• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Konsep dan Fungsi Manajemen

Manajemen merupakan suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi.

Manullang (2005:17) mendefenisikan manajemen sebagai: “Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan

daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”.

Terry (2004:12), yang dikenal dengan planning, organizing, actuating dan controlling (POAC). Menurut Hasibuan (2000:165), mengatakan bahwa

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sarwoto (2012:166), Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal.Deskripsi tersebut mengindikasikan bahwa manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi, manajemen yang baik memudahkan terwujudnya tujuan organisasi.

Lebih lanjut menurut Sarwoto (2012:166) mengemukakan bahwa manajemen adalah proses pemimpin dan melancarkan pekerjaan bagi orang-orang yang terorganisir secara formal sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.

Siagian (2001:166) mengungkapkan bahwa manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berangkat dari pemikiran itu, prinsip-prinsip manajemen organisasi sesungguhnya adalah manajemen orang-orang didalamnya.SDM merupakan faktor yang paling penting dalam kelangsungan hidup organisasi.Manusia adalah pendiri, perancang, pekerja, pengamat,

pengkritik, pemutus suatu organisasi.Tanpa mereka tidak ada organisasi.Oleh karena itu konsep manajemen organisasi ideal ideal haruslah berpusat pada manusia. Setidaknya prinsip-prinsip pokok dalam manajemen yakni planning, organizing, actuating dan controlling dengan demikian dapat diartikan sebagai

berikut:

1. Fungsi Perencanaan (planning)

Menurut Salam (2004:14), Perencanaan adalah usaha membuat suatu pilihan tindakan dari berbagai alternative yang mungkin dapat tersedia dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapatnya sebagaimana diketahui bahwa dalam menentukan sebuah rencana, jenis rencana tersebut menentukan sebuah rencana itu bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak berjalan. Menurut salam (2004:15) ada beberapa jenis rencana itu ialah:

a. Kebijakan adalah pernyataan atau pengertian umum yang memberikan bimbingan berfikir dalam menentukan keputusan.

b. Anggaran adalah suatu ihtiar dari hasil yang diharapkan dan pengeluaran yang sediakan untuk mencapai hasil tersebut dinyatakan dalam kesatuan uang.

c. Prosedur adalah suatu rangkaian tugas yang mewujudkan urutan waktu dan rangkaian yang harus dilaksanakan.

Deskripsi di atas, bahwa fungsi perencanaan ini mencakup juga penetapan alat yang sesuai untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.Hasil yang diharapkan dari fungsi ini adalah kesepakatan tentang sejumlah kegiatan yang harus

dilakukan oleh anggota organisasi secara propesional dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)

Menurut Salam (2004:19), Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokkan dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai kegiatan, penempatan orang-orang (pegawai) terhadap kegiatan-kegiatan dari penyediaan fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan penyuluhan hubungan wewenang yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan kegiatan yang diharapkan oleh organisasi.

Menurut Salam (2004:19) mengemukakan ada beberapa tahap dalam pengorganisasian yaitu:

a. Penentuan kegiatan adalah seorang pemimpin harus mengetahui dan merumuskan kegiatan yang diperlukan serta menyusun daftar kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. Pengelompokan kegiatan harus mengelompokkan kegiatan atas dasar tujuan yang sama, hal ini berdasarkan atas dasar proses atau peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan.

c. Pendelegasian wewenang adalah seorang pemimpin harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada bawahan.

Berdasarkan pendapat diatas, maka fungsi pengorganisasian ini meliputi semua kegiatan manajemen yang diwujudkan dalam struktur tugas dan

wewenang.Pengorganisasian mengatur kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh unit-unit organisasi seperti pendelegasian wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, hubungan informasi dan horizontal, dalam suatu kondisi koordinasi yang efektif dan efisien.

3. Fungsi Pengarahan (actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.

Terry (2004:16), mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut.

