• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Fisik Wilayah

Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Maluku. Letak wilayah berada di salah satu pulau terbesar di Kepulauan Maluku, yaitu Pulau Seram. Secara geografis, Kabupaten SBT terletak pada posisi 2050’ - 4040’ LS dan 128020’ - 130010’ BT serta berbatasan dengan Laut Seram di sebelah utara, di sebelah selatan dengan Laut Banda, sebelah timur berbatasan

dengan Laut Arafura, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2. Luas wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur seluruhnya ± 20 656,9 Km2 yang terdiri dari luas laut 14 877,8 Km2 dan luas daratan 5 779,1 Km2 (Sumber: Kabupaten Seram Bagian Timur dalam Angka Tahun 2014).

Gambar 2 Lokasi penelitian Kabupaten Seram Bagian Timur

Kondisi iklim Kabupaten SBT termasuk iklim musim dan iklim laut tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun. Terjadinya iklim tersebut karena Kabupaten SBT dikelilingi oleh laut yang luas, sehingga iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh laut. Data dari stasiun Meteorologi Geser (BMG tahun 2003-2009), menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan tahunan adalah 2 172 mm/tahun. Hari hujan tercatat antara 11 dan 18 hari per bulan dengan rata-rata hari hujan bulanan adalah 15 hari. Kondisi hujan mengindikasi bahwa wilayah Kabupaten SBT termasuk ke dalam zona agroklimat C-1 (Oldeman et al., 1980) dan tipe hujan A (Schmidt dan Fergusson, 1951). Bulan-bulan basah (> 200 mm) terjadi selama 5 bulan dan bulan kering (<100 mm) terjadi selama 1 bulan.

Keadaan topografi di wilayah penelitian beragam mulai dari datar, agak datar, berombak, bergelombang, berbukit, hingga bergunung. Namun topografi di wilayah penelitian didominasi oleh bentuk wilayah yang agak datar yaitu lereng 1- 3%, berbukit yaitu lereng 15-30%, dan bergunung yaitu lereng >50%. Secara keseluruhan topografi wilayah Kabupaten SBT umumnya memiliki kemiringan lahan 30-50%. Karenanya, sejumlah kawasannya tidak dapat dijadikan kawasan budidaya tetapi lebih diarahkan untuk menjadi kawasan konservasi. Secara geologis, kawasan yang berisiko bencana gempa bumi umumnya berada di wilayah utara dengan titik-titik gempanya berada pada wilayah laut. Kondisi

tersebut mengakibatkan kegiatan pembangunan berstruktur di wilayah utara harus benar-benar mempehatikan kondisi wilayah yang rentan bencana pada kawasan berisiko terhadap bencana gempa bumi (SKSP Migas, 2012).

Kondisi Sosial dan Ekonomi Pemerintahan

Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) terdiri dari 15 Kecamatan dengan jumlah desa pada tahun 2013 sebanyak 160 desa. Kecamatan yang terdapat di Kabupaten SBT adalah Puau Gorom (terdiri dari 12 desa dan 67 dusun), Wakate (terdiri dari 14 desa dan 32 dusun), Seram Timur (terdiri dari 7 desa dan 36 dusun), Tutuk Tolu (terdiri dari 10 desa dan 29 dusun), Werimana (terdiri dari 10 desa dan 20 dusun), Bula (terdiri dari 10 desa dan 36 dusun), Kilmury (terdiri dari 12 desa dan 23 dusun), Siwalalat (terdiri dari 12 desa dan 20 dusun), Teor (terdiri dari 10 desa dan 13 dusun), Gorom Timur (terdiri dari 17 desa dan 54 dusun), Bula Barat (terdiri dari 11 desa dan 19 dusun), Pulau Panjang (terdiri dari 6 desa dan 6 dusun), Kian Darat (terdiri dari 10 desa dan 16 dusun), Lian Vitu (terdiri dari 10 desa dan 17 dusun), Teluk Waru (terdiri dari 9 desa dan 22 dusun).

Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) pada tahun 2013 sebesar 104 902 jiwa yang terdiri dari laki-laki 53 371 jiwa dan perempuan 51 531 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata sebesar 18,15 jiwa/Km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Bula yaitu 15 546 jiwa atau sekitar 15% dari total keseluruhan penduduk. Kepadatan penduduk tertinggi tercatat pada Kecamatan Gorom Timur yaitu sebesar 239,13 jiwa/ Km2 (BPS Kabupaten Seram Bagian Timur, 2014).

