• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejatinya, langkah kelima tidak termasuk dalam konteks penanganan diare, melainkan lebih kepada edukasi para orangtua mengenai perlunya kewaspadaan bila terjadi hal-hal yang lebih serius terhadap diare yang dialami balita. Langkah ini diberikan oleh para praktisi kesehatan kepada orangtua agar selalu memantau

keadaan balita dan bila terjadi hal-hal yang lebih serius agar segera dibawa kembali ke dokter. Sekalipun diare akut tergolong ringan, tetapi pada beberapa keadaan kesehatan balita dapat memburuk dan bahkan membahayakan jiwa. Dokter dan praktisi kesehatan lainnya perlu mengedukasi para orangtua mengenai cara pembuatan dan pemberian oralit, Zinc dan informasi lain seputar masalah diare akut (Sofwan, 2010).

Segala kekhawatiran orangtua mengenai keadaan anaknya sebaiknya segera dikonsultasikan dengan dokter. Pelaksanaan utama keberhasilan penanganan diare di komunitas adalah orangtua. Hal ini sangat diperlukan bagi orang tua, terutama ibu, untuk mengenali diare dan membantu penyembuhannya (Nagiga dan Arti, 2009). 2.2.8 Pencegahan Perilaku Berisiko Terjadinya Diare Pada Balita

Diare pada balita merupakan penyakit yang dapat dicegah. Beberapa perilaku berikut dapat menjadi risiko terjadinya diare pada anak, yaitu:

1. Pengunaan botol susu

Botol susu yang jarang dibersihkan dapat menjadi media transportasi kuman kedalam pencernaan balita. Oleh karena itu perlu untuk selalu mencuci botol susu hingga bersih dan sebaiknya direbus sebelum digunakan lagi, agar kuman yang menempel pada botol susu tersebut dapat mati dalam pemanasan.

2. Menyimpan makanan masak dalam suhu kamar

Makanan masak yang disimpan pada suhu kamar untuk dimakan kemudian, dapat memudahkan terjadinya pencemaran akibat terjadinya kontak dengan permukaan alat-alat yang terpapar. Bila makanan disimpan beberapa jam dalam suhu kamar, kuman dapat berkembang biak pada makanan tersebut.

3. Air minum yang tercemar kuman

Air minum yang tercemar bisa terjadi melalui dua hal, yaitu tercemar pada sumber airnya dan tercemar pada tempat penyimpanan minumannya.

4. Tidak cuci tangan setelah buang air besar atau membuang tinja balita

Mencuci tangan merupakan hal sederhana dan sangat penting, terutama setelah terpapar dengan sesuatu yang mengandung kuman. Apalagi setelah itu akan menyiapkan makanan. Kuman yang masih menempel pada tangan yang belum dicuci dapat terkontaminasi pada makanan.

5. Tidak membuang tinja dengan benar

Orang sering menganggap tinja balita tidak berbahaya, padahal tinja balita juga mengandung kuman. Demikian juga dengan tinja binatang, juga mengandung kuman.

6. Pengelolaan dan pembuangan sampah sembarangan

Pengelolaan dan pembuangan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain) (Purnamasari, 2011).

2.3 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Karakteristik: • Umur • Pendidikan • Pekerjaan • Jumlah anak Sumber informasi: • Petugas kesehatan • Media Elektronik/ cetak • Keluarga • teman Pengetahuan Sikap Tindakan ibu melakukan penanganan awal diare dalam mencegah terjadinya dehidrasi pada balita

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk mengetahui gambaran perilaku ibu tentang penanganan awal diare dalam mencegah terjadinya dehidrasi pada balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai tahun 2012.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:

1. Kawasan Puskesmas Tegal Sari salah satunya adalah Kelurahan Tegal Sari Mandala III. Keadaan lingkungan kelurahan ini bervariasi dari daerah pasar, kumuh dan perumahan sosial ekonomi menengah.

2. Dari hasil survei awal penelitian, di Kelurahan Tegal Sari Mandala III tersebut terdapat cukup banyak ibu-ibu yang memiliki balita.

3. Dari data kasar yang ada di Puskesmas Tegal Sari angka kejadian diare pada balita masih cukup tinggi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanankan bulan Juli – November 2012

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita di kelurahan Tegal Sari Mandala III yang pernah membawa anaknya berobat ke Puskesmas Tegal Sari karena terkena diare dalam kurun waktu 1 tahun pada tahun 2011.