Cara-cara pengarahan menurut Terry (2004:22) adalah sebagai berikut:

a. Orientasi merupakan cara pengarahan dengan hanya memberikan informasi yang perlu agar kegiatan dapat dilakukan dengan baik.

b. Perintah merupakan permintaan dari pemimpin kepada karyawannya untuk melakukan kegiatan tertentu dalam keadaan tertentu.

c. Delegasi wewenang yang dimaksud adalah bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian perintah. Pimpinan lebih melimpahkan sebagian wewenangnya kepada bawahannya.

d. Motivasi merupakan hal-hal yang menyebabkan, menyatukan serta memperhatikan orang berprilaku tertentu. Motivasi dipengaruhi oleh kondisi fisik, kebutuhan seseorang serta kondisi sosial orang.

e. Komunikasi, didalam komunikasi terdapat hubungan antara orang dengan orang-orang dengan lembaga dan sebaliknya. Komunikasi berguna untuk menciptakan hubungan yang serasi dan menciptakan saling pengertian.

4. Fungsi Pengendalian (controlling)

Pengendalian (controlling) merupakan suatu faktor penunjang penting terhadap efisiensi organisasi, demikian juga pada perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan. Pengendalian adalah suatu fungsi yang positif dalam menghindarkan dan memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari sasaran-sasaran atau target yang direncanakan setiap pengorganisasian, oleh karena itu harus memiliki system pengawasan (pengendalian).

Selanjutnya Schermerhorn (2002:82) pengendalian/pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaina hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.

Menurut Salam (2004:21) adapun fungsi pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengawasi kegiatan yang dilaksanakan oleh para

pegawai.Apabila kegiatan yang dilakukan tidak berjalan dengan baik dalam suatu organisasi, maka harus dikendalikan supaya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut, terarah dan terencana dengan baik. Beberapa proses pengendalian melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menentukan standar atau dasar kontrol agar pengawasan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama.

2. Ukuran yang telah ditetapkan harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

3. Melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar penyimpangan dan kesalahan dalam melakukan kegiatan dapat dicegah serta diperbaiki.

Proses pengendalianpun harus adanya ukuran yang ditetapkan, artinya seiap perencanaan yang dibuat harus memiliki sebuah target, hal ini dimaksudkan agar perencanaan yang dibuat memenuhi apa yag menjadi target sebuah organisasi.

Tahap terakhir dari sebuah pengendalian adalah melakukan perbaikan, hal ini diperuntukkan agar adanya evaluasi dari sebuah perencanaan agar hal-hal yang menjadi faktor penghambat dalam sebuah perencanaan dapat diatasi dalam proses perencanaan yang akan datang sehingga hal-hal yang terjadi dalam perencanaan yang telah berlalu tidak terulang pada perencanaan dikemudian hari. Dengan adanya pengendalian diharapkan agar pemanfaatan semua unsur manajemen efektif dan efisien. Dalam bidang pemerintahan pengendalian merupakan tahap terakhir yang dilakukan seorang kepala dinas dalam mengendalikan aparatur-aparatur pemerintahan agar tujuan dari organisasi dapat tercapai.

Selanjutnya Stoner Ect (2005:170) Pengendalian/pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. He process of ensuring that actual avtivities conform the planned activities. Hal ini dilakukan untuk menjamin aktivitas yang dilakukan sesuai

dengan apa yang telah ditetapkan organisasi. Suatu sistem pengendalian memiliki beberapa elemen yang memungkinkan pengendalian berjalan baik. Elemen-elemen tersebut adalah:

1. Sensor/Detektor yakni suatu alat untuk mengidentifikasi apa yang sedang terjadi dalam suatu proses.

2. Assessor yakni suatu alat untuk menentukan ketepatan. Biasanya

ukurannya dengan membandingkan kenyataan dan standar yang telah ditetapkan.

Organisasi terdiri dari manajer dan karyawan harus dimotivasi dan dituntun agar melakukan apa yang diinginkan pimpinannya dan harus dikoreksi jika menyimpang dari arah pencapaian tujuan organisasi. Dasar dari semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variable, atau sekumpulan variable guna mencapai tujuan tertentu. Variabel dapat berupa manusia, mesin, organisasi.

Berdasarkan defenisi yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu proses atau sistem yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dari kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan apakah

pekerjaan tersebut dilakukan sesuai dengan rencana atau tidak, dan jika tidak harus segera dilakukan perbaikan.

