• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan sosial budaya di Desa Dukuhrejo tidak terlalu beragam. Kebanyakan masyarakat Desa Dukuhrejo merupakan masyarakat trans tahun 1981 dari daerah jawa seperti, jawa tengah dan jawa timur sehingga meminimalisir konflik di desa. Masyarakat jawa mendominasi jumlah penduduk yaitu 93 persen dari total penduduk. Sedangkan suku banjar, dayak, dan bugis hanya 6,8 persen

2

Nama angkot yang dimanfaatkan penduduk Desa Dukuhrejo untuk ke pasar di Kec. Simpang Empat atau ke kota kabupaten. Biasanya hanya beropersi ke Dukuhrejo pada pagi hari antara pukul 07.00-08.00 yang hanya satu-tiga angkot saja setiap harinya.

dari total jumlah penduduk. Berbeda dengan kasus masyarakat trans lainnya, di Desa Dukuhrejo kekeluargaannya sangat kuat. Bahu membahu satu sama lain menjadi perhatian mereka terutama dalam hal bertahan hidup di DesaDukuhrejo.

Desa Dukuhrejo notabenya merupakan lokasi baru bagi mereka dengan kondisi lingkungan yang cukup berbeda dari daerah asal. Biasanya mereka saling bahu membahu dalam hal kesempatan bekerja. Kesamaan nasib perjuangan sebagai masyarakat trans yang harus memilih untuk meninggalkan daerah asal dan keluarga menyebabkan kehidupan bertetangga menjadi seperti dengan saudara sendiri. Hal tersebut yang membentuk kehidupan sosial diantaranya terasa solid dan memiliki rasa kebersamaan yang tinggi.

Malam hari pada sekitar pukul 21.00 WIT toko-toko dan warung sudah tutup dan suasana di Desa Dukuhrejo mulai sepi. Hanya beberapa warung saja yang masih buka. Warung tersebut merupakan tempat para pemuda dan warga Desa Dukuhrejo yang pulang dari bekerja menebang kayu hutan dan menambang batubara. Berkumpul untuk bersosialisasi sekaligus menjaga keamanan daerah mereka sendiri. Sebanyak 99,43 persen dari jumlah total penduduk Desa Dukuhrejo beragama Islam. Sisanya sebesar 0,57 persen dari jumlah total penduduk Desa Dukuhrejo beragama katolik.

Setiap hari Jum’at pada jam 14.00-17.00 WIT ibu-ibu di Desa Dukuhrejo

melakukan “hafsian”3

rutin per dusun. Lokasi pengajian ditentukan dari hasil kocokan arisan yang telah dibuat. Berbeda dengan ibu-ibu, untuk bapak-bapak di Desa Dukuhrejo melakukan kegiatan rutin yasinan pada malam hari yaitu, jam 19.00-22.00 WIT. Metode yang digunakan untuk menentukan lokasi yasinan sama yaitu dengan pengocokan.

Selain itu, pada hari rabu jam 14.00-17.00 WIT ibu-ibu di Desa Dukuhrejo melakukan kegiatan rutinitas latihan menggunakan rebana dengan beberapa lagu baru. Pelatih rebana didatangkan dari blok atau desa tetangga. Lokasi pelatihan juga dipilih dengan cara dikocok menggunakan sistem arisan. Masjid yang ada di Desa Dukuhrejo mempunyai Dewan Keluarga Masjid (DKM). Tanggung jawab

3

Pengajian yasinan secara rutin setiap hari jum’at yang dilakukan oleh ibu-ibu di Desa Dukuhrejo dilengkapi dengan penampilan kelompok rebana.

DKM adalah mengurusi kegiatan-kegiatan masjid, keuangan, serta pembangunan sarana dan prasarana masjid tersebut.

Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM) di Desa Dukuhrejo kurang aktif sepenuhnya dalam membantu perkembangan desa atau tidak sepenuhnya melakukan peranan yang cukup bagi penduduk desa. Hal ini dikarenakan ketua LPM kurang memiliki kemampuan untuk memimpin dan memahami tugas atau perannya. Pelatihan yang diadakan oleh Corpoporate Social Responsibility (CSR) PT Arutmin Indonesia Site Batulicin sebagai ketua LPM kurang berhasil, sehingga setiap diadakan program-program pemberdayaan masyarakat oleh CSR PT Arutmin Indonesia mengalami kegagalan atau kurang berhasil sepenuhnya.

Kepala Desa Dukuhrejo dipilih oleh masyarakat. Tidak ada warga yang berminat untuk mencalonkan diri. Sehingga warga meminta kepada Aripin sebagai lurah desa kembali. Walaupun pada saat pendaftaran pencalonan kepala desa telah diperpanjang, tidak ada juga warga yang mendaftar. Hal ini terjadi juga pada perangkat desa, tidak ada pengganti atau penerusnya.

Masyarakat Desa Dukuhrejo masih menggunakan bahasa jawa. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa jawa tersebut dikombinasikan dengan bahasa banjar. Bahasa jawa masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan mayoritas yang tinggal di Desa Dukuhrejo adalah masyarkat yang berasal dari jawa. Penduduk Desa Dukuhrejo tidak terstrata kedalam beberapa lapisan masyarakat. Meskipun pemasukan pendapatan antara masyarakat yang bekerja sebagai petani dengan masyarakat yang bekerja sebagai penebang kayu hutan dan penambang batubara secara signifikan sangat berbeda.

Warga Desa Dukuhrejo sangat membaur dan tidak ada perbedaan antara yang berpenghasilan rendah dan tinggi. Bentuk rumah dan kepemilikan barang- barang pun tidak berbeda secara signifikan atau hampir memiliki kemiripan. Sehingga tidak bisa dibedakan antara warga yang berpenghasilan tinggi dengan yang berpenghasilan rendah.

