SKRIPSI
Diajukan Oleh :
ANDIKA BINTANG 0913315043/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
ANDIKA BINTANG 0913315043/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RETURN ON ASSETS (ROA) PADA
BANK UMUM SYARIAH
Yang diajukan
ANDIKA BINTANG 0913315043/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Sjafi’I, MM, AK Tanggal :…………..
NIP : 19510807 198303 1001
Mengetahui
Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi,
MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RETURN ON ASSETS (ROA) PADA
BANK UMUM SYARIAH
Yang diajukan
ANDIKA BINTANG 0913315043/EA
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Sjafi’I, MM, AK Tanggal :…………..
NIP : 19510807 198303 1001
Mengetahui Kaprogdi Akuntansi,
MENGGUNAKAN PENDEKATAN RETURN ON ASSETS (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH
Yang diajukan
Andika Bintang 0913315043/FE/AK
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 31 Mei 2013
Pembimbing: Tim Penguji:
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Sjafi’i, Ak, MM Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si
Sekretaris
Drs. Ec. Muslimin, M.Si
Anggota
Drs. Ec. Sjafii, Ak., MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarakatuh.
Segala puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya
berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat
rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Pengaruh Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah,
Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas dengan menggunakan
pendekatan Return On Assets (ROA) pada Bank Umum Syariah”.
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam
penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang
dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun
sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Ec. Sjafi’I, MM, AK selaku Dosen Pembimbing yang dengan
kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat
berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks selaku Dosen Wali yang telah memberi
bantuan dan nasihat sewaktu kuliah.
7. Kedua Orang Tua dan ketiga kakak serta ustad Carlos yang telah memberikan
doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil
yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis
menyelesaikan studinya.
8. Sahabat seangkatan dan seperjuangan yang selalu ada disetiap suka dan duka.
Amarus, Soleh, Dedy, Gofur, Rio, Mas Andre, Defri, Mario, Galeh, Rigel,
Riza, Rizky dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
9. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi Mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Jawa Timur.
10.Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
memberikan manfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarakatuh.
Surabaya, Mei 2013
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pembiayaan Murabahah ... 10
2.2.1.1. Syarat dan Komponen Pembiayaan Murabahah ... 11
2.2.1.2. Manfaat Pembiayaan Murabahah ... 12
2.2.3.1. Aplikasi dalam Perbankan ... 18
2.2.3.2. Non Performing Finance Pembiayaan Musyarakah ... 19
2.2.4. Profitabilitas ... 23
2.2.5. Bank Syariah ... 27
2.2.5.1. Fungsi dan Peran Bank Syariah ... 28
2.2.5.2. Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 28
2.2.6. Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah Terhadap Profitabilitas ... 29
2.2.7. Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas ... 31
2.2.8. Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas ... 33
2.2.9. Hubungan Non Performing Finance
2.4. Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
3.1.1. Definisi Operasional ... 40
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 41
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 42
3.2.1. Obyek Penelitian... 42
3.2.2. Populasi ... 42
3.2.3. Sampel ... 42
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.3.1. Jenis Data ... 43
3.3.2. Pengumpulan Data ... 44
3.4. Uji Normalitas ... 45
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 46
3.6. Analisis Regresi Linier Berganda ... 48
3.7. Uji Hipotesis ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 51
4.1.5. Sejarah Umum PT. Bank BCA Syariah ... 59
4.1.6. Sejarah Umum PT. Bank BNI Syariah ... 60
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62
4.2.1. Data Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah dan ROA (Return On Assets) ... 62
4.3. Uji Kualitas Data ... 65
4.3.1. Uji Normalitas ... 66
4.4. Uji Asumsi Klasik ... 67
4.4.1. Uji Autokorelasi ... 67
4.4.2. Uji Multikolinearitas ... 68
4.4.3. Uji Heteroskedastisitas ... 69
4.5. Analisis Regresi Linear Berganda ... 70
4.6. Uji Hipotesis ... 72
4.6.1. Uji F dan koefisien Determinasi (R2) ... 72
4.6.2. Uji Parsial (Uji t) ... 74
4.7. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
4.8. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Terdahulu ... 78
DAFTAR PUSTAKA
Oleh Andika Bintang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh non
performing finance pembiayaan murabahah, pembiayaan mudharabah, dan
pembiayaan musyarakah terhadap Profitabilitas (return on assets) pada Bank Umum Syariah. Suatu pembiayaan yang telah disalurkan kepada nasabah berpotensi terjadi kredit bermasalah. Kredit bermasalah pada bank syariah dapat dilihat dari tingkat non performing finance.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode verifikatif. Untuk mengolah dan menganalisis data yang diperoleh serta membuat kesimpulan penelitian digunakan alat statistik. Pengujian statistik baik secara simultan maupun parsial dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: pengujian uji asumsi klasik, analisis regresi linier, koefisien korelasi parsial, koefisien determinasi serta pengujian hipotesis. Data yang diperoleh melalui laporan keuangan tahunan dari periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2012.
Berdasarkan hasil pengolahan data secara parsial diperoleh bahwa, non performing finance pembiayaan murabahah, non performing finance pembiayaan mudharabah, dan non performing finance pembiayaan musyarakah secara parsial maupun simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Sedang untuk pengujian secara simultan diperoleh bahwa non performing finance pembiayaan
murabahah, non performing finance pembiayaan mudharabah dan non performing finance pembiayaan musyarakah tidak terdapat pengaruh terhadap
profitabilitas.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kehidupan perekonomian di dunia sampai saat ini tidak dapat dipisahkan dari
dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua aktivitas
perekonomian menggunakan perbankan sebagai lembaga keuangan yang dapat
membantu berjalannya usaha tersebut. Bank yang dapat berperan sebagai
penyedia modal dengan memberi pinjaman berupa alternatif yang banyak dipilih
untuk memenuhi kebutuhan dunia tersebut.
