• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Belajar bagi Orang Dewasa

Dalam dokumen ORANG DEWASA (Konsep dan Aplikasi) (Halaman 127-132)

Dalam pembelajaran orang dewasa ada dua mazhab atau aliran yang mendasari teori belajar mengajar orang dewasa, adalah “scientific stream” serta “artistic dan atau intuitive/reflective stream”.

Aliran Scientific Stream dipublikasikan oleh Edward L. Thorndike sejak tahun 1928 dalam bukunya “Adult Learning”. Aliran yang menggali serta menemukan konsep belajar orang dewasa dengan penelitian dan eksperimen. Sedangkan aliran artistic stream mendapatkan konsep belajar orang dewasa didapat melalui intuisi serta analisis pengalaman. Aliran yang diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam “The Meaning of Adult Education” sejak tahun 1926.

Karena orang dewasa sudah mempunyai kedewasaan dalam hidupnya, maka untuk lebih baik apabila belajar orang dewasa berlandaskan pada pengalaman warga belajar. Lindeman mengenali beberapa asumsi pembelajaran orang dewasa yang diangkat menjadi teori belajar orang dewasa, adalah:

1. Pembelajar orang dewasa terpengaruh untuk belajar karena kebutuhan serta minat belajar yang akan memberikan kebahagiaan.

2. Orientasi belajar orang sudah matang berfokus pada kehidupan, sehingga komponen pembelajarannya didasarkan pada kehidupan nyata

3. Pengalaman sebagai sumber paling kaya untuk warga belajar orang dewasa, sehingga cara pembelajaran adalah analisa pengalaman 4. Pembelajaran orang dewasa memiliki kebutuhan yang mendalam

buat mengarahkan diri pribadinya (self directed learning), maka peran guru sebagai pengarah.

5. Perbedaan dari sekian banyak pembelajar orang dewasa dengan bertambahnya umur semakin meningkat pula kebutuhan belajarnya, sehingga pendidikan orang dewasa sebaiknya memberi alternatif dalam hal perbedaan, tempat, waktu, gaya belajar maupun kecepatan belajarnya.

1. Aplikasi Konsep Belajar Orang Dewasa

Tahapan kegiatan belajar, yang relevan dengan konsep belajar orang dewasa adalah sebagai berikut

a. Perumusan Tujuan Program

Tujuan program ini adalah untuk menyatakan ranah tingkah laku serta jenjang tingkah laku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar. Demikian itu rumusan sasaran program yang merupakan terapan teori behavioristik dan taksonomi Bloom.

Berlandaskan sasaran program belajar, fasilitator menyeleksi dan mengorganisasikan materi pelajaran yang sesuai, menyediakan atau memilih materi serta perangkat penyajian yang relevan, dan menentukan program belajar-membelajarkan yang mau ditempuh. b. Pengembangan Alat Evaluasi

1) Tahap pencapaian tujuan pembelajaran/program kegiatan belajar, keseksamaan perumusan tujuan.

2) Kesesuaian antara metode serta teknik penyajian dengan fitur materi pelajaran, tujuan yang hendak dicapai, kepribadian warga belajar, kecakapan dasar warga belajar.

3) Kesuksesan program dalam mencapai sasaran program.

4) keseksamaan alat penilaian yang dipakai dengan sasaran program yang ingin dievaluasi keberhasilannya.

c. Analisis Tugas Belajar dan Identifikasi Kemampuan

Konsep belajar yang signifikan dengan aktivitas analisis fungsi, yang antara lain adalah:

1) Teori Gestalt yaitu hukum:

a) Hukum Pragmanz atau penuh arti adalah pengelompokan objek suatu materi pelajaran berdasarkan kualifikasi atau kategori khusus.

b) Hukum kesamaan/keteraturan: pekerjaan yang unsurnya memiliki kesamaan serta teratur, lebih mudah dimengerti daripada yang berbeda dan tidak teratur.

Seperti orang dewasa memiliki kemampuan mengenal keterkaitan dalam peristiwa, belajar bermakna, berkaitan dengan kehidupan dsb.

2) Teori Medan

Belajar memecahkan masalah adalah pengubahan struktur kognitif. Identifikasi karakteristik kemampuan peserta belajar, meliputi beberapa hal yaitu:

a) Perbedaan karakteristik pribadi warga belajar dipandang dari segi psikologis, adalah perbedaan kecerdasan/bakat, kecekatan belajar, motivasi belajar, cara berfikir, perhatian, serta daya ingat.

b) Pengetahuan masukan, yang telah dimiliki bisa dijadikan bahan pengikat(advance organizer) yaitu pelajaran terdahulu dengan pengetahuan baru.

Hasil latihan ataupun pengetahuan masalah cara pemecahan yang sudah dikuasai bisa ditransfer untuk memecahkan persoalan yang lain yang dihadapi.

a. Penyusunan Strategi Belajar-Membelajarkan

Konsep untuk orang dewasa yang baik hubungannya dengan langkah-langkah ini, adalah sebagai berikut:

1) Teori Bruner tentang metode mengorganisasi badan ilmu yang termasuk belum kaji, urutan-urutan inti yang disajikan, metode penyampaian enaktif, ekonik, dan simbolik.