Pertambangan Batubara PT Arutmin Indonesia

PT Arutmin Indonesia mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari pemerintah Republik Indonesia melalui Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) No.J2/Ji.DU/45/1981 pada tanggal 2 November 1981 mencakup 19 daerah usaha dengan luas area pertambangan 70.153,25 ha. Sedangkan untuk luas pertambangan PT Arutmin Indonesia Site Batulicin menurut Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara adalah seluas 10.893 ha. Berdasarkan Kepmenhut No: SK469/Menhut-II/2008 tanggal 23 Desember 2008, PT Arutmin Indonesia diberikan izin pinjam pakai kawasan penunjangnya seluas 3.291,30 ha dan jalan angkutan batubara 41,16 ha.

Berdasarkan peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Provinsi Kalimantan Selatan (Perda Provinsi Nomor 9 Tahun 2000) sebagian besar wilayah tambang PKP2B PT Arutmin Indonesia Site Batulicin berada dalam kawasan hutan produksi, selebihnya ada juga yang termasuk dalam kawasan hutan produksi konversi, kawasan budidaya tanaman perkebunan, serta kawasan budidaya tanaman perkebunan lahan kering.

Areal pertambangan batubara PT Arutmin Indonesia Site Batulicin berdasarkan Peta Kawasan hutan Produksi Kalimantan Selatan (SK Menhutbun Nomor 453/Kpts/-II/1999) terdiri atas kawasan budidaya hutan produksi tetap, kawasan budidaya hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi konversi, serta sebagian kecil merupakan areal penggunaan lain.

Keadaan lahan dalam kawasan tersebut sebelum dilakukan proses pertambangan telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam padi, berkebun, dan lainnya. Dalam proses pembukaan tambang terlebih dahulu harus melakukan pembebasan lahan tersebut dari masyarakat terkait berdasarkan peraturan pemerintah Indonesia.

PT Arutmin Indonesia Site Batulicin mulai melakukan aktivitas pertambangan pada tahun 2005. Desa Dukuhrejo termasuk ke dalam wilayah ring 2 dari kawasan lingkar tambang PT Arutmin Indonesia Site Batulicin. Kegiatan penambangan tidak hanya dilakukan oleh PT Arutmin Indonesia, akan tetapi dilakukan juga oleh puluhan perusahaan yang tidak memiliki IUP yang beroperasi secara illegal di area IUP PT Arutmin Indonesia Site Batulicin. Aktivitas

pertambangan tanpa izin (Peti) tersebut dilakukan juga dalam skala perorangan di dalamnya termasuk penduduk Desa Dukuhrejo. Masyarakat Desa Dukuhrejo tersebut melakukan aktivitas pertambangan batubara secara illegal pada KM 17, KM 25, dan KM 47 dimulai dari tahun 2005.

Pengusahaan Hutan PT Kodeco

PT Kodeco beroperasi dari tahun 1970 di kawasan hutan Kalimantan Selatan berdasarkan SK HPH No. 339/Kpts/Um/12/1968 pada tanggal 11 Desember 1968. Luas areal sebesar 99.570 ha pada kawasan hutan Batulicin- Bangkalan. Pada tahun 2003 PT Kodeco mengalami pailit atau kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung RI No. 010 PK/N/ 2003 tanggal 20 Oktober 2003 PT Kodeco Batulicin Plywood telah dinyatakan dalam keadaan

pailit.

Rekapitulasi hasil inventarisasi tegakan kayu sebelum penebangan untuk tahun 2002 pada hutan tanah kering yaitu:

1. Kelas diameter 20-29 cm : 3.552 Pohon = 1.175,66 m3 2. Kelas diameter 30-39 cm : 3.261 Pohon = 2.635,30 m3 3. Kelas diameter 40-49 cm : 3.064 Pohon = 4.811,03 m3 4. Kelas diameter ≥ 60 cm : 4.114 Pohon = 22.672,01 m3

Jenis pohon dibedakan menjadi dua yaitu jenis pohon yang dilindungi dan jenis pohon yang dapat ditebang. Jenis pohon yang dilindungi diantaranya adalah mengaris, durian dan petai. Sisanya adalah jenis pohon yang dapat ditebang yaitu kelompok pohon meranti (meranti, keruing, nyatoh, mersawa, anglai), kelompok pohon kayu indah (sinampar, sumpung, sungkai, ulin), dan kelompok pohon rimba campuran (binuang, medang, tarap, kuranji, putat, bayur, kasai, dan kayu lainnya).

Pada tahun 2003 jumlah masyarakat Desa Dukuhrejo semakin bertambah dalam kegiatan penebangan hutan. Pada tahun 2007 PT Kodeco sudah tidak beroperasi. Hal ini dikarenakan sudah tidak ada tegakan kayu dengan diameter di atas 70 cm. Namun demikian sisa-sisa tegakan kayu berdiameter ≤ 70 cm masih merupakan daya tarik ekonomi bagi warga Desa Dukuhrejo.

Aktivitas penebangan hutan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Dukuhrejo termasuk ke dalam kegiatan illegal, karena kawasan hutan yang digunakan adalah kawasan hutan (produksi) negara. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Bappeda, masyarakat Desa Dukuhrejo melakukan kegiatan penebangan hutan pada kawasan hutan diantaranya di Kawasan Budidaya Hutan Produksi Tetap (KBHP) dan Kawasan Budidaya Hutan Produksi Terbatas (KBHPT).

Karakteristik Responden

Dokumen terkait