• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mata pencaharian pada responden Desa Dukuhrejo adalah sebagai petani lahan kering, penebang kayu, pekerja perkebunan, penambang batubara, pengusaha warung, pedagang sayur, buruh bangunan, dan guru TK. Nafkah sebagai penebang kayu dan penambang batubara yang dilakukan oleh responden Desa Dukuhrejo merupakan sisa sumber daya hutan dan batubara yang tidak ekonomis untuk skala perusahaan. Akan tetapi, untuk skala rakyat kecil masih bersifat ekonomis. Kedua nafkah ini memberikan kontribusi pendapatan yang tinggi pada rumah tangga Desa Dukuhrejo, seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab pendapatan rumah tangga.

Prospek mata pencaharian penebang kayu dan penambang batubara dalam kerangka sistem nafkah berkelanjutan pada rumah tangga Desa Dukuhrejo yakni mengarah kepada ketidakberlanjutan nafkah. Meskipun kontribusi pendapatan bagi rumah tangga sangat tinggi, akan tetapi sangat bergantung dengan ketersediaanya. Misalnya nafkah sebagai penebang kayu, pendapatan diperoleh berdasarkan jumlah tegakan kayu yang dihasilkan. Ketersediaan sumberdaya hutan dan batubara akan semakin menipis dan habis. Berbeda dengan nafkah sebagai petani lahan kering yang mengarah kepada keberlanjutan nafkah.

Ketersediaan sumberdaya hutan dan batubara menjadi ancaman bagi keberlanjutan nafkah responden rumah tangga Desa Dukuhrejo. Apabila kedua sumber daya ini habis maka responden terancam kehilangan pekejaan dan kontribusi pendapatan bagi rumah tangga berkurang. Salah satu tumpuhan yang masih bisa dipertahankan atau berlanjut adalah lapangan pekerjaan budidaya lahan pertanian. Namun demikian, nafkah sebagai petani lahan kering hanya mampu memberikan kontribusi pendapatan yang masih rendah bagi rumah tangga. Berkurangnya pendapatan tentunya mempengaruhi responden untuk memperoleh tambahan pendapatan. Perolehan pendapatan ini dapat dilakukan dengan peningkatan pendapatan melalui lapangan pekerjaan budidaya pertanian atau bermigrasi ke luar desa.

Sebagian besar responden yang bekerja pada kedua nafkah ini masih mengusahakan lahan pertanian untuk mendukung keberlanjutan hidup rumah tangga. Misalnya dengan menanam padi dan sayuran. Sebagian kecil responden Desa Dukuhrejo juga sudah mulai menanam tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan karet. Hal ini dilakukan karena mengingat hutan dan batubara semakin berkurang. Pilihan menanam tanaman tahunan seperti kelapa sawit dan karet diharapkan dapat menolong ekonomi mereka ketika dalam kondisi kritis. Kelapa sawit dan karet dipilih karena memiliki prospek yang bagus di Desa Dukuhrejo.

Tingginya pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja sebagai penebang kayu dan penambang batubara mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga Desa Dukuhrejo. Sebagian besar warga masyarakat Desa Dukuhrejo memiliki barang-barang seperti TV, Kulkas, Handphone, dan motor. Bahkan cukup banyak

yang memliki mesin cuci. Persaingan pemilikan barang-barang kosumtif ini acap kali terjadi. Barang-barang konsumsi tersebut dibeli dengan cara kredit.

Tidak hanya barang elektronik yang masyarakat beli melalui kredit. Melainkan baju, seprai, perawatan tubuh, perlengkapan dapur juga dibeli melalui kredit. Hal ini disebabkan kemudahan uang yang mereka peroleh dari hasil bekerja sebagai penebang kayu dan penambang batubara. Gaya konsumtif rumah tangga Desa Dukuhrejo ini juga dituturkan oleh ketua Yayasan Gada Ulin (YGU) milik PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Bapak Swd (38 tahun):

Sikap Konsumerisme rumah tangga Desa Dukuhrejo ini dipengaruhi oleh pendapatan yang tinggi dan masuknya listrik pada tahun 2009 lalu. Terjadi euphoria pada masyarakat Desa Dukuhrejo dengan mengaktualisasikan diri pada kepemilikan barang-barang elektronik. Hal ini dikarenakan Desa Dukuhrejo merupakan desa yang paling terakhir menerima fasilitas listrik dibandingkan desa yang lain, sehingga euphoria pun terjadi. Awalnya masyarakat Desa Dukuhrejo mengalokasikan uangnya dengan membeli sapi sebagai tabungan. Namun, hal ini sekarang menjadi tidak dilakukan atau mereka saat ini tidak memiliki keinginan untuk menyimpannya dalam bentuk sapi. Pola pikir rumah tangga Desa Dukuhrejo berubah menjadi pragmatis. Keadaan pasar yang ada di sekitar Desa Dukuhrejo tidak kompetitif. Hasil usaha tani memiliki harga yang sangat rendah. Maka dari itu sebagian masyarakat Desa Dukuhrejo meninggalkan pertanian dan memilih sektor lain yang lebih menguntungkan.

