• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pengendalian Gelandangan dan Pengemis diKabupaten Gowa 2. Untuk mengetahui faktor-faktor pengendalian Gelandangan dan Pengemis

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Gowa.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat secara akademik yaitu dari hasil penelitian ini, diharapkan menjadi acuan atau referensi bagi mahasiswa dan akademisi yang ingin mengetahui dan mendalami sejauh mana peran Dinas Sosial,TenagaKerja dan Transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis.

2. Dan dari segi praktis kegunaan penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pedoman dan pembenaan dalam membina masyarakat khususnya bagi para gelandangan dan pengemis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peran

Kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama.Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 751). Peran adalah perangkat tindakan yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa.

Marjo (2007: 179) peran mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak dalam permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat, ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (mendapatkan) suatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.

Mifta Thoha (1985:53) peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

Soejono Soekanto (1990: 268) mengatakan bahwa “peranan diartikan sebagai suatu aspek yang dinamis daripada kedudukan (status) sesuai dengan hak dan kewajiban”. Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan, yaitu bahwa

8

peranan adalah yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal dan aspek dinamis daripada kedudukan sesuai dengan hak dan kewajiban.Thoha Mifta (1985: 187) memberi batasan bahwa: “peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang terwujud, yang ditimbulkan karena jabatan tertentu”. Dari pendapat di atas, maka peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang di laksanakan menurut hak dan kewajiban oleh individu sesuai dengan kedudukannya.Dalam suatu Negara, pemerintah memegang peranan penting dalam usaha mewujudkan tujuan Negara. Pemerintah harus mampu menjembatangi kepentingan dalam masyarakat, ia harus mampu memberikan pelayanan yang baik, sebagai pelayan yang baik bagi masyarakat seharusnya pemerintah dapat melayani masyarakat dengan memuaskan. Peranan dari pemerintah yang lain adalah sebagai penentu kebijakan. Hal ini dikatakan oleh Winarno (2007:123-127) bahwa presiden (eksekutif), lembaga yudikatif, lembaga legislatif, bahkan badan-badan administrasi mempunyai tugas masing-masing dalam penentuan kebijakan.Kebijakan-kebijakan yang diambil biasanya dapat meminimalisir masalah-masalah yang terjadi dan berkembang di masyarakat.Sehingga dapatdilihat bagaimana peran pemerintah dalam menanggulangi masalah yang menjamur dalam masyarakat.Jadi peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.Misalnya dalam keluarga, perilaku Ibu dalam keluarga diharapkan bisamemberi anjuran, memberi penilaian, memberi sanksi dan lain-lain.

Siagian (2005:116) menyebutkan bahwa, peranan pemerintah dalam pembanguna adalah sebagai berikut:

1. Sebagai stabilisator, yang mendukung makna bahwa pemerintah harus mampu bekerja dan membuat suasana stabil dan dapat menekan ketidakstabilan yang timbul.

2. Sebagai innovator, yang mana pemerintah harus bisa menjadi sumber ide baru terutama yang berhubungan dengan kegiatan pembangunan.

3. Sebagai pelopor, pemerintah harus mampu memberikan contoh kepada seluruh masyarakatnya.

Oleh karena itu, dalam konteks pembahasan ini maka peranan yang dimaksudkan sebagai keterlibatan atau keikutsertaan secara aktif dalam suatu pencapaian yang dilakukan oleh pemerintah terhadap pengendalian gelandangan dan pengemis di Kabupaten Gowa.

B. Konsep dan Fungsi Pemerintah

Kata “pemerintah” berasal dari bahasa Jawa yaitu “titah” (sabdo, perintah, instruksi). Bahasa Inggris “pemerintah” ialah “Government” berasal dari kata govern, yaitu merupakan institusi atau lembaga beserta jajarannya yang

mempunyai tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab untuk mengurus tugas dan menjalankan kehendak rakyat. Kecenderungannya lebih tertuju kepada eksekutif saja. Pemerintah dalam arti sempit yaitu sebagai organ Negara pelaksana tugas-tugas eksekutif saja, sedangkan pemerintah dalam arti luas adalah seluruh lembaga atau organ Negara yang menjalankan kewajiban Negara sebagai organisasi sosial (societal) yang sangat besar dan kompleks. Eksekutif, Yudikatif dan Auditif.Menurut Osborne dan Plastrik (2000:55) bahwa pemerintah

merupakan lembaga yang besar, kompleks, dan ruwet.Menurut Samuel Edward Finer mengatakan bahwa pemerintah diartikan sebagai publik seruan dan menyimpan 3 pengertian diantaranya:

a. Kegiatan atau proses memerintah, yakni melakukan kontrol atas pihak lain b. Menunjuk pada masalah-masalah negara dalam kegiatan atau proses yang

dijumpai.

c. Menunjuk pada cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu diperintah.

Menurut Max Weber pemerintah tidak lain merupakan apapun yang berhasil menopang kliem bahwa dialah yang secara eksklusif berhak menggunakan kekuatan fisik untuk memaksakan aturan-aturannya dalam suatu wilayah tertentu (Dahl, 1994:13).

Tujuan utama dibentuknya pemerintah adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban umum di dalam mana setiap warga masyarakat dapat menjalankan kehidupannya secara wajar. Menurut C.F. Stoner, pemerintah adalah organisasi yang memiliki hak untuk melaksanakan kewenangan yang berdaulat atau tertinggi.

