• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KONDISI WILAYAH PENELITIAN Profil Wilayah Kabupaten Tangerang

Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Tangerang Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Banten yang letaknya berbatasan dengan Jakarta, sehingga secara tidak langsung menjadi daerah penyangga perkembangan perkotaan Jabodetabekpunjur. Secara geografis, Kabupaten Tangerang terletak pada koordinat 106020’ - 106043’ Bujur Timur dan 6000’ - 6020’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah sebesar 1,032.79 km2 atau 103,279.07 ha. Secara geografis, wilayah ini memiliki batas–batas administrasi sebagai berikut:

sebelah Utara : Laut Jawa;

sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang; sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok

Sebelah Barat : Kabupaten Serang dan Lebak

Pada tahun 2014, Kabupaten Tangerang terdiri dari 29 kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya 246 desa dan 28 kelurahan (BPS, 2014). Untuk jelasnya nama kecamatan dan jumlah kelurahan/desa di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Tabel 7.

Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Tangerang Topografi

Kabupaten Tangerang termasuk daerah dataran yang relatif rendah dimana mempunyai variasi ketinggian wilayah antara 0 – 85 meter diatas permukaan laut dengan rata–rata kemiringan tanah 0 – 3% menurun ke Utara. Wilayah bagian Utara merupakan wilayah bagian pesisir pantai sepanjang kurang lebih 50 km. Wilayah dengan topografi yang relatif datar ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:

- bagian Utara: dataran rendah dengan ketinggian berkisar 0-25 meter diatas permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji dan Sepatan.

- bagian Tengah kearah Selatan: dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 25 meter di atas permukaan laut, meliputi kecamatan selebihnya. Jenis dan Tekstur Tanah

Kabupaten Tangerang terdiri dari 8 jenis tanah yaitu alluvial kelabu, aluvial kelabu tua, asosiasi alluvial kelabu dan glei humus rendah, asosiasi hodromorf kelabu dan paluosol, asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan, asosiasi podsolik kuning dan hidromorf kelabu, serta podsolik kuning.

Tabel 7 Nama, jumlah kelurahan/desa, dan luas wilayah per kecamatan di Kabupaten Tangerang pada Tahun 2014

No Kecamatan Kelurahan Desa Luas (ha.) 1 Cisoka 0 10 3,357,83 2 Solear 0 7 3,273.17 3 Tigaraksa 2 12 5,443.62 4 Jambe 0 10 3,015.53 5 Cikupa 2 12 4,513.02 6 Panongan 1 7 3,639.98 7 Curug 3 4 2,812.23 8 Kelapa Dua 5 1 2,508.46 9 Legok 1 10 3,986.88 10 Pagedangan 1 10 5,110.09 11 Cisauk 1 5 2.967.54 12 Pasar Kemis 4 5 3,221.90 13 Sindang Jaya 0 7 3.844.41 14 Balaraja 1 8 3,147.89 15 Jayanti 0 8 2,871.94 16 Sukamulya 0 8 2,553.97 17 Kresek 0 9 2,643.25 18 Gunung Kaler 0 9 3,294.87 19 Kronjo 0 10 4,850.39 20 Mekar Baru 0 8 2,539.68 21 Sukadiri 1 11 2,827.73 22 Kemiri 0 7 3,443.82 23 Mauk 0 8 4,141.57 24 Rajeg 1 12 5,669.96 25 Sepatan 1 7 1,883.05 26 Sepatan Timur 0 8 1,846.18 27 Pakuhaji 1 13 5,361.90 28 Teluknaga 0 13 4,871.89 29 Kosambi 3 7 3,656.30 TOTAL 28 246 103,279.07 Sumber: BPS Kabupaten Dalam Angka 2014, Perda No. 13 Tahun 2011 tentang RTRW

Kabupaten Tangerang 2011-2031 dan hasil perhitungan Arcview GIS 9.3

Adapun untuk tekstur tanah adalah komposisi fraksi pasir, debu, dan tanah liat pada agregat (massa) tanah, yang dapat dikelompokkan ke dalam tekstur tanah yaitu halus, sedang, dan kasar, masing-masing seluas 54.53%, 42.27%, dan 3.20% dari luas wilayah kabupaten. Keadaan tekstur tanah ini menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Tangerang cocok untuk kegiatan pertanian.

Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah adalah ketebalan lapisan tanah dari permukaan tanah atau lapisan dimana perakaran dapat menerobosnya. Kedalaman efektif

tanah ini berpengaruh terhadap erosi dan pemilihan jenis tanaman yang cocok pada suatu wilayah. Kabupaten Tangerang terbagi atas 3 kedalaman efektif tanah yaitu:

- kedalaman 30-60 cm seluas 6.00% dari luas wilayah kabupaten, - kedalaman >60-90 cm seluas 2.34% dari luas wilayah kabupaten, serta - kedalaman >90 cm seluas 91.66% dari luas wilayah kabupaten.

Hidrologi

Kabupaten Tangerang dilalui oleh beberapa sungai, antara lain Sungai Cidurian, Sungai Cisadane, dan Sungai Cimanceuri. Sungai-sungai ini menjadi sumber air bersih di wilayah Kabupaten Tangerang, tidak hanyak sebagai sumber air bagi kegiatan penduduk, juga digunakan untuk kegiatan pertanian. Berdasarkan satuan wilayah sungai, potensi sumber air tersebut berasal dari Sungai Cisadane-Ciliwung, Sungai Cisadane-Cikuningan, Sungai Cikoncang, dan Sungai Cimandur. Kondisi hidrologi Kabupaten Tangerang terdiri dari 5 jenis yaitu akuiver produktif dengan penyebaran luas, akuiver produkstif kecil setempat berarti, akuiver produktif sedang dengan penyebaran luas, endapan alluvial pantau dan dataran banjir, serta transisi dari akuiver produktif ke akuiver produktif sedang, masing-masing sebesar 33.32%, 2.92%, 1.41%, 1.53%, serta 53.54% dari luas total Kabupaten Tangerang.

Iklim dan Curah Hujan

Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan suhu yang relatif panas dan kelembaban yanga tinggi. Selama tahun 2009, temperature udara rata-rata mencapai 27.7 C. Suhu maksimum tertinggi pada bulan September, yatu 34.5 C dan suhu minimum terrendah pada bulan Juli, yaitu 23.0 C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 79.0%. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi di bulan Februari dan padan bulan Agustud tidak terjadi hujan. Rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 166 mm dengan hari hujam tertinggi pada bulan Februari dengan banyaknnya hari hujan sejumlah 28 hari.

Kondisi Sosial dan Ekonomi Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 berdasarkan data dari BPS berjumlah 3,157,780 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1,617,090 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1,540,690 jiwa. Dengan komposisi jumlah tersebut maka rasio jenis kelamin penduduk di Kabupaten Tangerang adalah 104.96. Sementara itu dengan luas wilayah yang ada sebesar 103,279.30 ha, maka kepadatan penduduknya adalah 3,291 jiwa/km². Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang pertahun selama sepuluh tahun terakhir yaitu periode tahun 2000-2010 adalah sebesar 3.77%. Laju pertumbuhan ini cukup tinggi apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Banten dalam periode yang sama sebesar 2.78% pertahun.

Pendidikan

Pada tahun 2011 sekitar 95.86% dari total penduduk berusia lima belas tahun ke atas memiliki kemampuan membaca dan menulis serta rata-rata bersekolah selama 8,95 tahun atau kebanyakan memutuskan berhenti saat menduduki kelas 3 SLTP. Untuk angka partisipasi sekolah penduduk Tangerang untuk berbagai kelompok usia tercatat untuk tahun 2011, tercatat untuk kelompok usia SD, usia SLTP, dan usia SLTA masing-masing sebesar 98.66%, 88.41%, dan 48.88%. Adapun persentase kelulusan, tingkat tamat Sekolah Dasar atau sederajat menduduki peringkat tertinggi yakni mencapai 26.32% diikuti peringkat kedua adalah lulusan SLTA atau sederajat sebesar 24.50%. Persentase untuk yang tamat SLTP atau sederajat masih cukup rendah, hal ini menandakan angka putus sekolah di Kabupaten Tangerang masih cukup besar.

