4.1. Kondisi Fisik Wilayah dan Administratif Pemerintahan
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah ± 298 939.30 Ha, dan secara geografis terletak antara 6º18’0”sampai 6º47’10” Lintang Selatan dan 106º23’45”sampai 107º13’30” Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten Bogor berbatasan dengan :
1. Kabupaten Tangerang Selatan, Kabupaten/Kota Bekasi dan Kota Depok di sebelah Utara;
2. Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang di sebelah Timur;
3. Kabupaten Sukabumi dan Cianjur disebelah selatan; dan 4. Kabupaten Lebak Propinsi Banten di sebelah barat; serta 5. Kota Bogor yang terletak di tengah-tengah.
Topografi wilayah Kabupaten Bogor sangat bervariasi, yaitu berupa daerah pegunungan di bagian Selatan, hingga daerah dataran rendah di sebelah Utara.Keberadaan sungai-sungai di wilayah Kabupaten Bogor posisinya membentang dan mengalir dari daerah pegunungan di bagian Selatan ke arah Utara. Di wilayah Kabupaten Bogor terdapat 6 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, Sub DAS Kali Bekasi serta Sub DAS Cipamingkis dan Cibeet. Sungai-sungai pada masing- masing DAS tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang sangat strategis yaitu sebagai sumber air untuk irigasi, rumah tangga dan industri serta berfungsi sebagai drainase utama wilayah.Disamping itu, di Kabupaten Bogor terdapat 91 danau atau situ dengan luas total 496.28 Ha serta 63 mata air.Situ-situ dimaksud berfungsi sebagai reservoir atau tempat peresapan air dan beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai obyek wisata atau tempat rekreasi dan budidaya perikanan. Komposisi pemanfaatan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 2000 menurut luas wilayah diatas, yaitu untuk kawasan hutan lindung 42 175 Ha (13.30 %), kawasan lahan basah 56 888 Ha (17.94 %), kawasan lahan kering 47756 Ha (15.06 %), kawasan tanaman tahunan 24797 Ha (7.82 %), kawasan hutan produksi 51529 Ha (16.25 %), kawasan pariwisata 1681 Ha (0.53 %), kawasan permukiman perdesaan 20 326 Ha (6.41%), kawasan permukiman perkotaan 52 036 Ha (16.41 %), kawasan pengembangan perkotaan 14 527 Ha (4.60 %) dan kawasan peruntukan industri 5327 Ha (1.68 %).
Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 413 desa dan 17 kelurahan (430 desa/kelurahan), 3 768 RW dan 14 951 RT yang tercakup dalam 40 Kecamatan. Jumlah kecamatan sebanyak 40 tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran 5 Kecamatan di tahun 2005, yaitu dengan membentuk Kecamatan Leuwisadeng (pemekaran dari Kecamatan Leuwiliang), Kecamatan Tenjolaya (pemekaran dari Kecamatan Ciampea), Kecamatan Tanjungsari (pemekaran dari Kecamatan Cariu), Kecamatan Cigombong (pemekaran dari Kecamatan Cijeruk), dan Kecamatan Tajurhalang (pemekaran dari Kecamatan Bojonggede). Selain itu, pada tingkatan desa, telah dibentuk pula sebuah desa baru pada akhir tahun 2006, yaitu Desa Wirajaya, sebagai hasil pemekaran dari Desa Curug pada Kecamatan Jasinga dan pada awal
tahun 2011 telah dibentuk 2 (dua) desa baru yaitu Desa Gunung Mulya hasil pemekaran dari Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya dan Desa Batu Tulis hasil pemekaran dari Desa Parakan Muncang Kecamatan Nanggung, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 430 desa/kelurahan.
Sumber : Bappeda, 2012
Gambar 4.Peta Administrasi Kabupaten Bogor
Berdasarkan strategi perwilayahan pembangunan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor, maka wilayah Kabupaten Bogor dikelompokkan ke dalam 3 Wilayah Pembangunan, yaitu : (1) Strategi percepatan di wilayah Bogor Barat, yang mencakup 13 Kecamatan, yaitu Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya, Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Tenjo dan Parungpanjang, dengan total wilayah seluas 128750 Ha; (2) Strategi pengendalian di wilayah Bogor Tengah, yang mencakup 20 Kecamatan, yaitu Kecamatan Dramaga, Ciomas, Tamansari, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Cisarua, Megamendung, Sukaraja, Babakan Madang, Citeureup, Cibinong, Bojonggede, Tajurhalang, Kemang, Rancabungur, Parung, Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur, dengan total wilayah seluas 87 552 Ha; (3) Strategi pemantapan di wilayah Bogor Timur, yang mencakup 7 Kecamatan, yaitu Kecamatan Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari, Jonggol, Cileungsi, Klapanunggal dan Kecamatan Gunung Putri, dengan total wilayah seluas 100800 Ha.
