruh dalam kehidupan mereka. Semua referensi gender hanya berfokus pada perempuan, sementara laki-laki tidak dihubungan dengan gender dalam analisis feminis awal. Analisis semacam itu menjadi masalah karena menimbulkan batasan antara perempuan dan laki-laki. Gender bukan tentang perempuan atau laki-laki sebagai kategori yang terpisah dan independen, tetapi merupakan konsep yang saling berkaitan. Fokus dari pemahamannya adalah mengenai perempuan dan laki-laki serta maskulin dan feminin yang saling membentuk dan bergantungan sehingga mensyaratkan keterkaitan keduanya.

Ideologi Gender

Ideologi gender adalah segala aturan, nilai-nilai stereotipe yang mengatur hubungan antara perempuan dan laki-laki, melalui pembentukan identitas feminism dan maskulin. Ideologi gender mengakibatkan ketidaksetaraan peran, dimana posisi perempuan berada pada titik terlemah. Maskulin adalah sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki, sedangkan feminin merupakan ciri atau sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi perempuan. Feminitas dan maskulinitas berkaitan dengan stereotipe peran gender yang dihasilkan dari pengkategorisasian antara perempuan dan laki-laki yang merupakan suatu representasi sosial yang ada dalam struktur kognisi masyarakat (Saptari 1997).

Ideologi gender dirumuskan sebagai segala aturan, nilai, stereotipe yang mengatur hubungan perempuan dan laki-laki terlebih dahulu melalui pembentukan identitas feminin dan maskulin yang menjadi struktur dan sifat manusia, dengan ciri-ciri dasar dan sifatnya dibentuk sejak masa anak-anak awal sehingga selalu konservatif dan tertinggal di belakang perubahan. Hal ini disebabkan oleh struktur serta sifat manusia, perempuan dan laki-laki yang dibentuk sejak masa kecil menjadi kekuatan aktif tenaga materiilmanusia juga menyebabkan mengklasifikasian secara universal antara perempuan dan laki-laki.

(25)

Salah satu ideologi paling kuat yang menyokong perbedaan gender adalah pembagian dunia ke dalam sektor publik dan domestik. Sektor publik yang terdiri dari pranata publik, negara, pemerintahan, pendidikan, media, dunia bisnis, perbankan, agama, dan kultur, hampir semua didominasi oleh laki-laki meskipun ada perempuan yang memasuki sektor publik, namun akses dan kontrol lebih rendah daripada laki-laki (Widanti 2005).

Peranan Gender

Menurut Moser (1993), terdapat tiga peranan gender, yakni produktif, reproduktif, serta pengelolaan masyarakat dan politik. Peranan produktif merujuk pada peran perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran atau upah secara tunai dan sejenisnya. Hal ini termasuk produksi pasar dengan suatu nilai tukar, dan produksi rumah tangga atau subsistem dengan suatu nilai guna, tetapi juga sesuatu nilai tukar potensial. Misalnya kegiatan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Peranan reproduktif merujuk pada peranan hubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan hidup keluarga seperti melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial) yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan pada tingkat komunitas sebagai kepanjangan peranan reproduktif, bersifat sukarela, dan tanpa upah; (2) pengelolaan masyarakat politik (kegiatan politik), yaitu peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar (langsung atau tidak langsung), dan meningkatkan kekuasaan status.

Ketidakadilan Gender

Menurut Fakih (1996), ketidakadilan dalam gender memunculkan ketimpangan gender yang sesungguhnya ditegaskan terus-menerus oleh struktur sosial yang berpatriarki. Hal ini diakibatkan adanya pandangan-pandangan masyarakat yang seringkali menyebabkan ketidakadilan pada salah satu jenis kelamin. Faktor ketidakadilan gender antara lain:

1. Stereotipe, adalah pemberian citra baku atau label kepada seseorang atau kelompok yang didasarkan pada suatu anggapan dalam masyarakat. Seringkali pelabelan negatif ditimpakan pada perempuan, misalnya perempuan dianggap cengeng, suka menggoda, perempuan tidak dapat mengambil keputusan penting, laki-laki sebagai pencari nafkah utama sedangkan perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan.

2. Subordinasi, adalah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua hal yang sama atau suatu penilaian/anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain (penomorduaan). Perempuan dianggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam sektor domestik atau reproduksi, sedangkan laki-laki dalam sektor publik atau produksi.

3. Marginalisasi, adalah proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang menyebabkan kemiskinan di sektor-sektor kehidupan terutama yang

(26)

berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber kehidupan (ekonomi dan sumberdaya alam). Marginalisasi umumnya dilakukan dengan berbagai cara, terutama menggunakan institusi sosial, hukum, kebudayaan, agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kekuasaan politik.

4. Kekerasan (violence), adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok dalam penyalahgunaan kekuatan fisik atau non fisik yang menimbulkan bahaya atau ancaman bagi orang atau kelompok lain dalam hal badan, nyawa, kemerdekaan, ataupun membuat tidak berdaya. Contohnya, kekerasan fisik ataupun non fisik yang dilakukan oleh suami kepada istrinya dalam rumah tangga, pelecehan seksual, eksploitasi tenaga kerja, dan sebagainya.

5. Beban ganda (double burden), adalah beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen. Meskipun jumlah perempuan yang bekerja di sektor publik sudah banyak, hal tersebut tidak diirngi dengan berkurangnya beban mereka di sektor domestik.

