• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sustainable Livelihood Systems of Households. (Case in Mine PT Arutmin Indonesia Area on the Village Dukuhrejo, Subdistrict Mantewe, Distric Tanah Bumbu South Kalimantan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sustainable Livelihood Systems of Households. (Case in Mine PT Arutmin Indonesia Area on the Village Dukuhrejo, Subdistrict Mantewe, Distric Tanah Bumbu South Kalimantan)"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus Daerah Lingkar Tambang PT Arutmin Indonesia Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu,

Provinsi Kalimantan Selatan)

SITI ANISAH MAEMONAH I34080145

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SITIANISAH MAEMONAH, Sustainable Livelihood Systems of Households. (Case in Mine PT Arutmin Indonesia Area on the Village Dukuhrejo, Subdistrict Mantewe, Distric Tanah Bumbu South Kalimantan).

(Supervised by SOERYO ADIWIBOWO)

The purpose of this study was to determine the household livelihood strategy in the village of Dukuhrejo. In addition, to find out how far activities of the respondent can build sustainable livelihood systems for households in the village of Dukuhrejo. This study uses a quantitative approach that is supported by qualitative data. Quantitative data obtained through a questionnaire to 40 household activities who were respondents in this study. While the qualitative approach was done through observation, dept interviews, and search related documents or literary study. The sources of livelihoods were found in the village Dukuhrejo. That are cultivation of agriculture dry land, logging in the forest, oil palm, stall of business, coal mining, informal sector trade, construction services, and education services. That are giving the impacts or the influence of the structure a living community of Dukuhrejo village. The livelihood strategies were used with the household in the village of Dukuhrejo that are single livelihood and straddle activity (dual livelihood and multi livelihood). Looking the fact that happens in the village of Dukuhrejo on the activities of logging in the forest and coal mining in the framework of sustainable livelihood systems was lead to unsustainable livelihood. Because of that livelihood depend on the availability. The physical landscape and water system in the local area has been changed. The most evident impact was felt in the community of Dukuhrejo village were water pollution (especially turbidity) and floods in the rainy season.

(3)

SITI ANISAH MAEMONAH. Sistem Nafkah Berkelanjutan pada Rumah Tangga (Kasus Daerah Lingkar Tambang PT Arutmin Indonesia Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan) (di bawah bimbingan SOERYO ADIWIBOWO).

Desa Dukuhrejo merupakan daerah transmigrasi yang arealnya relatif luas, terletak di pedalaman, dikelilingi oleh kawasan tambang batubara dan kawasan hutan. Sejarah desa mencatat bahwa 15 tahun yang lalu masyarakat Desa Dukuhrejo menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian. Akan tetapi kemudian bergeser menjadi penebang kayu hutan dan penambang batubara, yang mengakibatkan eksploitasi pada sumberdaya tambang dan hutan bergeser menjadi nafkah utama penduduk.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo terkait dengan sumber nafkah yang ada, mengetahui strategi nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo terkait dengan struktur nafkah yang ada, serta untuk menelaah keberlanjutan nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo terkait dengan sumber, struktur, dan strategi nafkah yang terjadi. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian kuantitatif dengan kuesioner didukung dengan data kualitatif melalui observasi, wawancara mendalam, dan penulusuran dokumen yang terkait dengan pembahasan. Pendekatan kuantitatif ditujukan untuk 40 responden yang diperoleh dengan metode purposive (secara sengaja) yaitu dengan memilih secara sengaja 40 rumah tangga yang bekerja sebagai petani, penebang kayu hutan, dan penambang batubara dari 300 kerangka sampling.

(4)

nafkah dari off farm (penambangan batubara) hanya satu orang responden. Sementara sisanya mengandalkan hidupnya dari kombinasi dual nafkah dan

multi nafkah dari on farm dan off farm.

Strategi nafkah yang dilakukan oleh responden Desa Dukuhrejo terdiri atas strategi nafkah tunggal, strategi nafkah ganda, dan strategi nafkah multi. Lapangan pekerjaan budidaya pertanian lahan kering masih merupakan sandaran mata pencaharian responden Desa Dukuhrejo. Ada sebanyak 33 dari 40 responden rumah tangga Desa Dukuhrejo masih mengandalkan nafkah sebagai petani lahan kering. Namun bekerja di pertanian lahan kering tidak mampu mencukupi bagi kehidupan rumah tangga mereka. Sehingga untuk keberlanjutan kehidupan mereka harus melakukan berbagai aneka nafkah ganda atau multi. Hanya 7 responden yang tidak mengandalkan nafkah sebagai petani lahan kering. Mereka mengandalkan nafkah tunggal atau ganda pada beberapa lapangan pekerjaan. Diantaranya yakni penebangan kayu di hutan, penambangan batubara, usaha warung, perdagangan, dan jasa konstruksi untuk mempertahankan keberlanjutan hidup rumah tangga.

Luas lahan garapan petani merupakan potensi atau modal dalam berusaha tani bagi rumahtangga yang bermata pencaharian sebagai petani. Akan tetapi yang terjadi di Desa Dukuhrejo semakin besar golongan luas tanah yang dikuasai oleh responden, semakin besar pula luas tanah yang tidak produktif. Sebagai contoh pada golongan luas tanah 2 sampai 3 ha luas tanah yang tidak produktif 1/3 dari luas total tanah yang dikuasai. Sedangkan pada golongan luas tanah 5 sampai 6 ha luas tanah yang tidak produktif mencapai separuh dari luas total tanah yang dikuasai.

Strata pendapatan terjadi pada 40 responden yaitu, terdapat enam strata pendapatan. Persentase kontribusi pendapatan terendah terdapat pada kontribusi pendapatan nafkah sebagai petani lahan kering. Sedangkan persentase tertinggi pada kontribusi pendapatan rumah tangga terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu dan penambang batubara yakni, tiga atau empat kali lebih besar dari pada responden yang bekerja sebagai petani lahan kering.

(5)

sumberdaya alam (hutan, tambang, dan lahan pertanian) dengan cara menggerakkan tenaga kerja rumah tangga untuk menjamin keberlanjutan nafkah rumah tangga.

Perubahan sumber, struktur, dan strategi nafkah yang berubah dalam 15 tahun terakhir di Desa Dukuhrejo disebabkan karena dua hal utama. Pertama, surutnya kegiatan usaha HPH (Hak Pengusahaan Hutan) PT Kodeco mulai tahun 2000. Kedua, berkembangnya usaha-usaha penambangan batubara di areal konsesi IUP (Izin Usaha Pertambangan) PT Arutmin Indonesia Site Batulicin. Usaha penambangan batubara tersebut dilakukan oleh penambang batubara individu atau kelompok yang tidak mempunyai izin usaha namun bekerja di areal IUP PT Arutmin Indonesia. Penebangan kayu dan penambangan batubara menjadi daya tarik kuat yang dimanfaatkan para transmigran. Usaha tani lahan kering sudah tidak menjadi prioritas utama.

Sumber nafkah dari prespektif hukum pada kegiatan usaha penebangan kayu dan penambangan batubara di Desa Dukuhrejo tergolong sebagai usaha yang ilegal. Namun demikian, kedua kegiatan usaha ini tetap menjadi daya tarik usaha karena memberikan kontribusi pendapatan pada rumah tangga yang lebih besar dari sebelumnya.

Usaha penambangan batubara dan kegiatan eksploitasi hutan telah mengubah lanskap alam sekitar Desa Dukuhrejo. Beberapa tahun terakhir ini minimum sekali dalam setahun Desa Dukuhrejo rutin digenangi banjir. Usaha pertanian lahan kering dan pemukiman penduduk tergenang air hingga sekitar satu meter. Tampak jelas bahwa lanskap ekosistem hutan telah mengancam keberlanjutan usaha pertanian di Desa Dukuhrejo.

Usaha penambangan batubara dan eksploitasi hutan juga telah mendorong meningkatkan konsumsi rumah tangga Desa Dukuhrejo. Akibat dari hal ini rumah tangga responden banyak yang terlibat dalam kredit barang-barang konsumsi seperti kredit motor, mesin cuci, baju, dan sebagainya.