Sumber :Bappeda, 2012
Gambar 5.Peta Wilayah Pembangunan Kabupaten Bogor
4.2. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya
Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berdasarkan estimasi data Badan Pusat Statistik (BPS) berjumlah 4922205 jiwa (angka sementara) yang terdiri dari penduduk laki-laki 2510325 jiwa dan penduduk perempuan 2411880 jiwa. Jumlah penduduk tersebut telah mengalami kenaikan bilamana dibandingkan dengan penduduk pada tahun 2010 yang berjumlah 4771932 jiwa. Kondisi ini menyebabkan tingginya rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sebesar 3.15 %. Laju pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Gunung Putri sebesar 6.27%, Kecamatan Bojonggede sebesar 5.86%, Kecamatan Cileungsi sebesar 5.72% dan Kecamatan Cibinong sebesar 4.62 %, Parung sebesar 4.22%, Gunung Sindur sebesar 4.31% dan Tajur halang sebesar 4.16%. Pertambahan penduduk di tujuh kecamatan tersebut dapat dikatakan pesat karena merupakan pusat pengembangan usaha industri dan permukiman. Disana cukup berkembang beragam jenis usaha industri besar maupun sedang, yang menyebabkan tingginya migrasi masuk penduduk dari luar kecamatan sebagai tenaga kerja untuk bermukim di kecamatan setempat.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Bogor masih bertumpu pada Kecamatan Cibinong yakni sebesar 6.84%, Kecamatan Gunung Putri 6.49% dan Kecamatan Cileungsi sebesar 5.16%, sedangkan kecamatan lainnya kurang dari angka 4%. Berdasarkan luas wilayah Kabupaten Bogor sebesar ±298838.30 Ha yang didiami oleh
SKALA 1 : 450.000
PETA WILAYAH PEMBANGUNAN KABUPATEN BOGOR
KABUPATEN BEKASI KABUPATEN KARAWANG KABUPATEN CIANJUR KABUPATEN SUKABUMI KAB. LEBAK KABUPATEN TANGERANG KOTA BEKASI DKI JAKARTA KOTA DEPOK KOTA BOGOR Kec. Parung panjang Kec. Tenjolaya Kec. Tenjo Kec. Tanjungsari Kec. Tamansari Kec. Tajur halang Kec. Sukaraja Kec. Sukamakm ur Kec. Sukajaya Kec. Rumpin Kec. Ranca bungur Kec. Parung Kec. Pamijahan Kec. Nanggung Kec. Megamendung Kec. Leuwisadeng Kec. Leuwiliang Kec. Klapanunggal Kec. Kem ang Kec. Jonggol Kec. Jasinga Kec. Gunung P utri Kec. Gunung Sindur Kec. Dramaga Kec. Citeureup Kec. Ciseeng Kec. Cisarua Kec. Ciomas Kec. Cileungsi Kec. Cijeruk Kec. Cigudeg Kec. Cigom bong Kec. Cibung- bulang Kec. Cibinong Kec. Ciawi Kec. Ciampea Kec. Cariu Kec. Caringin Kec. Bojong Gede Kec. Babakan Madang 6 ° 4 0 ' 6 ° 4 0 ' 6 ° 3 0 ' 6 ° 3 0 ' 6 ° 2 0 ' 6 ° 2 0 ' 106°30' 106°30' 106°40' 106°40' 106°50' 106°50' 107°00' 107°00' 107°10' 107°10' WILAYAH BARAT WILAYAH TENGAH WILAYAH TIMUR BATAS KECAMATAN BATAS WILAYAH PEMBANGUNAN WILAYAH BARAT WILAYAH TENGAH WILAYAH TIMUR KETERANGAN :
4771932orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk sebanyak 1791 orang/km². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah kecamatan Ciomas, yakni sebanyak 9148 orang/km², sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Tanjungsari, yakni sebanyak 385 orang/km². Sementara itu, Kecamatan Cibinong, Gunung Putri dan Cileungsi adalah tiga kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yang masing- masing berjumlah 326519 orang, 309918 orang dan 246 369 orang. Sedangkan Kecamatan Cariu merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya, yakni sebanyak 46186 orang.
