• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Konsep Balita

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Tumbuh kembang sebenarnya dua istiah yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dari jumlah serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi, dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi dari lebih kompleks, jadi bersifat kuantitatif yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan (Narendra, 2005).

a. Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan pada anak dilihat dari pertumbuhan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, gigi, organ penglihatan, organ pendengran, dan organ seksual.

b. Perkembangan Anak

Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan perkembangan prilaku (Hidayat, 2009).

2. Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

Adapun ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan menurut Hidayat (2008) yaitu:

1. Ciri Pertumbuhan a. Perubahan Ukuran

Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain lain.

b. Perubahan Proporsi

Perubahan proporsi terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.

c. Hilangnya Ciri Lama

Pada pertumbuhan terjadi hilangnya cirri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan laian-lain.

d. Timbulnya Ciri-Ciri Baru

Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah ketiak, pubis atau dada.

2. Ciri Perkembangan

a. Perkembangan melibatkan perubahan.

Karena perkembangan terjadinya bersamaan dengan pertumbuhan maka setiap pertumbuhan disertai dengan peruhan

fungsi, perkembangan sistim reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan organ kelamin, perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.

b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya.

Perkembangan awal merupakan awal masa kritis karena akan menetukan perkembangan selanjutnya.

c. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang mengatur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bias terjadi terbalik. Misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum membuat gambar kotak berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak menurut Hidayat (2008), meliputi faktor herediter, factor lingkungan, status gizi dan faktor hormonal.

1. Faktor herediter

Factor ini dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anaak. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa.

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (lingkungan setelah bayi lahir). Salah satu faktor lingkungan postnatal yaitu pendidikan atau pengetahuan orang tua. Pengetahuan orang tua

merupakan salah satu factor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan atau pengetahuan yang baik, maka orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara yang baik, serta mengetahui bagaimana menjaga kesehatan anaknya.

3. Status gizi

Bayi yang mendapat asupan gizi yang seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya akan memperoleh energy yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan nutrien tertinggi per kg berat badan dalam siklus daur kehidupan adalah masa bayi dan anak-anak, dimana kecepatan tertinggi dalam pertumbuhan dan metabolisme terjadi pada masa ini (Hidayat, 2008). Dukungan gizi sangat berarti, karena dengan gizi yang sesuai kebutuhan, pertumbuhan fisik dan perkembangan dini dapat membentuk dasar kehidupan yang sehat dan produktif. Imaturitas dari organ-organ tubuh dan kemampuan dalam mencerna dan menyerap nutrient dari ASI serta prilaku makan yang berkembang tahap demi tahap mengharuskan masukan gizi yang sangat diperhatikan (Kusharisupeni, 2010 ).

4. Faktor hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain hormone somatrotopin, hormone tiroid dan glukotiroid. Menurut Sediaoetomo (2000) terdapat dua fase pertumbuhan cepat (growth spurdt) pada pola pertumbuhan seseorang, yaitu periode bayi dan balita serta periode remaja. Terutama pada fase pertumbuhan cepat, kebutuhan zat gizi akan meningkat dengan pesat. Sehingga, suatu

kondisi defisiensi pada fase ini akan sagat berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

4. Tahapan Tumbuh Kembang Balita

Tahapan tumbuh kembang anak dimulai dari bayi (0-11bulan), toddler (1-3 tahun), usia prasekolah (3-5 tahun),usia sekolah dan remaja (Hidayat, 2008).

5. Balita

Perkembangan seorang anak secara umum digambarkan melalui beberapa periode, salah satunya yaitu periode Bawah Lima Tahun (BALITA) yang merupakan salah satu periode manusia setelah bayi dan sebelum anak-anak awal. Rentang usia balita dimulai dari 1 sampai 5 tahun. Periode usia ini disebut juga periode usia prasekolah. Periode ini adalah periode penting dalam tumbuh kembang anak karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya (Djaeni, 2000).

C. Gizi

1. Pengertian Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, peyimpanan, metabolise dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supriasa, 2002).

2. Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bantuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentu variable terrtentu. Contoh: KEP merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran energy dan didalam tubuh seseorang (Supriasa, 2001). Sedangkan menurut Suhardjo (2003), status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.

3. Gizi Buruk

Gizi buruk adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001). Gizi buruk adalah keadaan di mana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Umumnya gizi buruk ini di derita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan energi yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus atau bakteri (Almatsier, 2003).

Sedangkan Gizi buruk menurut Depkes (2003) adalah keadaan kurang gizi yag disebabkan karena kurangnya asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama.

1. Klasifikasi gizi buruk

Ada empat bentuk malnutrisi menurut Supriasa (2002) yaitu;

1) Under nutrition: kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absolute untuk periode tertentu.

2) Specific Deficiency: kekurangan zat gizi tertentu. Misalnya: kekurangan vitamin A, yodium, fe, dan lain-lain.

3) Over nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. Misalnya penyerapan gizi yang buruk atau kehilangan gizi secara berlebihan.

4) Imbalance : karena disporposi zat gizi, misal: kolestrol terjadi karena tidak seimbangnya (LDL) low density lipoprotein, (HDL) high dendity lipoprotein, (VLDL) very low density lipoprotein. 2. Tanda Gejala Umum Balita Menderita Gizi Buruk

Tanda-tanda klinis gizi buruk adalah badan menjadi kurus, jaringan lemak mulai terasa lunak dan otot-otot tidak kencang dan ini biasanya tampak bila paha bagian dalam saat diraba. Penyusutan otot mulai terlihat pada bagian lengan atas serta bahu bagian atas dan belakang. Biasanya disertai dengan keadaan perut yang membesar (buncit). Bayi menjadi kurang responsive dan mengarah kepada apatis, serta perkembangan kepandaian lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang normal (Muchtadi 2002). Menurut Supriasa (2002) pada balita yang mengalami malnutrisi pada pemeriksaan fisik terdapat tanda :

1) Rambut

Rambut kusam, kering, tipis dan jarang, dan mudah putus/kurang kuat.

2) Wajah

Pucat atau penurunan pigmentasi, moon face (wajah seperti bulan), pengeringan selaput mata dan flek hitam dibawah mata. Terdapat jaringan parus sekitar sudut bibir, serta adanya gusi yang mudah berdarah.

3) Kelenjar

Pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar tiroid, sedangkan menurut Depkes RI 1999, tanda- tanda klinis penderita malnutrisi yaitu; anak tampak sangat kurus, cengeng, rewel, kadang apatis, kulit kering, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, rambut kusam dan mudah putus, pandangan mata anak nampak sayu, dan sering disertai infeksi anemi dan diare.

3. Faktor Penyebab Gizi Buruk

Factor penyebab gizi buruk menurut menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada tiga faktor penyebab gizi buruk, meliputi

a. Keluarga miskin.

b. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak. c. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC,

Menurut UNICEF (1988) dalam Depkes (2005) Ada dua faktor penyebab gizi buruk meliputi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung,

a. Penyebab langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

b. Penyebab tidak langsung

Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan social.

3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan (Depkes, 2005).

Selain penyebab langsung dan penyebab tidak langsung gizi buruk terdapat juga penyebab lain yaitu pengetahuan ibu. Sesuai dengan penelitian Berg 1986 dalam Morani (2008) penelitian tersebut mengidentifikasi dan menjelaskan kwasihiokor dan melaporkan bahwa di Afrika barat gizi kurang tidak terjadi karena kemiskinan harta, tetapi karena kemiskinan pengetahuan tentang kebutuhan gizi anak.

4. Dampak Gizi Buruk

a. Dampak Gizi Buruk Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit disembuhkan, oleh karena itu anak yang bergizi kurang tersebut kemampuanya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih

terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso dan Lies, 2007).

Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan mikro atau makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan system pertahanan tubuh terhadap microorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.

Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting serta cairan tubuh.

Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi gizi buruk terjadi pada

masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible (sulit untuk dapat pulih kembali).

Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak adalah salah satu 'aset' yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang berkualitas di kemudian hari.

b. Efek Jangka Pendek Dan Jangka Panjang

Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa (Nency, 2000).

Tindak lanjutan terhadap balita yang malnutrisi, terus menunjukan kemampuan yang lebih buruk dalam fungsi kognitif yang beragam, hal ini lebih buruk jika dibandingkan dengan balita yang mempunyai gizi baik. Di negara berkembang banyak dilakukan

penelitian lanjutan terhadap malnutrisi. Gangguan perkembangan ditemukan hingga usia pubertas (Gibney, 2008). Suatu analilisis terpadu (analilis meta) 8 penelitian dari 5 negara berkembang (Bangladesh, India, Malawi, Tanzani, dan Papua New Guinea) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara kurang gizi berat dan kematian anak. Pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun resiko kematian meningkat dengan lebih besar pada mereka yang menderita gizi buruk berat yang diukkur degan BB/U (Soekirman, 2000).

c. Dampak Yang Mungkin Muncul Dalam Pembangunan Bangsa di masa depan karena masalah gizi antara lain :

a. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak. Hal ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya manusia di masa depan.

b. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

c. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak-anak. Akibatnya diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi kekurangan gizi semasa anak dikandung sampai umur kira-kira tiga tahun.

d. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini, berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa..

e. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja manusia (Suhardjo, 2003).

Kekurangan gizi pada umumya adalah menurunnya tingkat kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi, social budaya dan lain sebagainya (Suhardjo, 2003).

5. Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita

Akhir-akhir ini, banyak balita yang mengalami keadaan gizi buruk di beberapa tempat. Bahkan, dijumpai ada kasus kematian balita gara-gara masalah gizi buruk kurang diperhatikan. Kondisi balita yang kekurangan gizi sungguh sangat disayangkan. Sebab, pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasannya dipengaruhi oleh gizi. Kondisi gizi buruk tidak mesti berkaitan dengan kemiskinan dan ketidaksediaan pangan, meski tidak bisa dipungkiri kemiskinan dan kemalasan merupakan faktor yang sering menjadi penyebab gizi buruk pada anak.

1) Kartu Menuju Sehat

Sejauh mana dalam mengetahui keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak dan apakah hal tersebut dapat berlangsung

normal, maka diperlukan parameter atau patokan. Parameter ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat). Diposyandu (pos pelayanan terpadu), juga telah disediakan Kartu Menuju Sehat yang bisa juga digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS.

Kartu Menuju Sehat adalah alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang anak, dan dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi balita (Nursalam, 2008). Secara umum, KMS berisi gambar kurva berat badan trhadap umur untuk anak berusia 0-5 tahun, atribut penyuluhan, dan catatan yang penting untuk diperhatikan oleh petugas dan orang tua. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus menginterprestasi tumbuh kembang anak.

Kartu Menuju Sehat (KMS) yang ada di Indonesia pada saat ini berdasarkan standar (Harvard pada seminar Antropomentri di Jakarta, 1975), dimana garis titik-titik merupakan batas gizi baik dan gizi kurang (cut off point) berdasarkan median-2SD. Sedangkan garis merah merupakan batas gizi kurang dengan gizi buruk (Medicastore.com diakses pada tgl 29 februari 2012).

2) Tujuan Penggunaan KMS

Tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal. Adapun tujuan khususnya meliputi

1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal.