(6)

SISTEM NAFKAH BERKELANJUTAN PADA RUMAH TANGGA (Kasus Daerah Lingkar Tambang PT Arutmin Indonesia Desa Dukuhrejo,

Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan)

SITI ANISAH MAEMONAH I34080145

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Siti Anisah Maemonah

NRP : I34080145

Judul : Sistem Nafkah Berkelanjutan Pada Rumah Tangga (Kasus Daerah

Lingkar Tambang PT Arutmin Indonesia Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198 103 1 003

Mengetahui, Ketua Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

(8)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”SISTEM NAFKAH BERKELANJUTAN PADA RUMAH TANGGA (KASUS DAERAH LINGKAR TAMBANG PT ARUTMIN INDONESIA DESA DUKUHREJO, KECAMATAN MANTEWE, KABUPATEN TANAH BUMBU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA BERTANGGUNG JAWAB AKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, November 2012

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Moch. Maemun Zubair dan Ibu Anis Masrifah. Penulis lahir di Rembang pada tanggal 14 Oktober 1989. Penulis menamatkan pendidikan SD Negeri I Kragan (1996-2002), SMP Negeri 1 Krgan (2002-2005), dan SMA Unggulan BPPT AL Fattah Lamongan (2005-2008). Kemudian pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Prestasi Internasional dan Nasional (PIN) dan pada tahun 2009 diterima sebagai mahasiswi di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama di IPB, penulis tergabung dalam Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama IPB sebagai Bendahara periode 2008-2009. Kemudian penulis ikut bergabung pada BEM Fakultas Ekologi Manusia sebagai anggota divisi sosial dan lingkungan pada periode 2009-2010. Selanjutnya penulis menambah pengalaman dan kontribusinya dengan bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Peminat Ekologi Manusia (IMPEMA) sebagai Ketua Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia periode 2010-2011-2012. Penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan, seminar, dan kepanitiaan dalam kegiatan internal IPB dan di luar IPB, terutama hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan. Penulis mendapatkan berbagai beasiswa selama kuliah di IPB seperti Beasiswa Prestasi, Supersemar, Kosgoro, dan BRI dengan periode beasiswa yang berbeda.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT pengatur dan pelancar segala urusan. Atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat dan salam terhaturkan ke hadirat Nabi Muhammad SAW utusan dan suri tuladan yang baik.

Skripsi dengan judul “Sistem Nafkah Berkelanjutan pada Rumah Tangga (Kasus Daerah Lingkar Tambang PT Arutmin Indonesia Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan)” ini disusun sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Melalui skripsi ini, penulis mendeskripsikan tentang strategi nafkah rumah tangga dalam bidang pertanian dan non pertanian. Selain itu juga mendeskripsikan keberlanjutan sistem nafkah tersebut.

Penulis mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan dan mampu dijadikan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya. Semoga melalui penelitian ini penulis bisa berbagi kebaikan untuk banyak pihak dan mampu memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Bogor, November 2012

(11)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikannya-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Soeryo Adiwibowo selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, informasi dan curahan waktu dan pikiran dalam pembuatan skripsi ini. Terimaksih atas bimbingannya.

2. Dr. Styawan Sunito dan Dr. Ir. Anna Fatchiya, MSi selaku dosen penguji utama dan dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan kritik dan saran untuk melengkapi hasil skripsi ini.

3. Ibu dan bapak (Anis Masrifah dan Maemun Zubair), adikku Fadhilla, dan kakak-kakakku (Ubab, Ulfa, Syamsudin, Miftah, dan Syafi’i) yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

4. Kak Ardhiwijaya, kak Nuriska, kak Andi I, kak Putri, dan kak Turasih yang telah memberikan kritik, saran, dan dukungan kepada penulis hingga skripsi ini diselesaikan.

5. Bapak Aripin, Ibu Sutekmi, Mas Wawan, Fira, Vina, Dini, Pi’i, Merin, dan seluruh warga masyarakat Desa Dukuhrejo yang telah membantu, mendukung, dan memberikan keceriaan selama penelitian ini dilakukan. Terimaksih atas semua kebaikan dan kasih sayang yang telah diberikan. 6. Mas Ibnu Wahyu Hidayat selaku CDO PT Arutmin Indonesia yang telah

membantu, mengarahkan, dan memberikan dukungan pada saat penelitian dilakukan sampai pada penulisan skripsi ini diselesaikan.

7. Masyarakat dan perangkat Desa Dukuhrejo yang telah banyak membantu memberikan informasi terkait penelitian ini.

(12)

9. Bank BRI yang telah memberikan beasiswa selama penulis menjalankan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dan PT Arutmin Indonesia yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

10.Galih Riyadi teman satu peneitian, Dini dan Chika teman satu bimbingan yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

11.Semua anak kosan Jaika dan Puri Prasetya yang telah memberikan dukungan dan kebersamaan yang luar biasa kepada penulis.

12.Sahabat seperjuangan: Asgar, Andin, Ninda, Syakir, Nadia, Bejo, Shela, Dinda, Oji, Ahoung, Jabar, Giway, Keboth, Lina, Dhanti, dan Risna yang telah memberikan semangat dan keceriaan selama menempuh aktivitas di Departemen SKPM. Terimakasih atas kebersamaan .

13.Sahabat Edvand, Hasti, Viranti, Fadil, Nora, Arbay, Tomi, Yuan, Rista, Ami, Bayu, Ardini, dan Asa yang telah memberikan dukungan dan semangat. 14.Semua Teman-teman SMA: Nizam, Rois, Rizal, Faroha, Baihaqi, mama Rika,

Dita, Ramdan, kak Rian, kak Mirzan, mbk Ipeh, dan mbk Fayik walaupun dari jauh selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis. 15.Semua Teman-Teman SKPM 45 yang telah memberikan pengalaman,

keceriaan, kebersamaan, dan perjuangan selama menjalani kuliah.

16.Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasama selama pengerjaan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan rmanfaat bagi banyak pihak, bagi khasanah ilmu pengetahuan, serta tanah kelahiran, bangsa, dan negara Republik Indonesia.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Perumusan Masalah... 3

Tujuan penelitian... 4

Kegunaan penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA... 5

Konsep Nafkah (Livelihood)…... 5

Konsep Nafkah Berkelanjutan... 7

Teknik Rasionalitas Sistem nafkah... 10

Karekteristik Rumahtangga Petani... 11

Pendapatan Rumahtangga... 12

Dampak Pertambangan ... 13

Kerangka Pemikiran... 14

Hipotesis... 15

Definisi Operasinal... 16

PENDEKATAN LAPANG... 19

Lokasi dan Waktu Penelitian... 19

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data... 19

Teknik Pengambilan Sampel... 20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 21

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN... 22

Lokasi penelitian... 22

(14)

2. Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian…... 23

3. Pendidikan…..……... 24

4. Sarana dan Prasarana………... 25

5. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Dukuhrejo………... 26

Pertambangan Batubara PT Arutmin Indonesia………... 29

Pengusahaan Hutan PT Kodeco…. ……... 30

Karakteristik Responden... 31

1. Umur... 31

2. Pendidikan Formal……..……… 31

3. Jumlah Tanggungan..………. 32

4. Jumlah Persil dan Luas Lahan..………... 33

5. Lama Tinggal………...…. ……... 34

SUMBER, STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA DESA DUKUHREJO……….... 36

1. Sumber Lapangan Pekerjaan dan Struktur Nafkah Rumah Tangga……….. 36

2. Strategi Nafkah Rumah Tangga Dukuhrejo………... 38

3. Penguasaan dan Luas Tanah Rumah Tangga Responden Desa Dukuhrejo……... 42

4. Pendapatan Rumah Tangga Responden………... 45

KEBERLANJUTAN NAFKAH RUMAHTANGGA DESA DUKUHREJO………. 54

1. Perubahan Kondisi Lingkungan Fisik……….. 54

(15)

PENUTUP... 61

Kesimpulan ... 61

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA... 64

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Indikator Keberlanjutan Nafkah Menurut Cambell et al,

Shivakoti, Shrestha (2003) dalam Mahdi et al(2009)……. 10 Tabel 2. Luas Lahan Menurut Peggunaanya di Desa Dukuhrejo

Tahun 2011………...…... 23

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Daerah Asal Atau Suku

Tahun 2011……….. 23

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa

Dukuhrejo Tahun 2011……… 24

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu,

Kalimantan Selatan Tahun 2011……… 31 Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Desa Dukuhrejo

Kalimantan Selatan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun

2012... 32 Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jumlah

Tanggungan dalam Rumahtangga Desa Dukuhrejo Tahun

2012... 33 Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jumlah Persil

Lahan yang Dimiliki Rumahtangga Desa Dukuhrejo

Tahun 2012... 34 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jumlah Luas

Lahan yang Dimiliki Rumahtangga Desa Dukuhrejo

Tahun 2012……... 34 Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Tinggal

di Desa Dukuhrejo Tahun 2012………..….... 35

Tabel 11. Jenis Lapangan Pekerjaan dan Profesi Responden Rumah

tangga Desa Dukuhrejo Tahun 2012………….……... 37 Tabel 12. Jumlah Responden Rumah tangga Desa Dukuhrejo

Menurut Aneka Nafkah On farm dan Off Farm Tahun

2012……….……..…... 38

Tabel 13. Jumlah Rumah Tangga Responden Menurut Aneka

(17)

Tabel 14. Jumlah Rumah tangga Responden Petani Lahan Kering dan Responden Penebang Kayu dengan Aneka Nafkah, Desa Dukuhrejo Tahun 2012…...