Datasex ratio penduduk Kabupaten Bogor adalah sebesar 106, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Hampir di semua kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki sex ratio diatas 1, yang berarti berlaku umum bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut. Namun terdapat satu kecamatan yang nilai sex rationya dibawah 1, yaitu Kecamatan Gunung Putri sebesar 0.99, yang artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 99 orang laki-laki. Hal ini disebabkan sebagai daerah pengembangan usaha industri besar dan sedang, tampaknya menarik minat banyak pekerja wanita untuk bekerja dan bermukim di wilayah Kecamatan Gunung Putri.
Kondisi demografis Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan diatas secara ringkas disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 7. Kondisi Demografi Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011
NO INDIKATOR REALISASI KINERJA
2008 2009 2010 2011*
1 Jumlah penduduk (jiwa) 4 505679 4643186 4771932 4922205 2 Laju pertumbuhan penduduk (%) 3.08 3.05 3.15 3.15 3 Jumlah pengangguran terbuka
(org)
231561 194221 205032 181880 4 Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (%)
63.01 62.99 59.60 62.72
Sumber : LKPJ Bupati Bogor Tahun Anggaran 2011 *Angka estimasi
4.3. Kondisi Perekonomian
Kondisi ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2011 relatif stabil bahkan mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya beberapa sektor penggerak ekonomi dan membaiknya infrastruktur penunjang ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari pergerakan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada tahun 2011, PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mencapai Rp.82.69 trilyun, lebih tinggi dari nilai PDRB pada tahun 2010 sebesar Rp. 73.80 triliyun atau meningkat 12.06 %, sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan mencapai Rp. 34.37 triliyun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar Rp. 32.52 triliyun atau naik 5.70 %. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa nilai PDRB, baik berdasarkan harga konstan maupun berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi makro, kondisi ekonomi Kabupaten Bogor relatif meningkat, yang ditunjukkan oleh
angka laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 berdasarkan harga konstan sebesar 5.70 %. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi tahun 2011 yang cukup rendah. Sebagaimana terlihat dari inflasi nasional sebesar 3.79 %, inflasi Jawa Barat sebesar 3.10 %, sedangkan tingkat inflasi di Bogor mencapai 2.85 %, jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada tahun 2010, yaitu sebesar 6.79 %.
Selanjutnya, untuk melihat prosentase kontribusi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor berdasarkan lapangan usaha, maka komposisi laju pertumbuhan ekonominya sebagai berikut :
1. Sektor primer yang meliputi lapangan usaha :pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar -0.04%,pertambangan dan penggalian sebesar 0.07%. Total kontribusinya terhadap LPE sektor primer sebesar 0.03%;
2. Sektor sekunder yang meliputi lapangan usaha : industri pengolahan sebesar 3.18%, listrik, gas dan air bersih sebesar 0.21% dan bangunan sebesar 0.30%. Total kontribusinya terhadap LPE sektor sekunder sebesar 3.69%;
3. Sektor tersier yang meliputi lapangan usaha : perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1.37%, pengangkutan dan komunikasi sebesar 0.27%, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0.13% serta jasa-jasa lainnya sebesar 0.21%. Totalkontribusinya terhadap sektor tersier sebesar 1.98%.
Berdasarkan uraian data di atas, dapat disimpulkan bahwa kontribusi laju pertumbuhan ekonomi dari kelompok lapangan usaha sektor sekunder lebih tinggi dari sektor primer maupun sektor tersier, terlihat dari total kontribusi terhadapLPE tertinggi, yaitu sektor sekunder sebesar 3.69% dan terendah sektor primer sebesar 0.03%. Kondisi demikian mengindikasikan peranan pertumbuhan industri bergerak positif seiring dengan dimulainya realisasi investasi yang masuk ke Kabupaten Bogor pada kelompok lapangan usaha di sektor sekunder tersebut. Selain itu, tingginya kontribusi sektor sekunder ini membuka peluang dalam menunjang sektor lain bergerak terutama sektor primer, khususnya kelompok lapangan usaha pertanian yang kontribusi terhadap laju pertumbuhannya sebesar - 0.04%.