Warga masyarakat Desa Dukuhrejo belum berpikir mengenai simpanan atau tabungan jangka panjang. Kemudahan dalam memperoleh uang dan masuknya listrik pada tahun 2009 tampaknya merupakan pendorong meningkatnya barang-barang konsumsi.

Uang yang diperoleh rumah tangga lebih banyak teralokasikan untuk membayar kredit barang-barang tersebut. Tidak hanya kredit, rumah tangga juga banyak memanfaatkan jasa pegadaian yang ada di Desa Dukuhrejo untuk mendapatkan uang secara cepat. Contohnya seperti pada pegadaian mandala atau pegadaian lain yang ada di Desa Dukuhrejo. Seperti pada penuturan Bapak Ndh (40 tahun) sebagai masyarakat Desa Dukuhrejo:

Kredit motor bagi bubuhan kami masyarakat Desa Dukuhrejo sudah lawas menjadi budaya mbak, misalnya gasan kredit motor buhan kami umpamanya talu sampai dengan lima tahun lawan perbulannya Rp 550.000,-. Amun bubuhan kami lagi parlu duit

jumlah banyak biasanya bubuhan kami tulak ke pegadaian. Kadang bubuhan kami menggadaikan BPKB dihargai lima juta sampai dengan sepuluh juta bisa kami mabayar sampai dengan talu tahun.

(Kredit motor bagi kami masyarakat Desa Dukuhrejo sudah menjadi budaya. Misalnya untuk kredit motor biasanya kami mengambil tiga sampai lima tahun dengan mengangsur setiap bulannya Rp 550.000,-. Kalau kami lagi butuh uang dalam jumlah banyak biasanya kami pergi ke pegadaian. Kadang kami menggadai BPKB yang dihargai lima sampai sepuluh juta yang bisa kami bayar sampai dengan tiga tahun).

Penuturan di atas memperjelas bahwa kegiatan kredit barang dan berhutang di pegadaian sudah menjadi kebiasaan bagi rumah tangga Desa Dukuhrejo. Selain itu Desa Dukuhrejo tidak memiliki sarana fisik pasar. Adapun sarana fisik pasar berlokasi di desa sebelah yang hanya beroperasi sekali dalam seminggu.

Kondisi pasar yang berlokasi di desa sebelah (sekali dalam seminggu) dan kebiasaan kredit masyarakat tersebut telah dimanfaatkan oleh para penjual barang (sales). Ada juga sales yang berdatangan dari daerah jawa. Beberapa jenis barang dagangan seperti perlengkapan dapur, make up, perawatan tubuh, pakaian, barang- barang elektronik, dll ditawarkan pada rumah tangga Desa Dukuhrejo dengan sistem pembayaran kredit. Harga yang dianggap masyarakat Desa Dukuhrejo lebih murah, akan tetapi jika ditotal lebih mahal. Meskipun barang-barang yang dibeli belum tentu menjadi kebutuhan mendesak.

Gaya hidup yang cukup konsumtif, pola pikir pragmatis, kebiasaan meminjam uang pada pegadaian, dan kebiasaan kredit barang pada rumah tangga Desa Dukuhrejo merupakan gambaran terkini tentang kehidupan warga di pedalaman Kalimantan Selatan yang tengah dalam transisi dari pertanian ke non pertanian. Dari kehidupan yang agraris ke kehidupan yang ditopang pertambangan dan jasa.

Transisi ini dengan segera bisa berubah lagi ketika tidak ada lagi sumberdaya hutan dan tambang yang layak untuk dijadikan sandaran hidup. Hal ini dikarenakan lapangan pekerjaan budidaya lahan pertanian belum tentu menjadi sandaran yang kuat untuk menghidupi rumah tangga warga Desa Dukuhrejo.