Analisis Gender

Menurut Fakih (1996), analisis gender adalah analisis sosial meliputi aspek ekonomi, budaya, dan sebagainya yang melihat perbedaan perempuan dan laki-laki dari segikondisi (situasi) dan kedudukan (posisi) di dalam keluarga dan komunitas atau masyarakat. Terdapat tiga komponen utama yaitu: 1) pembagian kerja (dapat dilihat dari profil kegiatan perempuan dan laki-laki); 2) profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat; dan 3) faktor-faktor yang mempengaruhi profil kegiatan, akses dan kontrolterhadap sumberdaya, serta manfaat dan partisipasi dalam lembaga dan pengambilan keputusan (Prasodjo et al. 2003). Salah satu kategori utama alat analisis gender adalah kerangka analisis Harvard. Model ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID (Women in Development) yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender paling awal. Model ini lebih sesuai untuk digunakan dalam perencanaan proyek, menyimpulkan data basis atau data dasar. Komponen dasarnya, yaitu:

a. Profil kegiatan (produktif, reproduktif, dan sosial) yang didasarkan pada pembagian kerja dan data terpilah berdasarkan jenis kelamin;

b. Profil akses dan kontrol;

c. Faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol; dan d. Analisis siklus proyek.

Konsep Perikanan

Menurut Undang-undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan Pasal pertama, dijelaskan bahwa perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sumberdaya ikan yang dimaksud adalah potensi semua jenis ikan, yang lingkungannya adalah perairan tempat kehidupannya termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau

(27)

mengawetkan untuk tujuan komersial. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.

Konsep Rumah Tangga

Menurut Badan Pusat Statistik (2010), rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Maksud dari satu dapur adalah pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama menjadi satu. Jika ada perkawinan diasumsikan akan terbentuk rumah tangga baru, tetapi ada sebagian rumah tangga baru yang masih bergabung dengan rumah tangga induknya (nuclear family). Menurut Moser (1993), rumah tangga adalah “satu panci, satu atap” yang artinya tinggal sebagai keluarga dan bekerja bersama sebagai unit dasar pekerja, berbagi peran, dan berbagi hasil pekerjaan mereka.

Pengambilan Keputusan

Kekuasaan yang dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga bisa tersebar dengan sama nilainya (equally) atau tidak sama nilainya, khususnya antara suami dan istri. Pembagian kerja menunjuk pada pola peranan yang ada dalam keluarga, khususnya suami dan istri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kombinasi dari kedua aspek itu (kekuasaan dan pembagian kerja) adalah hal yang paling mendasar dalam keluarga, yang dipengaruhi oleh posisi keluarga di lingkungan atau masyarakatnya (Sajogyo 1983).

Peranan perempuan di dalam dan luar rumah tangga sebagai pengambil keputusan pada berbagai bidang kehidupan cukup bervariasi. Menurut Sajogyo (1983), untuk setiap jenis keputusan rumah tangga, dikelompokkan dalam lima angkatan sebagai berikut:

1. Pengambilan keputusan hanya oleh istri;

2. Pengambilan keputusan dilakukan bersama tetapi istri dominan; 3. Pengambilan keputusan dilakukan bersama setara;

4. Pengambilan keputusan dilakukan bersama tetapi suami dominan; dan 5. Pengambilan keputusan hanya oleh suami.

Suatu hubungan antara perempuan dan laki-laki menunjukkan adanya distribusi kekuasaan yang seimbang (balanced power) tetapi ada kesaling-ketergantungan yang kuat di antaranya. Penguasaan terhadap sumber-sumber yang penting, baik laki-laki maupun perempuan, tidak ada hubungan yang saling mendominasi.

(28)

Sementara itu, suatu hubungan antara perempuan dan laki-laki yang menunjukkan hierarki dalam kekuasaan, artinya distribusi kekuasaannya tidak seimbang. Salah satu pihak memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain dan mendominasinya.

Kerangka Pemikiran

Masyarakat yang tinggal di daerah perikanan memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik perempuan maupun laki-laki dalam rumah tangga memiliki andil yang besar dalam mencari pendapatan. Kegiatan perikanan dibagi menjadi perikanan tangkap, pengolahan hasil perikanan, dan pembudidayaan perikanan. Perikanan tangkap merupakan kegiatan mencari sumberdaya ikan yang dilakukan oleh laki-laki. Pengolahan hasil perikanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan yang ada dalam bentuk lain sebagai sumber pendapatan. Pembudidayaan perikanan merupakan kegiatan membiakkan ikan yang dilakukan oleh laki-laki.

Merujuk pada hasil penelitian Nurmala dan Lumintang (2006), motivasi perempuan pengolah dalam mengelola usahanya termasuk dalam kategori sedang. Motivasi ini timbul karena semakin tingginya kebutuhan hidup yang dirasakan dengan keterbatasan ekonomi yang kian menurun. Selain itu juga mereka membutuhkan informasi dan teknologi tambahan dalam menunjang kegiatannya, karena selama ini yang terjadi informasi yang disampaikan hanya kepada suaminya saja. Usaha ini dilakukan secara turun-menurun sehingga yang mereka miliki hanya pengalaman berupa warisan dari orang tuanya. Padahal, kontribusi dari perempuan memberikan dampak yang besar bagi perekonomian keluarga. Dilihat dari keterampilannya yang teliti dalam memilih ikan asin yang segar, serta pengalaman-pengalaman membuat mereka cenderung meningkatkan usaha mereka masing-masing.

