• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Pelalawan terletak di pesisir Pulau Sumatera, dengan wilayah daratan yang terbentang di sepanjang Hilir Sungai Kampar serta berdekatan dengan Selat Malaka, antara 00° 46,24' LU sampai 00° 24,34 LS dan 101° 30,37' BT sampai dengan 103° 21,36'. Kabupaten ini memiliki luas 1.396.115 ha, dengan luas daratan 1.299.264 ha dan sisanya 103.851 ha merupakan perairan yang terdiri dari laut dan sungai.

Kabupaten Pelalawan memiliki beberapa pulau yang relatif besar, diantaranya Pulau Mendul, Serapung, Lebuh, Muda dan beberapa pulau kecil, seperti Pulau Ketam, Tugau dan Labu. Batas wilayah Kabupaten Pelalawan adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara : Kecamatan Sungai Apit dan Kecamatan Siak (Kabupaten Siak) dan Kecamatan Tebing Tinggi (Kabupaten Bengkalis).

2. Sebelah timur : Propinsi Kepulauan Riau.

3. Sebelah selatan : Kecamatan Kateman, Kecamatan Mandah dan Kecamatan Gaung (Kabupaten Indragiri Hilir), Kecamatan Rengat, Kecamatan Pasir Penyu dan Kecamatan Peranap (Kabupaten Indragiri Hulu) serta, Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Singingi (Kabupaten Kuantan Singingi).

4. Sebelah barat : Kecamatan Kampar Kiri dan Kecamatan Siak Hulu (Kabupaten Kampar) dan Kecamatan Tenayan Raya (Kota Pekanbaru).

Kabupaten Pelalawan terdiri dari 12 kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Langgam : Luas 156.369 Ha

2. Kecamatan Bunut : Luas 41.035 Ha

3. Kecamatan Pangkalan Kuras : Luas 122.465 Ha 4. Kecamatan Kuala Kampar : Luas 96.984 Ha 5. Kecamatan Pangkalan Kerinci : Luas 17.670 Ha

6. Kecamatan Ukui : Luas 132.185 Ha 7. Kecamatan Pelalawan : Luas 119.681 Ha 8. Kecamatan Pangkalan Lesung : Luas 46.394 Ha 9. Kecamatan Kerumutan : Luas 96.319 Ha 10 Kecamatan Teluk Meranti : Luas 389.562 Ha 11. Kecamatan Bandar Petalangan : Luas 40.970 Ha 12. Kecamatan Bandar Sekijang : Luas 32.630 Ha

Sebagian besar daratan wilayah Kabupaten Pelalawan merupakan dataran rendah dan sebagian merupakan daerah perbukitan yang bergelombang. Secara umum ketinggian beberapa daerah/kota berkisar antara 3 - 6 meter, dengan kemiringan lahan rata-rata ± 0 - 15% dan 15 - 40%. Daerah/kota yang tinggi adalah Sorek I dengan ketinggian ± 6 meter dpl dan yang terendah adalah Teluk Dalam (Kecamatan Kuala Kampar) dengan ketinggian ± 3.5 meter.

Di wilayah Kabupaten Pelalawan terdapat Sungai Kampar yang panjangnya ± 413.5 Km, dengan kedalaman rata-rata ± 7,7 meter dan lebar rata-rata ± 143 meter. Sungai ini dan anak sungainya berfungsi sebagai prasarana perhubungan, sumber air bersih, budi daya perikanan dan irigrasi.

Wilayah dataran rendah Kabupaten Pelalawan pada umumnya merupakan dataran rawa gambut, dataran aluvium sungai dengan daerah dataran banjirnya. Dataran ini dibentuk oleh endapan aluvium muda dan aluvium tua yang terdiri dari endapan pasir, danau, lempung, sisa tumbuhan dan gambut. Dataran lain berikutnya memiliki tanah bergelombang termasuk jenis orgonosal (hostosal) dan humus yang mengandung bahan organik. Dataran rendah membentang ke arah Timur dengan luas wilayah mencapai 93 persen dari total keseluruhan. Secara fisik sebagian wilayah dataran rendah ini merupakan daerah konservasi dengan karakteristik tanah pada bagian tertentu bersifat asam dan merupakan tanah organik, air tanahnya payau, kelembaban dan temperatur udara agak tinggi.