Pada tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor (dihitung dari angka PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama), maka diperoleh tingkat pendapatan per kapita berdasarkan harga berlaku yaitu mencapai Rp.16781675,- juta/kapita/tahun. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor baik pada tahun 2010 maupun tahun 2009. Bilamana pendapatan per kapita di atas, dihitung berdasarkan tingkat pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku pada setiap bulan, maka diperoleh pendapatannya sebesar Rp.1398473,-kapita/bulan. Demikian pula apabila dihitung pendapatan perkapita atas dasar harga konstan, maka hasilnya sebesar Rp.581357,-/kapita/bulan.
Perbandingan realisasi indikator makro ekonomi Kabupaten Bogor pada kurun waktu 2009 sampai 2011 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Realisasi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2009- 2011
No INDIKATOR REALISASI KINERJA
2009 2010 2011*)
1 Nilai PDRB (Rp. Juta)
a. Berdasarkan Harga Berlaku 66083789 73800700 82699458
Primer 3 704824 4126720 4387943
Sekunder 44 952879 49614606 55043884
Tersier 17426085 20059375 23267631
b. Berdasarkan Harga Konstan 30952138 32526450 34378837
Primer 1 987 540 1987614 1996900
Sekunder 21220240 22178636 23378341
Tersier 7 844 357 8360199 9003596
2 Laju Pertumbuhan ekonomi (%) 4.14 5.09 5.70
3 Inflasi (%) 2.78 6.79 2.85
4 PDRB Perkapita Atas DasarHarga Berlaku (Rp.)
14232423 15465580 16781675 5 PDRB Perkapita Atas DasarHarga
Konstan (Rp.)
6 666142 6 816201 6 976279
Sumber : Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor, kerjasama antara Bappeda Kabupaten Bogor dan BPS Kabupaten Bogor.
4.4. Kondisi Taraf Kesejahteraan Rakyat
Selain realisasi dari kondisi ekonomi yang telah dikemukakan, salah satu indikator dari taraf kesejahteraan rakyat yang biasa digunakan adalah Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indikator Jumlah Penduduk Miskin.
Realisasi pencapaian dari indikator IPM dan indikator jumlah penduduk miskin adalah sebagai berikut :
1) Realisasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) komposit Kabupaten Bogor telah mencapai 72.82 poin pada tahun 2011. Kondisi ini menunjukkan bahwa realisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar 72.16 poin, atau meningkat sebesar 0.66 poin. Hal ini disebabkan adanya peningkatan realisasi dari seluruh komponen IPM, baik komponen pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), kesehatan (angka harapan hidup) maupun komponen ekonomi (kemampuan daya beli masyarakat). Angka IPM sebesar 72.82 poin di atas, maka sesuai dengan klasifikasi UNDP, angka tersebut termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera menengah atas, namun belum termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera atas;
Sementara itu, pencapaian IPM tahun 2010 (sebesar 72.16 poin) tersebut masih di bawah IPM Nasional yang mencapai 72.27 dan IPM Provinsi Jawa Barat sebesar 72.29. Dengan demikian Kabupaten Bogor pada tahun 2010 menempati urutan ke-13 di antara 26 kabupaten/kota di Jawa Barat;
2) Realisasi komponen pembentuk IPM tahun 2011 berdasarkan estimasi BPS yaitu :
a. Angka Harapan Hidup (AHH) terealisasi sebesar 69.15 tahun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 68.86 tahun, atau meningkat sebesar 0.29 tahun;
b. Angka Melek Huruf (AMH) terealisasi sebesar 95.89%, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 95.02%, atau meningkat sebesar 0.87 %. Kondisi ini disebabkan masih adanya individu atau warga Kabupaten Bogor yang belum bebas dari tiga buta yaitu buta pengetahuan dasar, buta bahasa Indonesia dan buta huruf latin sebesar 4.11 % dari total penduduk yang berusia di atas 15 tahun;
c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terealisasi sebesar 8.25 tahun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 7.98 tahun, atau meningkat sebesar 0.27 tahun. Realisasi dari RLS diatas menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor yang berumur 15 tahun keatas secara rata-rata lama pendidikannya telah mencapai setara dengan SMP kelas dua;
d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity = PPP) yang dihitung berdasarkan tingkat konsumsi riil per kapita per bulan, realisasinya pada tahun 2011 mencapai sebesar Rp. 630890,- /kapita/bulan, lebih tinggi dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 629620,- /kapita/bulan. Kondisi ini mengungkapkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat semakin tinggi pada tahun 2011, sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Bogor.
3) Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan angka estimasi BPS Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berjumlah 464365 jiwa, lebih rendah dari tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 477100 jiwa (9.97%), berarti mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 12735 jiwa atau turun sekitar 0.55 % dibandingkan dengan tahun 2010.
Persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 tersebut (9.97%), menempati urutan ke-343 dari 494 kabupaten/kota di Indonesia.
Realisasi dari Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 9. Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor Tahun 2009-2011
NO INDIKATOR REALISASI KINERJA
2009 2010 2011*
1 Indeks Pembangunan Manusia (Komposit) 71.35 72.16 72.82 Komponen IPM terdiri dari;
a. Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) 68.44 68.86 69.15 b. Angka Melek Huruf (AMH) (%) 94.29 95.02 95.89 c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) 7.54 7.98 8.25 d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat
(Konsumsi riil per kapita) (Rp/kap/bln) 628340 629620 630890 2 Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 446040 477100 464365
Sumber : BPS Kabupaten Bogor;Tahun 2011 *) Angka Estimasi
4.5. Kondisi Sarana dan Prasarana
Panjang jalan di wilayah Kabupaten Bogor adalah 1758.05 km, terdiri dari jalan Negara sepanjang 121.49 km (5 ruas), jalan Propinsi 129.98 km (5 ruas) dan jalan Kabupaten yang bernomor ruas 1 506.57 km (371 ruas). Selain itu, terdapat pula jalan-jalan yang tidak bernomor ruas atau jalan desa. Sampai dengan akhir tahun 2006, jalan Kabupaten yang berada dalam kondisi mantap (kondisi baik sampai dengan sedang) adalah sepanjang 928.2 km atau sebesar 61.61%, sedangkan sisanya sepanjang 578.37 km atau sebesar 38.39% berada dalam kondisi rusak. Sementara itu, jumlah jembatan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 adalah sebanyak 682 buah, yang terdiri dari jembatan negara sebanyak 25 buah, jembatan provinsi sebanyak 98 buah, dan jembatan kabupaten pada jalan yang bernomor ruas sebanyak 559 buah dengan total panjang 5 784.4 m. Dari 559 jembatan pada jalan Kabupaten yang bernomor ruas, terdapat 392 buah (70.13%) berada dalam kondisi baik, 132 buah (23.61%) dalam kondisi sedang dan 35 buah (6.26%) dalam kondisi rusak. Belum memadainya infrastruktur transportasi disebabkan antara lain rendahnya jumlah pembangunan jalan baru, kemudian kemantapan jalan dan kondisi struktur jalan yang labil, serta tingginya frekuensi bencana alam dan beban lalu lintas/transporatsi yang sering melampaui kapasitas yang ditentukan.
Jaringan irigasi yang ada di Kabupaten Bogor sangat berperan dalam mendukung produksi pertanian, karena dengan kontinuitas aliran air irigasi ke lahan-lahan pertanian akan menentukan tingkat produksi komoditas pertanian. Jaringan irigasi dalam kondisi rusak adalah 39.02 % dari 879 buah dan kondisi setu sebagai sumber air dalam kondisi rusak sebanyak 15 buah atau 16.48 % dari 91 buah setu.
Selanjutnya, jumlah rumah di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 sebanyak 635 662 unit, dengan jumlah rumah terbanyak terdapat di Kecamatan Ciampea sebanyak 32243 unit (rumah permanen 13834 unit dan rumah tidak permanen 18 409 unit), sementara jumlah rumah paling sedikit di Kecamatan Rancabungur sebanyak 8324 unit. Sementara itu, permukiman kumuh di Kabupaten Bogor tersebar di 187 lokasi dengan luas lahan sebanyak 240 Ha dan jumlah bangunan sebanyak 7 797 unit serta dihuni oleh 11220 keluarga (KK). Sedangkan untuk jaringan listrik, maka rasio elektrifikasinya baru mencapai 50.96%, berarti masih sekitar 49.14 % kepala keluarga di Kabupaten Bogor yang belum menikmati listrik, terutama pada kantong-kantong permukiman/kampung yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik. Hal ini disebabkan tingginya kebutuhan energi listrik akibat pertambahan penduduk, tetapi pada sisi lain tidak diimbangi dengan peningkatan pengadaan listrik sebagaimana yang diharapkan.