Merujuk pada hasil penelitian Yulisti dan Nasution (2009), perempuan mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam curahan waktu kerja perempuan. Curahan waktu kerja perempuan secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu curahan waktu kerja untuk kegiatan ekonomi (mencari nafkah) dan kegiatan non ekonomi, yaitu kegiatan dasar, kegiatan sosial, dan kegiatan rumah tangga. Jumlah dan curahan waktu perempuan dalam kegiatan rumah tangga pada umumnya lebih tinggi dari curahan tenaga kerja laki-laki. Hal ini disebabkan perempuan merupakan penanggung jawab pekerjaan domestik (pengaturan rumah tangga) yang membutuhkan waktu lebih banyak. Pekerjaan tersebut dilakukan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan mencari nafkah. Peran ganda inilah yang menyebabkan mobilitas tenaga kerja perempuan terbatas

Kegiatan perikanan yang dilakukan pun berhubungan dengan karakteristik individu yang melakukan usaha, meliputi usia yang produktif atau tidak, status individu dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah utama atau sampingan, dan pandangan tentang peran gender sehingga mempengaruhi pembagian tugas dalam mencari pendapatan. Karakteristik individu dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga mempengaruhi peran-peran setiap individu dalam rumah tangganya. Hal ini disebabkan peran dan fungsi perempuan dan laki-laki dipengaruhi oleh konsep

(29)

gender yang berbeda-beda setiap kondisi. Peran gender dalam rumah tangga perikanan meliputi aspek reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan yang merupakan cerminan dari Teori Analisis Harvard mengenai akses dan kontrol perempuan dan laki-laki dalam rumah tangganya. Adanya peran gender dalam rumah tangga tersebut, secara tidak langsung dan didukung faktor-faktor lain yang ada, memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga dalam setiap rumah tangga.

(X2) Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga

(X1) Karakteristik Rumah Tangga (X1.1) Usia

(X1.2) Tingkat pendidikan formal (X1.3) Status bekerja

(X1.4) Pandangan tentang gender

(X2.1) Jumlah tanggungan (X2.2) Jenis usaha perikanan (X2.3) Curahan waktu (X2.4) Pendapatan (X2.5) Pengeluaran

Analisis Ketimpangan Gender - Akses

- Kontrol - Manfaat - Partisipasi

(Y1) Peran Gender dan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Perikanan

(Y1.1) Reproduktif (Y1.2) Produktif (Y1.3) Sosial kemasyarakatan Keterangan: Mempengaruhi Alat analisis

(30)

Proporsi Penelitian

Proporsi penelitian yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial

ekonomi dengan peran gender dalam rumah tangga perikanan.

2. Terdapat hubungan karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan.

Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

X1. Karakteristik individu adalah ciri-ciri personal yang melekat pada seseorang yang membedakan dengan orang lain. Beberapa variabelnya, antara lain:

X1.1 Usia, yaitu lamanya seseorang hidup di dunia yang diukur dalam satuan tahun dan berperan besar pada seseorang dalam menerima atau mengadopsi berbagai perubahan lingkungan dan perubahan sosial. Usia produktif seseorang berkisar antara 15-64 tahun, namun untuk keperluan penelitian, dilakukan pengelompokkan umur berdasarkan Teori Perkembangan Havighurst (Mugniesyah 2006), yaitu:

a. Usia 18-30 tahun = masa awal dewasa b. Usia 30-50 tahun = masa usia pertengahan c. Usia >50 tahun = masa tua

X1.2 Pendidikan formal adalah jenis pendidikan formal/sekolah tertinggi yang pernah diikuti, dikur menggunakan skala ordinal yang dibedakan menjadi tiga kategori:

a. Tidak sekolah/tidak tamat SD = skor 1; rendah b. Tamat SD = skor 2; sedang c. SMP/SMA = skor 3; tinggi

X1.3 Status bekerja, merupakan status seseorang dalam pekerjaan, khususnya dalam penelitian ini di bidang perikanan. Responden dibedakan sebagai penggarap, penyewa, atau pemilik. Seseorang dikatakan penggarap apabila perahu/tambak/peralatan penunjang lain yang digunakan dalam usaha perikanan merupakan milik orang lain namun tidak membayar uang sewa, namun adanya pembagian hasil antara pelaku dan pemilik. Seseorang dikatakan penyewa apabila perahu/tambak/peralatan penunjang lain yang digunakan dalam usaha perikanan meminjam atau membayar sewa kepada orang lain. Seseorang dikatakan pemilik apabila perahu/tambak/peralatan penunjang lain yang digunakan dalam usaha perikanan merupakan milik sendiri.

a. Penggarap = skor 1 b. Penyewa = skor 2 c. Pemilik = skor 3

(31)

X1.4 Pandangan tentang peran gender, adalah pandangan responden terhadap peran dan fungsi perempuan dan laki-laki. Hal ini dilihat dari sejauh mana responden mengalami bias gender dan kesadarannya terhadap hal tersebut. Skor yang diberikan sebagai berikut:

a. Tidak memahami peran gender = skor 1; rendah b. Ragu-ragu = skor 2; sedang c. Memahami peran gender = skor 3; tinggi

X2. Kondisi sosial ekonomi rumah tangga meliputi beberapa variabel berikut: X2.1 Jumlah tanggungan, menurut Undang-undang PPh No. 36 Tahun

2008 tentang PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), jumlah tanggungan dalam setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal tiga orang. Menurut program KB dan Suyono (2003), jumlah anak yang menjadi batasan keluarga kecil untuk mencapai keluarga bahagia dan sejahtera adalah dua anak. Berdasarkan hal tersebut, data digunakan untuk keperluan analisis statistik deskriptif.