Namun, krisis moneter yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak juli
1997 dan disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar
bagi perekonomian di Indonesia. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan
Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan.
Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil
tindakan untuk rekonstrukturisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya
Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas Undang-Undang
No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, telah menyadarkan semua pihak bahwa
perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem
yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang jauh lebih unggul
Bank syariah adalah bank yang sistem operasinya tidak mengandalkan bunga.
Bank Islam atau sering disebut juga lembaga keuangan atau perbankan yang
sistem operasionalnya berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wassalam yang dipahami dengan pemahaman para Salafush
Sholih. Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam
mengenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Islam
hadir sebagai solusi terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan
riba. Dengan demikian, kerinduan umat muslim Indonesia yang ingin
melepaskan diri dari riba telah mendapatkan solusi dengan adanya Bank Syariah.
Dalam perkembangannya dunia perbankan, suatu bank akan dinilai baik
kinerja usahanya apabila dapat dinilai dari suatu penilaian rasio keuangannya.
Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara faktor satu dengan yang lainnya dari suatu
laporan finansial. Salah satu rasio yang terpenting adalah rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Indikator yang biasa
digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas bank adalah ROE (Return On
Equity) yaitu rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas total modal
untuk menghasilkan keuntungan, dan ROA (Return On Assets) yaitu rasio yang
menunjukkan kemampuan dari keseluruhan aktiva yang ada dan yang digunakan
Sedangkan kredit atau pembiayaan merupakan pos harta (asset) terbesar
sekaligus sumber penghasilan terbesar bagi perbankan. Sementara itu, rapuhnya
dunia perbankan antara lain diakibatkan oleh proporsi kredit atau pembiayaan
bermasalah (non performing loan / non peforming financing) yang besar. Non
Peforming Finance (NPF) adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan
deposan kepada bank dengan kata lain NPF dapat disebut dengan kredit
bermasalah. Risiko kerugian bank akibat pembayaran kembali pembiayaan yang
tidak lancar akan berpengaruh terhadap pendapatan dan profit yang diterima oleh
bank. Dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah oleh bank syariah
memberikan pembiayaan yang berprinsipkan jual beli dan bagi hasil.
Pembiayaan yang berprinsipkan jual beli salah satunya adalah pembiayaan
murabahah, salam, dan istishna. Sedangkan pembiayaan yang berprinsipkan bagi
hasil adalah pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.
Pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank syariah melalui prinsip jual beli
dan bagi hasil kepada masyarakat akan berpotensi timbulnya kredit bermasalah.
Kredit bermasalah pada pembiayaan dalam bank syariah ini dikaitkan dengan
bagaimana usaha yang telah dibiayai oleh bank syariah dapat dijalankan, apakah
sang mudharib telah benar-benar menjalankan usaha sesuai dengan yang
disebutkan dalam kontrak ataukah si pengelola usaha tersebut ingkar. Kredit
Tabel 1.1
Tingkat Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah, Mudharabah,
Musyarakah terhadap ROA Tahun 2010-2011
M urabahah M udharabah M usyarakah M urabahah M udharabah M usyarakah
1 M uamalat 1,43% 3,96% 6,52% 1,36% 1,23% 3,39% 4,55% 1,52%
2 BSM 3,41% 1,75% 7,02% 2,21% 2,7% 1,14% 5,25% 1,95%
3 M ega Syariah 2,92% 80,01% 9,79% 1,90% 3,34% 97,39% 10,89% 1,58%
4 BRI Syariah 3,28% 0,19% 3,54% 0,35% 3,67% 1,36% 3,65% 0,20%
5 BCA Syariah 0,00% 0,00% 0,00% 1,13% 0,17% 0,00% 0,00% 0,9%
6 BNI Syariah 2,60% 10,44% 7,61% 0,61% 1,65% 1,99% 14,53% 1,29%
No Nama Bank
2010 2011
NPF
ROA
NPF
ROA
(Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah)
Berdasarkan informasi tabel di atas dapat dilihat Non Performing Finance
pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah pada tahun 2010
sampai 2011 di 6 Bank Umum Syariah mengalami fluktuasi, BCA Syariah
merupakan Bank Syariah yang memiliki tingkat NPF yang paling rendah
sedangkan Bank Mega Syariah merupakan Bank Syariah yang memiliki
tingkat NPF paling tinggi.
Dari data tersebut terlihat ada fenomena yang tidak wajar yaitu pada Bank
Syariah Mandiri yang mengalami penurunan profitabilitas (ROA) ketika NPF
atau kredit bermasalah mengalami penurunan. Dan terlihat juga fenomena
yang tidak wajar pada Bank BNI Syariah dimana ketika tingkat NPF
profitabilitas mengalami kenaikan sebesar 0,68% menjadi 1,29%. Hal ini
tidak sesuai dengan konsep profitabilitas bahwa salah satu faktor yang akan
mempengaruhi profitabilitas suatu bank adalah kualitas kredit pembiayaan
yang diberikan dan pengembaliannya, dengan kata lain besarnya risiko
pengembalian kredit akan mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu bank.
Jika tingkat NPF / kredit bermasalah tinggi maka profitabilitas akan
mengalami penurunan sedangkan jika tingkat NPF rendah maka profitabilitas
akan mengalami kenaikan.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa pengembalian kredit dari
suatu pembiayaan mempunyai hubungan dalam menentukan profitabilitas
bank syariah.
Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul : ” Analisis Pengaruh Non Performing Finance Pembiayaan
Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas
dengan menggunakan pendekatan Return On Assets (ROA) pada Bank Umum Syariah ”.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah non performing finance pembiayaan murabahah, pembiayaan
mudharabah, dan pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menguji secara empiris non performing finance
pembiayaan murabahah, pembiayaan mudharabah, dan pembiayaan
musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas (return on assets) secara
simultan dan parsial pada Bank Umum Syariah.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Bagi Praktisi
Bagi Bank Umum Syariah yang diteliti khususnya, penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai masukan dan sumbangan pikiran serta saran-saran
yang dapat membantu Bank Umum Syariah dalam menjalankan operasinya
yang berprinsipkan syariah dalam rangka meningkatkan profitabilitas.