Demikian juga dengan sarana dan prasarana permukiman, seperti persampahan baru terlayani sebanyak 736 m3/hari atau 24.17 % dari timbunan sampah di wilayah perkotaan atau hanya 22 kecamatan dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor. Selain itu, cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 25 kecamatan dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Cakupan tersebut merupakan gabungan dari pelayanan air bersih yang dilakukan oleh PDAM di 80 desa/kelurahan di 19 kecamatan dan cakupan pelayanan air bersih di luar PDAM, baru mencapai 56.86 % dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor. Rendahnya cakupan pelayanan air bersih, diantaranya karena menurunnya ketersediaan
sumber daya air baku dan daya dukung lingkungan, akibat tersumbatnya badan air/sungai oleh sedimentasi dan sebagainya.
4.6 Kecamatan Leuwiliang
Kecamatan Leuwiliang berada di bagian barat Kabupaten Bogor dengan jarak kurang lebih 38 km dari Ibukota Kabupaten yang terdiri dari 11 desa/kelurahan, 126 RW dan 426 RT dengan luas lahan terakhir sebesar ±6 177.12 Ha.
Kecamatan Leuwiliang terletak pada jalur lintasan yang menghubungkan dua Kota, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Lebak melalui Dramaga dan
Jasinga.Termasuk Kabupaten Sukabumi melalui Desa Puraseda
Leuwiliang.Dengan demikian Kecamatan Leuwiliang merupakan lintasan kendaraan angkutan regional yang menghubungkan kota-kota tersebut.
Jumlah penduduk Kecamatan Leuwiliang pada tahun 2010 tercatat 115 465 jiwa.Jumlah penduduk tertinggi di Desa Leuwiliang sebanyak 14 447 jiwa dan Desa Leuwimekar sebanyak 14 098 jiwa.Jumlah penduduk terendah ditemui di Desa Pabangbon sebanyak 6 345 jiwa dan Desa Puraseda 8050 jiwa.Kepadatan penduduk kecamatan Leuwiliang rata-rata sebesar 2 338 Jiwa/km2.Kepadatan penduduk tertinggi ditemui di Desa Leuwimekar (5 778 Jiwa/km2).Kepadatan penduduk terendah ditemui di Desa Pabangbon (532 Jiwa/km2).(LihatTabel 4.4).
Tabel 10.Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan Leuwiliang Tahun 2010
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas (km2) Kepadatan
(Jiwa/km2) 1 Purasari 12 260 6.32 1 940 2 Puraseda 8 050 3.90 2 064 3 Karyasari 8 266 6.86 1 205 4 Pabangbon 6 345 11.92 532 5 Karacak 10 715 7.01 1 529 6 Barengkok 10 863 4.50 2 414 7 Cibeber II 8922 5.14 1 736 8 Cibeber I 9 671 5.07 1 907 9 Leuwimekar 14 098 2.44 5 778 10 Leuwiliang 14 447 2.97 4 864 11 Karehkel 11 828 6.75 1 752
Sumber : BPS Kabupaten Bogor, Tahun 2011
Luas panen tertinggi (2010) terdapat pada Desa Karehkel seluas 498 Ha dan Desa Barengkok seluas 451 Ha.Sedangkan desa dengan luas panen terendah berada di Desa karyasari seluas 281 Ha dan Desa Leuwimekar seluas 279 Ha. Produksi tertinggi di Desa Karehkel sebanyak 3555 Ton dan Desa Barengkok sebanyak 2 647 Ton sedangkan produksi terendah berada di Desa Leuwimekar sebanyak 1 729 Ton.(Lihat Tabel 11).