a. Kurang dari tiga orang = rendah b. Sama dengan tiga orang = sedang c. Lebih dari tiga orang = tinggi

X2.2 Jenis usaha perikanan, adalah pengelompokan sampel sesuai dengan kegiatan yang menjadi mata pencaharian utamanya. Skala data peubah X2.2 ini adalah nominal dan diberi kode sebagai berikut:

a. Nelayan = kode A

b. Pengolah hasil perikanan = kode B c. Pembudidaya ikan = kode C

X2.3 Curahan waktu adalah lamanya waktu kerja individu dalam sektor domestik dan publik yang akan disimpulkan dalam bentuk presentase sehingga terlihat jelas pembagian waktu dalam sehari bagi responden. Pembagian dilakukan berdasarkan keseimbangan waktu antara sektor domestik dan publik, yaitu:

a. Curah waktu domestik dan publik seimbang = sedang b. Curah waktu domestik atau publik berlebih = berlebihan

X2.4 Pendapatan adalah perolehan uang tunai hasil kegiatan produktif, baik di bidang perikanan maupun non perikanan dalam rumah tangga yang diperoleh dan dihitung rata-rata per bulan. Nilai rata-rata menggunakan UMR Kabupaten Tangerang 2012, yaitu Rp1 379 000 sehingga dilakukan pembagiaannya sebagai berikut:

a. Kurang dari Rp1 000 000 = rendah b. Sekitar Rp1 000 000 - Rp1 700 000 = sedang c. Lebih dari Rp1 700 000 = tinggi

X2.5 Pengeluaran adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan dalam rumah tangga, baik dalam sektor publik maupun domestik.

(32)

Pengambilan data dilakukan untuk keperluan analisis deskriptif. Berikut pembagiannya:

a. Kurang dari Rp1 000 000 = rendah b. Sekitar Rp1 000 000 - Rp1 700 000 = sedang c. Lebih dari Rp1 700 000 = tinggi

Y1. Peran gender, dalam hal penelitian ini adalah mengukur sejauh mana laki-laki dan perempuan melaksanakan peran dalam rumah tangga, aktivitas ekonomi produktif, dan sosial kemasyarakatan. Peran gender dapat saling dipertukarkan. Selanjutnya, melalui peran gender, dianalisis pula profil aktivitas dan kontrol masing-masing pihak kepada sumber daya modal, pengetahuan, dan informasi. Peran gender dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan meliputi:

Y1.1 Reproduktif, merupakan kegiatan yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, baik berupa uang atau barang. Kegiatan yang dilakukan dalam rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan pekerjaan lain dalam mengurus rumah.

Y1.2 Produktif, merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencarian pendapatan berupa uang. Kegiatan yang dilakukan seperti mencari nafkah, membuka usaha, dan sebagainya.

Y1.3 Sosial kemasyarakatan, merupakan kegiatan yang berkaitan dalam hubungan sosial dengan masyarakat setempat. Contohnya adalah pengajian, kerja bakti, dan sebagainya.

Pengukuran untuk peran gender dilakukan pembagian sebagai berikut: a. Rendah, ketika pembagian peran tidak jelas dalam aktivitas apakah

perempuan atau laki-laki yang melakukan. Selain itu dapat diartikan juga bahwa salah satu pihak sama sekali tidak melakukan aktivitas dalam bidangnya. Penilaian dilakukan jika dalam rumah tangga tidak melakukan aktivitas tersebut atau terjadi ketidakseimbangan dalam pembagian peran.

b. Sedang, ketika terjadi pembagian peran sesuai seksual. Dalam hal ini dapat diartikan hanya perempuan atau laki-laki saja yang melakukan aktivitas terkait.

c. Tinggi, ketika terjadi pembagian peran yang sama sehingga antara perempuan dan laki-laki sama-sama melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh dominan istri, dominan suami, atau bersama setara. Untuk keperluan penelitian, masing-masing variabel diukur dengan pengkategorian sebagai berikut:

a. Dominan istri, ketika pengambilan keputusan cenderung lebih banyak dilakukan oleh istri/perempuan dalam rumah tangga perikanan.

b. Dominan suami, ketika pengambilan keputusan cenderung lebih banyak dilakukan oleh suami/laki-laki dalam rumah tangga perikanan.

c. Bersama setara, ketika pengambilan keputusan dilakukan oleh istri/perempuan dan suami/laki-laki dalam rumah tangga perikanan tanpa ada pihak yang lebih dominan.

(33)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa sebagian besar populasi rumah tangga di desa ini melakukan kegiatan yang berkaitan dengan bidang perikanan meliputi penangkapan ikan, pengolahan hasil perikanan, dan budidaya perikanan. Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan, yaitu Mei - Desember 2012. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data di lapang, pengolah dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.

Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga perikanan (nelayan pengolah hasil perikanan, dan pembudidaya ikan) di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Populasi homogen dengan melihat ruang lingkup kerja yang sama, yaitu pada bidang perikanan. Untuk memperoleh responden, ditentukan kerangka percontohan (sampling frame) yang dibagi menjadi tiga kelompok responden, yaitu kelompok nelayan, pengolah, dan pembudidaya. Total penduduk yang bekerja sebagai nelayan adalah 1759 orang, dengan rata-rata setiap rumah tangga beranggotakan lima orang sehingga didapat 351 RT. Jumlah rumah tangga tersebut hanya berlaku untuk penangkap dan perikanan, karena pengolah dianggap hanya sebagai usaha sampingan.

