• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adanya pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang meningkat pesat di Kabupaten Tangerang yang salah satunya adalah akibat Kabupaten Tangerang sebagai wilayah penyangga Ibukota Jakarta. Kondisi tersebut menjadi penyebab terjadinya peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman dan kegiatan ekonomi khususnya untuk kegiatan industri. Akibatnya adalah terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang antara lain akan berdampak pada ketersediaan lahan sawah irigasi berkurang dan ketahanan pangan Kabupaten Tangerang yang berperan sebagai lumbung padi nasional terancam. Untuk itu maka perlu strategi perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Tangerang.

Terjadinya alih fungsi lahan sawah irigasi juga berkaitan erat dengan arahan peruntukan ruang pada rencana tata ruang yang ada serta program-program dari kementerian/lembaga, termasuk program kementerian/lembaga untuk pengembangan lahan sawah. Oleh karena itu maka perlu dilakukan tinjauan terhadap Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 bersama-sama dengan tinjauan terhadap perubahan penggunaan dan/atau penutupan lahan yang terjadi.

Selanjutnya dilakukan analisis penggunaan lahan sawah irigasi di Kabupaten Tangerang (tahun 2008) dengan arahan peruntukan ruang Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang TAhun 2011-2031 dan analisis kesesuaian perubahan penggunaan lahan sawah irigasi Kecamatan Sepatan (2012-2015) dengan arahan peruntukan ruang Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang TAhun 2011-2031. Selanjutnya dilakukan identifikasi dan analisis untuk mengetahui faktor-faktor lain (selain tata ruang) yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah irigasi agar tujuan penelitian untuk merumuskan strategi perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Tangerang, khususnya Kecamatan Sepatan dapat tercapai. Secara jelasnya kerangka pemikiran penelitian disajikan dalam Gambar 3.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dan dilaksanakan selama 6 bulan di mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan November 2015. Dari 29 kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang dipilih satu kecamatan yang diamati lebih rinci tentang alih fungsi lahan yang terjadi pada kecamatan tersebut.Satu kecamatan tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan kecamatan yang terlihat banyak mengalami alih fungsi lahan sawahnya. Adapun kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sepatan.

Kabupaten Tangerang dipilih sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan pertama Kabupaten Tangerang merupakan daerah penyangga DKI Jakarta yang menjadi daerah serta diproyeksikan sebagai daerah pengalihan kegiatan industri dari DKI Jakarta. Hal

ini sebagai indikasi terjadinya pergeseran struktur ekonomi dan akan berpengaruh terhadap alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Tangerang.

Gambar 3 Kerangka pemikiran

Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun hanya meningkat relatif kecil dibandingkan dengan kontribusi sektor non pertanian. Kedua adalah karena laju pertumbuhan ekonomi dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Tangerang berada di urutan kedua setelah Kabupaten Pandeglang dan kontribusi PDRB Kabupaten Tangerang terhadap Provinsi Banten berada pada urutan pertama (BPS, Banten Dalam Angka 2010). Dan ketiga karena terjadinya alih fungsi lahan sawah yang relatif cukup besar dalam 5 tahun terakhir.

Adapun pemilihan lokasi Kecamatan yang akan dilakukan penelitian adalah sebagai berikut:

Pertama, lokasi Kecamatan yang akan dipilih harus berada pada lokasi yang dalam RTRW diperuntukkan sebagai lokasi pertanian dan mengalami alih fungsi lahan sawah irigasi atau pertanian ke penggunaan non-pertanian. Berdasarkan data

Penggunaan Lahan Sawah Irigasi dengan Arahan Peruntukan Ruang RTRW (Kabupaten Tangerang)

Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Irigasi dengan Arahan Peruntukan Ruang RTRW (Kecamatan Sepatan)

- Tinjauan perda RTRW Kabupaten Tangerang

- Tinjauan kebijakan, regulasi dan program pertanian pangan

Tinjauan kondisi eksisting

penggunaan lahan, khususnya lahan sawah irigasi di Kabupaten

Tangerang dan Kecamatan Sepatan

Analisis Spasial Analisis Tabulasi

Analisis Deskriptif Analisis

SWOT

Strategi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Tangerang Pertumbuhan penduduk

Perkembangan ekonomi

Kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian (perumahan, industri, perdagangan, jasa, dan lainnya)