41 Tabel 15. Responden dengan Budidaya Pertanian Lahan Kering

Sebagai Salah Satu Sumber Nafkah Menurut Golongan

Luas Tanah yang Dikuasai Tahun 2012..………... 43 Tabel 16. Responden dengan Usaha Penebangan Kayu Di Hutan dan

Lapangan Pekerjaan Non Pertanian Menurut Golongan

Luas Tanah yang Dikuasai Tahun 2012……….. 43 Tabel 17. Responden dengan Nafkah Tunggal di On farm dan Off

Farm Menurut Golongan Luas Tanah yang Dikuasai

Tahun 2012………. 44

Tabel 18. Jumlah Responden dengan Status Penguasaan Tanah

Menurut Golongan Luas Tanah Tahun 2012………. 45 Tabel 19. Besar Pendapatan Responden Menurut Aneka Strategi

Nafkah Rumah tangga Desa Dukuhrejo Tahun 2012 …... 47 Tabel 20. Besar Pendapatan Responden Menurut Aneka Strategi

Nafkah Rumah tangga, Desa Dukuhrejo, Rp/Rumah Tangga/Bulan Tahun 2012.………...

48 Tabel 21. Besar Pendapatan Responden Nafkah Tunggal Rumah

tangga, Desa Dukuhrejo, Rp/Rumah tangga/Bulan Tahun

2012……….

48 Tabel 22. Penuturan Responden Terhadap Resiko Lingkungan

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran... 15 Gambar 2. Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Desa

Dukuhrejo Tahun 2011……… 25

Gambar 3. Grafik Peresentase Pendapatan Responden Nafkah

Ganda Tahun 2012………... 49 Gambar 4. Grafik Peresentase Pendapatan Responden Nafkah

Multi Tahun 2012………... 51

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu

Provinsi Kalimantan Selatan………. 67

Lampiran 2. Peta Kawasan Hutan Kabupaten Tanah Bumbu

Provinsi Kalimantan Selatan………. 68 Lampiran 3. Peta Desa Dukuhrejo Kecamatan Mantewe

Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan

Selatan... 69 Lampiran 4. Foto Dokumentasi Penelitian Sistem Nafkah

Berkelanjutan Pada Rumahtangga Desa Dukuhrejo Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi

Kalimantan Selatan……….. 70

Lampiran 5. 1. Kuesioner……… 73

(20)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kekayaan sumberdaya alam senantiasa dibanggakan sebagai salah satu keunggulan komparatif bangsa, namun dewasa ini kebanggaan tersebut mulai dipertanyakan kesahihannya, seiring dengan eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutannya. Tanpa sumberdaya alam yang terjaga dengan baik, tentu upaya pencapaian keunggulan kompratif bangsa akan mustahil terjadi. Oleh sebab itu kesejahteraan di desa atau daerah dapat dilakukan melalui pendekatan penilaian terhadap tersedianya stok volume sumberdaya alam di suatu daerah atau desa tersebut.

Desa sesungguhnya memiliki fungsi sebagai tempat tinggal (menetap) dari sekelompok masyarakat yang relatif kecil. Dengan kata lain, masyarakat desa memiliki keterkaitan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterkaitan terhadap wilayah ini, disamping untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka.

Pengelolaan dan penentuan SDA memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu efisiensi dan efektifitas pemanfaatan secara optimal sesuai dengan daya dukung lingkungan, tidak mengurangi potensi dan kelestarian sumberdaya lain yang berkaitan dengan suatu ekosistem, serta memberikan kemungkinan alternatif pemanfaatan di masa depan sehingga ekosistem tidak dirombak secara drastis (Nugraheni 2010). Hal ini penting, sebab SDA memiliki kemampuan untuk dipergunakan sesuai kapasitas daya dukungnya sehingga pemanfaatannya perlu dilakukan secara bijaksana agar memberikan manfaat secara seimbang dan berkelanjutan bagi kehidupan manusia.

(21)

Desa Dukuhrejo merupakan daerah transmigrasi yang arealnya relatif luas, terletak di pedalaman, dikelilingi oleh kawasan tambang batubara dan kawasan hutan. Sejarah desa mencatat bahwa 15 tahun yang lalu masyarakat Desa Dukuhrejo menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian. Akan tetapi kemudian bergeser menjadi penebang kayu hutan dan penambang batubara, yang mengakibatkan eksploitasi pada sumberdaya tambang dan hutan bergeser menjadi nafkah utama penduduk.

Sumber nafkah dari perspektif hukum, warga Desa Dukuhrejo (dan juga warga desa lain yang masuk ke wilayah ini) tidak memiliki legalitas untuk melakukan aktivitas penebangan kayu dan penambangan batubara. Berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang diterbitkan oleh pemerintah pusat kawasan pertambangan tersebut milik PT Arutmin Indonesia Site Batulicin. Sedangkan kawasan hutan pada aktivitas penebangan kayu hutan termasuk kedalam HPH PT Kodeco. Akibatnya sumberdaya alam di wilayah ini menjadi sumberdaya alam yang bersifat bebas akses (open access resource). Hal ini berakibat keberlanjutan nafkah warga desa menjadi terancam sebagai akibat susutnya secara drastis sumberdaya hutan dan tambang.

Perubahan ini tentu saja disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah tuntutan bertahan hidup dan pilihan-pilihan nafkah yang secara rasional akan mendukung kebutuhan kehidupan rumah tangga Desa Dukuhrejo. Pada saat yang sama, setiap individu rumah tangga juga membangun berbagai strategi yang diperlukan untuk membawa pada mata pencaharian anggotanya, terutama dalam menghadapi kesulitan, ketidakpastian ekonomi, dan bersiap-siap untuk setiap keadaan darurat (Mukbar 2009). Boleh dikatakan rumah tangga di Desa Dukuhrejo menerapkan strategi nafkah yang berbeda antara satu dengan yang lain. Strategi nafkah rumah tangga ini bersifat spesifik tergantung pada kondisi ekologi, sosio-kultural, dan transformasi ekonomi yang dihadapi. Oleh karena itu, strategi mata pencaharian pada lokasi tertentu dalam arti yang berbeda daerah menyediakan masyarakat dengan kemungkinan-kemungkinan yang berbeda untuk melakukan tindakan kelangsungan hidup.

(22)

dan saling terkait, mulai dari memanipulasi sumberdaya alam menggunakan teknik-teknik khusus sampai membangun mekanisme mengatur kelembagaan pada tingkat yang berbeda dari sistem sosial masyarakat (Purnomo 2006). Dengan kata lain, penghidupan dapat dipahami sebagai ketahanan untuk menunjang pemulihan atau perbaikan dari goncangan atau tekanan, kemampuan memelihara atau meningkatkan aset, dan ketahanan menyediakan peluang penghidupan untuk menyokong manfaat penghidupan yang lebih baik (Chambers & Conway 1991 dalam Mukbar 2009).

Perumusan Masalah

Pergeseran nafkah dari pertanian ke usaha yang bersifat ekstraktif (hutan dan tambang) membawa pengaruh besar terhadap keberlanjutan mata pencaharian penduduk Desa Dukuhrejo. Terlebih kedua sumberdaya alam tersebut (hutan dan tambang) diakses secara terbuka oleh berbagai pihak. Sehingga besar kemungkinan akan terjadi fenomena tragedy of the common, dimana tidak hanya sumberdaya hutan dan tambang yang akan mengalami degradasi ekologi tetapi sendi-sendi kehidupan warga desa yang menggantungkan hidupnya pada sumberdaya tersebut juga akan runtuh. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mendalami:

1. Bagaimana struktur nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo saat ini terkait dengan sumber nafkah yang ada?

2. Bagaimana strategi nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo terkait struktur nafkah yang ada?

(23)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian adalah:

1. Menggali informasi struktur nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo terkait dengan sumber nafkahnya.

2. Menggali informasi strategi nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo terkait dengan struktur nafkah yang terjadi.

3. Menelaah keberlanjutan nafkah rumah tangga masyarakat Desa Dukuhrejo di masa mendatang terkait dengan sumber, struktur, dan strategi nafkah yang terjadi.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, diantaranya adalah:

1. Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan literatur untuk kajian lebih lanjut dalam topik livelihood, selain itu penelitian ini diharapkan menjadi proses pembelajaran dalam memahami fenomena sosial di lapangan.

2. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi wacana dan menambah pengetahuan bagi masyarakat umum terkait dengan kondisi masyarakat Dukuhrejo.

(24)

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Nafkah (Livelihood)

Livelihood secara sederhana didefinisikan sebagai cara dimana orang memenuhi kebutuhan mereka atau peningkatan hidup (Chamber et al dalam

Dharmawan 2001). Dalam pandangan yang sangat sederhana livelihood terlihat sebagai aliran pendapatan berupa uang atau sumberdaya yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Definisi lain dinyatakan oleh Ellis (2000) bahwa livelihood mencakup pendapatan cash (berupa uang) dan in end (pembayaran dengan barang atau hasil bumi) maupun dalam bentuk lainnya seperti institusi (saudara, kerabat, tetangga, desa), relasi gender, dan hak milik yang dibutuhkan untuk mendukung dan untuk keberlangsungan standar hidup yang sudah ada.

Dharmawan (2006) menjelaskan dalam sosiologi nafkah bahwa livelihood

memiliki pengertian yang lebih halus daripada sekedar means of living yang bermakna sempit mata pencaharian. Dalam sosiologi nafkah, pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (strategi kehidupan) dari pada means of living strategy (strategi cara hidup). Pengertian livelihood strategy yang disamakan pengertiannya menjadi strategi nafkah (dalam bahasa

Indonesia), sesungguhnya dimaknai lebih besar dari pada sekedar “aktivitas mencari nafkah” belaka. Sebagai strategi membangun sistem penghidupan, maka

strategi nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi individual maupun kolektif. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan eksisitensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku.

(25)

termasuk tindakan sosial ekonomi yang melanggar hukum dan illegal. Seperti penipuan, pencurian, perampokan, pelacuran, dan sebagainya. Kategori ini disebut sebagai non peaceful, karena cara yang ditempuh biasanya menggunakan cara kekerasan atau kriminal.

Pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh kesediaan akan sumberdaya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah rumah tangga yang sangat beragam (multiple source of livelihood), karena jika rumah tangga tergantung hanya pada satu pekerjaan dan satu sumber nafkah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumah tangga. Secara konseptual menurut Chambers dan Conway

dalam Ellis (2000), terdapat lima tipe modal yang dapat dimiliki atau dikuasai rumah tangga untuk pencapaian nafkahnya yaitu:

1. Modal manusia yang meliputi jumlah (populasi manusia), tingkat pendidikan, dan keahlian yang dimiliki dan kesehatannya.

2. Modal alam yang meliputi segala sumberdaya yang dapat dimanfaatkan manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Wujudnya adalah air, tanah, hewan, udara, pepohonan, dan sumber lainnya. 3. Modal sosial yaitu, modal yang berupa jaringan sosial dan lembaga

dimana seseorang berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk kelangsungan hidupnya.

4. Modal finansial yang berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa diakses untuk keperluan produksi dan konsumsi.

5. Modal fisik yaitu, berbagai benda yang dibutuhkan saat proses produksi, meliputi mesin, alat-alat, instrument dan berbagai benda fisik.

Merujuk pada Scoones (1998), penerapan strategi nafkah pada rumah tangga petani dengan cara memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat bertahan hidup. Scoones membagi tiga klasifikasi strategi nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga petani, yaitu:

(26)

(intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi).

2. Pola nafkah ganda, yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja pertanian dan memperoleh pendapatan.

3. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.

Konsep Nafkah Berkelanjutan

Meikle, Ramasut dan Walker (2001) menggambarkan inti untuk memahami konsep nafkah berkelanjutan adalah apresiasi bahwa kemiskinan bukanlah kondisi stabil, permanen, dan statis. Terkait dengan gambaran tersebut, maka gambaran dari nafkah berkelanjutan oleh ketiga ahli tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kemampuan, aset (materi dan sosial) dan aktivitas yang dapat diakses oleh laki-laki dan perempuan miskin yang hidup bersama. Banyaknya kesempatan yang ada berbeda menurut orang yang hidup dan atau memiliki akses kepada sumberdaya di kampung, sub-urban, dan kota.

2. Dinamis dan mudah diadaptasi. Nafkah berkelanjutan memiliki kemampuan untuk merespons perubahan dan secara berlanjut diperbaharukan melalui pengembangan dari strategi adaptif kemudian, dapat bangkit dari tekanan dan kejutan, stabil dan berlanjut dalam jangka panjang.

(27)

masyarakat miskin, perlu dicatat bahwa terdapat perbedaan diantara jangka pendek, prioritas pragmatis yang mengarah kepada bertahan hidup, yang bertujuan untuk pembangunan dari nafkah berkelanjutan. 4. Rumah tangga dan komunitas terpusat pada alokasi sensitif. Anggota

rumah tangga berkontribusi pada berbagai cara tergantung peran, tanggungjawab, dan kemampuan. Rumah tangga memiliki modal sosial dan hutang. Mereka terintegrasi kepada bahan sosial yang lebih luas, dan menggambarkan kepada hubungan dengan bermacam-macam individu dan kelompok dalam komunitas seperti, kesempatan pada bisnis lokal dan pemerintahan. Hal ini juga dapat dicatat bahwa sebagian strategi nafkah mungkin berdasarkan kepada individu dari pada aktivitas rumah tangga dan lainnya dapat melihat dari hubungan diantara anggota rumah tangga yang tidak hidup bersama.

5. Meraih komponen yang disebutkan di atas tanpa merongrong dasar sumberdaya alam.

Selain itu menurut Saragih, Lassa, dan Ramli (2007) keberlanjutan mempunyai banyak dimensi yang semuanya penting bagi pendekatan sustainable livelihoods. Penghidupan dikatakan berkelanjutan jika:

- Elastis dalam menghadapi kejadian-kejadian yang mengejutkan dan tekanan-tekanan dari luar.

- Tidak tergantung pada bantuan dan dukungan luar (atau jika tergantung bantuan itu sendiri secara ekonomi dan kelembagaan harus sustainable.

- Mempertahankan produktivitas jangka panjang sumberdaya alam. - Tidak merugikan penghidupan dari, atau mengorbankan pilihan-pilihan

penghidupan yang terbuka bagi orang lain.

(28)

Selanjutnya Suzuki (1997) dalam Sunito (2007) memberikan gagasan tentang prinsip-prinsip berkelanjutan yang kemudian terkenal dengan istilah

natural step yaitu: pertama, alam tidak dapat menanggung beban dari penimbunan secara sistematis dari hasil-hasil penambangan dari kulit bumi (seperti mineral, minyak, dsb). Kedua, alam tidak dapat menanggung beban dari perusakan secara sistematis dari bahan-bahan rekayasa permanen buatan manusia. Ketiga, alam tidak dapat menanggung beban dari perusakan secara sistematis dari kemampuannya untuk memperbarui dirinya (misalnya memanen ikan lebih cepat dari kemammpuannya untuk memulihkan polusi atau mengkonversi tanah subur menjadi gurun pasir). Dengan demikian, bila kehidupan ingin lestari, maka kita harus efisien memanfaatkan sumberdaya dan menegakkan keadilan, karena kemiskinan akan membawa pada usaha dengan perspektif jangka pendek yang merusak lingkungan (misalnya hutan) yang diperlukan oleh semua untuk kehidupan jangka panjang.

Selanjutnya Gips (1986) dalam Reijntjes et al (1992) menerangkan bahwa terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem berkelanjutan yaitu:

a. Mantap secara ekologis: kualitas sumberdaya dipertahankan.

b. Layak secara ekonomi: hasil produksi harus mencukupi kebutuhan, menutupi biaya produksi, serta kemampuan melestarikan sumberdaya dan meminimalkan resiko.

c. Adil: sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan pokok dan hak-hak anggota masyarakat untuk memperoleh akses pada tanah, modal, dukungan teknologi dan informasi terpenuhi.

d. Manusiawi: semua bentuk kehidupan (manusia, tanaman, alam, hewan) dihargai. Integritas budaya dan spiritual masyarakat dipelihara. Untuk nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar: kepercayaan, kejujuran, harga diri, dan rasa sayang harus diperjuangkan.

(29)

Berdasarkan Cambell et al (2003), Shivakoti dan Shrestha dalam Mahdi et al (2009) menjelaskan bahwa terdapat 4 aspek yang bisa dijadikan indikator sistem nafkah yang berkelanjutan yaitu aspek lingkungan, ekonomi, sosial, dan kelembagaan.

Tabel 1. Indikator Keberlanjutan Nafkah Menurut Cambell et al, Shivakoti, Shrestha (2003) dalam Mahdi et al (2009).

No Aspek Sistem Nafkah

Berkelanjutan Indikator

1.

2.

3.

4.