3.3.2 Sampel

Banyaknya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus (Lemeshow, 1994), yaitu:

Z2 n = .P(1-P).N d2.(N-1)+Z2.P(1-P) Keterangan : n = Besar sampel N = Besar populasi d = Galat pendugaan (0,1) Z = Tingkat kepercayaan (90%=1.645) P = Proporsi populasi (0,5)

Berdasarkan data dari puskesmas Tegal Sari Medan Denai bahwa jumlah ibu yang memiliki balita di kelurahan Tegal Sari Mandala III yang pernah membawa anaknya berobat ke Puskesmas Tegal Sari karena terkena diare sebanyak 185 orang dalam kurun waktu 1 tahun.

Z2 n = . P(1-P) . N d2 . (N-1)+Z2 . P(1-P) (1.645)2 n = . 0.5 (1-0.5) . 185 (0.1)2 . (185-1) + (1.645)2 . 0.5 (1-0.5) n = 49,7 = 50

Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh sampel sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu secara simple random sampling dengan dengan cara menuliskan semua nama ibu dikertas lalu dimasukkan kedalam wadah atau botol kemudian dilakukan pengundian seperti arisan sebanyak 50 kali sesuai dengan jumlah sampel.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari sumber data yaitu: 1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang meliputi data pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pencegahan diare pada balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Medan Denai.

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data umum yaitu data pencatatan dan pelaporan penderita diare di Puskesmas Tegal Sari Medan Denai dan data pendukung dari pihak-pihak terkait.

3.5 Defenisi Operasional

Variablel dalam penelitian ini adalah:

1. Umur adalah lamanya hidup responden terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir ketika diwawancarai.

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan diselesaikan oleh responden dan memperoleh tanda tamat belajar.

3. Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia dengan berbagai tujuan.

4. Jumlah anak adalah banyak anak yang dilahirkan hidup dalam satu keluarga. pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.

5. Sumber informasi adalah penyedia sekumpulan informasi yang telah di kelompokan berdasarkan masing – masing kategori . sumber informasi bisa berupa majalah, surat kabar, website dan lain sebagainya.

a. Peran petugas kesehatan adalah memberikan informasi atau pelayanan pada pasien dan masyarakat

b. Media elektronik/cetak adalah media yang menyampaikan informasi mengenai cara mencegah dehidrasi akibat diare pada balita.

c. Keluarga adalah orang-orang yang memiliki kedekatan dan hubungan darah dengan responden yang mendukung responden dalam cara melakukan pencegah dehidrasi akibat diare pada balita.

d. Teman adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan responden tetapi tidak ada hubungan darah yang mendukung

responden dalam cara melakukan pencegah dehidrasi akibat diare pada balita.

6. Dehidrasi gangguan dalam keseimbangan cairan at terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbanga

7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai cara melakukan pencegah dehidrasi akibat diare pada balita.

8. Sikap adalah pandangan responden mengenai cara melakukan pencegah dehidrasi akibat diare pada balita.

9. Tindakan adalah hal-hal yang dilakukan responden dalam menangani pencegahan dehidrasi akibat diare pada balita.

3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1 Instrumen

Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari data karakteristik responden, sumber informasi dan data perilaku yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam upaya melakukan pencegahan diare pada balita.

3.6.2 Aspek Pengukuran

Menurut Arikunto (2002), aspek pengukuran dengan kategori (baik, sedang, kurang) terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentuan. Untuk mengukur pengetahuan, dan tindakan dalam penelitian ini digunakan skala Thurstone dan untuk mengukur sikap digunakan skala Likert. Skala

yang disusun menurut metode Thurstone disusun sedemikian rupa sehingga interval antar urutan dalam skala mendekati interval yang sama besarnya, karena itulah skala ini sering juga disebut equal-appearing interval atau equal-interval scale (skala interval sama). Skala Likert adalah mengunakan teknik konstruksi test yang lain yaitu masing-masing responden diminta melakukan agreement atau disagreement untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri dari 5 poin. Dengan demikian ukuran yang dihasilkan oleh skala ini hampir-hampir mendekati ukuran interval sehingga dapat digunakan analisa statistik.

Pada penelitian ini, kuesioner terdiri dari 41 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan mengenai sumber informasi, 11 pertanyaan pengetahuan, 12 pertanyaan tentang sikap dan 13 pertanyaan tentang tindakan.

Dokumen terkait