Penggunaan lahan sawah irigasi untuk kegiatan non– pertanian (alih fungsi lahan sawah irigasi)

dari potensi desa 2014 (Podes 2014) teridentifikasi 20 kecamatan yang mengalami konversi lahan sawah irigasi atu pertanian menjadi lahan non-pertanian dari 29 kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang. Dari 20 kecamatan tersebut kemudian terpilih 8 kecamatan yang menjadi prioritas untuk diteliti dengan pertimbangan bahwa 8 kecamatan yang diperuntukkan untuk pertanian pada RTRW Kabupaten Tangerang adalah kecamatan Sindang Jaya, Sukamulya, Kresek, Mekar Baru, Rajeg, Sepatan, Sepatan Timur, dan Pakuhaji.

Kedua, dari 8 kecamatan tersebut dibuat peringkat untuk menentukan kecamatan terpilih berdasarkan kriteria besarnya persentase luas lahan sawah irigasi yang berpotensi dialih fungsikan berdasarkan rencana pola ruang dalam RTRW. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa terdapat 4 kecamatan dimana pada lahan sawah irigasi diarahkan peruntukannya dalam Rencana Pola Ruang sebagai penggunaan lainnya (bukan pertanian), yaitu Kecamatan Sindang Jaya, Sukamulya, Sepatan, dan Sepatan Timur. Untuk jelasnya lihat Tabel 3.

Tabel 3 Persentase lahan sawah irigasi pada tahun 2012 yang dapat dialihfungsikan di 8 kecamatan di Kabupaten Tangerang Nama Kecamatan Rencana Peruntukkan

Lahan Pertanian dalam RTRW (ha) Luas Lahan Sawah Irigasi Persentase Lahan Sawah Irigasi yang dapat Dialihfungsikan Sindang Jaya 249 858 70.98 Sukamulya 2,234 1,254 9.57 Kresek 1,528 1,384 -10.40 Mekar Baru 1,659 994 -66.90 Rajeg 2,849 2,179 -30.75 Sepatan 473 876 46.00 Sepatan Timur 721 1,105 34.75 Pakuhaji 2,791 2,790 -0.04 Sumber: Hasil Analisis 2015

Ketiga, selanjutnya dari 4 kecamatan tersebut terlihat ada 2 kecamatan yang cukup besar potensi lahan sawah irigasi yang akan dialih fungsikan berdasarkan RTRW yaitu Kecamatan Sindang Jaya dan Kecamatan Sepatan. Namun dengan pertimbangan produktivitas padi sawah GKG (gabah kering giling) pada tahun 2014 di Kecamatan Sepatan sebesar 61.86 kuintal/ha yang berada lebih tinggi atau di atas rata-rata produktivitas padi sawah GKG Kabupaten Tangerang (sebesar 60.23 kuintal/ha), sementara produktivitas padi sawah GKG pada tahun 2014 di Kecamatan Sindang Jaya sebesar 60.00 kwintal/ha atau berada dibawah rata-rata produktivitas padi sawah GKG Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu, Kecamatan Sepatan dijadikan sebagai kecamatan terpilih dalam penelitian ini.

Data yang Diperlukan dan Sumbernya

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperlukan untuk mengetahui persepsi pelaksana kebijakan pada pemerintah daerah terhadap pengendalian lahan pertanian yang ada, dan diperoleh dari wawancara mendalam dengan para narasumber (apparat pemerintah dan petani). Data sekunder digunakan untuk mendukung analisis yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas dalam alih

fungsi lahan pertanian. Sumber data sekunder tersebut adalah berasal dari dinas dan instansi terkait antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pertanian, Peternakan, dan Ketahahan Pangan Kabupaten Tangerang, Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten, dan lainnya.

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan tertentu yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu aparat pemerintah, swasta dan petani, seperti: Kepala Kecamatan, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Penyuluh Pertanian, Kepala Desa, Pengembangan, dan lainnya dengan memakai pedoman wawancara. Secara jelasnya kelompok, jenis, dan jumlah responden dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4 Kelompok, jenis dan jumlah responden

No. Kelompok Responden Jenis Responden Jumlah Responden (orang) 1 Aparat Pemerintah - Asisten Deputi Kementerian