Lingkungan

Ekonomi

Sosial

Kelembagaan

Melestarikan atau memberikan nilai tambah daya dukung sumberdaya alam.

Mempertahankan tingkat pengeluaran rumah tangga.

Meminimalkan pengucilan sosial dan memaksimalkan keadilan sosial.

Kapasitas struktur yang berlaku dan proses untuk melanjutkan.

Teori Rasionalitas Sistem Nafkah

Teori rasionalitas merupakan bentuk perkembangan dari teori pertukaran yang berbasis ilmu ekonomi. Teori pilihan rasional lahir karena pengaruh sosiologi dalam teori pertukaran. Teori pilihan rasional memberi perhatian pada konteks sosial yang mempengaruhi pilihan tindakan aktor dalam hubungan pertukaran (Turner 1998). Pengaruh ekonomi dalam teori pertukaran ditunjukan dengan fokus perhatian teori pertukaran yang terfokus pada maksimisasi kepuasan pada pilihan mereka yang lebih baik (preferences). Teori pertukaran menjelaskan keputusan individu sebagai hubungan sederhana antara biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperoleh. Setiap orang diasumsikan akan mempertentangkan biaya dan keuntungan dahulu sebelum membuat keputusan.

(30)

efektivitas produksi, peranan sumberdaya dalam menghasilkan pendapatan atau keuntungan yang penting bagi tujuan keberlanjutan penghidupan rumah tangga.

Dasar bagi semua bentuk pilihan rasional adalah asumsi bahwa fenomena sosial yang kompleks bisa dijelaskan dalam bentuk dasar tindakan individu di mana fenomena sosial tersebut tersusun. Individual merupakan aspek utama yang menjadi dasar metode penelitian teori pilihan rasional. Individu sebagai aktor hanya memperhatikan dirinya sendiri dan kesejahteraannya sendiri. Dari dasar teori pilihan rasional memperlihatkan bagaimana berbagi, kerjasama, dan kemunculan norma-norma tetapi tetap dasar penjelasannya di tataran individu.

Karakteristik Rumah Tangga Petani

Wolf (1985) dalam Lestari (2005) mendefinisikan petani sebagai pencocok tanam pedesaan yang surplus produksinya dipindahkan ke kelompok penguasa melalui mekanisme sistematis seperti upeti, pajak, atau pasar bebas. Menurut Shanin seperti dikutip oleh Subali (2005), terdapat empat karakteristik utama petani. Pertama, petani adalah pelaku ekonomi yang berpusat pada usaha milik keluarga. Kedua, selaku petani mereka menggantungkan hidup mereka pada lahan. Bagi petani lahan pertanian adalah segalanya yakni, sebagai sumber yang diandalkan untuk menghasilkan bahan pangan keluarga, harta benda yang bernilai tinggi, dan ukuran terpenting bagi status sosial. Ketiga, petani memiliki budaya yang spesifik yang menekankan pada pemeliharaan tradisi dan konformitas serta solidaritas sosial mereka kental. Keempat, cenderung sebagai pihak selalu kalah (tertindas) namun tidak mudah ditaklukkan oleh kekuatan ekonomi, budaya dan politik eksternal yang mendominasi mereka.

(31)

Menurut BPS (2004) secara umum rumah tangga diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan umumnya tinggal bersama seta makan dari satu dapur. Yang dimaksud dengan satu dapur adalah pembiayaan keperluan juga pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama.

Adapun White dan Benjamin (1978) mengemukakan bahwa rumah tangga pedesaan Jawa merangkap fungsi-fungsi sebagai unit produksi, unit konsumsi, unit reproduksi, dan untuk interaksi sosial ekonomi dan politik, dimana keberlangsungan beragam fungsi tersebut dilandasi prinsip safety first. Prinsip ini mendahulukan selamat yang berimplikasi kepada kondisi dimana keputusan rumah tangga bertujuan utama lebih kepada untuk menghindari kemungkinan gagal daripada mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Prinsip ini juga berimbas kepada kebiasaan dalam perilaku rumah tangga miskin di pedesaan dalam penerimaan mereka terhadap teknik-teknik pertanian, pranata-pranata sosial dan cara merespon terhadap proyek-proyek pembangunan.

Sebagai unit ekonomi yang merangkap banyak fungsi, menurut White dan Benjamin (1978), rumah tangga pedesaan Jawa harus mengalokasikan curahan waktu mereka diantara berbagai jenis kegiatan, yang mencakup: (a) pekerjaan yang tidak semuanya menghasilkan pendapatan secara langsung, khususnya pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan rumah tangga, seperti mengurus rumah tangga, mengasuh anak, memasak, mencuci, mengambil air, mencari kayu bakar, dan memperbaiki rumah, (b) pekerjaan yang merupakan kewajiban sebagai anggota masyarakat seperti kerja bakti, gotong royong, dan sambutan, serta, (c) pekerjaan yang langsung menghasilkan pendapatan.

Pendapatan Rumah Tangga

(32)

yang menentukan nilai tukar (means of payment) suatu barang. Weber juga menekankan bahwa pertukaran dapat berupa barang atau jasa.

Ellis (2000) mengelompokkan pendapatan menjadi pendapatan uang tunai (in cash) atau bentuk kontribusi lain (in kind) untuk kesejahteraan material individu atau keluarga yang diperoleh dari berbagai kegiatan memenuhi nafkah. Bentuk pendapatan tunai meliputi penjualan tanaman atau ternak, gaji atau upah, sewa, dan kiriman uang (remittance). Pendapatan dalam bentuk lain mengacu pada konsumsi pada produk tanaman sendiri, pembayaran dalam bentuk barang, dan transfer atau pertukaran barang konsumsi antar rumah tangga dalam komunitas desa atau antar rumah tangga desa dan kota.

Dampak Pertambangan

Ekploitasi deposit tambang yang tidak memperhatikan aspek-aspek pelestarian dapat mengakibatkan terganggunya sistem alam yang akan berdampak pada sistem sosial ekonomi (Salim 1991 dalam Hasyim 2007). Perlu ada keselarasan antara pembangunan ekonomi dengan aspek lingkungan dan antara lingkungan dengan faktor sosial budaya (Sahlins 1968 dalam Hasyim 2007). Pembangunan membutuhkan pencapaian keberlanjutan pada dimensi sosial, ekonomi, dan ekologi (Djajadiningrat 2001).

Menurut Haeruman (1983) meskipun kawasan pertambangan terletak di daerah yang umumnya dihuni penduduk berpendapatan rendah, namun kegiatan ini tetap bersifat padat modal yang dapat mengancam kepunahan sumberdaya hayati dan satwa. Keberlanjutan kehidupan masyarakat di lokasi lingkar tambang dapat dipertahankan dengan keseimbangan antara eksploitasi sumberdaya alam tidak terbarukan dengan sistem alam dan sistem yang ada.

(33)

Hasil sebuah penelitian yang dilakukan di area pertambangan batubara di Keman Iran pada tahun 1995-2005 menunjukkan bahwa terdapat 3.500 pekerja tambang kehilangan pekerjaannya yang diakibatkan adanya penutupan pertambangan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap angka pengangguran naik satu persen yang diakibatkan oleh penutupan batubara akan meningkatkan kerawanan sosial berupa 11 persen kasus obat terlarang; 6,1 persen kasus terkait dengan pembunuhan; dan 5,2 persen mengalami penyakit jiwa (Soelarno dalam Yunianto 2010).

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menguji hubungan antar variabel yang secara ringkas digambarkan dalam kerangka pemikiran seperti Gambar 1 dalam konteks rumah tangga. Pilihan strategi nafkah yang diterapkan dipengaruhi oleh kondisi ekologis Desa Dukuhrejo. Pengambilan kayu hutan dan penambangan batubara bukanlah strategi nafkah abadi yang mampu bertahan di semua kondisi. Sebagai sebuah strategi nafkah yang menjadi tonggak kehidupan rumah tangga, kedua bidang ini harus terus beradaptasi dalam berbagai situasi.

(34)
[image:34.595.28.541.65.623.2]

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: mempengaruhi

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas diajukan hipotesis berikut:

1. Kehadiran pertambangan batubara PT Arutmin Indonesia Site Batulicin dan operasi HPH PT Kodeco diduga menjadi penyebab tumbuhnya sumber-sumber nafkah baru di Desa Dukuhrejo yang selanjutnya mengakibatkan perubahan pada struktur dan strategi nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo.

2. Strategi nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo diduga sulit berkelanjutan karena rapuhnya sumber nafkah baru rumah tangga Desa Dukuhrejo.