3) Penataan kondisi belajar yang berhubungan dengan belajar dan keadaan belajar menurut Gagne.

4) Cara belajar penyelesaian persoalan dengan teknik Gordon, penjabaran morfologis, metode buku notulen kolektif, serta metode papan buletin bersama-sama (kolektif)

5) Cara belajar/penyajian menemukan. Cara ini memudahkan transfer serta retensi, mempertinggi kemampuan merampungkan masalah-masalah, dan berisi dorongan intrinsik.

6) Perbedaan individual perihal kecepatan belajar peserta belajar. 7) Pengaturan urutan penyampaian materi pelajaran menurut tingkat

kesukaran dari yang sederhana kepada bagian yang sulit. b. Pelaksanaan Kegiatan Belajar serta Membelajarkan

Konsep belajar orang dewasa dimana erat kaitannya dengan tahapan ini, yaitu:

1) Hukum Kesiapan. Menyiapkan mental warga belajar supaya dapat ikut seta dalam pelajaran baru dengan menyampaikan penjelasan tentang pengetahuan masyarakat secara singkat.

2) Penguatan motivasi belajar. Menjelaskan manfaat atau nilai praktis pengetahuan baru dalam kehidupan serta pengabdian.

3) Proses persyaratan (conditioning). Proses seperti ini memperlihatkan model perolehan belajar terminal untuk memperlancar warga belajar tentang pengetahuan dan keterampilan.

4) Hukum unsur yang identik, adalah mentransfer pengalaman menyelesaikan persoalan lainnya yang berhubungan dengan perasaan atau mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilan baru dalam berbagai situasi, posisi dan kondisi.

5) Cara menarik perhatian: konsep ini mengaitkan aktivitas belajar serta membelajarkan dengan kebutuhan peserta belajar, mengolah materi pelajaran sebagai materi perlombaan antar individu, group dan baris.

6) Metode menemukan. Teori ini memberikan peluang kepada warga belajar agar melakukan sendiri kecakapan yang hendak dipelajarinya, fasilitator hanya membentuk melakukan.

7) Karya wisata, pengalaman praktik di luar atau praktik lapangan di laboratorium dan atau di bengkel, keduanya bisa menjadi

pengalaman berharga bagi warga belajar dalam belajar dan tidak menutup kemungkinan lebih mengetahui konsep.

c. Pemantauan Hasil Belajar

Konsep belajar orang dewasa erat kaitannya dengan tahap pemantauan perolehan belajar antara lain:

1) Hukum latihan 2) Belajar lebih lanjut

3) Review, adalah belajar dengan secara teratur lebih efektif daripada harus belajar terus menerus dengan tanpa review.

d. Evaluasi Hasil Belajar

Konsep belajar orang dewasa erat kaitannya dengan tahap evaluasi antara lain:

1) Pengembangan kemampuan berfikir 2) Hukum efek

3) Penguatan

4) Keputusan penyajian 5) Hasil evaluasi

Akhirnya, keterampilan fasilitator mengemukakan materi sangat mempengaruhi efektivitas aktivitas belajar dari peserta belajar. Fasilitator yang trampil menyajikan pelajaran serta yang menguasai konsep belajar orang dewasa bertambah giat dan lebih rajin supaya mencapai hasil belajar serta tujuan program kegiatan belajar yang semakin baik.

2. Kelebihan serta Kelemahan dari Konsep Belajar Orang Dewasa

Pembelajar orang dewasa apalagi pendidikan masyarakat adalah bersifat non formal yang sebagian besar dari pesertanya adalah orang dewasa, dan remaja. Karena itu, kegiatan pendidikan membutuhkan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi aktivitas atau upaya pembelajaran orang dewasa pada kerangka pembangunan atau pengejawantahan pencapaian cita-cita pendidikan sepanjang hayat dapat diperoleh dengan suport konsep teoritik atau pemanfaatan teknologi yang bisa di pertanggung jawabkan.

Pembelajaran orang dewasa mempunyai kelemahan, salah satunya ialah bahwa bagaimana mungkin peserta yang tidak terlalu

mengetahui tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memutuskan apa yang mereka senangi? Seolah pendidikan orang dewasa hanya sebagai satu sistem yang menggembirakan pesertanya saja serta melupakan untuk sasaran apa sebenarnya suatu pendidikan itu dilakukan? Serta bagaimana pula dapat dilakukan pengawasan pada ilmu-ilmu yang telah ada? jika satu ilmu tersebut tidak ada ketertarikan oleh peserta, tentu saja satu saat ilmu tersebut akan lenyap. Dan bagaimana peserta dibiarkan memilih apabila ada ketentuan kemampuan yang memang harus dimiliki seandainya peserta hendak menimba ilmu tertentu. Tak mungkinlah murid SD dibiarkan memilih bidang studi Integral Diferensial sebelum dia memahami perkalian, kurang, jumlah, bagi, dll. Atau bisa dikatakan pula tak mungkin seorang guru itu membiarkan muridnya belajar materi yang telah tinggi sebelum belajar perihal materi dasarnya.

Dalam dokumen ORANG DEWASA (Konsep dan Aplikasi) (Halaman 127-132)