Perekonomian dan Direktur Agraria dan Tata Ruang - Kepala Bidang Tata Ruang

Kabupaten Tangerang - Camat Kecamatan Sepatan - Kepala Desa di Kecamatan

Sepatan

- Sekretaris Desa di Kecamatan Sepatan

- Kepala Urusan (Kaur) Desa di Kecamatan Sepatan - Kepala Balai Penyuluhan

Pertanian (BPP) Kecamatan Sepatan - Penyuluh di Kecamatan Sepatan 2 1 1 2 2 3 1 1 2 Swasta Pengembang di Kecamatan

Sepatan

2 3 Petani Petani di Kecamatan

Sepatan

32

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG)

Analisis tumpang susun peta yaitu menganalisis obyek penelitian melalui peta dengan cara menumpangsusunkan (overlay) antara peta satu dengan peta lainnya, sehingga menghasilkan informasi yang diinginkan secara spasial. Teknik

ini menggunakan software yang sudah diinstal dalam perangkat komputer yaitu Arc-Gis 10, untuk kemudian mengolah dataspasial berupa file shp.

Analisis tumpang susun data spatial pertama dilakukan untuk mengetahui luasan lahan sawah irigasi yang ada di Kabupaten Tangerang dipertahankan oleh arahan peruntukan ruang Perda RTRW Kabupaten Tangerang. Teknik tumpang susun dilakukan antara peta penggunaan lahan Kabupaten Tangerang tahun 2008 dengan Peta Pola Ruang Perda RTRW, yang kemudian diketahui adanya lahan sawah irigasi yang dipertahankan sebagai lahan sawah irigasi oleh arahan peruntukan ruang pada Perda RTRW, lahan sawah irigasi yang direncanakan alih fungsi menjadi non-sawah oleh arahan peruntukan pertanian pada Perda RTRW, dan direncanakan perluasan lahan sawah baru (cetak sawah) oleh arahan peruntukan ruang pada Perda RTRW. Untuk lebih jelasnya, analisis tumpang susun data spatial pertama ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Analisis tumpang susun penggunaan lahan sawah irigasi eksisting (tahun 2008) dengan arahan peruntukan ruang dalam Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang

Analisis tumpang susun data spatial kedua dilakukan untuk mengetahui perubahan luasan lahan sawah irigasi yang terjadi dari tahun 2012 ke tahun 2015 di Kecamatan Sepatan. Teknik tumpang susun dilakukan antara peta penggunaan lahan Kecamatan Sepatan tahun 2012 dengan peta penggunaan lahan Kecamatan Sepatan tahun 2015 dan Peta Pola Ruang Perda RTRW di wilayah Kecamatan Sepatan. Hasil tumpang susun ketiga peta tersebut, kemudian diketahui adanya perubahan lahan sawah irigasi menjadi non-sawah yang terjadi antara tahun 2012- 2015 yang sesuai dengan arahan peruntukan pertanian pada Perda RTRW, adanya sawah irigasi yang berpeluang tinggi menjadi non-sawah setelah tahun 2015 yang sesuai dengan arahan peruntukan pertanian pada Perda RTRW, terjadinya perubahan lahan sawah menjadi non-sawah antara 2012-2015 yang terindikasi pelanggaran, adanya lahan non-sawah berpeluang tinggi menjadi sawah sesuai dengan arahan peruntukan pertanian pada Perda RTRW (adanya potensi cetak lahan sawah baru) dan adanya lahan sawah yang tidak mengalami perubahan sejak tahun 2012 yang sesuai dengan arahan peruntukan pertanian pada Perda RTRW. Untuk lebih jelasnya, analisis tumpang susun data spatial kedua ini dapat dilihat pada Gambar 5

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yaitu menganalisis langsung terhadap keadaan obyek penelitian melalui: uraian, pengertian, ataupun penjelasan-penjelasan baik dari hasil wawancara mendalam dan observasi. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif dilakukan terkait dengan faktor-faktor pengaruh perubahan penggunaan lahan. Analisis data yg dilakukan bersifat evaluasi dengan menggunakan metode deskriptif dan menghasilkan data deskriptif verbal. Penggunaan angka-angka hanya sebagai penguat saja. Metode deskriptif untuk memberikan penjelasan dan uraian-uraian berdasarkan data-data dan informasi yang diperoleh selama penelitian.

Analisis SWOT

SWOT adalah akronim untuk kekuatan (strenghts), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Menurut Jogiyanto (2005), SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi. Menurut David (2008), semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan.

Menurut David (2008) penjelasan SWOT adalah sebagai berikut:

1) Kekuatan (strenghts) adalah sumber daya, ketrampilan, atau keunggulan- keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah

kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kometitif bagi perusahaan dipasar.