Strategi Nafkah Untuk Survival: - Nafkah Tunggal

- Nafkah Ganda

- Nafkah Multi

Keberlanjutan Nafkah Rumah Tangga: - Ancaman keberlanjutan - Dorongan keberlanjutan

Struktur nafkah: sektor on farm

(petani, penebang kayu hutan), sektor off farm (penambang batubara)

Sumber nafkah Operasi pertambangan batubara PT Arutmin

Indonesia Site Batulicin Operasi HPH

(35)

Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Rumah tangga menurut Kahrs (1991) dalam Dharmawan (2001) adalah

organisasi sekelompok manusia yang mengumpulkan sumberdaya dan menggunakannya untuk tujuan reproduktif dan meningkatkan pendapatan. 2. Kepala rumah tangga adalah seseorang dari sekelompok anggota rumah

tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga (BPS 2009).

3. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku (Dharmawan 2006).

4. Pendapatan yaitu meliputi upah dan gaji atas jam kerja atau pekerjaan yang telah diselesaikan, upah lembur, semua bonus dan tunjangan, perhitungan waktu-waktu tidak bekerja, bonus yang dibayarkan tidak teratur, penghargaan, dan nilai pembayaran sejenisnya. Pendapatan dikategorikan rendah, sedang dan tinggi berdasarkan kriteria garis kemiskinan (BPS 2009).

5. Berdasarkan BPS (2009) pendidikan adalah pendidikan formal melalui jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat dan PT. Terdiri dari:

a. Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan, termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar. b. Tidak tamat SD adalah tidak menyelesaikan pelajaran pada

(36)

c. Tamat SD, menyelesaikan pelajaran pada tingkat akhir meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat. d. Tamat SMP, menyelesaikan pelajaran pada tingkat akhir

meliputi jenjang pendidikan SMP Umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP kejuruan dan sederajat.

e. Tamat SMA, menyelesaikan pelajaran pada tingkat akhir meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah dan sederajat.

f. Tamat PT atau sedang mengikuti jenjang pendidikan Diploma I, II, III dan IV dan sederajat.

6. Usia menurut BPS (2009) adalah informasi tentang tanggal, bulan dan tahun dari waktu kelahiran responden tersebut menurut sistem kalender Masehi. Informasi ini digunakan untuk mengetahui usia dari responden tersebut. Usia tersebut dibulatkan kebawah, dalam arti usia tersebut merujuk saat ulang tahun terakhir dari responden.

7. Status penguasaan tanah adalah bentuk hak kuasa seseorang atas tanah dimana pada lokasi penelitian bentuknya berupa tanah milik, sewa, dan bagi hasil.

8. Luas tanah adalah ukuran tanah yang dikuasai oleh responden dan dihitung dalam satuan hektar. Luas tanah diukur dari tanah yang paling sempit hingga paling luas dan diklasifikasikan menjadi:

a. Tanah dengan luas 2≥x ≥1 ha b. Tanah dengan luas 3≥ x >2 ha c. Tanah dengan luas 4≥ x >3 ha d. Tanah dengan luas 5≥ x >4 ha e. Tanah dengan luas 6≥ x >5 ha f. Tanah dengan luas x >6 ha

9. Strategi nafkah untuk survival dikategorikan sebagai berikut:

(37)

- Nafkah ganda yaitu, rumah tangga dengan dua macam pekerjaan.

- Nafkah multi yaitu, rumah tangga dengan tiga macam pekerjaan atau lebih.

(38)

PENDEKATAN LAPANG Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu, Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar masyarakat pada lokasi ini menggantungkan hidupnya pada sektor pertambangan dan penebangan kayu hutan. Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan studi penjajagan berupa observasi lapang dan melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang bisa memberikan informasi mengenai lokasi ini. Studi lapangan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012.

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik rumah tangga, struktur nafkah rumah tangga, strategi nafkah rumah tangga, kalender musim nafkah, lahan pertanian, biaya produksi, ancaman dan dorongan keberlanjutan nafkah.

(39)

Teknik Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah rumah tangga yang tinggal menetap di Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, yang berjumlah 316 rumah tangga. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang bekerja sebagai petani, penebang kayu hutan, dan penambang batubara. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani, penebang kayu hutan, dan penambang batubara. Responden merupakan orang-orang yang memberikan informasi mengenai dirinya sendiri (Wahyuni dan Muldjono 2009). Pemilihan responden dilakukan dengan metode pengambilan sampel gugus bertahap dan secara purposive (sengaja) yaitu dengan memilih secara sengaja 40 kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani, penebang kayu hutan, dan penambang batubara. Kedua metode tersebut dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Data tentang rumah tangga berdasarkan jenis pekerjaan sebagai penebang kayu hutan dan penambang batubara tidak tersedia di kantor desa. Klasifikasi jumlah data rumah tangga berdasarkan jenis pekerjaan diperoleh melalui diskusi dengan pamong Desa Dukuhrejo, sehingga diperoleh 16 rumah tangga yang tidak bekerja sebagai petani, penebang kayu hutan, dan penambang batubara dari 316 rumah tangga. 300 rumah tangga sisanya diasumsikan sebagai rumah tangga yang bekerja sebagai petani, penebang kayu hutan, dan penambang batubara.

2. Di desa terdapat sebanyak 300 rumah tangga yang bekerja sebagai petani, penebang kayu hutan, dan penambang batubara dipilih sebagai kerangka sampling penelitian. Unit analisis diambil berdasarkan sub RT yang mayoritas bekerja sebagai petani, penebang kayu hutan, dan penambang batubara pada 13 RT. Untuk jenis pekerjaan sebagai petani ada pada RT 1 dan 9. Sedangkan untuk jenis pekerjaan sebagai penebang kayu hutan ada pada RT 2, 3, 4, 5, 7, 11, dan 13 serta untuk jenis pekerjaan sebagai penambang batubara ada pada RT 6, 8, 10, dan 12.

(40)

kayu hutan dan penambang batubara, dikarenakan pada responden ini sulit untuk ditemui jika sedang bekerja. Sedangkan untuk responden petani ditetapkan berdasarkan keberadaan responden di lokasi lahan usaha taninya.

Selain dari responden, informasi juga diperoleh dari kepala desa, bappeda, tokoh masyarakat (ketua LPM, ketua kepemudaan), pengurus YGU (Yayasan Gada Ulin), PT Arutmin Indonesia Site Batulicin, Dinas Kehutanan Tanah Bumbu, dan masyarakat Dukuhrejo. Metode secara sengaja dalam pemilihan responden dipilih dikarenakan data monografi jenis pekerjaan penebang kayu hutan dan penambang batubara di Desa Dukuhrejo tidak tersedia.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini secara kuantitatif diolah dengan merekapitulasi kuesioner responden dan ditabulasi silang, yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan sebaran berbagai variabel dan hubungannya untuk menjelaskan sumber nafkah, srtuktur nafkah, strategi nafkah, luas tanah yang dikuasai, luas tanah produktif, luas tanah tidak produktif, pendapatan rumah tangga, dan keberlanjutan nafkah rumah tangga.

(41)

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis

Desa Dukuhrejo merupakan bagian dari wilayah lingkar tambang PT Arutmin Indonesia Site Batulicin yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas sekitar 1.134 Ha. Jarak dari desa ke kota provinsi sekitar ± 300 km yang dapat ditempuh dengan perjalanan darat sekitar ± 420 menit, sedangkan jarak dari desa ke kota kabupaten sekitar ± 65 km yang dapat ditempuh dengan perjalanan darat sekitar ± 90 menit dan dari kota kecamatan jaraknya sekitar ± 7 km dapat ditempuh ± 15 menit. Desa Dukuhrejo ini berbatasan dengan:

Utara : Desa Hampang

Selatan : Desa Mantawakan Mulia Barat : Desa Rejosari

Timur : Desa Mantawakan Mulia

Desa Dukuhrejo merupakan daerah yang memiliki topografi lahan yang berbukit dan bergunung yang mengakibatkan suhu di daerah ini cukup kering dan dingin. Ada sekitar 40 persen dari total luas lahan Desa Dukuhrejo berbukit dan bergunung sedangkan, 60 persen merupakan dataran. Desa Dukuhrejo dikelilingi oleh Kawasan Budidaya Hutan Produksi Tetap (KBHP), Kawasan Hutan Produksi Terbatas (KBHPT), Kawasan Budidaya Lahan Kering (KBLK), Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan (KBTT), kawasan hutan lindung, dan kawasan pertambangan batubara PT Arutmin Indonesia Site Batulicin.

(42)

usaha pertanian yang dijalankan di Desa Dukuhrejo adalah padi dan palawija lahan kering.