4.2. Pemerintahan

Kabupaten Pelalawan merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Kampar melalui UU Nomor 53 Tahun 1999, dengan Ibukota Pangkalan Kerinci. Pada awal berdirinya Kabupaten Pelalawan terdiri dari 4

kecamatan meliputi 83 desa dan 4 kelurahan, tetapi saat ini Kabupaten Pelalawan sudah terdiri dari 12 kecamatan meliptui 89 desa dan 12 kelurahan.

Semenjak berdirinya Kabupaten Pelalawan sudah tiga kali terjadi pergantian bupati, dan yang pertama adalah Azwar AS. Setelah diadakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati pada tahun 2001 oleh DPRD Kabupaten Pelalawan yang diketuai oleh M.Haris, terpilih T. Azmun Jaafar dan Abdul Anas Badrun. Pada Maret 2006, melalui pemilihan langsung terhadap Bupati dan Wakil Bupati, maka T. Azmun Jaafar kembali terpilih menjadi Bupati dengan Wakil Bupati Rustam Effendi untuk periode 2006-2010. Dengan susunan organisasi terdiri dari Sekretariat, Badan dan Dinas (Tabel 3).

Tabel 9. Organisasi kelembagaan pemerintahan Kabupaten Pelalawan

Sekretariat Badan Dinas

1. Sekretariat DPRD 2. Sekretariat KPUD 3. Sekretariat Daerah : - Bagian Pemerintahan - Bagian Hukum - Bagian Ekonomi - Bagian Pembangunan - Bagian Bina Sosial - Bagian Kepegawaian - Bagian Keuangan - Bagian Organisasi - Bagian Hubungan Ma-syarakat - Bagian Umum 1. Perencanaan Pembangunan 2. Pengawas 3. Pengendalian Dampak Lingkungan 4. Koordinasi Penanaman Modal

5. Kesatuan Bangsa dan Linmas 6. Pemberdayaan Masyarakat 7. Informasi dan Komunikasi 8. Pertanahan 9. Ketahanan Pangan 10. Satuan Polisi Pamong

Praja

1. Pasar 2. Kehutanan 3. Peternakan 4. Perkebunan

5. Perikanan dan Kelautan 6. Kimpraswil 7. Tenaga Kerja 8. Perhubungan 9. Pendidikan 10. Kesehatan 11. Pendapatan 12. Kesejahteraan Sosial 13. Koperasi dan UKM 14. Tanaman Pangan dan

Hortikultura

15. Perindustrian dan Perda-gangan

16. Pariwisata, Seni dan Bu-daya

17. Transmigrasi dan Ke-pendudukan

4.3. Perekonomian

Implementasi kebijakan otonomi daerah yang berlandaskan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang kemudian juga direvisi melalui Undang-undang No 33 tahun 2004, telah memberi ruang gerak yang leluasa bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan seluruh

kewenangan pemerintah daerah. Kewenangan tersebut salah satunya dalam mengelola sumberdaya alam daerah.

Kabupaten Pelalawan memiliki sumberdaya alam yang berlimpah, seperti batubara, minyak mentah, gas bumi, hasil pertanian dan hasil hutan. Sumber perekonomian Kabupaten Pelalawan berasal dari sumberdaya alam tersebut yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni sumberdaya alam yang terpulihkan (renewable resource) dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resource). Untuk sumberdaya alam yang terpulihkan Kabupaten Pelalawan memiliki empat jenis sumberdaya yang dominan, yaitu kehutanan, perkebunan, perikanan dan pertanian. Sedangkan batubara, minyak mentah, dan gas bumi merupakan kekayaan sumberdaya alam yang termasuk kedalam kelompok sumberdaya alam yang tidak bisa pulih. Seluruh sumberdaya alam tersebut adalah aset potensial untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal jika dikelola secara bijak.

Untuk mencapai sasaran pembangunan daerah, kehandalan dan peranan para perencana pembangunan dan pengambil keputusan di daerah menjadi sangat penting karena akan menentukan arah dan prioritas pembangunan daerah hingga mencapai hasil yang optimal. Dari segi ekonomi, keberhasilan pembangunan daerah merupakan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan hasil-hasil kegiatan pembangunan. Hasil pembangunan regional biasanya diukur dengan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dilihat dari distribusi persentase PDRB Kabupaten Pelalawan atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun 2001-2006 didominasi sektor kehutanan sebesar 37,88% kemudian disusul sektor industri pengolahan/manufacturing industry sebesar 26,46% (Tabel 4).

