• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan tertinggi terdapat pada strategi nafkah multi sebagai penebang kayu, petani lahan kering dan pekerja perkebunan yakni sebesar Rp 7.904.000,- (1 responden). Disusul dengan strategi nafkah multi sebagai penebang kayu, petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara yaitu sebesar Rp 7.527.000,- (1 responden). Pendapatan terendah terdapat pada strategi nafkah tunggal sebagai petani lahan kering (tidak bekeja di off farm) sebanyak 3 responden yaitu sebesar Rp 1.164.000,- (Tabel 19).

Hal utama yang dapat dilihat pada Tabel 19 menunjukkan adanya strata pendapatan. Dari 40 responden tersebut terdapat enam strata pendapatan:

1. Strata pendapatan tertinggi (Rp 7.000.000 sampai Rp 8.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penebang kayu, petani lahan kering, dan atau pekerja perkebunan dan atau penambang batubara, pengusaha warung.

2. Strata pendapatan kedua (Rp 6.000.000 sampai Rp 7.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penebang kayu dan pengusaha warung; penebang kayu, petani lahan kering dan pengusaha warung; penebang kayu dan pedagang.

3. Strata pendapatan ketiga (Rp 5.000.000 sampai Rp 6.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penambang batubara dan penebang kayu; penebang kayu, petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara.

4. Strata pendapatan keempat (Rp 4.000.000 sampai Rp 5.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penambang batubara, petani lahan kering dan penambang batubara; penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara atau guru TK, dan responden bernafkah sebagai penebang kayu.

5. Strata pendapatan kelima (Rp 3.000.000 sampai Rp 4.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penebang kayu, petani lahan kering dan pedagang; petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara, dan pada responden petani lahan kering dan pengusaha warung. 6. Strata pendapatan keenam atau terendah (kurang dari Rp 3.000.000 per rumah

tangga per bulan) dijumpai pada responden petani lahan kering, pekerja perkebunan dan atau pedagang sayur, buruh bangunan, serta responden bernafkah sebagai petani lahan kering.

Tabel 19. Besar Pendapatan Responden Menurut Aneka Strategi Nafkah Rumah tangga Desa Dukuhrejo Tahun 2012

Kontribusi pendapatan per rumah tangga per bulan pada petani lahan kering dengan nafkah ganda atau multi di penebangan kayu/pekerja perkebunan/penambang batubara/pengusaha warung/buruh bangunan/pedagang dan atau guru TK, yaitu sebesar Rp 5.282.361,- (30 responden). Lebih rendah dari pada pendapatan per rumah tangga per bulan pada penebang kayu dengan nafkah ganda atau multi di penambang batubara/usaha warung/pedagang dan atau buruh bangunan, yaitu sebesar Rp 5.727.333,- sebanyak 5 responden (Tabel 20).

Pendapatan Rata-rata per Rumah Tangga per Bulan (Rp/Rt/Bulan)

Off Farm On Farm Tidak Bekerja di On Farm Petani Lahan Kering Penebang Kayu Petani dan Pekerja Perkebunan Penebang Kayu dan Petani Penebang Kayu, Petani, dan Pekerja Perkebunan Penambang Batubara 4.660.834 (n: 1) 5.800.000 (n: 1) 3.813.000 (n:1) 4.706.200 (n: 5) 5.352.000 (n:1) 4.208.333 (n: 1) Pengusaha Warung 3.988.000 (n: 1) 6.188.334 (n: 2) 0 6.620.000 (n: 2) 0 0 Pedagang Sayur 2.347.000 (n: 2) 6.180.000 (n: 1) 0 3.502.167 (n: 1) 0 0 Buruh Bangunan 2.913.000 (n: 1) 4.280.000 (n: 1) 0 0 0 0 Guru TK 0 0 0 4.767.000 (n: 1) 0 0 Penambang Batubar & Pengusaha Warung 0 0 0 7.527.000 (n: 1) 0 0 Tidak Bekerja di Off Farm 1.164.000 (n:3) 4.450.000 (n: 1) 2.154.000 (n:1) 6.772.727 (n: 11) 7.904.000 (n:1) 0

Tabel 20. Besar Pendapatan Responden Menurut Aneka Strategi Nafkah

Rumah tangga, Desa Dukuhrejo, Rp/Rumah Tangga/Bulan Tahun 2012

No. Strategi Nafkah Ganda dan Nafkah Multi ∑ Responden Pendapatan Rata- rata (Rp/Rumah Tangga/Bulan) 1. Petani dengan aneka nafkah di

penebangan kayu/ pekerja perkebunan/penambang

batubara/pengusaha warung/buruh bangunan/pedagang dan atau guru TK.