D. Konsep Tentang Gelandangan dan Pengemis 1. Pengertian Gelandangan dan Pengemis

Istilah gelandangan berasal dari kata gelandang yang artinya "yang selalu mengembara", yang berkelana (lelana).Gelandangan oleh karenanya seringkali

dilukiskan sebagai sebagai orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan layak, tidak memiliki tempat tinggal yang tetap dan layak, serta makan di sembarang tempat (Onghokham', 1984: 3).

Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta hidup mengembara di tempat umum (PP. No. 31 Tahun 1980).

Pengemis adalah orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan orang lain (PP. No. 31 Tahun 1980).Gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai norma kehidupan yang layak dalam masyarakat, tidak mempunyai mata pencaharian dan tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Istilah gelandangan berasal dari kata gelandangan, yang artinya selalu berkeliaran atau tidak pernah mempunyai tempat kediaman tetap (Suparlan, 1993: 179).

Dewasa ini gelandangan seringkali dikaitkan dengan keadaan masyarakat kota golongan rendah yang sangat miskin, mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, atau kalau mereka memiliki tempat tinggal biasanya hanya berupa

gubuk-gubuk yang terbuat dari bahan yang mudah rusak atau mudah dibongkar seperti:

kardus, triplek, plastik, dan lain-lain.Senada dengan itu Guinnes (1985: 116) mengemukakan dua ciri yang membedakan gelandangan dengan masyarakat kota yang lain, yaitu bahwa mereka merupakan penduduk yang paling miskin, dan mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap. Pada umumnya gelandangan dapat ditemui di emperan-emperan toko, kolong jembatan, kuburan cina, tepi sungai, dan sebagainya.

Terlepas dari berbagai atribut tersebut, Wirosardjono (1984: 59) mengemukakan ciri-ciri dasar yang melekat pada gelandangan antara lain:

memiliki lingkungan pergaulan, norma-norma dan aturan tersendiri yang berbeda dengan lapisan masyarakat lain, mereka tidak memiliki tempat tinggal, pekerjaan, dan pendapatan yang layak dan wajar menurut norma yang berlaku, mereka juga memiliki sub kultur yang khas yang mengikat masyarakat tersebut.

Gelandangan sebagai kelompok yang memiliki suatu sub kultur yang khas selalu dihubungkan dengan kemiskinan. Kemiskinan dalam hal ini, dapat didefinisikan sebagai suatu standar hidup yang rendah yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada suatu kelompok dalam masyarakat dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku umum dalam masyarakat yang bersangkutan (Suparlan: 1984: 12). Tentang aspek sub kultur dari kehidupan gelandangan ini barangkali konsep kebudayaan kemiskinan Oscar Lewis (1984) relevan untuk dikemukakan. Dikatakannya bahwa kebudayaan kemiskinan merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian dan sekaligus juga merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka dalam. masyarakat yang berstrata kelas,

sangat individualistis, dan berciri kapitalisme. Kebudayaan tersebut mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa harapan yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil bagi mereka untuk dapat meraih sukses dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas.

Oscar lewis (1984) mengemukakan bahwa kemiskinan mereka bukanlah semata-mata berupa kekurangan dalam ukuran ekonomi, tetapi juga melibatkan kekurangan dalam ukaran kebudayaan dan kejiwaan (psikologi) dan memiliki corak tersendiri yang diwariskan dari generasi orangtua kepada generasi anak-anak dan seterusnya melalui proses sosialisasi sehingga kalau dilihat dalam perspektif ini kebudayaan kemiskinan itu tetap lestari.

2. Faktor penyebab Gelandangan

Dari beberapa hasil pengamatan terhadap gelandangan, dapat disebutkan bahwa penyebab munculnya gelandangan besar dibedakan kedalam Faktor Intern dan Faktor Ekstern.

Faktor Intern: faktor malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kuat, adanya cacat fisik, dan adanya cacat psikis (jiwa). SedangkanFaktor Ekstern:

faktor ekonomi, geografi, sosial, pendidikan, psikologis, lingkungan danagama.