Sarana dan prasarana pendidikan di Kab. SBT masih terbatas sehingga menyebabkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia serta rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Jumlah gedung sekolah pada tahun 2013 di Kabupaten SBT tercatat ada 138 sekolah dasar (SD), 49 SLTP, dan 25 SLTA. Meskipun demikian Angka Melek Huruf (AHM) pada tahun 2009-2013 sudah di atas 90% dengan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) >7 tahun. Berdasarkan data Kabupaten Seram Timur dalam Angka Tahun 2014 , jumlah SD teridentifikasi sebanyak 138 buah dengan jumlah murid sebanyak 34 913 orang dan jumlah tenaga guru sebanyak 1 000 orang (rasio guru dan murid 1 : 35). Jumlah SLTP sebanyak 49 buah dengan jumlah murid 8 774 orang dan jumlah guru 320 orang (rasio guru dan murid 1 : 27). Jumlah SLTP sebanyak 25 unit dengan jumlah guru 240 orang dan jumlah siswa 13 311 orang (rasio guru dan murid 1 : 55). Masalah yang mempengaruhi kondisi pendidikan di Kabupaten SBT adalah kurang lebih 40% bangunan (gedung) sekolah dalam keadaan rusak berat, kurangnya sarana dan prasaran pendidikan serta sebaran guru dan ruang belajar yang tidak merata. Sesuai program Pembangunan Nasional bahwa setiap Kabupaten/Kota sekurang- kurangnya memiliki satu Perguruan Tinggi maka Kabupaten SBT terdapat satu Perguruan Tinggi Islam Swasta yang berkedudukan di Geser Ibukota Kecamatan Seram Timur (Pemda Kabupaten SBT, 2009).

Indikator status kesehatan masyarakat menunjukkan pelayanan kesehatan masih memerlukan upaya pemerataan, perbaikan, maupun peningkatan. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, tercatat jumlah Rumah sakit terdapat sebanyak 1 unit, Puskesmas sebanyak 18 unit, Posyandu sebanyak 191 unit, klinik sebanyak 1 unit, dan Poskesdes sebanyak 4 unit. Selama tahun 2013 penyakit yang paling banyak diidap oleh masyarakat Kabupaten SBT adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), yaitu tercatat sebanyak 10 983 kasus.

Jumlah penduduk miskin di Kab. SBT, berdasarkan data survei Pemkab SBT tahun 2006 tercatat sebanyak 20 766 Rumah Tangga Miskin (62%). Jumlah RTM yang memperoleh bantuan langsung tunai (BLT) sebanyak 6 719 RTM dengan nilai bantuan per RTM per triwulan sebesar Rp 300 000. Sedangkan jumlah Komunitas Adat Terpencil (tahun 2006) sebanyak 190 KK yang tersebar pada Kecamatan Bula dan Tutuktolu (Pemda Kabupaten SBT, 2009). Tingkat pengangguran di Kabupaten SBT masih tinggi, tercatat pada tahun 2012 sebesar 9,3% dan meningkat pada tahun 2013 yaitu sebesar 11,6% dengan tingkat partisipasi angkatan kerja pada tahun 2012 sebesar 61,3% sedangkan tahun 2013 sebesar 59,9%. Sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian (BPS Kabupaten Seram Bagian Timur, 2014).

Sumberdaya alam

Di bidang perikanan dan kelautan, potensi lestari sektor perikanan meliputi ikan permukaan (pelagis) dan ikan dasar (demershal) diperkirakan 128 692,2 ton/tahun namun sampai tahun 2005 baru dapat dikelola 9 340,6 ton (7,8%) dengan nilai produksi Rp 13 561 250 000. Disamping itu masih terdapat berbagai potensi kelautan bernilai ekonomis tinggi seperti teripang, lola, cumi-cumi, kepting, udang penaide, dan lain-lain. Di bidang pertanian, luas lahan potensial 131 364 ha. Rincian peruntukan dan pengelolaannya sebagai berikut: Tanaman Pangan dan Hortikultura 27 096 ha (20,6%). Sampai saat ini baru dikelola seluas 9 500 ha (35,1%) dengan jenis komoditas padi, palawija, jagung, kacang tanah, sayur dan buah-buahan.Di bidang peternakan, luas lahan potensial 99 212 ha (75,5%), sampai saat ini baru dikelola 340,13 ha (6,7%) dengan jenis ternak yakni sapi, kambing, ayam ras dan itik. Potensi pertambangan umum meliputi batu bara, emas, tembaga, nikel, krom, kobalt, besi, magnesium, mangan, dan zirconium. Pertambangan Migas meliputi minyak bumi dan nafta (BPS Kabupaten Seram Bagian Timur, 2014).

Transportasi

Hingga tahun 2012, teridentifikasi panjang jaringan jalan negara yang berhasil dibangun 129 Km (dengan rincian diaspal 50 Km dan tanah 79 Km), Jalan propinsi 132,6 Km, sedangkan jalan kabupaten 580,2 km (dengan rincian 58,4 Km diaspal, 50,9 Km tanah, dan 470,9 Km tidak dirinci). Jembatan darat teridentifikasi 188 buah dengan total panjang bentangan kurang lebih 8 562 meter. Sedangkan jembatan darat yang terdapat pada jalan antar wilayah dan lingkar pulau sebanyak 143 unit dengan total panjang bentangan kurang lebih 4 127 meter.