1.4.2. Bagi Akademisi
Bagi akademisi, dapat meningkatkan dan memperdalam pengetahuan serta
pemahaman penulis mengenai akuntansi perbankan syariah khususnya
mengenai pengaruh non performing finance pembiayaan murabahah dan
mudharabah, serta musyarakah terhadap profitabilitas.
1.4.3. Bagi Peneliti
1. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dasar untuk
2. Bagi pengembang ilmu Akuntasi Syariah, sebagai referensi mengenai
Analisis pengaruh Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.2. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil dari penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hutami Kusumawati (2010).
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Risiko Mudharabah dan
Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah” mempunyai
kesimpulan secara parsial risiko pembiayaan Mudharabah tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas . risiko pembiayaan
Mudharabah hanya memberikan kontribusi sebesar 7,9% terhadap tingkat
profitabilitas, sedangkan risiko pembiayaan Murabahah secara parsial juga
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Risiko
pembiayaan Murabahah hanya memberikan kontribusi sebesar 1,7%
terhadap tingkat profitabilitas dan secara simultan risiko pembiayaan
Mudharabah dan risiko pembiayaan Murabahah tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Umum Syariah. risiko
pembiayaan Mudharabah dan risiko pembiayaan Murabahah secara
simultan hanya mampu memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 8,3%
2. Eksa Buanita Rosliana (2011).
Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Non Performing Finance
Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah terhadap Profitabilitas dengan
menggunakan pendekatan Return on Asset (ROA) pada PT. Bank Syariah
Mandiri”, mempunyai kesimpulan Non performing finance pembiayaan
murabahah secara parsial memiliki hubungan yang negatif dengan
profitabilitas dan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan
profitabilitas. Sehingga Non performing finance pembiayaan murabahah
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan
Non performing finance pembiayaan mudharabah secara parsial memiliki
hubungan yang negatif dengan profitabilitas dan memiliki hubungan yang
cukup kuat. Sehingga non performing finance pembiayaan mudharabah
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Dan Non
performing finance pembiayaan murabahah dan Non performing finance
pembiayaan mudharabah secara simultan memiliki hubungan yang sangat
kuat dan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
3. Yesi Oktriani (2012).
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Musyarakah,
Mudharabah, dan Murabahah Terhadap profitabilitas (Studi Kasus pada
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)”, mempunyai kesimpulan
bahwa pembiayaan musyarakah secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas, pembiayaan mudharabah secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, pembiayaan murabahah
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dan
pembiayaan musyarakah, mudharabah, dan murabahah berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas. Apabila pembiayaan musyarakah,
mudharabah, dan murabahah pada bank dilaksanakan dengan baik, maka
akan menyebabkan profitabilitas semakin baik pula.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pembiayaan Murabahah
Murabahah didefinisikan oleh para Fuqoha sebagai penjualan barang
seharga biaya/harga pokok barang tersebut ditambah mark-up atau margin
keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa penjual
harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut
(Wiroso, 2005 : 13).
Menurut Ascarya (2007 : 164) mendefinisikan bahwa pengertian
pembiayaan murabahah adalah penjualan barang oleh seseorang kepada pihak
lain dengan pengaturan bahwa penjual berkewajiban untuk mengungkapkan
dimasukkan ke dalam harga jual barang tersebut, pembayaran dapat dilakukan
secara tunai maupun tangguh.
Sedangkan menurut Sri Nurhayati (2011 : 168) Murabahah adalah
transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
2.2.1.1. Syarat dan Komponen Pembiayaan Murabahah
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001:102) transaksi murabahah
harus memenuhi syarat berikut ini:
1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah,
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan,
3. Kontrak harus bebas dari riba,
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian,
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian.
Secara prinsip, jika syarat (1),(4), dan (5) tidak dipenuhi, pembeli memiliki
piihan:
1. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
2. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang.
2.2.1.2. Manfaat Pembiayaan Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi murabahah memiliki
beberapa manfaat, dengan demikian juga resiko yang harus diantisipasi.
Menurut Wiroso manfaat murabahah adalah sebagai berikut:
1) Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dengan harga jual
kepada nasabah. Selain itu, sistem murabahah juga sangat sederhana.
2) Mudah diimplementasikan, jual beli murabahah dengan cepat mudah
diimplementasikan dan dipahami, karena para pelaku bank syariah
menyamakan murabahah sama dengan kredit investasi konsumtif.
3) Pendapatan bank dapat diprediksi, dalam transaksi murabahah bank
syariah dapat melakukan estimasi pendapatan yang akan diterima, karena
dalam transaksi murabahah hutang nasabah adalah harga jual sedangkan
dalam harga jual terkandung porsi pokok keuntungan.
4) Menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif, karena
secara sepintas terdapat persamaan antara jual beli murabahah dengan
pembiayaan yang diberikan adalah komoditi (barang) bukan uang dan
pembayarannya dapat dilakukan dengan secara tangguh atau cicilan
ataupun cara lainnya.
2.2.1.3. Non Performing Finance Murabahah
Pembiayaan murabahah merupakan jenis produk yang memiliki porsi
karena sistem murabahah lebih mudah dimengerti oleh masyarakat dan juga
oleh pegawai bank yang selama ini telah mengenal sistem bunga. Pemberian
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh bank mengandung
resiko kegagalan atau kemacetan dalam hal pelunasannya sehingga dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Dalam hal ini pembiayaan murabahah
pun mempunyai resiko dalam pelunasan pembayaran dari nasabah atau kredit
bermasalah (non performing finance).
