• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konferensi Australia Indonesia Business Council (AIBC) dan

BAB I KINERJA

D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral

1. Konferensi Australia Indonesia Business Council (AIBC) dan

Australia Indonesia

Business Council

Australia Indonesia Business Council (AIBC) dengan tema Deepening our Economic Partnership telah dilaksanakan

pada tanggal 7 Maret 2011 dan dihadiri oleh 200 orang peserta yang terdiri dari perwakilan pemerintah kedua negara: Australian Department of Foreign Affairs and

Trade (DFAT), Dubes Australia di Jakarta, Kementerian

Perdagangan, BKPM, Dubes RI di Canberra, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, akademisi, kalangan pengusaha asal Indonesia dan Australia.

Tujuan konferensi AIBC antara lain adalah untuk

mensosialisasikan rencana IA-CEPA terutama kepada kalangan pengusaha kedua negara agar kerja sama ekonomi komprehensif ini memperoleh dukungan dari pengusaha kedua negara. Konferensi AIBC dimulai dengan

keynote address dari Menteri Perdagangan Australia dan

peluncuran buku Doing Business in Indonesia. Wakil Menteri Perdagangan RI juga berkesempatan untuk

menyampaikan keynote address mengenai perkembangan makro ekonomi dan iklim Investasi di Indonesia yang semakin kondusif. Dalam kesempatan ini Bapak Herry Soetanto dan Mr. Michael Mugliston menyampaikan materi perkembangan IA-CEPA.

Gambar 7. Bapak Wakil Menteri Perdagangan pada Acara Australia

Indonesia Business Council Pre Negotiation

Consultation on IA-CEPA

Pre Negotiation Consultation on IA-CEPA telah dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2011 di kantor

Australian Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT),

NSW office. Pertemuan didahului dengan diskusi antara Wamendag dengan Ketua Tim Perunding IA-CEPA Australia. Wamendag RI pada kesempatan tersebut didampingi oleh Ketua Tim Perunding IA-CEPA Indonesia, Direktur Kerja Sama Bilateral, Direktur Informasi dan Pengembangan Ekspor, Wakil Kepala ITPC Sydney dan perwakilan dari DFAT. Dalam pertemuan tersebut, Wamendag RI menyampaikan arahannya untuk mengidentifikasi possible clusters di mana kedua pihak dapat saling bekerja sama secara terfokus dalam kegiatan

Economic Cooperation sebagai bagian dari negosiasi

IA-CEPA.

Secara khusus, Wamendag RI menyampaikan ada 4

(empat) clusters yang dapat dilakukan dalam economic

cooperation secara komprehensif oleh kedua pihak, yaitu: 1) Kluster Pertanian/Agriculture (seperti sektor beef dan

dairy products) yang meliputi: perdagangan langsung

(direct trade), peningkatan kapasitas dengan tujuan untuk memberikan kontribusi bagi terwujudnya kebijakan pertanian Indonesia; pembangunan

Indonesia sebagai basis produksi untuk pasar negara ketiga termasuk fasilitasi perdagangan dan investasi sebagai basis produksi;

2) Kluster Barang Pertambangan/Extractive Mineral

(seperti tembaga dan batu bara) yang mencakup kegiatan perdagangan langsung, praktik pengelolaan sumber daya yang baik (best practice) termasuk tata pemerintahan yang baik, peningkatan kapasitas regulator termasuk pemerintah lokal, mendukung investasi bersama dan inisiatif pengolahan serta penciptaan nilai tambah produk untuk pasar negara ketiga;

3) Kluster Green Economy atau Sustanaible Trade

(seperti Crude Palm Oil), meliputi kegiatan: pengembangan standar dan proses sertifikasi, penelitian untuk mempromosikan clean sectors dan perdagangan ramah lingkungan melalui aktivitas perdagangan dan investasi; dan

4) Kluster Jasa (seperti jasa pendidikan, kesehatan, dan

perhotelan/pariwisata) yang akan mendukung pengembangan industri-industri jasa kompetitif.

Wamendag juga menyarankan agar negosiasi IA-CEPA

melibatkan “high level officials” seperti Wamentan dan Wamendiknas RI guna memecahkan kebuntuan yang mungkin terjadi pada proses perundingan untuk isu-isu spesifik. Menanggapi penjelasan Wamendag, pihak Australia menyampaikan akan mempelajari dan menyampaikan tanggapan tertulis atas usulan 4 (empat)

clusters tersebut.