Ketenagakerjaan

Pada tahun 2011 dari jumlah penduduk Kabupaten Tangerang sebanyak 2.928.200 orang terdapat 2.039.565 orang atau 69.65% merupakan Penduduk Usia Kerja (PUK 15 th keatas). Dari jumlah tersebut, hampir 70% nya merupakan angkatan kerja dan sisanya adalah penduduk bukan angkatan kerja. Selama tiga tahun terakhir yaitu periode 2009-2011 jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tangerang terus menurun. Berbeda dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang terus meningkat dari tahun ke tahun, terakhir pada tahun 2011 sampai pada level 69.46%. Jumlah penduduk yang terserap dalam dunia tenaga kerja dalam tiga tahun terakhir juga terus menurun, untuk tahun 2011 sebesar 1.21 juta orang. Hal ini sejalan dengan penduduk yang menganggur juga terjadi peningkatan yang mengakibatkan tingkat pengangguran meningkat dari 14,01% di tahun 2010 menjadi 14.42% di tahun 2011.

Mata Pencaharian

Berdasarkan lapangan pekerjaan, sektor industri pengolahan menduduki peringkat pertama penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tangerang pada tahun 2011 dengan persentase mencapai 44.89%. Sektor industri merupakan sektor ekonomi utama untuk menunjang perekonomian Kabupaten Tangerang. Disusul kemudian oleh sektor perdagangan menduduki peringkat kedua dengan persentase 23.01%, sektor jasa sebesar 13.12%, sektor pertanian sebesar 6.22% dan sektor lainnya selain sektor diatas sebesar 12.76%. Sedangkan menurut status pekerjaan, sebagian besar penduduk Tangerang atau sekitar 62.68% nya berstatuskan buruh/karyawan. Selanjutnya peringkat kedua adalah status berusaha sendiri sekitar 18.94% dan yang terendah adalah status berusaha dibantu pekerja tetap hanya sebesar 2.3%.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB dapat menggambarkan pertumbuhan perekonomian suatu daerah. PDRB dapat dilihat dalam 2 cara yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Pada tahun 2012, PDRB Kabupaten Tangerang atas dasar

harga konstan mencapai sebesar Rp. 20,804,088. Kontribusi terbesar berasal dari sektor industri (58.57%), kemudian diikuti oleh sektor pertanian (10.49%), perdagangan dan jasa (9.45%), angkutan (9.30%), dan kegiatan lainnya sebesar 12.19%.

Penggunaan Lahan Kabupaten Tangerang

Potensi suatu daerah pada dasarnya dapat dilihat dari pola penggunaan lahan yang ada di daerah tersebut. Selain itu, penggunaan lahan juga dapat menggambarkan keadaan sosial, ekonomi serta masyarakat daerah tersebut Kabupaten Tangerang terletak berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kabupaten Bogor serta Kota Depok yang memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan penduduk daerah tersebut. Terutama dalam penyediaan pemukiman, industri serta sarana dan prasarana lain sebagai pendukung.

Berdasarkan kondisi fisik yang ada, KabupatenTangerang memiliki daya dukung wilayah yang sangat baik untuk pengembangan kegiatan ekonomi. Kemiringan tanah dan ketinggian wilayah yang ada memudahkan dan memungkinkan wilayah untuk mengembankan kegiatan pembangunan ke semua arah. Pada tahun 2008 penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Tangerang didominasi oleh lahan pertanian sawah (sawah irigasi dan sawah tadah hujan) seluas 51,597 ha (49.96%), lahan pertanian bukan sawah (kebun dan ladang) seluas 11,264 ha (10.91%), dan lahan bukan petanian seluas 40,418 ha (39.13%). Secara jelasnya penggunaan lahan Kabupaten Tangerang tahun 2008 dapat dilihat dalam Tabel 8.

Sementara, perkembangan penggunaan lahan pada periode tahun 2009-2013 menunjukkan terjadinya penyusutan luas lahan pertanian sebesar 3.81% per-tahun, dan peningkatan luas lahan bukan pertanian sebesar 7.68% per-tahun. Hal ini menunjukkan adanya alih fungsi lahan pertanian sawah dan bukan sawah menjadi lahan bukan pertanian di Kabupaten Tangerang (lihat Tabel 9).

Kondisi lahan sawah irigasi Kabupaten Tangerang pada tahun 2008 dengan luas sebesar 45,710.11 ha tersebar di seluruh wilayah kecamatan, dimana Kecamatan Sepatan memiliki 1,233 ha, sementara Kecamatan Rajeg memiliki sawah irigasi seluas 4,131 ha, diikuti Kecamatan Pakuhaji dan Kronjo masing- masing dengan luas 3,535 ha dan 3,111 ha. Untuk lebih jelasnya luas penggunaan lahan sawah irigasi per-kecamatan pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 10, dan Gambar 6.