Gambar 5 Analisis tumpang susun perubahan luasan lahan sawah irigasi (tahun 2012 ke tahun 2015) di Kecamatan Sepatan dengan arahan peruntukan pertanian dalam Perda RTRW Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang

Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekuarangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen, dan ketrampilan pemasaran.

2) Peluang (opportunities) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok meupakan gambaran peluang bagi perusahaan.

3) Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi saat ini (Rangkuti 2009).

Dalam analisis SWOT terdapat dua faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu lingkungan internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Menurut Pearce II dan Robinson (1991) dalam Sanudin 2006, kekuatan (strengths) adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar; kelemahan (weakness) merupakan keterbatasan dalam sumberdaya, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja; peluang (opportunities) merupakan situasi yang menguntungkan, berbagai kecenderungan, peraturan-peraturan, dan perubahan teknologi; sedangkan ancaman (threats) adalah situasi yang tidak menguntungkan atau rintangan.

Perangkat analisis data yang digunakan adalah Matriks SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Dalam analisis SWOT terdapat dua faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu lingkungan internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi saat ini.

Analisis SWOT merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul. Hasil analisis SWOT berupa sebuah matriks yang terdiri dari empat kuadran. Masing-masing kuadran merupakan perpaduan strategi antar faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Menurut Rangkuti (2009), matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu SO, ST, WO, dan WT. Strategi SO adalah strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada dan strategi WT adalah strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti 2009), lihat Tabel 5.

Tabel 5 Matriks SWOT

Strengths (S) kekuatan internal Weakness (W) kelemahan internal Opportunities (O) peluang eksternal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) ancaman eksternal Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman Sumber: Rangkuti (2009)

Dalam melakukan analisis SWOT ini,unit yang dijadikan dasar analisis dalam menentukan batasan internal dan eksternal adalah lahan pertanian pangan di Kecamatan Sepatan dan petani, sehingga faktor yang diluar lahan pertanian pangan di Kecamatan Sepatan dan petani menjadi faktor eksternal. Selanjutnya, dalam menentukan faktor-faktor pada masing-masing kategori (SWOT), dilakukan melalui tinjauan beberapa referensi terkait

Dengan demikian apabila dikaitkan dengan tujuan, maka hubungan antara tujuan, metode analisis, jenis atau sumber data, serta keluaran penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Matriks hubungan antara tujuan, metode analisis, keluaran, jenis dan sumber data

No Tujuan penelitian Metode analisis

Keluaran Jenis data Sumber Data 1 Menganalisis sejauhmana Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Tahun 2011-2031 “mempertahankan” sawah irigasi sebelumnya (penggunaan lahan tahun 2008), “merencanakan” alih

fungsi lahan sawah irigasi yang ada sebelumnya (penggunaan lahan tahun 2008), dan “merencanakan” perluasan lahan sawah baru dibandingkan dengan yang ada sebelumnya (penggunaan lahan 2008) di Kabupaten Tangerang. Analisis Tumpang Susun Luasan lahan sawah irigasi Kabupaten Tangerang yang dipertahankan, direncanakan alih fungsi, dan direncanakan menjadi lahan sawah baru berdasarkan arahan peruntukan ruang pada Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011- 2031. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Tangerang tahun 2008 dan Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tangerang tahun 2011- 2031 Citra Landsat Tahun 2008, Perda No 13 tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Tangerang 2 Menganalisis sejauhmana perubahan penggunaan lahan sawah irigasi di Kecamatan Sepatan yang sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Tangerang (setelah ditetapkannya Perda No. 13 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang). Analisis Tumpang Susun Luasan perubahan penggunaan lahan sawah irigasi di Kecamatan Sepatan sesuai dengan arahan peruntukan ruang pada Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011- 2031. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sepatan tahun 2012 dan 2015, serta Peta Pola Ruang Kabupaten Tangerang tahun 2011- 2031 Intepretasi Citra Satelit, diakses Desember tahun 2012 dalam Matek RDTR Kecamatan Sepatan; Citra Satelit, diakses Agustus tahun 2015, dari Google Earth 3 Merumuskan strategi perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Tangerang Analisis SWOT Strategi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Tangerang Hasil Olahan dari Data Sekunder dan Primer (informan) .

4

KONDISI WILAYAH PENELITIAN

Dokumen terkait