Faktor ekstern ini adalah faktor yang utama dan rentan untuk melahirkan gelandangan yaitu:

a) Faktor Ekonomi b) Faktor Geografi c) Faktor Sosial

d) Faktor Pendidikan e) Faktor Psikologis f) Faktor Lingkungan g) Faktor Agama

Ada beberapa penyimpangan prilaku yang ditimbulkan oleh fenomena gelandangan dibawah ini adalah :

a) Melakukan perbuatan miras b) Melakukan tindakan kriminal c) Melakukan tindakan asusila

d) Melakukan perbuatan mengemis dan pemulung

3. Upaya penanggulangan gelandangan dan pengemis berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31. Tahun 1980 terdiri dari upaya : Preventif, Represif dan Rehabilitatif.

Rehabilitasi sosial yang mencakup serangkaian kegiatan yang terkait dengan penanganan gelandangan dan pengemis seperti preventif, pemberdayaan, jaminan dan perlindungan sosial melalui panti, pemukiman dan transmigrasi.Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Sistem Panti Tujuan dari proses rehabilitasi adalah membuat seorang menyadari potensi-potensinya dan selanjutnya melalui sarana dan prasarana yang diberikan kepadanya berusaha untuk mewujudkan atau mengembangakan potensi-potensi tersebut secara maksimal untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal. Menurut Nitimihardja (2004) Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang bertujuan untuk mengintegrasikan seseorang yang mengalami masalah sosial kedalam kehidupan

masyarakat dimana dia berada.Pengintegrasian tersebut dapat dilakukan melalui upaya peningkatan penyesuaian diri, baik terhadap keluarga, komunitas maupun pekerjaannya.

E. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini akan mengkaji permasalahan atau fenomena pengendalian gelandangan dan pengemis dalam hal ini peran pemerintahsangatdiperlukan. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Presiden RI No. 40 Tahun 1943 tentang Koordinasi Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.

Keterlibatan pemerintah secara aktif dalam proses pengendalian gelandangan dan pengemis di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada akhirnya akan berkolerasi secara positif terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam mengurangi angka gelandangan dan pengemis.

Bagan Kerangka Pikir

F. Fokus Penelitian

Uraian tujuan penelitian maka yang menjadi fokus penelitian yaitu bagaimana peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis serta faktor yang mempengaruhi pengendalian gelandangan dan pengemis.

G. Deskripsi Fokus

Dari bagan di atas dapat dikatakan Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi memiliki peran penting sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No. 31. Tahun 1980bahwa untuk menanggulangi gelandangan dan pengemis maka dilakukan:

a) Upaya Preventif yaitu usaha secara terorganisir yang meliputi penyuluhan, bimbingan, latihan dan pendidikan, pemberian bantuan, pengawasan serta pembinaan lanjutan kepada para pemangku kepentingan.

b) Upaya Represif dimaksudkan untuk menghilangkan gelandangan dan pengemis, serta meluasnya keberadaan mereka di masyarakat. Upayanya meliputi : razia, penampungan sementara untuk diseleksi dan pelimpahan.

Seleksi tersebut untuk menetapkan kualifikasi gelandangan untuk menentukan langkah selanjutnya terdiri dari:Dilepaskan dengan syarat, dimasukkan ke panti sosial, dikembalikan kepada orang tua/wali/keluarga/kampung halaman, diserahkan ke proses hukum dipengadilan, diberikan pelayanan kesehatan.

c) Upaya Rehabilitatif meliputi penyantunan, pemberian diklat, pemulihan kemampuan dan penyaluran kembali ke daerah transmigran atau ke tengah

masyarakat dalam rangka pembinaan lebih lanjut agar mereka mempunyai kemampuan untuk hidup secara layak.