Luas panen padi sawah di Kabupaten Tangerang dari tahun 2009 sampai dengan 2014 terlihat fluktuatif. Hal ini terlihat dari untuk tahun 2010 luas panen dan produksi yang tertinggi, namun kemudian menurun pada sampai dengan tahun 2012 dan naik kembali sampai dengan tahun 2014. Untuk jelasnya luas panen, jumlah produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Tangerang dari tahun 2009-2014 dapat dilihat dalam Tabel 11.

Tabel 8 Luas penggunaan lahan Kabupaten Tangerang tahun 2008 No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Air Tawar 792,52.00 0.77 2 Belukar/Semak 622.38 0.60 3 Empang 5,480.76 5.31 4 Gedung 363.46 0.35 5 Hutan 95.14 0.09 6 Kawasan Industri 4,440.55 4.30 7 Kebun 5,568.20 5.39 8 Pasir Darat 53.27 0.05 9 Permukiman 23,543.29 22.80 10 Penggaraman 6.63 0.01 11 Rawa 248.07 0.24 12 Rumput/Tanah Kosong 3,702.57 3.59 13 Sawah Irigasi 45,710.11 44.26 14 Sawah Tadah Hujan 5,887.32 5.70 15 Tanah Berbatu 32.98 0.03 16 Tegalan/Ladang 5,696.05 5.52 17 Lain-lain 1,035.77 1.00 Kabupaten Tangerang 103,279.07 100.00 Sumber: Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang 2011-2031

dan Hasil Pengolahan Data ArcGIS 9.3

Tabel 9 Luas penggunaan lahan pertanian dan non pertanian di Kabupaten Tangerang dalam tahun 2009-2013 (dalam ha)

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)

2009 2010 2011 2012 2013 Lahan Pertanian Sawah dan

Non-Sawah (kebun, ladang)

67,121 62,249 61,670 59,784 57,394 Lahan Bukan Pertanian 28,840 33712 34,291 36,177 38,567 Total Lahan 95,961 95,961 95,961 95,961 95,961 Sumber: Diolah dari Kabupaten Tangerang dalam Angka 2010-1014

Profil Wilayah Kecamatan Sepatan Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Sepatan

Kecamatan Sepatan adalah salah satu kecamatan dari 29 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang. Kecamatan Sepatan merupakan bagian administrasi pemerintah wilayah Kabupaten Tangerang yang terletak di sebelah Utara Kabupaten Tangerang. Kecamatan Sepatan merupakan salah satu wilayah pendukung perekonomian di Kabupaten Tangerang dan sekitarnya. Secara geografis Kecamatan Sepatan terletak dibagian utara Kabupaten Tangerang pada Koordinat 106 º 20´ - 106 º 43´ Bujur Timur dan 6 º 00 - 6 º 20´ Lintang Selatan. Berdasarkan Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031, kecamatan ini termasuk salah satu daerah yang dialokasikan untuk pembangunan pertanian lahan basahnya.

Sumber: Interpretasi Citra tahun 2008

Tabel 10 Penggunaan lahan sawah irigasi tahun 2008 di Kabupaten Tangerang

No. Nama Kecamatan Luas Lahan Sawah (dalam ha)

1 Cisoka 608.42 2 Solear 55.99 3 Tigaraksa 761.99 4 Jambe 768.74 5 Cikupa 369.14 6 Panongan 1,374.39 7 Curug 402.91 8 Kelapa Dua 274.51 9 Legok 1,086.46 10 Pagedangan 897.80 11 Cisauk 324.57 12 Pasar Kemis 1,223.56 13 Sindang Jaya 2,505.95 14 Balaraja 1,206.73 15 Jayanti 2,039.87 16 Sukamulya 2,002.85 17 Kresek 1,964.47 18 Gunung Kaler 2,763.51 19 Kronjo 3,111.63 20 Mekar Baru 2,056.71 21 Sukadiri 2,375.81 22 Kemiri 2,368.09 23 Mauk 2,996.49 24 Rajeg 4,131.75 25 Sepatan 1,233.84 26 Sepatan Timur 837.58 27 Pakuhaji 3,535.36 28 Teluknaga 2,041.26 29 Kosambi 389.72 Total 45,710.11