Tabel 10. PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Pelalawan tahun 2001-2006 (Miliar Rp) No Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan, Pertenakan, Kehu€tanan, Perikanan) 1,127,97 1,359,23 1,749,05 1,962,44 2,561,67 3,299,5 2. Pertambangan 2,06 2,49 3,18 3,87 194,22 224,7 3. Industri 1,140,61 1,767,23 2,333,90 2,986,63 3,649,66 4,303,8 4. Listrik 2,87 3,39 4,70 5,70 6,37 7,2 5. Bangunan 53,22 66,09 78,59 90,61 109,46 117,9 6. Perdagangan 55,38 59,52 67,27 85,55 99,55 116,4 7. Pengangkutan 36,67 41,83 51,63 63,62 68,34 77,2 8. Keuangan dan Bank 26,47 36,54 46,03 58,58 67,04 79,0 9. Jasa 71,13 77,03 87,86 110,57 125,45 154,4 PDRB 2,516,38 3,413,35 4,422,21 5,367,57 6,881,76 8,380,3 Sumber : BPS Kabupaten Pelalawan, 2007

4.4. Kebijakan Sektor Kehutanan

Kabupaten Pelalawan memiliki luas 1.396.115 Ha, dengan luas daratan 1.299.264 Ha, diantaranya berdasarkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) seluas 994,299 Ha (76,94%) merupakan kawasan hutan konsesi. Areal di luar konsesi seluas 297,965 Ha (23,06%) berupa Taman Nasional (TN) Tesso Nilo yang berada di Kabupaten Pelalawan seluas 36.872 Ha, Suaka Margasatwa (SM) Kerumutan seluas 18.607 Ha dan Suaka Margasatwa (SM) Tasik Besar-Tasik Metas dan Tasik Serkap-Tasik Sarang Burung seluas 16.031 Ha. Areal di luar konsesi lainnya adalah hutan bakau seluas 8.567 Ha. Areal lain yang termasuk pada kategori di luar areal konsesi adalah lahan terbuka dan semak belukar. Adapun kondisi areal di luar konsesi ini secara umum terdiri atas areal transmigrasi, kebun karet yang menjadi milik masyarakat, semak belukar, perkebunan kelapa sawit masyarakat, hutan sekunder dan kebun masyarakat (Dinas Kehutanan dan PT. Tiara Kreasi Utama, 2007).

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2006-2010 Kabupaten Pelalawan, arah kebijakan kehutanan telah ditetapkan sebagai berikut : 1. Penyediaan data base dan rencana mikro kehutanan serta mendorong upaya

penataan kawasan hutan sesuai dengan kondisi dan peruntukannya, sehingga dapat dioptimalkan pemanfaatan hutan dan menjamin kelestarian hutan.

2. Peningkatan mutu dan produktivitas sumberdaya hutan serta mengoptimalkan fungsi hutan sesuai dengan fungsi peruntukannya.

3. Peningkatan dan mengoptimalkan penyelenggaraan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem.

4. Peningkatan pemberdayaan potensi sumberdaya manusia masyarakat beserta keluarga untuk dapat meningkatkan keterampilan dan kesejahteraan masyarakat.

5. Optimalisasi pengelolaan hutan produksi yang kurang produktif dan pengembangan hutan rakyat.

6. Revitalisasi potensi kawasan hutan menurut fungsinya dalam membangun ekonomi masyarakat di sekitar dan dalam hutan, sebagai satu kesatuan sistem dan manajemen yang berkelanjutan pada setiap jenis kawasan hutan.

Untuk merealisasikan arah kebijakan tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan menyusun program-program untuk pemantapan kawasan hutan, prakondisi pengelolaan hutan, rehabilitasi dan reboisasi hutan, pembangunan hutan kota, keamanan hutan, pemberdayaan masyarakat, pengembangan hutan rakyat, pengembangan aneka usaha kehutanan, optimaslisasi pemanfaatan hutan dan program industry agroforestri dengan kemampuan hutan alam dan HTI sebagai bahan baku, melalui pemulihan fungsi kawasan hutan.

Dokumen terkait