PENUTUP Kesimpulan

Kehadiran pertambangan PT Arutmin Indonesia Site Batulicin dan operasi HPH PT Kodeco menyebabkan perubahan sumber nafkah di Desa Dukuhrejo. Perubahan pada sumber nafkah ini mengakibatkan rumah tangga Desa Dukuhrejo tidak lagi menggantungkan hidupnya pada pertanian lahan kering sebagai mata pencaharian utama. Peluang pekerjaan yang muncul yang berupa pekerjaan penebangan kayu hutan dan penambangan batubara. Perubahan ini mempengaruhi strategi nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo. Ada 16 strategi nafkah rumah tangga baru yang muncul akibat dari perubahan ini. Selain bekerja sebagai penebang kayu hutan dan penambang batubara, responden juga melakukan aneka nafkah ganda atau multi sebagai pengusaha warung; pekerja perkebunan; pedagang sayur; buruh bangunan dan guru TK. hasil kajian menunjukkan responden yang memiliki nafkah ganda atau multi pada pekerjaan penebangan kayu hutan dan penambangan batubara menikmati kenaikan pendapatan rumah tangga Desa Dukuhrejo tiga atau empat kali lebih besar dari pada responden yang bekerja sebagai petani lahan kering.

Berkaitan dengan hasil kajian diatas menunjukkan pula terdapat enam strata pendapatan responden yaitu: (1) Strata pendapatan tertinggi dijumpai pada responden penebang kayu, petani lahan kering, dan atau pekerja perkebunan dan atau penambang batubara, pengusaha warung, yaitu sebesar Rp 7.000.000 sampai Rp 8.000.000 per rumah tangga per bulan; (2) Strata pendapatan kedua dijumpai pada responden penebang kayu dan pengusaha warung; penebang kayu, petani lahan kering dan pengusaha warung; penebang kayu dan pedagang, yaitu sebesar Rp 6.000.000 sampai Rp 7.000.000 per rumah tangga per bulan; (3) Strata pendapatan ketiga dijumpai pada responden penambang batubara dan penebang kayu; penebang kayu, petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara, yakni sebesar Rp 5.000.000 sampai Rp 6.000.000 per rumah tangga per bulan; (4) Strata pendapatan keempat dijumpai pada responden penambang batubara, petani lahan kering dan penambang batubara; penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara atau guru TK, dan responden bernafkah sebagai penebang kayu yang mencapai Rp 4.000.000 sampai Rp 5.000.000 per

rumah tangga per bulan; (5) Strata pendapatan kelima dijumpai pada responden penebang kayu, petani lahan kering dan pedagang; petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara, dan pada responden petani lahan kering dan pengusaha warung, yakni sebesar Rp 3.000.000 sampai Rp 4.000.000 per rumah tangga per bulan; (6) Strata pendapatan keenam atau terendah dijumpai pada responden petani lahan kering, pekerja perkebunan dan atau pedagang sayur, buruh bangunan, serta responden bernafkah sebagai petani lahan kering yang pendapatannya kurang dari Rp 3.000.000 per rumah tangga per bulan.

Ada dua hal yang mendasari terbentuknya strategi nafkah responden Desa Dukuhrejo. Pertama meminimumkan pengeluaran dan memaksimumkan pendapatan. Kedua memperoleh uang kontan dalam waktu yang relatif singkat. Usaha penebangan kayu dan penambangan batubara tidak memerlukan modal dan hanya membutuhkan waktu minimal satu minggu untuk memperoleh uang kontan. Usaha lahan kering menunjukkan situasi yang berbeda, memerlukan modal untuk input produksi dan membutuhkan waktu empat sampai enam bulan untuk memperoleh uang kontan.

Keberlanjutan nafkah rumah tangga Desa Dukuhrejo terancam tidak berlanjut, apabila sumber daya hutan dan batubara semakin terus menipis dan habis. Hilangnya kedua sumber nafkah tersebut berakibat pada berkurangnya kontribusi pendapatan bagi rumah tangga. Salah satu tumpuan yang masih bisa dipertahankan atau berlanjut adalah lapangan pekerjaan budidaya lahan pertanian. Namun demikian, nafkah sebagai petani lahan kering hanya mampu memberikan kontribusi pendapatan yang rendah bagi rumah tangga.