Tabel 2 Populasi dan sampel penelitian

Kelompok Rumah Tangga Perikanan (Rumah Tangga)Populasi (Rumah Tangga)Sampel

A Nelayan 241 25

B Pengolah hasil perikanan 10 10 C Pembudidaya ikan 10 10

Total 361 45

Responden rumah tangga nelayan didapat dari pengambilan sampel gugus sederhana (cluster sampling). Responden rumah tangga pengolah hasil perikanan diambil secara sensus yang diperoleh dari kelompok Batari (Bandeng Tanpa Duri) yang berjumlah sepuluh RT. Responden rumah tangga pembudidaya ikan didapat dari pengambilan sampel wilayah (area sampling). Jumlah responden disesuaikan dengan kondisi tempat penelitian. Hampir semua rumah tangga responden baik perempuan maupun laki-laki dilakukan wawancara. Terkecuali pada saat pengambilan data, laki-laki yang melakukan usaha perikanan tidak di tempat sehingga diwakilkan oleh laki-laki dalam anggota rumah tangga tersebut.

(34)

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 2) dan observasi langsung. Wawancara mendalam dilakukan kepada tokoh masyarakat, pemerintahan desa, masyarakat sekitar, dan pelaku usaha perikanan yang telah lama melakukan kegiatan terkait dalam jangka waktu lama untuk memperoleh informasi tentang kondisi desa dan kaitannya dengan usaha perikanan (Lampiran 3). Data sekunder yang dikumpulkan meliputi monografi Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang dan literatur terkait gender dan rumah tangga perikanan.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga dengan subjek penelitiannya adalah perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga perikanan di lokasi penelitian. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan tabulasi silang untuk melihat hubungan antara variabel. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Selanjutnya, data-data yang sudah diolah, dianalisis dengan menggunakan analisis gender. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan merujuk hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif.

(35)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Desa Tanjung Pasir merupakan salah satu desa di Kecamatan Teluknaga yang mayoritas penduduknya merupakan nelayan tradisional. Desa ini merupakan kawasan pantai berpasir yang masih ditumbuhi hutan bakau. Kawasan pantainya dekat dengan Kepulauan Seribu dan termasuk jalur alternatif menuju Kepulauan Seribu.

Kondisi Geografis Desa

Desa Tanjung Pasir termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Desa ini memiliki luas 570 ha dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut satu meter dan bersuhu 30-37°C. Letak astronomisnya adalah pada koordinat 6° 1’ 00” LU - 6° 2’ 00” LS dan 106° 38’ 00” - 106° 41’ 20” BT. Secara geografis, desa ini termasuk ke dalam wilayah pesisir karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Batas wilayahnya sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Laut Jawa

b. Sebelah selatan : Desa Tegal Angus c. Sebelah barat : Desa Tanjung Burung d. Sebelah timur : Desa Muara

Desa Tanjung Pasir berjarak orbitasi tujuh km dari pusat pemerintahan kecamatan, sedangkan dari ibukota kabupaten berjarak 21 km. Secara administrasi, desa ini terbagi ke dalam enam wilayah kemandoran/dukuh, yaitu Kemandoran 1, Kemandoran 2, Kemandoran 3, Kemandoran 4, Kemandoran 5, dan Kemandoran 6. Jumlah RW di Desa Tanjung Pasir adalah 14 RW dan 31 RT. Setiap kemandoran rata-rata terdiri dari dua RW, kecuali di Kemandoran 3 yang terdiri dari empat RW. Secara geografis, wilayah desa yang memiliki resiko tinggi terhadap dampak perubahan iklim adalah Dukuh Garapan yang merupakan wilayah RW VI dengan jumlah lima RT. Dampak perubahan iklim ini ditandai dengan banjir di pemukiman warga akibat pasang tinggi yang semakin sering terjadi dan meresahkan warga.

Desa Tanjung Pasir mencakup 0.14% dari luas Kecamatan Teluk Naga. Daerah ini memiliki topografi landai, dengan ketinggian antara satu sampai tiga meter di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata sekitar 150-200 mm/tahun dan suhu udara rata-rata 24°C. Peruntukkan tanah di desa ini meliputi untuk jalan sepanjang 7.95 km, sawah dan ladang 54 ha dan untuk pekuburan 720 ha. Penggunaan lahan desa untuk perkantoran seluas 10.05 ha dan tanah sawah irigasi teknis 79 ha. Desa Tanjung Pasir juga memiliki lahan seluas 10 ha untuk tempat rekreasi berupa kawasan pantai.

Kondisi Sosial dan Budaya Desa

Penduduk Desa Tanjung Pasir berjumlah 9168 jiwa yang terdiri atas 4538 jiwa laki-laki dan 4630 jiwa perempuan. Terdapat 2309 kepala keluarga di desa tersebut. Mayoritas penduduk berada pada usia produktif, namun dengan tingkat pendidikan yang tergolong rendah.

(36)

Tabel 3 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Tanjung Pasir berusia produktif berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. TK 50 2.5 2. SD 1 107 55.1 3. SLTP 497 24.7 4. SMU 259 12.9 5. D1-D3 20 1.0 6. Sarjana (S1-S3) 5 0.3 7. Madrasah 17 0.8 8. Pendidikan Agama 46 2.3 9. Kursus 10 0.5 Jumlah 2 011 100.0

Sumber : Data Monografi Desa Tanjung Pasir 2010

Berdasarkan HDR (Human Development Report) tahun 2011, Indonesia termasuk kategori menengah dalam pengembangan sumberdaya manusia. Salah satu cara untuk mengembangkannya adalah melalui pendidikan. Tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah di Desa Tanjung Pasir berkaitan dengan pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa pendidikan tidak terlalu penting untuk pekerjaan. Pengaruh akses dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai menjadi penyebab lain rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Mayoritas penduduk yang sudah berusia paruh baya mempunyai pendidikan yang rendah. Sedangkan untuk masyarakat yang berusia produktif, mayoritas pendidikannya hanya sampai SD atau SMP.