30 Rp 5.282.361,-

2. Penebang kayu dengan aneka nafkah di penambang

batubara/usaha warung/pedagang dan atau buruh bangunan

5 Rp 5.727.333,- Total Responden 35

Sedangkan kontribusi pendapatan tertinggi per rumah tangga per bulan pada nafkah tunggal di on farm dan off farm terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu sebesar Rp 4.450.000,- (1 reponden). Disusul dengan kontribusi pendapatan per rumah tangga per bulan pada nafkah tunggal sebagai penambang batubara yakni sebesar Rp 4.208.333,- (1 responden). Kontribusi pendapatan terendah terdapat pada nafkah tunggal sebagai petani lahan kering sebesar Rp 1.164.000,- sebanyak 3 responden (Tabel 21).

Tabel 21. Besar Pendapatan Responden Nafkah Tunggal Rumah Tangga, Desa Dukuhrejo, Rp/Rumah Tangga/Bulan Tahun 2012

No Nafkah Tunggal ∑ Responden Pendapatan Rata- rata (Rp/Rumah Tangga/Bulan) 1. Petani 3 Rp 1.164.000,- 2. Penebang kayu 1 Rp 4.450.000,- 3. Penambang batubara 1 Rp 4.208.333,- Total Responden 5

Hal penting yang dapat dilihat dari Tabel 19, 20, dan 21 adalah secara umum strategi nafkah yang bertumpu pada penebangan kayu dan penambangan batubara hampir memiliki kontribusi penuh bagi pendapatan rumah tangga per bulan dibandingkan pada nafkah budidaya pertanian lahan kering yang hanya memiliki kontribusi lebih kecil bagi rumah tangga Desa Dukuhrejo.

Berdasarkan penjelasan di atas besarnya pendapatan per rumah tangga per bulan responden dipengaruhi oleh 3 sampai dengan 4 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Kurang dari tiga jenis mata pencaharian yang diterapkan termasuk kedalam kategori pendapatan sedang dan pada responden yang mengandalkan satu jenis pekerjaan saja atau nafkah tunggal mendapatkan kontribusi pendapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan mengandalkan nafkah ganda atau nafkah multi.

Gambar 3. Grafik Peresentase Pendapatan Responden Nafkah Ganda Tahun 2012 Keterangan Jenis Pekerjaan Kategori 1-10 Nafkah Ganda (2 mata pencaharian): Kategori 1: Petani lahan kering dan penambang batubara (1)

Kategori 2: Petani lahan kering dan pedagang sayur (2) Kategori 3: Petani lahan kering dan pengusaha warung (1) Kategori 4: Petani lahan kering dan buruh bangunan (1) Kategori 5: Petani lahan kering dan pekerja perkebunan (1) Kategori 6: Penebang kayu dan penambang batubara (1) Kategori 7: Penebang kayu dan pengusaha warung (2) Kategori 8: Penebang kayu dan buruh bangunan (1) Kategori 9: Penebang kayu dan pedagang sayur (1) Kategori 10: Penebang kayu dan petani lahan kering (11)

Pada kategori 1, 2, 3, 4, 5, dan 10 menunjukkan bahwa petani lahan kering masih berkontribusi pada pendapatan per rumah tangga Desa Dukuhrejo. Pada kategori 5 presentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden nafkah sebagai pekerja perkebunan yakni sebesar 53,4 persen. Sisanya 46,6 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 3).

Pada kategori 2, 3, dan 4 persentase kontribusi pendapatan terbesar pada

responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “jasa dan perdagangan”. Hasil perhitungan pada kategori 2 nafkah sebagai pedagang sayur

sebesar 72 persen, sisanya 28 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 3 nafkah sebagai pengusaha warung sebesar 64 persen, sisanya 36 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 4 nafkah sebagai buruh bangunan sebesar 58,2 persen, sisanya 41,8 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 3).

Situasi berbeda ditunjukkan pada Gambar 3, yakni pada kategori 1 dan 6. Persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga

ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “penambangan batubara”. Hasil perhitungan

pada kategori 1 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 77,8 persen, sisanya 22,2 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 6 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 53,4 persen, sisanya 46,6 persen merupakan nafkah sebagai penebang kayu.

Pada kategori 7, 8, 9, dan 10 juga menunjukkan situasi yang berbeda. Persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga

ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “penebangan kayu”. Hasil perhitungan pada

kategori 7 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 67 persen, sisanya 33 persen merupakan nafkah sebagai pengusaha warung. Kategori 8 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 81,3 persen, sisanya 18,7 persen merupakan nafkah sebagai buruh bangunan. Kategori 9 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 85,8 persen, sisanya 14,2 persen merupakan nafkah sebagai pedagang sayur. Kategori 10 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 94,7 persen, sisanya 5,3 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 3).