Saran

Kekayaan sumberdaya alam yang senantiasa melekat pada daerah Provinsi Kalimantan Selatan yang di dalamnya termasuk Desa Dukuhrejo, menyebabkan masyarakat Desa Dukuhrejo memiliki kecenderungan sikap yang tergantung pada alam. Begitupula dengan sistem pencaharian nafkah rumah tangganya. Aktivitas nafkah yang sudah dilakukan terlalu berorientasi pada materi atau perolehan uang. Aspek-aspek lain yang seharusnya diperhatikan justru terabaikan. Masyarakat pun melakukan segala upaya untuk meningkatkan pendapataan melalui eksploitasi sumberdaya alam, yang semakin menurunkan daya dukung sumberdaya alam

tersebut. Dalam jangka panjang jika kondisi tersebut terus berlanjut, maka aktivitas nafkah yang dijalaninya tersebut, yang menjadi tumpuhan rumah tangga mereka lambat laun akan mati. Oleh sebab itu, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah sebaiknya bekerjasama dengan pemerintah desa untuk merencanakan pembangunan pertanian berkelanjutan yang disesuaikan dengan komoditas unggulan di desa tersebut.

2. Agar budidaya pertanian di Desa Dukuhrejo mulai dikonsentrasikan pada budidaya tanaman tahun (kelapa sawit, karet, coklat, dsb). Namun, budidaya ini menuntut pengetahuan, keterampilan, dan modal yang cukup. Dalam mewujudkan upaya ini diperlukan kerjasama antara pihak pemerintah daerah (khususnya dinas pertanian) dengan pihak perusahaan (melalui program CSR) dan lembaga swadaya masyarakat yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiasari, Martianto D, Dharmawan AH. 2009. Modal Sosial dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Timur. Sodality Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 03 (01): 125-152.

Badan Pusat Statistik. 2004. Sensus Pertanian (ST) 2000. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2009. Sosial dan Kependudukan. [internet]. [Dikutip 27 Februari 2011]. Dapat diunduh dari: http://demografi.bps.go.id.

Boeke JH. 1947. Indische Economie, cetakan ulang ke-2 (diperbarui). [Internet]. [diunduh 22 September 2012]. Dapat diunduh dari: http://books.google.co.id. Dharmawan AH. 2001. Farm Household Livelihood Strategies and Soci- economic Changes in Rural Indonesia. [Disertasi]. Germany: the Georg-August University of Gottingen.

Dharmawan AH. 2006. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor.

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, Vol. 01, No.02 Agustus 2007.

Dharmawan AH. 2007. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazab Bogor.

Sodality Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 01 (02): 169-192.

Djajadinigrat ST. 2001. Pemikiran Tantangan dan Permasalahan Lingkungan Studio Tekno Ekonomi. Bandung: ITB.

Ellis F. 2000 (Mei). The Determinants of Rural Livelihood Diversification in Developing Countries. Journal of Agriculural Economics. [Internet]. [dikutip 12 Mei 2011]. Dapat diunduh dari: http://onlinelibrary.wiley.com.

Haeruman J. 1983. Manusia dalam Keserasian Lingkungan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

Hasyim AW. 2007. Keberlanjutan Kehidupan Sosial Ekonomi Mayarakat, Tanpa Tambang Nikel (Studi Kasus di Pulau Gebe Propinsi Maluku Utara). [Disertasi]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 217 hal.

Hefner R. 1999. Geger Tengger : Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik.

Yogyakarta: LKIS.

Lestari D. 2005. Strategi Nafkah Rumah Tangga Nelayan Pantai Utara dan Pantai Selatan Jawa (Studi Kasus Komunitas Nelayan Banyuwoto, Jawa Tengah

dan Komunitas Nelayan Cipatuguran, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB.

Mahdi, et al. 2009. Livelihood Change and Livelihood Sustainability in the Uplands of Lembang Subwatersheld, West Sumatra, Indonesia, in a Changing Natural Resource Management Context. Environmental management (2009) 43:84-99.

Malanuang L. 2002. Analisis Dampak Ekonomi dan Sosial Tambang Emas dan Tembaga Bagi Masyarakat Komunal dan Pembangunan. Wilayah Propinsi NTB (Studi Kasus Proyek batu Hijau PT Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa). [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 373 hal.

Mantra, Ida B, Kasto. 2008. “Penentuan Sampel”, dalam Singarimbun, Masri. dan Efendi, Sofian. (ed.). 2008. Metode Penelitian Survei. (cetakan kesembilanbelas). Jakarta: LP3ES.