“...bapak sama ibu cuma sekolah sampe SD, kaga tamat itu juga. Dulu mah belum ada sekolaan disini, jauh neng dari desa. Lagian ibu ujung-ujungnya juga di dapur.” – Ibu UMH, 43 tahun.

Sangat disayangkan karena tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah mengindikasikan tingkat sumberdaya manusia di daerah tersebut. Dampaknya adalah pekerjaan yang didapat oleh penduduk Desa Tanjung Pasir cenderung pekerjaan dengan pendapatan yang rendah.Harus adanya peningkatan dalam hal pendidikan, baik dari segi kemauan maupun dari segi ketersediian fasilitas pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang bisa diselesaikan oleh penduduk di suatu daerah, maka semakin tinggi pula tingkat pola pikir masyarakatnya. Semakin besar jumlah penduduk yang bisa menyelesaikan tingkat pendidikannya, maka daerah tersebut akan semakin maju.

Kondisi Ekonomi Desa

Penduduk Desa Tanjung Pasir bermatapencaharian sebagai nelayan dengan jumlah mencapai 1759 jiwa. Pekerjaan ini sesuai dengan karakteristik desa yang berada di wilayah pesisir. Jenis pekerjaan pada bidang perikanan yang ada di desa ini adalah nelayan, pengolah, dan pembudidaya. hampir semua nelayan yang berada di desa ini adalah buruh tangkap, karena perahu-perahu yang digunakan merupakan milik nelayan di luar desa. Tangkapan yang sering didapat biasanya: ikan pari, gerit, kuwe, talang, dan lape. Pengolahan perikanan yang paling

(37)

menonjol dari desa ini adalah Batari (Bandeng Tanpa Duri). Pengolahan tersebut merupakan program dari P2HP (Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan) yang diberikan kepada masyarakat sebagai sumber pendapatan tambahan khususnya bagi ibu-ibu.

Luas areal tambak di desa ini sekitar 334 ha (tambak dinas seluas 4.5 ha) dengan sebagian tambak yang ada dikuasai oleh orang luar wilayah desa, sedangkan penduduk asli sebagai penggarap/pekerja. Tambak rata-rata diisi dengan ikan bandeng dan mujair. Desa ini memiliki PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Tanjung Pasir yang di dalamnya terdapat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Tanjung Pasir dengan luas 2615 m2 (Sertifikat Tanah No. 10.04.13.16. 4.00001, tanggal 26 Februari 1998), dermaga, kawasan militer yang merupakan tempat pelatihan bagi TNI AL dan tempat rekreasi, stasiun radar TNI AL, wisata pantai, dan pertambakan.

Tabel 4 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Tanjung Pasir menurut mata pencaharian tahun 2010

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Pegawai Negeri 17 0.7 2. ABRI/TNI 5 0.2 3. Swasta 5 0.2 4. Wiraswasta 168 6.8 5. Tani 363 14.7 6. Buruh Tani 158 6.4 7. Nelayan 1 759 71.0 Jumlah 2 475 100.0

Sumber : Data Monografi Desa Tanjung Pasir 2010

Data tersebut menunjukkan bahwa adanya ragam pekerjaan selain bidang perikanan. Apabila dikaitkan dengan tingkat pendidikan formal masyarakat, dapat terlihat bahwa mayoritas penduduk bekerja pada bidang yang tidak mengandalkan formalitas pendidikan. Hal ini dapat disebabkan karena akses dari desa menuju kota yang agak jauh sehingga memakan waktu, tenaga, dan biaya yang relatif besar untuk bepergian. Pada akhirnya, kebanyakan penduduk memutuskan untuk menjadi buruh tangkap karena kondisi wilayah dan sistem kekeluargaan yang menyebabkan pekerjaan tersebut dilakukan akibat turun-temurun dari generasi sebelumnya.

Potensi Sumberdaya Desa Ekosistem Pesisir

Sumberdaya pesisir di Desa Tanjung Pasir cukup banyak didominasi oleh tanaman bakau/mangrove. Kondisi wilayah yang berada di pesisir Sungai Cisadane menyebabkan tidak adanya terumbu karang, padang lamun, laguna, sand dune, maupun pulau-pulau kecil. Jenis tanaman bakau yang ada di desa ini berupa rambai dan nipah. Kondisi kawasan hutan mangrove banyak ditemukan pada kawasan sempadan sungai, dalam kondisi yang relatif masih cukup baik. Beberapa titik kawasan kearah hilir sungai telah ditemui abrasi, akibat kenaikan muka air laut.

(38)

Desa Tanjung Pasir memiliki panjang abrasi satu km, luas hutan mangrove sebesar sepuluh ha dengan tingkat kerusakan mencapai 35% atau sekitar 3.5 ha dengan didominasi oleh api-api (Avicennia sp) dan bakau (Rhizopora sp). Jenis vegetasi yang ada adalah Avicennia marina, A. officinalis, A. alba, Delonix regia, Sonneratia caseolaris dan Thespesia polpulne pada tingkat pohan, sedangkan Rhizopora mucronata dan Excoecaria agallocha pada tingkat tiang. Pada tingkat sapihan yang menonjol adalah Avicennia marina, A. officinals, A. alba, Rhizopora mucronata, Acasia auriculiformis dan Delonix regia.