Faktor yang mempengaruhi pengendalian gelandangan dan pengemis yaitu: berpindah-pindahnya tempat para gelandangan serta kurangnya pemahaman masyarakat terhadap program pembangunan bidang sosial tenaga kerja dan transmigrasi, meningkatnya angka pengangguran dan penyandang masalah sosial, tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan semakin tinggi serta rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan tidak sebanding dengan tuntutan pasar kerja serta terbatasnya lapangan kerja tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah angkatan kerja.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu danLokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu tiga bulan dan lokasi penelitian dilakukan di Kantor Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa sebagai salah satu unsur pemerintahan di Kabupaten Gowa yang secara fungsional terhadap pengendalian gelandangan dan pengemis. Alasan memilih lokasi ini didasarkan pada: Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa merupakan salah satu unsur yang memiliki tugas dan tanggungjawab dalam pengendalian gelandangan dan pengemis. Adapun pertimbangan dalam memilih lokasi penelitian didasarkan pada efektivitas, waktu dan kemudahan dalam mengumpulkan berbagai informasi dan data yang di butuhkan oleh peneliti.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang berusaha memberikan penjelasan dan gambaran peran pemerintah dalam pengendalian gelandangan dan pengemis dari berbagai macam data yang telah dikumpulkan yang berkaitan dengan peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Gowa.

27

2. Tipe Penelitian

Sedangkan tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan didukung data kualitatif dimana peneliti berusaha untuk mengungkapkan suatu fakta atau fenomena realita sosial tertentu sebagaimana adanya dan memberikan secara objektif tentang keadaan dan permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan peran Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis di Kabupaten Gowa.

C. Sumber Data

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan informan yaitu kepada orang-orang yang mengetahui tentang topik penelitian secara akurat dan mampu mewakili kelompok dalam membahas tentang peran pemerintah dalam pengendalian gelandangan dan pengemis adapun informan yang penulis maksud adalah Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Seksi jaminan Sosial Tenaga Kerja, Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, Seksi Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja, Seksi Pembinaan Keluarga dan Anak, Seksi Pembinaan Mental dan Spiritual, Seksi Pembinaan Fakir dan Miskin.

2. Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari bahan-bahan bacaan, dokumen-dokumen atau laporan yang relevan dibahas dengan peran dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis

D. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang memiliki informasi tentang subjek yang ingin diketahui oleh peneliti dan dapat memberikan penjelasan tentang peran pemerintah dalam pengendalian gelandangan dan pengemis.

Adapun yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah:

NO Keterangan Jumlah

1 Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 Orang

2 Seksi Jaminan Sosial Tenaga Kerja 1 Orang

3 Seksi Kesempatan Tenaga Kerja & Perluasan Kerja 1 Orang 4 Seksi Pelatihan & Produktivitas Tenaga Kerja 1 Orang

5 Seksi Pembinaan Keluarga & Anak 1 Orang

6 Seksi Pembinaan Mental & Spiritual 1 Orang 7 Seksi Pembinaan Fakir Miskin & Lanjut Usia 1 Orang

8 Satpol-PP 1 Orang

9 Gelandangan 1 Orang

10 Pengemis 1 Orang

Jumlah 10 Orang

Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 10 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi.

Yaitu suatu cara mengumpulkan data melalui pengamatan secara langsung kelokasi penelitian tentang masalah yang akan diteliti. Observasi di lakukan di Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa.

2. Wawancara.

Wawancara adalah pengumpulan informasi dengan cara memberikan pertanyaan secara langsung dan dijawab secara langsung. Wawancara disini dilakukan dalam bentuk wawancara berpedoman yaitu wawancara dituntun oleh sejumlah pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu (interview guide).

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder, yakni dengan cara mengumpulkan data-data pegawai Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dokumen-dokumen, dan rencana strategi tahunan (renstra).

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dimana data yang dikumpulkan di lapangan, di deskripsikan secara kualitatif berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang bisa memperoleh kesimpulan hasil penelitian secara jelas.

G. Keabsahan Data

Kredibilitas data sangat mendukung hasil penelitian, oleh Karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data.Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dengan mengacu William Wiersma, (1986) dalam Sugiono (2012:273), maka pelaksanaan teknis dari langkah pengujian yaitu:

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi Waktu

Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan observasi, wawancara atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum Kabupaten Gowa serta gambaran umum mengenai lokasi penelitian yaitu Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa (DISNAKERTRANS).

A. Karaakteristik Obyek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa berada pada 12ᴼ38.16ˈBujur Timur dari Jakarta dan

Kabupaten Gowa berada pada 12ᴼ38.16ˈBujur Timur dari Jakarta dan

Dokumen terkait