Selanjutnya dilakukan pertemuan Konsultasi Pra Negosiasi

IA-CEPA antara Ketua Tim Perunding IA-CEPA Indonesia dengan Ketua Tim Perunding Australia. Delegasi RI terdiri dari unsur Kemendag, BKPM, Konsulat Jenderal RI dan ITPC Sydney. Sedangkan delegasi Australia terdiri dari unsur

Department of Foreign Affairs and Trade, Department of Agriculture, Fishery and Forestry, AusAid, dan Kedubes

Australia di Jakarta. Pada pertemuan Konsultasi Pra Negosiasi, dibahas hal-hal sebagai berikut:

Perkembangan Ratifikasi AANZFTA

1) Ratifikasi AANZFTA saat ini sedang diproses di Sekretariat Kabinet RI. Terkait dengan proses transposisi, Australia dan Selandia Baru telah menyepakati 3 (tiga) tarif lines produk dairy Indonesia. Oleh karena itu terdapat 17 (tujuh belas) tariff lines yang harus di-follow up lebih lanjut. Selanjutnya, pada

tanggal 22 Februari 2011, Indonesia telah menyampaikan posisi terakhirnya terkait dengan 17

tariff lines tersebut. Ketua Tim Perunding IA-CEPA

Australia menyebutkan akan menyampaikan posisi terakhir 17 tariff lines tersebut kepada Menteri Perdagangan Australia untuk mendapatkan persetujuan dan rekomendasi guna selanjutnya disampaikan kepada Indonesia.

Review OECD (Terkait dengan Investasi)

2) Indonesia menjelaskan bahwa Tim Ahli Organisation

for Economic Co-operation and Development (OECD)

telah me-review iklim investasi Indonesia dengan menggunakan Policy Framework for Investment (PFI). PFI mencakup checklist mengenai investasi, promosi dan fasilitas investasi, perdagangan, persaingan usaha,

corporate governance, pelaksanaan bisnis, pengembangan SDM, pengembangan sektor infrastruktur dan keuangan, serta public governance. PFI membantu evaluasi manfaat dan kerugian penggunaan insentif untuk PMA. Di samping hal tersebut, di tingkat pusat dan di daerah juga dibutuhkan capacity building bagi SDM pembuat kebijakan dan pelayanan administrasi investasi yang efisien. Australia berpendapat bahwa pelaksanaan (OECD) review tersebut bermanfaat untuk pengembangan kebijakan investasi di mana kebutuhan Indonesia untuk pengembangan SDM di bidang kebijakan investasi dapat diajukan dalam proyek kerja sama ekonomi dalam kerangka Pra Negosiasi IA-CEPA.

Perkembangan

Kebijakan Perdagangan Australia

3) Saat ini Australia sedang melaksanakan review terhadap kebijakan perdagangannya. Hasil review tersebut akan diumumkan kepada publik pada bulan April 2011. Terkait dengan kebijakan perdagangan tersebut, Productivity Commission Australia sedang mengevaluasi kerja sama perdagangan bebas yang dilakukan Australia baik secara bilateral maupun regional. Aus-Aid juga telah me-review bantuan yang diberikan kepada negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Dalam kerangka masukan untuk Pra Negosiasi IA-CEPA, telah disusun kajian Trade, Aid and Development for Indonesia oleh Aus-Aid.

Kerja Sama di bidang Pertanian

4) Pada pertemuan Working Group on Agriculture,

Fishery and Forestry (WGAFF) tanggal 3 Juni 2010 yang

mengharapkan tanggapan Australia atas tiga proposal, yaitu: (i) Beef and Dairy Investment Feasibility Study; (ii) Beef and Dairy Industry Investment workshop; dan (iii) Small Scale Abattoirs. Australia menyampaikan bahwa sektor industri dairy adalah merupakan sektor yang sensitif bagi Australia. Dalam kaitan ini, Australia akan memberikan tanggapan kepada Indonesia. Kementerian Pertanian telah menyetujui pilot project

on Enchancing Productivity and Profitability of Indonesian Small Holder Cattle Producers sebagai

salah satu kerja sama ekonomi dalam IA-CEPA Pre –

Agreement Facility (IPAF). Proyek tersebut akan

didanai oleh pemerintah dan swasta Australia. Australia menyampaikan usulannya untuk meluncurkan Cattle pilot project tersebut pada pertemuan Trade Ministers Meeting ke-9 yang direncanakan akan diadakan di Jakarta pada tanggal 20 April 2011.