Hal utama dari persentase kontribusi pendapatan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa persentase terendah terdapat pada kontribusi pendapatan nafkah sebagai petani lahan kering. Sedangkan persentase tertinggi pada kontribusi pendapatan rumah tangga terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu dan penambang batubara, menikmati kenaikan pendapatan rumah tangga Desa Dukuhrejo tiga atau empat kali lebih besar dari pada responden yang bekerja sebagai petani lahan kering.

Gambar 4. Grafik Peresentase Pendapatan Responden Nafkah Multi Tahun 2012 Keterangan Jenis Pekerjaan Kategori 1-8 Nafkah Multi (3-4 mata pencaharian):

Kategori 1: Penebang kayu, petani lahan kering, penambang batubara dan pengusaha warung (1)

Kategori 2: Penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara (5)

Kategori 3: Petani lahan kering, penebang kayu, dan pekerja perkebunan dan penambang batubara (1)

Kategori 4: Penebang kayu, petani lahan kering dan pekerja perkebunan (1) Kategori 5: Penebang kayu, petani lahan kering dan pengusaha warung (2) Kategori 6: Penebang kayu, petani lahan kering dan pedagang sayur (1) Kategori 7: Penebang kayu, petani lahan kering dan guru TK (1)

Kategori 8: Petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara (1) Kategori 1 sampai dengan 8 menunjukkan bahwa petani lahan kering masih berkontribusi untuk pendapatan rumah tangga. Pada kategori 1, 2, dan 8 persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga

ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “penambangan batubara”. Hasil perhitungan

pada kategori 1 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 50,7 persen; sisanya terbagai ke dalam 3 nafkah lainnya; yakni 30 persen bernafkah sebagai penebang kayu, 14 persen bernafkah sebagai pekerja perkebunan, dan 5,3 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 2 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 52,8 persen, sisanya 44,4 persen merupakan nafkah sebagai penebang kayu dan 2,8 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 8 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 54,2 persen, sisanya 30,2 persen merupakan

nafkah sebagai pekerja perkebunan dan 15,6 persen bernafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 4).

Situasi berbeda ditunjukkan pada Gambar 4, yakni kategori 3, 4, 5, 6, dan 7. Persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga

ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “penebangan kayu”. Hasil perhitungan pada kategori 3 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 62,8 persen; sisanya terbagai ke dalam 3 nafkah lainnya; yakni 24,6 persen bernafkah sebagai penambang batubara, 7,2 persen bernafkah sebagai pengusaha warung, dan 5,4 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 4 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 66,1 persen, sisanya 19,3 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering dan 14,6 persen bernafkah sebagai pekerja perkebunan. Kategori 5 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 70,7 persen, sisanya 25,4 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering dan 3,9 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 6 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 74,2 persen, sisanya 20,7 persen merupakan nafkah sebagai pedagang sayur dan 5,1 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 8 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 82,2 persen, sisanya 14,7 persen merupakan nafkah sebagai guru tk dan 3,1 persen bernafkah sebagai petani.

Hal utama dari persentase kontribusi pendapatan pada Gambar 4 juga menunjukkan bahwa persentase terendah terdapat pada kontribusi pendapatan nafkah sebagai petani lahan kering. Sedangkan persentase tertinggi pada kontribusi pendapatan rumah tangga terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu dan penambang batubara. Dengan adanya kontribusi dari dua sumber nafkah ini pendapatan rumah tangga dapat meningkat 3 sampai 4 kal I lebih besar dari pada bila hanya bersandar tunggal pada pertanian lahan kering.

Sekarang menjadi jelas latar belakang strategi nafkah yang ditempuh oleh para responden Desa Dukuhrejo. Para responden memilih strategi nafkah ganda atau multi karena dua pertimbangan. Pertama, meminimumkan pengeluaran dan memaksimumkan pendapatan. Usaha penebangan kayu dan penambangan batubara tidak memerlukan dana atau modal untuk input produksi seperti pada usaha pertanian lahan kering (biaya produksi pupuk, benih, pestisida, tenaga

upahan). Kedua, memperoleh uang kontan dalam waktu yang relatif singkat. Usaha penebangan kayu dan penambangan batubara hanya membutuhkan waktu minimal satu minggu untuk memperolah uang kontan, sedangkan pada usaha petani lahan kering membutuhkan waktu empat sampai enam bulan untuk memperoleh uang kontan.

KEBERLANJUTAN NAFKAH RUMAH TANGGA DESA DUKUHREJO

Dokumen terkait