Secara luas non performing finance adalah suatu kredit yang
pembayarannya dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban
minimum yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh
pelunasan atau bahkan tidak dapat ditagih lagi. Dengan demikian maka jelas
bahwa non performing finance mencakup keseluruhan kualitas kredit yang
digolongkan kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Tinggi rendahnya
risiko yang dihadapi bank dari seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan
ditandai dengan tinggi rendahnya persentase risiko kredit. Pada pembiayaan
murabahah, tingkat risiko kredit yang mungkin terjadi karena nasabah tidak
dapat membayar angsuran, atau cicilan dari pembelian barang dari bank.
Non Performing finance murabahah berdasarkan Peraturan BI
No.5/7/BPI/2003 tanggal 19 Mei 2003 (Reki,2008):
“Merupakan pembiayaan yang terjadi ketika pihak debitur (mudharib) karena
berbagai sebab tidak dapat memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana
Non performing Finance pembiayaan Murabahah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Murabahah Pembiayaan
Total
macet diragukan
lancar kurang
bermasalah murabahah
pembiayaan Jumlah
Murabahah
NPF ( )
2.2.2. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Dalam prakteknya
penyaluran dana pada Bank syariah menggunakan prinsip syariah. Salah satu
prinsip syariah tersebut adalah prinsip bagi hasil. Dalam penelitian ini
mudharabah merupakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
Sri Nurhayati wasilah (2008:130) dalam bukunya mengemukakan
Mudharabah adalah:
“Akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut
kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan
ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct,
negligence atau violation oleh pengelola dana”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
pengelola usaha (mudharib) hanya menjalankan usaha tanpa penanaman dana
sesuai dengan kesepakatan dan keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang
telah disepakati diawal akad, bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si
pemilik dana, kecuali apabila terjadi akibat kelalaian dari pengelola usaha
maka kerugian ditanggung oleh pengelola usaha.
2.2.2.1. Manfaat Pembiayaan Mudharabah
Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i Antonio (2001:97)
bahwa terdapat beberapa manfaat pada pembiayaan mudharabah diantaranya
adalah:
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative speed.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus
kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret
dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga
jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah,
sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.2.2.2. Non Performing Finance Mudharabah
Setiap usaha yang dilakukan oleh manajemen perbankan memiliki suatu
problem finance yang berdampak terhadap tingkat likuiditas, kecukupan
modal, efisiensi serta pengaruh inflasi, para analisa keuangan juga perlu
memberi perhatian yang cukup terhadap risiko yang timbul. Pembiayaan atau
kredit yang merupakan salah satu bentuk aktiva yang produktif bank syariah
yang memiliki kegagalan tidak tertagihnya kembali pembiayaan yang telah
disalurkan. Setiap pembiayaan memiliki risiko yang dihadapi oleh pihak bank
maupun nasabah.
Terdapat risiko dalam pembiayaan mudharabah, terutama pada
penerapannya dalam pembiayaan yang relatif tinggi, yaitu sebagai berikut
(Muhammad Syafi’i Antonio, 2001 : 94) :
1. Side Streaming, yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam kontrak.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
Non Performing Finance Mudharabah berdasarkan Peraturan BI
No.5/7/BPI/2003 tanggal 19 Mei 2003 (Reki, 2008): “Merupakan
sebab tidak dapat memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana
pembiayaan (pinjaman)”.
Bank Indonesia mengintruksikan perhitungan non performing finance
sesuai dengan SE.BI No 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2001 tentang
perhitungan rasio keuangan bank. (Elza Widyasari : 2009).
Jadi besarnya Non performing Finance pembiayaan Mudharabah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Mudharabah Pembiayaan
Total
macet diragukan
lancar kurang
bermasalah mudharabah
pembiayaan Jumlah
Mudharabah
NPF ( )
2.2.3. Pembiayaan Musyarakah
Instrumen penting lain yang digunakan oleh perbankan Islam untuk
menyediakan pembiayaan selain mudharabah adalah musyarakah atau syirkah
atau penyertaan modal (equity participation). Musyarakah atau syirkah secara
etimologi bermakna ikhtilath (percampuran) antara satu bagian dengan bagian
lainnya sehingga sulit dipisahkan, atau penggabungan antara dua harta atau
lebih, yang tidak bisa dibedakan lagi antara satu harta dengan lainnya. Syirkah
menurut syara’ adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang
kedua-duanya bersepakat untuk melakukan kerjasama usaha dengan tujuan mencari
buku Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2003;183), pengertian
musyarakah sebagai berikut :
“Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal
dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan”.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa musyarakah merupakan
ikatan kerjasama usaha antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan. Apabila akad telah disepakati, maka semua pihak
mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan hukum dan hak untuk
mendapatkan keuntungan dari harta serikat yang dikelolanya.
2.2.3.1. Aplikasi Dalam Perbankan
Menurut Habib Nazir dan Hassanuddin dalam Ensiklopedi Ekonomi dan
Perbankan Syariah (2004;12), aplikasi musyarakah dalam perbankan biasanya
digunakan untuk beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
1. Pembiayaan proyek
2. Modal ventura”.
Penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan proyek
Yaitu proyek kerjasama antara bank dengan nasabah di mana keduanya
Setelah proyek tersebut selesai, nasabah mengembalikan dana bank serta bagi
hasilnya.
2. Modal ventura
Yaitu suatu lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi
di dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema
modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan
setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik
secara singkat maupun bertahap.