Diskusi Terkait Keterlibatan Industri, Pemerintah dan Konsultasi Publik IA-CEPA dan AANZFTA

5) Ketua Tim Perunding IA-CEPA Australia juga mengusulkan untuk melakukan penyelenggaraan seminar dengan tema “Developing a Strategic

Approach for Agriculture Cooperation” yang dilakukan back-to-back dengan Working Group on Agriculture, Fisheries and Forestry (WGAFF) di mana akan

dikoordinasikan oleh Kementan pada bulan Juni atau Juli 2011 di Bukit Tinggi. Dalam pertemuan WGAFF tersebut juga diusulkan untuk dibahas 3 (tiga) proposal kerja sama yang telah diberikan kepada Australia oleh Kementan sebelumnya. Terkait dengan pemanfaatan skema ASEAN, Australia and New

Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) di bidang

perdagangan barang, Australia menyampaikan bahwa Filipina merupakan negara di ASEAN yang memiliki pemanfaatan skema tertinggi. Ketua Tim Perunding IA-CEPA Australia menyampaikan bahwa alasan di balik tingginya pemanfaatan konsesi perdagangan oleh Filipina adalah gencarnya sosialisasi promosi yang dilakukan oleh Department of Industry and Trade of

Philipine mengenai manfaat yang dapat diambil dari

konsesi perdagangan barang AANZFTA. Upaya sosialisasi tersebut melibatkan Small and Medium

Enterprises (SMEs), Dubes Australia, Dubes Selandia

Baru di Filipina dan kalangan industri. Terkait dengan ini, Australia mengusulkan agar Indonesia melakukan hal serupa dalam melakukan promosi pemanfaatan skema AANZFTA.

Joint Out Reach/ Sosialiasasi Manfaat IA-CEPA

6) Ketua Tim Perunding IA-CEPA Australia menyampaikan agar sebelum dimulainya perundingan IA-CEPA, kedua pihak Indonesia dan Australia mengadakan sosialisasi agar para stakeholder memahami manfaat rencana kerja sama yang akan datang. Ketua Tim Perunding IA-CEPA menyambut baik usulan tersebut dan menambahkan bahwa pelaksanaan sosialisasi ini diharapkan dapat:

a) meningkatkan confidence building dalam rangka pelaksanaan IA-CEPA;

b) ditargetkan tidak saja pada sektor yang akan diuntungkan dari skim bilateral CEPA tetapi juga sektor yang kemungkinan dirugikan dan bagaimana cara mengantisipasinya; dan

c) memperluas (broader ownership) rasa memiliki atau “sense of belonging” dan dukungan publik dalam arti luas.

Indonesia juga menyampaikan Kementerian Perdagangan telah melaksanakan sosialisasi pada tahun 2009 dan 2010 di Jakarta, Surabaya, dan Makasar. Dari hasil sosialisasi tersebut telah didapat masukan dan tanggapan positif dari instansi Pemerintah, KADIN, asosiasi, akademisi, dan anggota Parlemen.

Eksplorasi

Kemungkinan Proyek Kerja Sama Ekonomi yang Strategis

7) Indonesia menyampaikan kembali usulan kerja sama ekonomi yang memiliki arti strategis dan bersifat komprehensif. Dalam hal ini, kedua belah pihak menyepakati untuk memasukkan cross-cutting issues ke dalam kerja sama ekonomi IA-CEPA sehingga bersifat menyeluruh (comprehensive) meliputi 3 (tiga) pilar kerja sama: ekonomi, akses pasar, dan investasi.

Diskusi Mengenai Jangka Waktu dan Modalitas IA-CEPA

8) Indonesia menyampaikan konsep Guideline Principles

and Modalities sebagai landasan untuk perundingan

IA-CEPA. Kedua Tim Perunding saling bertukar pandangan dan pihak Australia akan menyampaikan tanggapannya secara tertulis. Australia mengusulkan agar negosiasi IA-CEPA dimulai pada semester kedua tahun 2011.

Rencana Lanjutan Pertemuan Konsultasi Pra Negosiasi IA-CEPA dan Trade Ministers Meeting ke-9

9) Australia menyampaikan bahwa pertemuan Konsultasi Pra Negosiasi IA-CEPA selanjutnya akan dilakukan di Jakarta (pada tanggal 18 April 2011) sebelum pertemuan Trade Ministerial Meeting (TMM) yang telah disepakati akan diadakan pada tanggal 20 April 2011. Kedua Tim Perunding sepakat bahwa

pertemuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan laporan mengenai perkembangan Pre Negotiation

Consultation IA-CEPA kepada kedua Menteri dalam

pertemuan dimaksud. Salah satu rekomendasi yang disepakati untuk disampaikan kepada Menteri Perdagangan kedua negara adalah proyek kerja sama

beef yang akan didanai melalui IPAF (IA-CEPA Pre Agreement Facilitation).

Gambar 8. Delegasi Indonesia dan Australia

Dokumen terkait