Daerah sekitar pesisir dan perairan tambak sudah dilakukan penanaman mangrove guna menciptakan lingkungan hijau dan bersih. Kondisi tanaman mangrove tidak tumbuh semestinya karena gangguan ternak dan sampah buangan rumah tangga serta kurang perawatan. Usaha penanaman kembali tanaman mangrove talah dilakukan oleh berbagai pihak termasuk oleh ibu-ibu SIKIB, hanya perlu suatu komitmen dari para pihak untuk dapat memelihara bahkan menanami kembali lahan-lahan yang kosong di desa ini. Program penanaman mangrove masih perlu terus digalakkan terutama di bagian pesisir dan daerah sekitar tambak yang masih gersang.

Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Tangerang Kecamatan Teluknaga khususnya di Desa Tanjung Pasir yang disebabkan oleh alam (abrasi pantai, rob). Kerusakan yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia, antara lain pengerukan pasir laut, konversi hutan mangrove menjadi tambak, tidak diterapkannya prinsip budidaya dan penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Akibat perubahan iklim atau musim panca roba,desa ini sering mengalami banjir rob akibat air laut pasang, abrasi pantai, dikarenakan tidak adanya penahan ombak/breakwater di bibir pantai sehingga rentan terhadap bahaya abrasi. Pada musim hujan ada beberapa wilayah yang tergenang air sehingga menimbulkan penyakit yang oleh jentik nyamuk, juga karena saluran pembuangan air dangkal.

Pariwisata

Pariwisata di Desa Tanjung Pasir cukup banyak, tetapi masih belum optimal karena adanya kekurangan dalam pengelolaan. Berikut objek wisatanya:

a. Tanjung Pasir Resort yang mengangkat perekonomian desa;

b. Restoran dan rumah makan di sepanjang jalan menuju Desa Tanjung Pasir; c. Pantai Desa Tanjung Pasir yang sebagian dikuasai oleh Angkatan Laut

untuk dijadikan tempat latihan dan SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu);

d. Kawasan mangrove; e. Penangkaran buaya; dan

f. Dermaga dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan).

Kegiatan Usaha Perikanan

Bidang perikanan mempunyai peran dalam pemanfaatan sumberdaya biota akuatik yang ada di dalamnya terutama ikan. Kegiatan masyarakat dalam usaha perikanan adalah penangkapan, budidaya, dan pasca panen. Desa Tanjung Pasir memiliki beragam kategori nelayan sesuai dengan lamanya melaut dan peralatan yang digunakan dalam penangkapan ikan.

(39)

Penangkapan Ikan

Mayoritas masyarakat Desa Tanjung Pasir bermatapencaharian sebagai penangkap ikan, atau yang biasa disebut dengan nelayan. Kategori nelayan pun ada bermacam-macam. Semua kegiatan penangkapan menggunakan perahu dan rata-rata pemiliknya merupakan orang di luar desa, sedangkan penduduk asli hanya sebagai nelayan buruh. Tabel 5 adalah jenis-jenis nelayan yang ada di Desa Tanjung Pasir.

Tabel 5 Kategori usaha perikanan tangkap masyarakat Desa Tanjung Pasir tahun 2012

No. Jenis Perikanan Peralatan

Lama Melaut

(hari)

Keterangan 1. Nelayan Rawe Kapal/perahu, kail, umpan 1 12 malam-7 pagi 2. Nelayan Jaring Kapal/perahu, jaring 1 2-3 jam

3. Nelayan Pancing Kapal/perahu, alat pancing, umpan

1-7 Harian, mingguan 4. Nelayan Sero Kapal/perahu, bambu,

pancing, umpan

1 5-12 siang 5. Nelayan Bagan Kapal/perahu, tambak 1 Komersil

Sumber: Hasil wawancara dengan masyarakat nelayan Desa Tanjung Pasir

Nelayan di Desa Tanjung Pasir dibagi menjadi tiga, yaitu nelayan pemilik, nelayan yang menyewa perahu, dan buruh tangkap. Nelayan pemilik, disebut juga sebagai juragan, artinya nelayan tersebut memiliki perahu sendiri dan mempekerjakan orang sebagai anak buah kapal (ABK). Nelayan yang menyewa perahu, artinya meminjam perahu dari pemilik kemudian membayar uang sewa dan hasil tangkapan terkadang dijual kepada pemilik. Nelayan penggarap, artinya dengan atau tanpa pemilik melakukan penangkapan kemudian adanya bagi hasil antara pemilik dan buruh.

Nelayan rawe melakukan penangkapan ikan sekitar tujuh jam, mulai dari jam duabelas malam sampai dengan jam tujuh pagi. Satu kapal/perahu biasanya terdiri dari tiga sampai empat orang. Dimulai dengan pencarian umpah terlebih dahulu, seperti cumi, ikan kecil, dan sebagainya. Teknik penangkapan oleh nelayan rawe menggunakan seratus kail yang dibentangkan. Kail dicelupkan dan didiamkan kemudian diangkat setelah 2-3 jam. Hasil tangkapan biasanya satu ikan dalam satu kail, namun terkadang sampai dua ikan dalam satu kail.

Penggunaan peralatan nelayan jaring merupakan yang paling sederhana. Proses penangkapannya hanya dengan membentangkan jaring, lalu didiamkan selama kurang lebih 2-3 jam dan diangkat. Hasil tangkapan tidak menentu, namun terkadang mendapatkan biota air selain ikan seperti ubur-ubur dan cumi-cumi. Sayangnya masyarakat tidak memanfaatkan ubur-ubur tersebut untuk dijual karena merasa tidak akan ada yang membelinya.