2.2.3.2. Kredit/Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Finance) Musyarakah
Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.31 (revisi
2000), kredit/pembiayaan non performing pada umumnya merupakan
kredit/pembiayaan yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah
lewat sembilan puluh hari lebih setelah jatuh tempo, atau kredit/pembiayaan
yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit/pembiayaan
bermasalah atau non performing loan dapat diartikan juga sebagai pinjaman
yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan atau
karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur yang dapat diukur dari
kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran
pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimnya kembali
dana yang ditanam dalam surat-surat berharga. Penilaian kolektibilitas kredit
1. Lancar (pass)
Adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunga. Kriteria kredit lancar adalah :
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu.
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.
2. Dalam perhatian khusus (special mention)
Apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum
melampaui 90 hari karena adanya cerukan.
b. Mutasi rekening relatif aktif.
c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.
d. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kredit kurang lancar (substandard)
Adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang
dijanjikan. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok/bunga yang telah melebihi 90 hari,
karena sering terjadi cerukan.
b. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.
d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.
e. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Kredit diragukan (doubtful)
Adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundanaan selama 6 (enam) bulan atau dua
kali dari jadwal yang telah diperjanjikan. Dengan kriteria sebagai berikut :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan telah melampaui 180 hari.
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen.
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
d. Terjadi kapitalisasi bunga.
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikat jaminan.
5. Kredit macet (loss)
Adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh
tempo menurut jadwal yang telah dijanjikan. Dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 270 hari.
Implikasi bagi bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah
tersebut dapat berupa :
1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari
kredit/pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan
laba dan pengaruh buruk bagi profitabilitas bank.
2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal bad debt ratio
menjadi semakin besar karena menggambarkan kondisi yang buruk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva
produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal
ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan
sangat berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio).
4. Return On Assets (ROA) mengalami penurunan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang termasuk dalam risiko
pembiayaan bermasalah adalah kredit atau pembiayaan yang kolektabilitasnya
tergolong kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit kurang lancar adalah
kredit yang memiliki tunggakan angsuran pokok lebih dari 90 hari, kredit
diragukan memiliki tunggakan angsuran pokok lebih dari 180 hari, sedangkan
kredit macet memiliki tunggakan lebih dari 270 hari.
Berdasarkan pedoman perhitungan rasio keuangan dalam Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005, rasio Non
Performing Financing (NPF) Musyarakah dihitung dengan rumus sebagai
Musyarakah Pembiayaan
Total
macet diragukan
lancar kurang
bermasalah Musyarakah
pembiayaan Jumlah
Musyarakah
NPF ( )
Dengan demikian, semakin besar rasio NPF musyarakah maka kualitas
pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh bank syariah semakin menurun.
Rasio NPF yang tinggi mengakibatkan kelancaran kegiatan usaha bank
syariah menjadi terganggu, sehingga kesehatan bank menjadi turun. Bank
Indonesia menetapkan bahwa kualitas pembiayaan yang baik apabiila jumlah
5% dari seluruh total pembiayaan yang diberikan.
2.2.4. Profitabilitas
Sebagaimana bank umum lainnya, tugas utama bank syariah adalah
mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko, dan menjamin tersedianya
likuiditas yang cukup. Tingkat laba yang dihasilkan bank dikenal dengan
istilah profitabilitas yang merupakan pengukuran mengenai kemampuan bank
untuk menghasilkan laba dari asset yang digunakan. Tingkat profitabilitas ini
diukur dengan menggunakan rasio keuangan Return On Asset (ROA) karena
ROA lebih memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh
earning dalam operasi secara keseluruhan. Selain itu juga, dalam penentuan
tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian
ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai
besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili
dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan (Dendawijaya, 2001).
Menurut Iwan Triyuwono dan Moh As’udi (2001 : 87):
”Tujuan laba dalam akuntansi syariah adalah untuk memenuhi salah satu
rukun islam yaitu kewajiban menunaikan zakat, oleh karena itu laba dalam
akuntansi syariah perlu untuk menilai jalannya operasional usaha, apakah
sudah dilakukan secara efisien atau belum. Hal ini sangat penting untuk
melakukan pertanggung jawaban, baik pertanggung jawaban kepada pemilik
(pemegang saham) maupun pertanggung jawaban kepada Allah SWT yang
dimanifestasikan dalam bentuk penentuan pembayaran zakat”.
Segala aktivitas penghimpunan dan penyaluran dana tercermin dalam L/K
dimana proses pencatatan sampai tersususnnya L/K harus dilakukan dengan
benar, sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan oleh pihak umum.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem akuntansinya harus menjaga output yang
dihasilkan tetap dalam kebenaran, keadilan dan kejujuran (objective)
sebagaimana halnya hakikat dan keinginan dalam ajaran agama.
L/K yang diterbitkan bank syariah secara lengkap disyaratkan dalam
PSAK 59 tahun 2002 yang terdiri dari :
1. Laporan Perubahan ekuitas
2. Laporan Laba/Rugi
3. Laporan arus kas
5. Laporan perubahan dana investasi terikat
6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak dan shodaqah.
7. Laporan sumber dan penggunaan dana Qardul Hasan
Menurut Agus Sartono (2001 : 122) mengungkapkan:
”Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.
Dalam analisa profitabilitas akan dicari hubungan timbal balik antara
pos-pos yang ada dalam income statement itu sendiri maupun hubungan timbal
balik dengan pos-pos yang ada dalam neraca bank untuk mendapatkan
berbagai indikasi yang berguna dalam mengukur efisiensi dan profitabilitas
bank yang bersangkutan.
Manfaat dari rasio profitabilitas :
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang dihasilkan dalam satu periode.
2. Mengetahui posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.
Menurut Zainul Arifin (2003 : 64) bahwa ada dua rasio yang biasanya
dipakai untuk mengukur kinerja bank yaitu :
1. Return On Asset (ROA), adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net
laba sebelum pajak terhadap total asset yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
% 100
X Asset
Total
Pajak Sebelum
Laba ROA
Perhitungan ROA diatas sesuai dengan SE.BI 30/11/KEP DIR tanggal 30
April 1997 tentang penilaian kesehatan bank.