Meikle S, Ramasut T, Walker J. 2001 ((Januari). Sustainable Urban Livelihoods: Concepts ang Implications for Policy. [Working Paper]. [Internet]. [dikutip 12 Mei 2011]. 9 Endsleigh Gardens London WC1H OED. Dapat diunduh dari: http://eprints.ucl.ac.uk/35/1/wp112.pdf.

Mukbar D. 2009. Perdesaan, Migrasi, dan Perubahan Penghidupan: Sebuah Kajian Literatur. From Rural to Global Labor: Transnational Migration and Agrarian Change in Indonesia and the Philippines. Yayasan AKATIGA Bandung dan Department of Geography University of the Philippines.

Nugraheni T. 2010. Kelayakan Ekonomi Kegiatan Pertambangan Dikawasan Hutan Produksi: Studi Kasus di PT Tambang Semen Suka Bumi KPH Sukabumi Propinsi Jawabarat. [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 90 hal.

Pasya RGK. 2007 (Desember). Strategi Hidup Komunitas Baduy di Kabupaten Lebak-Banten: Sebuah Kajian Sosial-Budaya. Journal of Historical Studies. [Internet]. [dikutip 13 November 2011]. VIII (02): 103-118. Doi: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8207103118.pdf.

Purnomo AM. 2006. Strategi Nafkah. Rumah Tangga Desa Sekitar Hutan Studi Kasus Desa Peserta PHBM di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 218 hal.

Purnomo AM, Dharmawan AH, Agusta I. 2007. Transformasi Struktur Nafkah Pedesaan: Pertumbuhan Modal Sosial Bentukan Dalam Skema Pengelolaan Hutan Bersama. Sodality Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 01 (02): 193-216.

Kawasan Industri (Kasus di Desa Ngoro, Kaupaten Mojokerto, Jawa Timur). [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 149 hal. Rajati T, Kusmana C, Darusman D, Sefudin A. 2006. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Kehutanan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sekitar Hutan; Studi Kasus di kabupaten Sumedang. Jurnal Manajemen Hutan. XII (01): 38-50.

Reintjes, Coen, Bertus H, Ann WB. 1992. Pertanian Masa Depan Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Y. Sukoco, SS, (terj.). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rusli S. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan Edisi Revisi (cetakan ketujuh). Jakarta: LP3ES.

Saharuddin. 1989. Gejala-Gejala Penyesuaian Petani dan Sistem Pengelolaan Sumberdaya Hutan Sekitar Waduk Kedungombo. Prosiding Seminar Penelitian Perhutanan, Semarang 7 Nopember 1989. Semarang [ID]. [Internet]. [diunduh 16

November 2011]. Dapat diunduh dari:

repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789.

Saragih, Lassa, Ramli. 2007. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihood Framework). Indonesia: Hivos Circle Indonesia.

Scoones, Ian. 1998. Sustainable Rural Livelihoods a Framework for Analysis. IDS Working Paper 72. Brighton: IDS.

Singarimbun M dan Efendi S. (ed.). 2008. Metode Penelitian Survei. (cetakan kesembilanbelas). Jakarta: LP3ES.

Subali A. 2005. Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumah Tangga Petani. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. IPB.

Sumarti T. 2007. Kemiskinan Petani dan Strategi Nafkah Ganda Rumah Tangga Pedesaan. Sodality Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 01 (02). 217-232.

Sunarsih. 2004. Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani lahan Kering (Studi Kasus Komunitas Lahan kering di Desa Loliang, kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan). [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 178 hal.

Sunito S. 2007.“Pertanian Berkelanjutan”. dalam Adiwibowo S (ed.). 2007.

Ekologi Manusia. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia. IPB

Turner, Jonathan H. 1998. The Structure of Sociological Theory, Sixth Edition. Belmont California: Wadsworth publishing Company.

Wahyuni ES dan Muldjono P. 2009. Bahan Kuliah Metode Penelitian Sosial (KPM 398). Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. IPB.

Weber M. 1968. Economy and Society: An Outline of Interpretatif Sociology, Guenther Roth and Claus Wittich (eds.). London: University of California Press. White dan Benjamin. 1978. “Rumah Tangga Sebagai Unit Analisa‟. Dipresentasikan pada Lokakarya Studi Dinamika Pedesaan Jawa Timur. Survey Agro Ekonomi Universitas Brawijaya.

Widiono S. 2008. Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Serta Dampaknya Terhadap Pelapisan Sosial dan Strategi Nafkah. [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 141 hal.

Widiyanto. 2009. Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Sumbing (Studi Kasus di Desa Wonotirto dan Campursari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung). [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 137 hal.