Upaya perwujudan pelayanan transportasi udara sampai 2012 belum terlaksana. Sarana transportasi udara yang ada hanya bersifat khusus pelayanan

perusahaan minyak di Bula. Untuk umum diberikan 3 seat setiap penerbangan dengan frekuensi 3 kali seminggu. Untuk itu Pemerintah Kabupaten SBT merencanakan membangun bandara baru dengan panjang landasan pacu kurang lebih 2 000 meter (BPS Kabupaten Seram Bagian Timur, 2014).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Regional Perkapita

PDRB Kabupaten SBT tahun 2013 sesuai hasil penghitungan atas dasar harga yang berlaku sebesar Rp 434 427,48 juta. Kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian sebesar Rp 179 345,15 juta, diikuti oleh sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar Rp 125 069,72 juta. Pendapatan regional per kapita tahun 2013 menurut harga berlaku sebesar Rp 3 878 799 dan telah mengalami kenaikan sebesar 14,8% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 3 377 303 (BPS Kabupaten Seram Bagian Timur, 2014).

Ketersediaan Lahan di Kabupaten Seram Bagian Timur

Penentuan areal/lokasi yang dapat dikelola untuk budidaya di Kabupaten SBT sangat penting. Hal ini menyangkut peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemangku kebijakan daerah. Dalam SK.382/Menhut-II/2004 tentang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) didefinisikan bahwa Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) adalah areal hutan negara yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan, tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi menjadi bukan kawasan hutan, sedangkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya dibedakan menjadi kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim. Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan, seperti hutan produksi, perkebunan, dan tanaman buah-buahan, sedangkan kawasan budidaya semusim adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman semusim/setahun, khususnya tanaman pangan (Departemen Kehutanan, 1997 dan Sudaryanto, 2010). Berdasarkan SK MENHUT NO 598/MENHUT-II /1989 areal ini sudah ditetapkan pembagiannya menjadi Areal Penggunaan Lain (APL), Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi (HP), Hutan Produksi Konservasi (HPK), Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Suaka Alam dan Wisata (HSAW), dan Badan Air (BA) Adapun luasnya adalah, APL seluas 22 241 ha, HL seluas 91 304, HP seluas 24 843 ha, HPK seluas 159 495 ha, HPT seluas 266 989 ha, HSAW seluas 5 ha, dan badan air seluas 288 ha.

Pembagian kawasan budidaya dan kawasan non budidaya di Kabupaten Seram Bagian Timur telah dicantumkan dalam Dokumen RTRW Kabupaten Seram Bagian Timur berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten SBT. Hasil pembagian kawasan tersebut disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Pembagian kawasan budidaya dan non budidaya di Kabupaten SBT Gambar 3 menunjukkan bahwa kawasan budidaya membentang sepanjang pesisir Kabupaten SBT sedangkan kawasan non budidaya berada pada bagian tengah dalam yang membentang dari arah barat ke timur. Kawasan budidaya memiliki luas 203 972,8 ha (36,26 %) dan kawasan non budidaya memiliki luas 358 557,4 ha (63,74 %). Kawasan budidaya terdiri dari kawasan budidaya tanaman semusim yang memiliki luas 68 343,6 ha (12,15 %), kawasan budidaya tanaman tahunan yang memiliki luas 74 210,9 ha (13,19 %), kawasan budidaya untuk pertanian lahan basah seluas 3 632,2 ha (0,65 %) dan kawasan budidaya untuk pertanian lahan kering seluas 57 795,1 (10,27 %). Berdasarkan RTRW Kabupaten SBT Tahun 2010–2030, yang dituangkan dalam Perda No. 9 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten SBT, arahan untuk pengembangan kawasan budidaya pertanian dengan komoditas utama adalah tanaman padi, ketela, jagung, dan umbi-umbian sedangkan kawasan budidaya peruntukan perkebunan diarahkan untuk komoditas tebu, karet, kelapa sawit, kelapa, cengkeh, dan pala. Dalam pengembangan perkebunan tebu di Kabupaten SBT, lahan yang tersedia berdasarkan perda tersebut adalah kawasan yang memiliki arahan pengembangan perkebunan tanaman semusim dan arahan pengembangan perkebunan tanaman tahunan seluas 142 554,6 ha (69,9 % dari luas keseluruhan kawasan budidaya Kabupaten SBT). Dengan demikian lahan tersedia tersebut akan digunakan untuk perencanaan pengembangan perkebunan tebu pada penelitian ini.

4 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TEBU PADA

Dokumen terkait