Penggunaan ROA dalam mengukur tingkat profitabilitas bank karena ROA
lebih memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh
earning dalam operasi keseluruhan. Selain itu juga, dalam penentuan
tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan
penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya
sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih
mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan.
2. Return On Equity (ROE) didefinisikan sebagai perbandingan antara
pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata modal (average equity)
atau investasi para pemilik bank. Dari pandangan para pemilik ROE adalah
ukuran yang lebih penting karena merefleksikan kepentingan kepemilikan
mereka. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
ROE = X 100%
Equity Total
Dalam Penelitian ini rasio yang digunakan dalam menilai tingkat
profitabilitas atau kesehatan bank Muamalat adalah Return On Asset. Rasio
ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank syariah dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, Semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
aset (Sudarini, 2005)
2.2.5. Bank Syariah
Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari kata banco
dalam bahasa Italia, yang berarti peti atau lemari atau bangku. kata peti
atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda
berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang, dan sebagainya.
Dalam al-Qur'an, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit, tetapi
jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti
struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu
disebutkan dengan jelas, seperti zakat, shodaqoh, ghanimah, bai', dayn,
maal, dan sebagainya.
Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
2.2.5.1. Fungsi dan peran bank syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam
pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI, sebagai
berikut ( Heri sudarsono : 39) :
1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah
dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana lazimnya.
4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
2.2.5.2. Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.
Perbandingan antara bank bank syariah dan bank konvensional
disajikan dalam tabel berikut (Muhammad Syafi’i Antonio : 34).
BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL
yang halal saja.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual-beli, atau sewa.
2 . Memakai perangkat bunga
3. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan.
4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitur-kreditur
4. Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa Dewan
Pengawas Syariah
5 . Tidak terdapat dewan sejenis
2.2.6. Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah Terhadap
Profitabilitas
Setiap pembiayaan selalu diikuti kemungkinan pembiayaan bermasalah
(non performing loan/financing). NPL/NPF ini adalah salah satu risiko yang
ditanggung oleh bank syariah. Menurut Dahlan Siamat dalam Manajemen
Lembaga Keuangan (1999 : 83) menyebutkan bahwa :
”Risiko kredit / pembiayaan merupakan risiko akibat kegagalan atau
ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima
dari bank beserta imbalannya sesuai jangka waktu yang telah ditentukan”.
Risiko kerugian bank akibat pembayaran kembali yang tidak lancar dari
murabahah akan berpengaruh terhadap pendapatan atau profit yang diterima
Totok Budi Santoso (2000 : 30) dalam Bank dan lembaga Keuangan lainnya,
yaitu :
”Alokasi dana (pembiayaan) yang telah berhasil dihimpun bank dalam
berbagai bentuk aktiva mengandung resiko yang berbeda-beda. Hal tersebut
dapat menggangu kelancaran dan kemampuan untuk memperoleh
penghasilan”.
Pitri (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa :
”Tingkat risiko kredit murabahah tidak mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap profitabilitas bank syariah, hal ini didasarkan pada
perhitungan statistik yang membuktikan bahwa hipotesis (Ho) untuk
signifikan variabel X terhadap Y diterima, sehingga hipotesis untuk (Ha)
ditolak.Tingkat risiko kredit murabahah yang terjadi pada bank syariah yang
relatif kecil, hal ini disebabkan karena : bank belum lama beroperasi sehingga
pengendalian terhadap pembiayaan masih relatif mudah”.
Sehingga penulis dalam hal ini perlu mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh pembiayaan / kredit bermasalah (non performing finance)
murabahah terhadap profitabilitas di bank Muamalat.
Berdasarkan teori diatas, maka non performing finance murabahah memiliki
hubungan dengan profitabilitas bank syariah. Hubungan ini akan dibuktikan
dalam penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya pada objek
2.2.7. Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas
Menurut Y,Sri Susilo, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso dalam
Bank dan lembaga Keuangan lainnya (2000 : 32), yaitu :
”Dampak dari pembiayaan bermasalah (non performing finance) mudharabah
yang terjadi adalah pendapatan bagi hasil semakin rendah, dengan begitu laba
yang diperoleh bank menjadi kecil. Bank yang mempunyai Non Performing
Finance akan semakin berat menanggung beban”.
Risiko pembiayaan (non performing finance) mudharabah merupakan
risiko yang terkait pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts
(NUC). Menurut Adiwarman (2008: 104) yang dimaksud analisis risiko
pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts adalah :
”Mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari seluruh risiko nasabah
sehingga keputusan pembiayaan yang diambil sudah memperhitungkan risiko
yang ada dari pembiayaan mudharabah”.
Penilaian risiko ini mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu :
1. Business Risk ( risiko bisnis yang dibiayai), yaitu risiko yang terjadi pada
First Way Out.
2. Shrinking Risk (risiko berkurangnya nilai pembiayaan mudharabah) yaitu
3. Character Risk (risiko karakter buruk mudharib), yaitu risiko yang terjadi
pada Third way out.
Risiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda
atau ketidakmampuan untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan.
Menurut Syafi’i Antonio (2007), resiko kredit ( non performing finance)
yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapan dalam
pembiayaan, relatif tinggi, yaitu :
1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut
dalam kontrak (moral hazard).
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur
(adverse selection).
4. Tingkat resiko pembiayaan mudharabah merupakan suatu kualitas yang
menyatakan keadaan pembiayaan yang diperoleh dari aktivitas bagi hasil
(mudharabah). Tingkat resiko pembiayaan mudharabah dapat dihitung
berdasarkan perbandingan antara jumlah pembiayaan mudharabah yang
bermasalah (non performing loan mudharabah) karena pengembaliannya
tidak sesuai yang telah disepakati dengan total pembiayaan mudharabah
secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan antara besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dan
finance) mudaharabah terhadap profitabilitas diperoleh atau dihasilkan oleh
bank syariah.