Tabel 2. Luas Lahan Menurut Peggunaanya di Desa Dukuhrejo Tahun 2011

No Peruntukan Lahan Luasan (Ha)

1 2 3 4 5 6 7

Sawah tadah hujan Perkebunan Pemukiman Fasilitas umun Hutan

Pertambangan Galian C: pasir Lahan tidak produktif

10 389 150 5 180 2 398 Sumber: Data Desa Dukuhrejo tahun 2011

2. Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian

Berdasarkan data monografi Desa Dukuhrejo tahun 2011, penduduk Desa Dukuhrejo adalah masyarakat transmigran tahun 1981 dari daerah Jawa. Jumlah penduduk di Desa Dukuhrejo adalah 1.488 jiwa terdiri dari 813 jiwa laki-laki dan 675 jiwa perempuan. Total jiwa tersebut terbagi kedalam 316 Kepala Keluarga. Populasi penduduk Desa Dukuhrejo terbagi kedalam empat kategori suku, yaitu suku jawa, banjar, dayak, dan bugis. Suku jawa menjadi mayoritas wilayah ini dengan presentasi 93 persen dari total jumlah penduduk, hal ini dikarenakan wilayah Desa Dukuhrejo merupakan daerah trans tahun 1981. Beberapa kategori populasi menurut daerah asal seperti tercantum dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Daerah Asal Atau Suku Tahun 2011 No Daerah Asal/Suku Jumlah Penduduk (Jiwa) Presentasi (%) 1. 2. 3. 4. Jawa Banjar Dayak Bugis 1384 89 3 12 93,0 6,0 0,2 0,8 Sumber: Data Desa Dukuhrejo tahun 2011

(43)

Masyarakat Desa Dukuhrejo jika dilihat dari jumlah usia produktifnya menunjukkan sumber tenaga kerja yang cukup banyak, sehingga memungkinkan dilakukannya pembangunan di bidang pertanian khususnya sektor perkebunan yang sesuai dengan keadaan alam wilayah ini.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Dukuhrejo Tahun 2011

No Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah Jiwa 1. 2. 3. 4. 5. 0-14 15-39 40-64 65-74 74 keatas 200 381 197 28 7 176 321 151 24 3 376 702 348 52 10

Total 813 675 1488

Sumber: Data Desa Dukuhrejo tahun 2011

Berdasarkan data dari desa sejarah mata pencaharian penduduk Desa Dukuhrejo diawali dengan kedatangan masyarakat trans jawa pada tahun 1981. Pada tahun 1981- 1995 sekitar 60 persen masyarakat Desa Dukuhrejo sepenuhnya bekerja sebagai petani. Sedangkan pada tahun 1997 sudah mulai terjadi pergeseran mata pencaharian yaitu sekitar 60 persen masyarakat Desa Dukuhrejo bekerja sebagai penebang kayu hutan. Selanjutnya pada tahun 2005 masyarakat Desa Dukuhrejo sekitar 70 persen bekerja sebagai penambang batubara. Namun pada tahun 2011 masyarakat Desa Dukuhrejo sekitar 90 persen bekerja sebagai penebang kayu dan penambang batubara. Hanya sekitar 10 persen masyarakat Desa Dukuhrejo yang pekerjaan utamanya sebagai petani, itu pun dengan ditopang oleh pekerjaan sebagai penebang kayu dan penambang batubara.

3. Pendidikan

(44)

pesantren. Kondisi pendidikan masyarakat yang tergolong rendah tersebut mengakibatkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang tinggal di Desa Dukuhrejo. Meskipun pada saat sekarang kondisi sudah semakin berkembang, namun hanya sebagian kecil penduduk yang sadar pendidikan hingga jenjang menengah dan tinggi.

Sumber: Data Desa Dukuhrejo tahun 2011

Gambar 2. Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Dukuhrejo Tahun 2011 Masyarakat Desa Dukuhrejo beranggapan bahwa tanpa ijazah siapa pun bisa mencari nafkah dengan menebang kayu di hutan atau sebagai penambang batubara dengan hasil yang sangat menjanjikan. Filosofi “sing penting awak fisik

sehat”1

menjadi landasan mereka untuk mencari nafkah sebagai penebang kayu hutan dan penambang batubara. Kondisi ini memunculkan pandangan di masyarakat bahwa sekolah bukanlah hal yang krusial, karena untuk bisa mengambil kayu hutan dan menambang batubara bukan membutuhkan ijazah. 3. Sarana dan Prasarana Desa

Secara umum sarana dan prasarana penunjang kegiatan sehari-hari masyarakat Desa Dukuhrejo masih sangat terbatas. Jalan yang menghubungkan di dalam desa tersebut adalah jalan batu dan jalan tanah sepanjang 7,8 km. Jalan batu merupakan jalan yang kondisinya paling aman dibandingkan jalan yang masih berupa jalan tanah, karena jika musim hujan jalan yang berupa tanah liat tersebut rawan menimbulkan kecelakaan. Jalan yang menghubungkan antara desa dengan

1

(45)

kota kecamatan adalah sebagian jalan aspal yang baru dibangun setahun yang lalu dan sebagian masih jalan batu. Sedangkan jalan yang menghubungkan antar desa atau antar blok adalah jalan aspal yang juga baru dibangun setahun yang lalu. Sarana transportasi yang digunakan oleh masyarakat untuk kota kabupaten adalah

angkot atau disana disebut “taksi”2

. Taksi ini biasanya hanya beroperasi sekali ke Desa Dukuhrejo untuk mengangkut warga Dukuhrejo yang ingin ke pasar di kecamatan Simpang Empat atau ke kota kabupaten. Waktu beroperasi yaitu, pada pagi hari antara jam 07.00-08.00 WIT.

Sarana di bidang pendidikan di Desa Dukuhrejo adalah satu Taman Kanak-kanak (TK), satu Sekolah Dasar (SD), dan satu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada sarana keagamaan terdapat satu buah masjid, 10 buah langgar atau surau. Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Dukuhrejo yaitu satu buah posyandu, satu bidan desa, 7 kader posyandu aktif, satu dukun bayi yang sudah terlatih dan 5 dukun bayi yang belum terlatih. Selain itu, kondisi PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) tatanan rumah tangga jika diamati masih banyak keluarga yang belum menjalankan PHBS tersebut secara benar dan menyeluruh, terutama dalam hal merokok, kebiasaan hidup bersih dan penggunaan jamban sehat. Pada bidang pemerintahan, sarana yang ada adalah sebuah balai desa, sedangkan untuk fasilitas olahraga terdapat tiga buah yaitu lapangan sepak bola, lapangan bulu tangkis, dan lapangan volly. Sarana listrik di Desa Dukuhrejo baru terpasang pada tahun 2009 dengan kapasitas 900 KVA, sedangkan untuk sarana jembatan ada 7 buah jembatan yang terbuat dari kayu ulin dan 1 buah jembatan dari beton.

5. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Dukuhrejo

Kegiatan sosial budaya di Desa Dukuhrejo tidak terlalu beragam. Kebanyakan masyarakat Desa Dukuhrejo merupakan masyarakat trans tahun 1981 dari daerah jawa seperti, jawa tengah dan jawa timur sehingga meminimalisir konflik di desa. Masyarakat jawa mendominasi jumlah penduduk yaitu 93 persen dari total penduduk. Sedangkan suku banjar, dayak, dan bugis hanya 6,8 persen

2

(46)

dari total jumlah penduduk. Berbeda dengan kasus masyarakat trans lainnya, di Desa Dukuhrejo kekeluargaannya sangat kuat. Bahu membahu satu sama lain menjadi perhatian mereka terutama dalam hal bertahan hidup di DesaDukuhrejo.

Desa Dukuhrejo notabenya merupakan lokasi baru bagi mereka dengan kondisi lingkungan yang cukup berbeda dari daerah asal. Biasanya mereka saling bahu membahu dalam hal kesempatan bekerja. Kesamaan nasib perjuangan sebagai masyarakat trans yang harus memilih untuk meninggalkan daerah asal dan keluarga menyebabkan kehidupan bertetangga menjadi seperti dengan saudara sendiri. Hal tersebut yang membentuk kehidupan sosial diantaranya terasa solid dan memiliki rasa kebersamaan yang tinggi.

Malam hari pada sekitar pukul 21.00 WIT toko-toko dan warung sudah tutup dan suasana di Desa Dukuhrejo mulai sepi. Hanya beberapa warung saja yang masih buka. Warung tersebut merupakan tempat para pemuda dan warga Desa Dukuhrejo yang pulang dari bekerja menebang kayu hutan dan menambang batubara. Berkumpul untuk bersosialisasi sekaligus menjaga keamanan daerah mereka sendiri. Sebanyak 99,43 persen dari jumlah total penduduk Desa Dukuhrejo beragama Islam. Sisanya sebesar 0,57 persen dari jumlah total penduduk Desa Dukuhrejo beragama katolik.