“…ya emang kalo pake jaring gitu tergantung rejeki aja sedapetnya. Cuma kadang-kadang sampe dapet ubur-ubur tuh, Neng. Bingung mau diapain abis kaga ada yang demen kalo di sini.” – Bapak RHT, 32 tahun.

(40)

Nelayan pancing dibagi menjadi dua, yaitu nelayan minggir dan nengah. Nelayan minggir melakukan penangkapan ikan tidak jauh dari pesisir. Keberangkatan biasanya pada pagi hari dan kembali ke daratan sekitar jam 3-4 sore. Nelayan nengah melakukan penangkapan ikan di tengah laut. Penangkapan ikan biasanya dilakukan selama kurang lebih seminggu. Satu kapal/perahu biasanya berisi sekitar enam orang nelayan. Hampir sebagian nelayan di Desa Tanjung Pasir merupakan nelayan pancing.

Nelayan sero merupakan nelayan dengan modal terbesar di antara kategori nelayan lainnya. Hal ini disebabkan karena perlunya penyediaan bambu dengan jumlah yang banyak (ratusan), beserta jaringnya untuk mengeruk ikan. Satu kapal/perahu biasanya diisi sekitar enam orang. Keberangkatan dilakukan pada waktu dini hari, kemudian kembali ke daratan pada jam 8-9 pagi.

Nelayan bagan merupakan usaha perikanan yang dilakukan dengan tujuan komersil. Sistem kerjanya adalah melayani pelanggan yang ingin melakukan pemancingan dengan menggunakan bagan sebagai sarana tempat pemancingan. Hal yang perlu dilakukan adalah hanya mengantarkan pelanggan ke bagan, sehingga nelayan kategori ini hanya sebagai penyedia fasilitas saja. Umumnya, dalam satu bagan terdiri dari seorang pemilik dan pekerja atau buruh bagan yang bertugas melayani pelanggan yang ingin memancing. Namun saat ini, nelayan bagan sudah sangat jarang ditemu di Desa Tanjung Pasir.

“…jadi kalo misalnya nelayan bagannya kreatip dia bakal skalian nangkep tuh pake tali sama jaring gitu. Nah nanti dari situ timbul deh, dapet tuh banyak kerang ijo...” – Bapak ARF, 53 tahun.

“Dulu ada tuh bagan yang petromax, cuma sekarang mah udah kaga ada. Jadi pertama tuh terang dulu nih, nah terus kan ikan-ikan pada ngedeketin tuh. Abis itu dimatiin atu-atu ampe gelap semua, baru dah ditarik. Mereka kaya make jaring gitu nih bentuknya kotak, nanti dapet deh tuh banyak ikan gitu.” – Bapak HRM, 48 tahun.

Hal ini membuktikan bahwa dari masyarakat sendiri kurang adanya inisiatif untuk mengembangkan usaha perikanan yang dijalani. Masyarakat cenderung menerima begitu saja nasib yang ada. Keinginan untuk meningkatkan pendapatan memang ada, namun akses dalam usaha dan keterampilan yang ada kurang memadai sehingga cenderung pasrah terhadap keadaan.

“...ayah saya nelayan, kakek saya juga nelayan. Saya dulu diajarin sama orang tua. Pokoknya kaya jaring, yang buat mancing, perahu, semuanya juga diajarin si bapak. Saya sih ngikut aja.” – Bapak ACP, 30 tahun.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian sebagai nelayan telah mendarah daging bagi sebagian rumah tangga di Desa Tanjung Pasir. Hal ini menjadi tradisi yang diberikan turun-menurun sehingga terdapat rumah tangga dengan anggotanya mulai dari kakek, anak, sampai cucunya sebagai nelayan tradisional dan berada pada perahu yang sama.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran peran gender dalam rumah tangga perikanan
Tabel 6  Hasil tangkapan utama perikanan tangkap masyarakat Desa Tanjung  Pasir tahun 2012
Gambar 3 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pengolah hasil  perikanan
Tabel 15  Curahan waktu responden dalam bidang reproduktif dan sosial  kemasyarakatan berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir,  Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kuasa resmi untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama (nama perusahaan) dan setelah memeriksa serta memahami sepenuhnya seluruh isi pengumuman

Dana pembinaan kemitraan (Hibah) Dana pembinaan kemitraan (Hibah) adalah penyaluran dana PKBL BRI sebagai salah satu bentuk pelaksanaan Program Kemitraan, yang

Hipotesa Nihil yaitu hipotesa yang menyatakan adanya persamaan atau tidak adanya perbedaaan antara kedua variable yaitu : tidak ada pengaruh Strategi Multiple Intelligences Research

Pengaruh Masa Kerja Terhadap Pembentukan Mikronukleus Akibat Paparan Timbal Pada Pedagang Kaki Lima

1) Desain berbagai instrumen untuk pelaksanaan tugas koordinasi, pembinaan dan pengawasan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah pusat yang terdiri dari sejumlah

• Menghasilkan roadmap BO industri ekstraktif di Indonesia yang berguna sebagai referensi para pihak dalam menyusun dan mensinkronkan kegiatan masing-masing sehingga nantinya

Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran melalui metode eksperimen yaitu (Khadijah 2016): a) Menetapkan tujuan eksperimen, adapun tujuan eksperimen adalah untuk

Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada anak didik, dimana anak didik