2.2.8. Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas
Risiko pembiayaan akan terjadi apabila pembiayaan yang diberikan oleh
bank kepada nasabah tidak dapat dikembalikan sebesar pembiayaan yang
diberikan ditambah dengan imbalan atau bagi hasil dalam jangka waktu yang
telah ditentukan. Hal ini akan menimbulkan kerugian bagi bank, karena
jumlah dana yang terhimpun dari masyarakat tidak dapat disalurkan kembali
kepada masyarakat, keadaan tersebut akan mempengaruhi tingkat
profitabilitas bank karena risiko pembiayaan tersebut.
Non Performing Financing mencerminkan risiko pembiayaan. Semakin
tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin
buruk. Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko
usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinyakembali cicilan pokok dan
bagi hasil dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan
oleh pihak bank (Muhammad,2005:358)
Adanya pembiayaan bermasalah yang besar dapat mengakibatkan
hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang
diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk
akan mengakibatkan menurunnya ROA. Begitu pula sebaliknya, jika risiko
pembiayaan musyarakah turun, maka ROA akan meningkat. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aneu Cakhyaneu (2007)
menunjukkan hasil bahwa risiko pembiayaan musyarakah berpengaruh
negative terhadap ROA.
Semakin besar pembiayaan bermasalah yang terjadi akan menyebabkan
semakin tingginya risiko pembiayaan yang dapat mengurangi pendapatan
yang diperoleh perusahaan jika pembiayaan tersebut tidak dikembalikan
sepennuhnya. Sehingga, berkurangnya pendapatan akan menyebabkan laba
yang diperoleh menurun dan berpengaruh pada tingkat ROA yang merupakan
indikator kinerja keuangan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Lukman Dendawijaya (2003:86) bahwa pembiayaan bermasalah (Non
Performing Finance) dapat berdampak pada :
1. Hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh pendapatan dari kredit
yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk terhadap
profitabilitas bank.
2. Return On Asset (ROA) mengalami penurunan.
3. Rasio kualitas aktiva produktif (bad debt ratio) menjadi semakin besar yang
menggambarkan terjadinya situasi memburuk.
4. Penyisihan untuk cadangan aktiva produktif meningkat sehingga akan
5. Dapat menurunkan tingkat kesehatan bank salah satunya menurunkan
kinerja keuangan bank.
2.2.9. Hubungan Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah, Non
Performing Finance Pembiayaan Mudharabah, dan Non Performing
Finance Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas
Non performing finance dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak
yang kurang menguntungkan baik bagi pemberian pembiayaan, dunia
perbankan maupun terhadap kegiatan ekonomi dan moneter negara. Dalam
bank syariah produk pembiayaan yang ditawarkan terdiri dari :
1. Pembiayaan atas dasar prinsip Murabahah
2. Pembiayaan atas dasar prinsip Mudharabah
3. Pembiayaan atas dasar prinsip Musyarakah
4. Pembiayaan atas dasar prinsip Qardhul hasan
Dalam pemberian pembiayaan tersebut diatas terdapat resiko
pengembalian yang akan berakibat terjadinya kredit bermasalah.
Menurut Mahmoedin (2004:111), bahwa terdapat dampak yang akan
diakibatkan oleh pembiayaan bermasalah yaitu :
”Dampak terhadap kelancaran operasi bank pemberi pembiayaan, Bank yang
dirongrong problem pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan
mengalami kesulitan operasoinal. Pembiayaan dengan kualitas buruk
menyebabkan biaya yang harus ditanggung untuk mengadakan cadangan
tersebut semakin besar, hal ini jelas mempengaruhi profitabiltas bank syariah.
Profitabilitas yang semakin menurun akan mengurangi modal sendiri
kemudian CAR akan menurun, sehingga bank memerlukan modal dana segar.
Apabila bank syariah tidak dapat menambah modal sendiri maka nilai
kesehatan operasi bank akan menurun.
Menurut Lukman Dendawijaya (2000:88) mengemukakan :
”Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit
bermasalah/NPF diantaranya akan mengakibatkan hilangnya kesempatan
memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga
mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank”
Menurut Drs.H.As Mahmoeddin (2002:20) mengemukakan bahwa :
”Tingkat Keuntungan sangat tergantung pada kelancaran kredit yang
diberikan kepada masyarakat, Jika terjadi kredit bermasalah yang mengarah
kepada kredit macet dan merugikan, maka tingkat profitabilitas pasti akan
terganggu”.
Menurut Mahmoedin (2004:52) , non performing finance pada dasarnya
disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Kedua faktor tersebut tidak dapat
dihindari mengingat adanya kepentingan yang saling berkaitan sehingga
mempengaruhi kegiatan usaha bank.
Faktor intern yang disebabkan oleh kelalaian dalam bank syariah tersebut
yang terdiri dari:
1. Kebijakan pemberian kredit yang terlalu ekspansif
2. Penyimpangan pemberian kredit
3. Itikad kurang baik pemilik atau pengurus dan pegawai bank
4. Lemahnya system administrasi dan pengawasan kredit
5. Lemahnya system informasi kredit
2) Faktor Ektern :
1. Kegagalan usaha debitur
2. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga
3. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur
4. Musibah yang terjadi pada usaha debitur atau kegiatan usahanya
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pada
bank syariah bertujuan mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat
pembiayaan bermasalah yang rendah. Semakin kecil/rendah non performing
finance pembiayaan maka berpengaruh pada peningkatan profitabilitas bank.