Setiap hari Jum’at pada jam 14.00-17.00 WIT ibu-ibu di Desa Dukuhrejo

melakukan “hafsian”3

rutin per dusun. Lokasi pengajian ditentukan dari hasil kocokan arisan yang telah dibuat. Berbeda dengan ibu-ibu, untuk bapak-bapak di Desa Dukuhrejo melakukan kegiatan rutin yasinan pada malam hari yaitu, jam 19.00-22.00 WIT. Metode yang digunakan untuk menentukan lokasi yasinan sama yaitu dengan pengocokan.

Selain itu, pada hari rabu jam 14.00-17.00 WIT ibu-ibu di Desa Dukuhrejo melakukan kegiatan rutinitas latihan menggunakan rebana dengan beberapa lagu baru. Pelatih rebana didatangkan dari blok atau desa tetangga. Lokasi pelatihan juga dipilih dengan cara dikocok menggunakan sistem arisan. Masjid yang ada di Desa Dukuhrejo mempunyai Dewan Keluarga Masjid (DKM). Tanggung jawab

3

(47)

DKM adalah mengurusi kegiatan-kegiatan masjid, keuangan, serta pembangunan sarana dan prasarana masjid tersebut.

Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM) di Desa Dukuhrejo kurang aktif sepenuhnya dalam membantu perkembangan desa atau tidak sepenuhnya melakukan peranan yang cukup bagi penduduk desa. Hal ini dikarenakan ketua LPM kurang memiliki kemampuan untuk memimpin dan memahami tugas atau perannya. Pelatihan yang diadakan oleh Corpoporate Social Responsibility (CSR) PT Arutmin Indonesia Site Batulicin sebagai ketua LPM kurang berhasil, sehingga setiap diadakan program-program pemberdayaan masyarakat oleh CSR PT Arutmin Indonesia mengalami kegagalan atau kurang berhasil sepenuhnya.

Kepala Desa Dukuhrejo dipilih oleh masyarakat. Tidak ada warga yang berminat untuk mencalonkan diri. Sehingga warga meminta kepada Aripin sebagai lurah desa kembali. Walaupun pada saat pendaftaran pencalonan kepala desa telah diperpanjang, tidak ada juga warga yang mendaftar. Hal ini terjadi juga pada perangkat desa, tidak ada pengganti atau penerusnya.

Masyarakat Desa Dukuhrejo masih menggunakan bahasa jawa. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa jawa tersebut dikombinasikan dengan bahasa banjar. Bahasa jawa masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan mayoritas yang tinggal di Desa Dukuhrejo adalah masyarkat yang berasal dari jawa. Penduduk Desa Dukuhrejo tidak terstrata kedalam beberapa lapisan masyarakat. Meskipun pemasukan pendapatan antara masyarakat yang bekerja sebagai petani dengan masyarakat yang bekerja sebagai penebang kayu hutan dan penambang batubara secara signifikan sangat berbeda.

(48)

Pertambangan Batubara PT Arutmin Indonesia

PT Arutmin Indonesia mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari pemerintah Republik Indonesia melalui Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) No.J2/Ji.DU/45/1981 pada tanggal 2 November 1981 mencakup 19 daerah usaha dengan luas area pertambangan 70.153,25 ha. Sedangkan untuk luas pertambangan PT Arutmin Indonesia Site Batulicin menurut Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara adalah seluas 10.893 ha. Berdasarkan Kepmenhut No: SK469/Menhut-II/2008 tanggal 23 Desember 2008, PT Arutmin Indonesia diberikan izin pinjam pakai kawasan penunjangnya seluas 3.291,30 ha dan jalan angkutan batubara 41,16 ha.

Berdasarkan peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Provinsi Kalimantan Selatan (Perda Provinsi Nomor 9 Tahun 2000) sebagian besar wilayah tambang PKP2B PT Arutmin Indonesia Site Batulicin berada dalam kawasan hutan produksi, selebihnya ada juga yang termasuk dalam kawasan hutan produksi konversi, kawasan budidaya tanaman perkebunan, serta kawasan budidaya tanaman perkebunan lahan kering.

Areal pertambangan batubara PT Arutmin Indonesia Site Batulicin berdasarkan Peta Kawasan hutan Produksi Kalimantan Selatan (SK Menhutbun Nomor 453/Kpts/-II/1999) terdiri atas kawasan budidaya hutan produksi tetap, kawasan budidaya hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi konversi, serta sebagian kecil merupakan areal penggunaan lain.

Keadaan lahan dalam kawasan tersebut sebelum dilakukan proses pertambangan telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam padi, berkebun, dan lainnya. Dalam proses pembukaan tambang terlebih dahulu harus melakukan pembebasan lahan tersebut dari masyarakat terkait berdasarkan peraturan pemerintah Indonesia.

(49)

pertambangan tanpa izin (Peti) tersebut dilakukan juga dalam skala perorangan di dalamnya termasuk penduduk Desa Dukuhrejo. Masyarakat Desa Dukuhrejo tersebut melakukan aktivitas pertambangan batubara secara illegal pada KM 17, KM 25, dan KM 47 dimulai dari tahun 2005.

Pengusahaan Hutan PT Kodeco

PT Kodeco beroperasi dari tahun 1970 di kawasan hutan Kalimantan Selatan berdasarkan SK HPH No. 339/Kpts/Um/12/1968 pada tanggal 11 Desember 1968. Luas areal sebesar 99.570 ha pada kawasan hutan Batulicin-Bangkalan. Pada tahun 2003 PT Kodeco mengalami pailit atau kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung RI No. 010 PK/N/ 2003 tanggal 20 Oktober 2003 PT Kodeco Batulicin Plywood telah dinyatakan dalam keadaan

pailit.

Rekapitulasi hasil inventarisasi tegakan kayu sebelum penebangan untuk tahun 2002 pada hutan tanah kering yaitu:

1. Kelas diameter 20-29 cm : 3.552 Pohon = 1.175,66 m3 2. Kelas diameter 30-39 cm : 3.261 Pohon = 2.635,30 m3 3. Kelas diameter 40-49 cm : 3.064 Pohon = 4.811,03 m3 4. Kelas diameter ≥ 60 cm : 4.114 Pohon = 22.672,01 m3

Jenis pohon dibedakan menjadi dua yaitu jenis pohon yang dilindungi dan jenis pohon yang dapat ditebang. Jenis pohon yang dilindungi diantaranya adalah mengaris, durian dan petai. Sisanya adalah jenis pohon yang dapat ditebang yaitu kelompok pohon meranti (meranti, keruing, nyatoh, mersawa, anglai), kelompok pohon kayu indah (sinampar, sumpung, sungkai, ulin), dan kelompok pohon rimba campuran (binuang, medang, tarap, kuranji, putat, bayur, kasai, dan kayu lainnya).

(50)

Aktivitas penebangan hutan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Dukuhrejo termasuk ke dalam kegiatan illegal, karena kawasan hutan yang digunakan adalah kawasan hutan (produksi) negara. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Bappeda, masyarakat Desa Dukuhrejo melakukan kegiatan penebangan hutan pada kawasan hutan diantaranya di Kawasan Budidaya Hutan Produksi Tetap (KBHP) dan Kawasan Budidaya Hutan Produksi Terbatas (KBHPT).

Karakteristik Responden

1. Umur

Gambar

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN....................................
Tabel 14. Jumlah Rumah tangga Responden Petani Lahan Kering
Gambar 1. Kerangka Pemikiran..................................................
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan gigi taring yang dimiliki ketiga jenis ikan layur ini, timbul suatu dugaan bahwa ukuran gigi taring ikan layur gelang luyung yang lebih kecil dibandingkan

Untuk mendukung kelancaran dan prestasi dalam kejuaraan, pekan dan festival olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 sampai denganPasal 61, Pemerintah Daerah

Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi diketahui bahwa Lingkungan kerja dan Budaya kerja mempengaruhi kinerja pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Langsa

Sentimen negatif datang dari konfirmasi oleh Presiden AS Donald Trump untuk menerapkan tarif impor tambahan 10% pada produk Tiongkok bernilai US$200 miliar yang akan berlaku

perlakuan yang paling efektif mempengaruhi perubahan berat badan adalah pada kelompok yang diberi taburia dan konseling dengan nilai p=0,00 sehingga dapat disimpulkan

Pada kesempatan ini peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang berkaitan dengan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren

Banyaknya masyarakat yang menggunakan air perasan jeruk nipis dan madu dalam upaya menghilangkan jerawat pada wajah, maka penulis tertarik untuk melakukan

Hasil Pengukuran KHM dan KBM secara Tunggal dan Kombinasi terhadap E.coli dan