Sumber: Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang 2011- 2031dan hasil pengolahan data arcview GIS 9.3

Tabel 11 Luas panen, jumlah produksi dan produktivitas padi Tahun 2009- 2014 di Kabupaten Tangerang

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas GKG (ku/ha)

2009 73,686 393,712 53.43 2010 82,392 450,969 54,73 2011 77,072 438,079 56.84 2012 65,884 390,378 59.25 2013 71,515 428,159 59.87 2014 72.049 433,953 60.23

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang, 2015

Batas-batas administratif wilayah Kecamatan Sepatan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Pakuhaji dan Sukadiri; Sebelah Selatan: Kota Tangerang dan Suka Mulya; Sebelah Barat : Kecamatan Rajeg dan Mauk; Sebelah Timur : Kecamatan Sepatan Timur.

Jarak dari Kecamatan Sepatan ke Ibu Kota Kabupaten Tangerang di Tigaraksa ± 25.9 Km yang dihubungkan Jalan Negara, Provinsi, dan Kabupaten. Pada tahun 2007, wilayah Kecamatan Sepatan terpecah dengan dibentuknya

pembentukan kecamatan baru yaitu Sepatan Timur. Kecamatan Sepatan terdiri dari 1 (satu) kelurahan dan 7 (tujuh) desa, serta meliputi 41 rukun warga (RW) dan 223 rukun tetangga (RT), dengan luas wilayah 18,832 km2. Adapun Desa/Kelurahan yang masuk Kecamatan Sepatan adalah Kelurahan Sepatan, Desa Karet, Mekar Jaya, Pondok Jaya, Pisangan Jaya, Sarakan, Kayu Bongkok, dan Kayu Agung. Secara jelasnya letak, batas administrasi dan pembagian wilayah Kecamatan Sepatan dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber: Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang 2011-2031 Gambar 7 Peta administrasi Kecamatan Sepatan

Kondisi Sosial dan Ekonomi Kecamatan Sepatan

Jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 97.290 Jiwa dengan 46.871 jiwa perempuan dan 50.419 jiwa laki-laki dengan potensi pengembangan perekonomian yang berbasis masyarakat antara lain pertanian 17.37%, perdagangan 36.50%, industri 29.37%, dan usaha lain 17.62%. Potensi wilayah Desa/Kelurahan dalam pembangunan perekonomian masyarakat adalah sebagai berikut:

- Kelurahan Sepatan berpotensi Perdagangan dan Pemukiman - Desa Karet berpotensi Industri dan Pergudangan

- Desa Mekar Jaya berpotensi Industri, Pergudangan, dan Pertanian

- Desa Pondok Jaya berpotensi Permukiman, Industri Rumahan, dan Perdagangan

- Desa Pisangan Jaya berpotensi Pemukiman, Industri Rumahan, dan Pertanian

- Desa Kayu Bongkok berpotensi Pertanian dan Perdagangan - Desa Kayu Agung berpotensi Pertanian dan Perdagangan Penggunaan Lahan Kecamatan Sepatan

Pada tahun 2012 penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Sepatan masih didominasi oleh lahan sawah irigasi seluas 798.74 ha., dan penggunaan non-sawah irigasi seluas 1,084.46 ha. Untuk lebih jelasnya penggunaan lahan Kabupaten Tangerang tahun 2012 dapat dilihat dalam Tabel 12.

Sementara data tahun 2015 menunjukkan terjadinya penurunan penggunaan lahan pertanian sawah irigasi menjadi 729.12 ha. atau menurun sekitar 2.19 persen pertahun sejak tahun 2012. Sebaliknya terjadi peningkatan luas lahan non-sawah irigasi menjadi 1,154.08 ha. atau naik sekitar 2.14 persen pertahun sejak tahun 2012.