Yulita. 2011. Perubahan Penggunaan Lahan Dalam Hubungannya Dengan

Aktivitas Pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah. [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 110 hal.

Yunianto H. 2010. Perencanaan Reklamasi Tambang Batubara Dalam Kawasan Hutan Untuk Pengembangan Wilayah Desa Lingkar Tambang (Studi Kasus PT Arutmin Indonesia tambang batulicin Kalimantan Selatan). Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 153 hal.

Wikipedia. 2012. Pengertian pendapatan. [internet]. [Dikutip 12 Maret 2012]. Dapat diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan.

Wikipedia. 2012. Pengertian pengalaman. [internet]. [Dikutip 12 Maret 2012]. Dapat diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Pengalaman.

LAMPIRAN

Peta Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

Peta Kawasan Hutan Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

Peta Desa Dukuhrejo Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

Foto Dokumentasi Penelitian Sistem Nafkah Berkelanjutan Pada Rumah Tangga Desa Dukuhrejo Kabupaten Tanah Bumbu

Provinsi Kalimantan Selatan

Kondisi Usaha Tani di Desa Dukuhrejo

Masyarakat Desa Dukuhrejo dari pulang bekerja sebagai penebang kayu hutan dan penambang batubara.

Kondisi jalan di Desa Dukuhrejo, akan lebih parah

Kondisi pasar yang ada di desa sebelah (sekali

dalam satu minggu)

Keadaan isi rumah di Desa Dukuhrejo (penuh dengan

barang elektronik)

Suasana wawancara dengan responden selain petani

Kegiatan yasinan ibu-ibu di Desa Dukuhrejo

Suasana kebersamaan di Desa Dukuhrejo

Suasana wawancara ketika waktunya untuk listrik di

Kuesioner Lampiran 1. Kuesioner

“SISTEM NAFKAH BERKELANJUTAN PADA RUMAH TANGGA (Kasus

Daerah Lingkar Tambang PT Arutmin Indonesia Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan

Selatan) No Kuesioner : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat Responden : 1. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan b. Umur :...tahun c. Status dalam rumah tangga :………..

d. Pendidikan trakhir :………..

e. Jumah tanggungan dalam keluarga :...orang f. Lama tinggal di lokasi (tahun) :...tahun Responden yang terhormat,

Saya, S Anisah Maemonah adalah mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sedang melakukan penelitian tentang “SISTEM NAFKAH BERKELANJUTAN PADA RUMAH TANGGA (Kasus Daerah Lingkar Tambang PT Arutmin Indonesia Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe,

Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan)”. Penelitian ini

merupakan bagian dari skripsi yang akan saya kerjakan. Demi tercapainya hasil yang diharapkan, saya memohon kesediaan anda untuk ikut berpartisipasi mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar. Informasi dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

2. Struktur Nafkah Rumah Tangga

No. Nama Umur

(Thn)

Status dlm Rt

Pendidikan Terakhir Jenis Pekerjaan A b c d e f G On farm Non Farm 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Keterangan :

a. Tidak Sekolah d. tamat SLTP b. Tidak tamat SD e. tamat SMA c. Tamat SD f. Perguruan tinggi 3. Strategi Nafkah Rumah Tangga

Nama

Status Pencari Nafkah

Jenis Pekerjaan

1 2 3 Utama Sampingan

4. Kalender Musim Nafkah Jenis Nafkah Frekuen

si Panen Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. On Farm: a. Padi b. Kelapa Sawit c. Karet d. Kakao e. Buruh Tani f. Ternak g. Pengambil Kayu 2.Off Farm: a. Penamban g Batubara

5. Lahan Yang Digunakan Jenis Lahan Persil/Bidang Tanah Total Persil I Persil II 1. Lahan Milik Sendiri 2. Lahan Sakap (Bagi Hasil) 3. Lahan Sewa

6. Jumlah Produksi (Dorongan Keberlanjutan Nafkah 1) A. Persil: 1/2, Status Lahan: Milik/Garap/Sewa, Musim:

Kemarau/Hujan Jenis Tanaman Luas/∑

Tanama n Prod uk Total Produksi/Pe rsil/Musim Konsu msi Jual Harga Jual (Rp/Kg) a. Padi b. Kelapa Sawit c. Karet d. kakao

B. Persil: 1/2, Status Lahan: Milik/Garap/Sewa, Musim: Kemarau/Hujan

Jenis Tanaman Luas/∑ Tanama n Prod uk Total Produksi/Pe rsil/Musim

Dokumen terkait