3. Mengatasi malnutrisi dimasyarakat secara efektif dengan peningkatan pertumbuhan yang memadai (Nursalam, 2008). 3) Dasar Kurva pada KMS

Kurva atau grafik pada KMS dibuat berdasarkan standar baku WHO-NCHS yang disesuaiakan dengan situasi Indonesia. Kurva pertumbuhan tersebut dibagi dalam lima kelompok sesuai dengan skala berat badan dalam kg dan garis datar yang merupakan skala umur menurut bulan. Kelompok pertama untuk bayi berusia 0-12 bulan, kelompok kedua untuk bayi berusia 13-24 bulan, kelompok ketiga untuk usia 25-36 bulan, kelompok empat untuk usia 37-48 bulan, dan kelompok lima untuk usia 49-60 bulan. Setiap kelompok kurva terdapt garis melengkungyang menggambarkan pola pertumbuhan berat badan, berupa garis berwarna merah dengan pita kuning, hijau muda, dan hijau tua.masing-masing warna tersebut mempunyai makna sebagai berikut:

1. Garis merah dibentuk dengan menghubungkn angka yang dihitung dari 70% median baku WHO-NCHS.

2. Dua pita kuning yang berada di atas garis merah, berturut-turutmerupakan batas atas 75% dan 85% dari median baku WHO-NCHS.

3. Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning, berturut-turut merupakan batas atas 85% dan 90% dari median baku WHO-NCHS.

4. Dua pita warna hijau tua di atas diatas pita hijau meda, berturut-turut merupakan batas atas 95% dan 100% median baku WHO-NCHS.

5. Dua pita hijau dan pita kuning paling atas, masing-masing bernilai 5% dari median baku dimana anak-anak sudah mengalami kelebihan bert badan.

Dari pengukuran kurva pertumbuhan berat badan bagaimana status gizi anak dapat di interprestasikan

1. Apabila pada pengukuran arah garis meningkat (mengikuti arah kurva) berarti pertumbuhn anak baik dengan status gizi baik.

2. Apabila pada pengukuran arah garis mendatar, berarti pertumbuhan kurang baik dengan status gizi kurang sehingga anak memerlukan perhatian khusus.

3. Apabila pada pengukuran arah garis menurun, berada diatas garis merah berarti anak status gizi buruk dan memerlukan tindakan segera.

Idealnya berat badan bayi berada di garis normal pada grafik pertumbuhan. Ini artinya pertambahan berat badannya seimbang dengan pertambahan tinggi badan dan usia. Untuk itulah orang tua dianjurkan untuk selalu memantau berat badan bayinya secara berkala dengan membawa anaknya untuk kontrol ke dokter atau posyandu sebulan sekali untuk mengontrol berat badan (Rini, 2007).

6. Pencegahan Masalah Gizi Buruk

1) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama mencakup promosi kesehatan dan perlindungan khusus dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat terhadap hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kekurangan gizi. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat pertama :

1. Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan.

2. Memberikan MP-ASI setelah umur 6 bulan. 3. Menyusui diteruskan sampai umur 2 tahun. 4. Menggunakan garam beryodium.

5. Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe) kepada anak balita.

2) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Pencegahan tingkat kedua lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi dini untuk menemukan kasus gizi kurang di dalam populasi. Pencegahan tingkat kedua bertujuan untuk menghentikan perkembangan kasus gizi kurang menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat kedua :

1. Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang. 2. Deteksi dini (penemuan kasus baru gizi kurang) melalui bulan

penimbangan balita di posyandu.

3. Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi). 4. Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi

buruk.

5. Pemantauan Status Gizi (PSG)

3) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat ketiga ditujukan untuk membatasi atau menghalangi ketidakmampuan, kondisi atau gangguan sehingga tidak berkembang ke arah lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Pencegahan tingkat ketiga juga mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat masalah gizi sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat ketiga :

1) Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan.

2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak.

3) Menangani kasus gizi buruk dengan perawatan puskesmas dan rumah sakit.

4) Pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilaku sadar gizi. 4. Kebutuhan Nutrisi Untuk Balita

Gizi kurang banyak menimpa anak-anak balita sehingga golongan ini disebut golongan rawan gizi. Masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makanan orang dewasa atau bukan anak merupakan masa gawat karena ibu atau pengasuh anak mengikuti kebiasaan yang keliru (Sajogyo et al, 1994). Kebutuhan nutrisi merupakaan kebutuhan yang sangat

Dokumen terkait