Tabel 12 Luas penggunaan lahan Kecamatan Sepatan Tahun 2012 dan 2015 Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Tahun 2012 Tahun 2015 Sawah Irigasi 798.74 729.12 Lahan Kosong 112.68 329.23 Empang 42.92 37.17 Semak Belukar 312.87 60.09 Permukiman 386.04 404.94 Perumahan 86.25 151.86 Industri 116.60 125.63 Perdagangan dan Jasa 7.89 6.37

Jalan - 20.83

Sungai - 17.29

Lainnya 19.22 0.67

Total 1,883.20 1,883.20 Sumber: Hasil perhitungan arcview GIS 9.3

Kondisi Pertanian dan Lahan Sawah Irigasi

Sementara itu, data Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang menunjukkan adanya penyusutan luas lahan sawah irigasi rata-rata sebesar 10.14% per-tahun pada periode tahun 2010-2015. Hal ini menunjukkan adanya alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi lahan kering atau lahan bukan pertanian di Kecamatan Sepatan. Untuk jelasnya penyusutan lahan sawah irigasi di Kecamatan Sepatan dapat dilihat dalam Gambar 8.

Pada tiga tahun terakhir, periode 2012-2015, sebaran lahan sawah irigasi terbesar di Kecamatan Sepatan terletak di Desa Kayu Bongkok, yang diikuti dengan Kelurahan Sepatan dan Desa Pisangan Jaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Luas panen dan jumlah produksi padi sawah di Kecamatan Sepatan dari tahun 2009 sampai dengan 2014 terlihat menurun, kecuali tahun 2009-2010 meningkat. Namun demikian produktivitasnya meningkat terus dari 54.13 ku/ha pada tahun 2009 meningkat menjadi 61.86 ku/ha pada tahun 2014. Untuk jelasnya luas panen, jumlah produksi dan produktivitas padi sawah di kecamatan Sepatan dapat dilihat pada Tabel 14.

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

Gambar 8 Luas sawah irigasi (dalam ha) di Kecamatan Sepatan tahun 2010-2015

Tabel 13 Penggunaan lahan sawah irigasi di Kecamatan Sepatan tahun 2012 dan 2015

Kelurahan/Desa Luas Lahan Sawah Irigasi (ha) Tahun 2012 Tahun 2015 Kelurahan Sepatan 130.69 119.91 Desa Pisangan Jaya 128.22 110.42 Desa Kayu Bongkok 139.97 139.59 Desa Karet 28.66 18.14 Desa Mekar Jaya 77.77 83.25 Desa Sarakan 91.68 93.07 Desa Kayuagung 101.77 102.40 Desa Pondok Jaya 99.97 93.07

Total 798.74 729.12

Sumber: Hasil perhitungan arcview GIS 9.3.

Tabel 14 Luas panen, jumlah produksi dan produktivitas padi tahun 2009-2014 di Kecamatan Sepatan

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas GKG (ku/ha) 2009 2,708 14,660 54.13 2010 3,277 18.195 55.52 2011 1,855 10,718 56.86 2012 1,612 9,901 61.42 2013 1,567 9,659 61.64 2014 1,567 9,693 61.86 Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

Tinjauan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian di Kabupaten Tangerang

Dalam upaya melindungi dan menjaga keberlanjutan lahan pertanian atau sawah irigasi, Pemerintah bersama-sama dengan Pemerintah Daerah telah

0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 2010 2011 2012 2013 2014 2015 d al am h a Tahun Luas Lahan Sawah Irigasi

menerbitkan berbagai peraturan perundangan mulai dari Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Menteri (Permen) dan juga Peraturan Daerah (Perda), baik yang secara langsung atupun tidak langsung mengatur lahan sawah irigasi.

a. UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

UU ini disusun dengan tujuan untuk mengatur dan mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian sawah. Salah satu ketentuan yang dimuat pada pasal 44 ayat 1 mengatur tentang lahan yang sudah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) harus dilindungi dan dilarang dialihfungsikan. Ketentuan tersebut diperlukan karena adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang akan memberikan implikasi pada jumlah produksi pangan dan ketersediaan pangan. Dengan adanya UU Nomor 41 tahun 2009 ini diharapkan pemerintah daerah dapat mewujudkan kebutuhan dan ketahanan pangan daerah sehingga ketahanan pangan secara nasional dapat tercapai.