2.3. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar perumusan
hipotesis berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam
Uji Regresi Linier Berganda
Gambar 2.4 Paradigma Penelitian
2.4. Hipotesis
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah yang diteliti sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dan pengujian secara empiris. Maka berdasarkan kerangka
X1
Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah
X2
Non Performing Finance Pembiayaan Mudharabah
X3
Non Performing Finance Pembiayaan Musyarakah
pemikiran di atas memiliki hipotesis bahwa Non Performing Finance
Pembiayaan Murabahah, Non Performing Finance Pembiayaan Mudharabah
dan non performing finance Pembiayaan Musyarakah berpengaruh secara
simultan dan parsial terhadap Profitabilitas (Return On Asset) pada Bank
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Sesuai dengan judul yang digunakan “Analisis Pengaruh Non Performing
Finance Pembiayaan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah terhadap
Profitabilitas dengan menggunakan pendekatan Return On Asset (ROA)”,
maka terdapat empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel
tersebut antara lain:
A. Variabel Dependen
Profitabilitas (Y) adalah Kemampuan bank untuk memperoleh laba dari
asset yang dimilikinya
B. Variabel Independent
1. Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah (X1)
memenuhi kewajiban untuk membayar harga pokok barang dan margin
keuntungan yang telah ditentukan di awal akad.
2. Non Performing Finance Pembiayaan Mudharabah (X2)
Adalah pembiayaan yang terjadi ketika pihak mudharib (pengelola
dana) tidak dapat memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana
pembiayaan (pinjaman) dan nisbah keuntungan kepada shahibul mal
3. Non Performing Finance Pembiayaan Musyarakah (X3)
Adalah pembiayaan yang terjadi ketika usaha tertentu yang didanai oleh
para mitra tidak dapat memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana
pembiayaan dan nisbah keuntungan kepada para mitra.
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel
Teknik skala yang digunakan dalam pengukuran variabel ialah skala rasio.
A. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Y.
% 100 X Asset Total Pajak Sebelum Laba ROA
B. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel X.
1. Non Performing Finance Pembiayaan Murabahah
Murabahah Pembiayaan Total macet diragukan lancar kurang bermasalah murabahah pembiayaan Jumlah Murabahah
NPF ( )
2. Non Performing Finance Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah Pembiayaan Total macet diragukan lancar kurang bermasalah mudharabah pembiayaan Jumlah Mudharabah
NPF ( )
3. Non Performing Finance Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah Pembiayaan Total macet diragukan lancar kurang bermasalah Musyarakah pembiayaan Jumlah Musyarakah
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia
3.2.2. Populasi
Populasi adalah merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.
(Sugiyono, 2006: 55).
Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi populasi sasaran dalam
penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang mempublikasikan laporan
keuangannya dari tahun 2000 hingga tahun 2012. Jumlah Bank Umum
Syariah yang mempublikasikan laporan keuangannya hingga tahun 2012
sebanyak 11 Bank Umum Syariah.
3.2.3. Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil dari populasi dilakukan dengan Sampling Purposive. Sugiyono (2010:85) menjelaskan bahwa, “Sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
1. Data yang diambil merupakan laporan keuangan tahunan Bank Umum
Syariah sejak tahun 2000 hingga tahun 2012 yang sudah diaudit dan
dipublikasikan.
2. Data yang digunakan dapat menunjukkan nilai NPF murabahah, NPF
mudharabah dan NPF musyarakah, serta Return On Asset yang tercantum
atau berasal dari catatan atas laporan keuangan.
Berdasarkan kriteria di atas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu:
NO Bank Umum Syariah 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Bank M uamalat O O O O O O
2 Bank Syariah M andiri O O O O O O O O O O O O
3 M ega syariah O O O O
4 BRI syariah O O O O
5 BCA syariah O O
6 BNI Syariah O O
7 Panin syariah
8 Bukopin Syariah
9 Victoria syariah
10 M aybank Syariah
11 BJB syariah
1 1 1 1 1 1 1 3 4 3 6 6 1 30
Jumlah Sampel
Jadi jumlah sampel yang digunakan berjumlah 30 sampel.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
dan laporan– laporan lainnya yang ada relevansinya dengan penelitian ini
yang meliputi : data laporan keuangan selama sembilan tahun terakhir sejak
2000 sampai dengan 2012, buku-buku, literatur perusahaan, serta data lainnya
yang berhubungan dengan objek penelitian.
3.3.2. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan untuk menghimpun teori-teori, pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan
serta literatur lainnya yang dijadikan sebagai landasan teoritis dalam
rangka melakukan pembahasan. Landasan teori ini dijadikan sebagai
pembanding dengan kenyataan di perusahaan.
2. Field Research ( Penelitian Lapangan)
Yaitu penelitian yang langsung dilaksanakan pada perusahaan atau
lembaga yang menjadi objek penelitian untuk mendapatkan data – data
primer atau data yang sebenarnya serta keterangan – keterangan yang
penulis butuhkan dengan cara :
a. Observasi
Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan melakukan
b. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab
langsung antara penulis dengan pihak yang memberikan informasi.
Dengan cara ini di harapkan memperoleh data / informasi tentang non
performing finance pembiayaan murabahah, mudharabah dan
musyarakah serta tingkat profitabilitas.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yakni pengumpulan bukti-bukti dan dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan objek penelitian yang diperlukan penulis.
3.4. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi,variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi
normal atau tidak (Ghozali, 2009:147). Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode
diantaranya Kolmogorov Smirnov test (Sumarsono, 2004:40).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
3.5. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji hipotesis, sesuai dengan ketentuan bahwa dalam
uji regresi linier berganda harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu
agar penelitian tidak bias dan untuk menguji kesalahan model regresi yang
dilakukan dalam penelitian. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu :
1) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali,
2009:95). Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai
Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi menunjukkan adanya
multikolinearitas jika:
1. Nilai Tolerance < 0,10, atau
2. Nilai VIF ≥ 10.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independen (Ghozali, 2009). <