Tabel 11.Luas Panen, Hasil per-Hektar dan Produksi Padi di Kecamatan Leuwiliang Tahun 2010
No Desa Luas Panen (Ha) Hasil Per Hektar
(Ton/Ha) Produksi 1 Purasari 349 6.64 2317 2 Puraseda 358 6.00 2 148 3 Karyasari 281 6.70 1 882 4 Pabangbon 345 6.88 2 373 5 Karacak 320 6.61 2 115 6 Barengkok 451 5.87 2 647 7 Cibeber II 304 5.92 1 784 8 Cibeber I 320 7.14 2 284 9 Leuwimekar 279 6.20 1 729 10 Leuwiliang 350 7.20 2520 11 Karehkel 498 7.14 3 555
Sumber : BPS Kabupaten Bogor, Tahun 2011
Sumber : Bappeda, 2012
4.7 Kecamatan Caringin
Kecamatan Caringin berada di bagian tengah Kabupaten Bogor dengan jarak kurang lebih 34 km dari Ibukota Kabupaten yang terdiri dari 12 desa/kelurahan, 81 RW dan 348 RT dengan luas lahan terakhir sebesar ±5 730 Ha. Kecamatan Caringin terletak pada jalur lintasan yang menghubungkan dua Kota, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Sukabumi/Kabupaten Cianjur melalui Ciawi.Dengan demikian Kecamatan Caringin merupakan lintasan kendaraan angkutan regional yang menghubungkan kota-kota tersebut.
Jumlah penduduk Kecamatan Caringin pada tahun 2010 tercatat 109716 jiwa.Jumlah penduduk tertinggi di Desa Ciderum sebanyak 14450 jiwa dan Desa Pancawati sebanyak 13190 jiwa.Jumlah penduduk terendah ditemui di Desa Muara Jaya sebanyak 4753 jiwa dan Desa Cimande 6046 jiwa.Kepadatan penduduk kecamatan Caringin rata-rata sebesar 1965 Jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi ditemui di Desa Caringin (6316 Jiwa/km2). Kepadatan penduduk terendah ditemui di Desa Tangkil (905 Jiwa/km2). (LihatTabel 12).
Tabel 12.Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan Caringin Tahun 2010
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas (km2) Kepadatan
(Jiwa/km2) 1 Pasir Buncir 6844 7,09 965 2 Cinagara 9834 6,77 1453 3 Tangkil 8479 9,37 905 4 Pasir Muncang 7966 1,90 4193 5 Muara Jaya 4753 1,26 3772 6 Caringin 9600 1,52 6316 7 Lemah Duhur 11648 6,79 1715 8 Cimande 6046 3,53 1713 9 Pancawati 13190 9,76 1351 10 Ciderum 14450 3,23 4474 11 Ciherang Pondoh 11901 4,27 2787 12 Cimande Hilir 7884 1,82 4332
Sumber : BPS Kabupaten Bogor, Tahun 2011
Luas panen tertinggi (2010) terdapat pada Desa Pancawati seluas 531 Ha dan Desa Tangkil seluas 350 Ha.Sedangkan desa dengan luas panen terendah berada di Desa Cimande Hilir seluas 52 Ha dan Desa Caringin seluas 70 Ha. Produksi tertinggi di Desa Pancawati sebanyak 2761 Ton dan Desa Tangkil sebanyak 1778 Ton sedangkan produksi terendah berada di Desa Cimande Hilir sebanyak 270 Ton. (Lihat Tabel 13).
Tabel 13.Luas Panen, Hasil per-Hektar dan Produksi Padi di Kecamatan Caringin Tahun 2010
No Desa Luas Panen (Ha) Hasil Per Hektar
(Ton/Ha) Produksi 1 Pasir Buncir 211 5 1108 2 Cinagara 327 5 1710 3 Tangkil 350 5 1778 4 Pasir Muncang 150 5 773 5 Muara Jaya 79 5 412 6 Caringin 70 5 368 7 Lemah Duhur 268 5 1378 8 Cimande 301 5 1559 9 Pancawati 531 5 2761 10 Ciderum 330 5 1690 11 Ciherang Pondoh 73 5 376 12 Cimande Hilir 52 5 270
Sumber : BPS Kabupaten Bogor, Tahun 2011
Sumber : Bappeda, 2012
4.8 Kecamatan Jonggol
Kecamatan Jonggol berada di bagian timur Kabupaten Bogor dengan jarak kurang lebih 39 km dari Ibukota Kabupaten yang terdiri dari 14 desa/kelurahan, 120 RW dan 349 RT dengan luas lahan terakhir sebesar ±12 686Ha.
Kecamatan Jonggol terletak pada jalur lintasan yang menghubungkan wilayah Kerawang/Cianjur dengan Kota Depok/Jakarta melalui Cileungsi.Dengan