Dalam Pasal 27-28 disebutkan bahwa pengembangan terhadap LP2B dapat dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilaklukan dengan cara peningkatan kesuburan tanah; peningkatan kualitas benih/bibit; pendiversifikasian tanaman pangan; pencegahan dan penanggulangan hama tanaman; pengembangan irigasi; pemanfaatan teknologi pertanian; pengembangan inovasi pertanian; penyuluhan pertanian; dan/atau jaminan akses permodalan. Sementara dalam pasal 29, disebutkan ekstensifikasi dilakukan dengan pencetakan LP2B; penetapan lahan pertanian pangan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan/atau pengalihan fungsi lahan nonpertanian pangan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Lahan yang sudah ditetapkan menjadi LP2B dilindungi dan dilarang dialingfungsikan kecuali untuk kepentingan umum. Untuk LP2B yang sudah dialihfungsikan perlu penyediaan lahan pengganti (pasal 46), yaitu : paling sedikit tiga kali luas lahan dalam hal yang dialihfungsikan lahan beririgasi; paling sedikit dua kali luas lahan dalam hal yang dialihfungsikan lahan reklamasi rawa pasang surut dan nonpasang surut (lebak); dan paling sedikit satu kali luas lahan dalam hal yang dialihfungsikan lahan tidak beririgasi. Pada UU Nomor 41 tahun 2009 juga disebutkan bahwa pengendalian alih fungsi LP2B dapat dilakukan dengan pemberian insentif, disinsentif, mekanisme perizinan, proteksi dan penyuluhan. Disinsentif diberikan apabila petani tidak memenuhi kewajibannya sehingga dilakukan pencabutan insentif Kewajiban yang dimaksud adalah memanfaatkan tanah sesuai peruntukan dan mencegah kerusakan irigasi (pasal 34). Pengendalian juga dilakukan dengan melakukan perlindungan terhadap petani (pasal 62) dengan cara: harga komoditas pangan pokok yang menguntungkan, memperoleh sarana produksi dan prasarana pertanian, pemasaran hasil pertanian pokok, mengutamakan hasil pertanian dalam negeri, dan ganti rugi akibat gagal panen.

Pelanggaran terhadap pemanfaatan LP2B mendapatkan sanksi pidana yang dikenakan kepada: perseorangan yang melakukan alih fungsi LP2B, perseorangan yang tidak melakukan kewajiban mengembalikan keadaan

LP2B, pejabat pemerintah yang melakukan alih fungsi LP2B, pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pengalihfungsian LP2B, dan suatu korporasi yang melakukan alih fungsi LP2B.

b. PP Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Untuk mendukung pelaksanaan UU Nomor 41 Tahun 2009 diterbitkan PP Nomor 1 tahun 2011 yang bertujuan antara lain untuk mewujudkan dan menjamin tersedianya Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, mengendalikan alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan meningkatkan pemberdayaan, pendapatan dan kesejahteraan bagi petani, memberikan kepastian usaha bagi pelaku usaha tani, mewujudkan keseimbangan ekologis, dan mencegah pemubaziran investasi infrastruktur pertanian.

c. Permen Pertanian Nomor 07/PERMENTAN/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Permen Pertanian Nomor 7 Tahun 2012 ini disusun untuk mendukung pelaksanaan PP Nomor 1 tahun 2011, dan Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar teknis pelaksanaan pelayanan bagi Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dalam penetapan kriteria dan persyaratan Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang berkeadilan dan dengan kepastian hukum bagi seluruh pihak termasuk memberikan perlindungan hukum bagi petani dan pelaku usaha pertanian. Dengan adanya Pedoman Teknis ini, diharapkan dapat membantu kelancaran dan mempercepat pelaksanaan Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

d. PP Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Penyusunan PP Nomor 12 Tahun 2012, sebagai amanah dari pelaksanaan UU Nomor 41 Tahun 2009 dalam hal pengaturan insentif, bertujuan untuk mendorong perwujudan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang telah ditetapkan, meningkatkan upaya pengendalian alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan kesejahteraan bagi Petani, memberikan kepastian hak atas tanah bagi Petani, dan meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan, pengembangan, dan perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sesuai dengan tata ruang.

Pada pasal 3 dan 4, PP Nomor 12 Tahun 2012 diatur untuk pemberian insentif dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota pada LP2B yang telah ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP, RTRWK, dan/atau RDTRK. Pemerintah kabupaten/kota memberikan insentif berupa bantuan keringanan pajak bumi dan bangunan, pengembangan infrastruktur pertanian, pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul, kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi, penyediaan sarana produksi pertanian; bantuan dana penerbitan sertipikat hak

atas tanah pada Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dan/atau penghargaan bagi petani berprestasi tinggi.

e. PP Nomor 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi Perlindungan Lahan

Dokumen terkait