Dasar pemikiran dibentuknya pemerintah adalah untuk menjaga sistem ketertiban agar masyarakat dapat melakukan aktivitas kehidupan secara wajar, dengan demikian pemerintah berkewajiban untuk memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Terdapat beberapa pendapat ahli yang mengemukakan fungsi-fungsi pemerintah yaitu: Menurut Ndraha (2000: 78-79), pemerintah memiliki dua fungsi

dasar yaitu : fungsi primer atau fungsi pemberdayaan. Fungsi primer yaitu fungsi pemerintah sebagai providerjasa-jasa publik yang tidak dapat diprivatisasikan termasuk jasa hankam, layanan sipil dan layanan birokrasi. Sementara itu, fungsi sekunder yaitu sebagai provider kebutuhan dan tuntutan yang diperintah akan barang dan jasa yang mereka tidak mampu penuhi sendiri karena masih lemah dan tak berdaya (powerless) termasuk penyediaan dan pembangunan sarana dan prasarana.

Sementara itu, Rasyid (2002:59) berpendapat bahwafungsi-fungsi pemerintahan adalah fungsi pengaturan, pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan.

Menurut Rewansyah (2011:133) mengemukakan 5(lima) fungsi utama (main function) eksekutif (pemerintah) yaitu:

(1). Fungsi pengaturan/Regulasi

(2). Fungsi pelayanan kepada masyarakat (public service)

(3). Fungsi pemberdayaan kepada masyarakat (empowering people), (4). Fungsi pemberdayaan aset/ kekayaan Negara

(5). Fungsi keamanan, pengalaman dan perlindungan.

C. Konsep dan Fungsi Manajemen

Manajemen merupakan suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi.

Manullang (2005:17) mendefenisikan manajemen sebagai: “Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan

daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”.

Terry (2004:12), yang dikenal dengan planning, organizing, actuating dan controlling (POAC). Menurut Hasibuan (2000:165), mengatakan bahwa

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sarwoto (2012:166), Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal.Deskripsi tersebut mengindikasikan bahwa manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi, manajemen yang baik memudahkan terwujudnya tujuan organisasi.

Lebih lanjut menurut Sarwoto (2012:166) mengemukakan bahwa manajemen adalah proses pemimpin dan melancarkan pekerjaan bagi orang-orang yang terorganisir secara formal sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.

Siagian (2001:166) mengungkapkan bahwa manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berangkat dari pemikiran itu, prinsip-prinsip manajemen organisasi sesungguhnya adalah manajemen orang-orang didalamnya.SDM merupakan faktor yang paling penting dalam kelangsungan hidup organisasi.Manusia adalah pendiri, perancang, pekerja, pengamat,

pengkritik, pemutus suatu organisasi.Tanpa mereka tidak ada organisasi.Oleh karena itu konsep manajemen organisasi ideal ideal haruslah berpusat pada manusia. Setidaknya prinsip-prinsip pokok dalam manajemen yakni planning, organizing, actuating dan controlling dengan demikian dapat diartikan sebagai

berikut:

1. Fungsi Perencanaan (planning)

Menurut Salam (2004:14), Perencanaan adalah usaha membuat suatu pilihan tindakan dari berbagai alternative yang mungkin dapat tersedia dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapatnya sebagaimana diketahui bahwa dalam menentukan sebuah rencana, jenis rencana tersebut menentukan sebuah rencana itu bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak berjalan. Menurut salam (2004:15) ada beberapa jenis rencana itu ialah:

a. Kebijakan adalah pernyataan atau pengertian umum yang memberikan bimbingan berfikir dalam menentukan keputusan.

b. Anggaran adalah suatu ihtiar dari hasil yang diharapkan dan pengeluaran yang sediakan untuk mencapai hasil tersebut dinyatakan dalam kesatuan uang.

c. Prosedur adalah suatu rangkaian tugas yang mewujudkan urutan waktu dan rangkaian yang harus dilaksanakan.

Deskripsi di atas, bahwa fungsi perencanaan ini mencakup juga penetapan alat yang sesuai untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.Hasil yang diharapkan dari fungsi ini adalah kesepakatan tentang sejumlah kegiatan yang harus

dilakukan oleh anggota organisasi secara propesional dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)

Menurut Salam (2004:19), Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokkan dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai kegiatan, penempatan orang-orang (pegawai) terhadap kegiatan-kegiatan dari penyediaan fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan penyuluhan hubungan wewenang yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan kegiatan yang diharapkan oleh organisasi.

Menurut Salam (2004:19) mengemukakan ada beberapa tahap dalam pengorganisasian yaitu:

a. Penentuan kegiatan adalah seorang pemimpin harus mengetahui dan merumuskan kegiatan yang diperlukan serta menyusun daftar kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. Pengelompokan kegiatan harus mengelompokkan kegiatan atas dasar tujuan yang sama, hal ini berdasarkan atas dasar proses atau peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan.

c. Pendelegasian wewenang adalah seorang pemimpin harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada bawahan.

Berdasarkan pendapat diatas, maka fungsi pengorganisasian ini meliputi semua kegiatan manajemen yang diwujudkan dalam struktur tugas dan

wewenang.Pengorganisasian mengatur kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh unit-unit organisasi seperti pendelegasian wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, hubungan informasi dan horizontal, dalam suatu kondisi koordinasi yang efektif dan efisien.

3. Fungsi Pengarahan (actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.

Terry (2004:16), mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut.

Cara-cara pengarahan menurut Terry (2004:22) adalah sebagai berikut:

a. Orientasi merupakan cara pengarahan dengan hanya memberikan informasi yang perlu agar kegiatan dapat dilakukan dengan baik.

b. Perintah merupakan permintaan dari pemimpin kepada karyawannya untuk melakukan kegiatan tertentu dalam keadaan tertentu.

c. Delegasi wewenang yang dimaksud adalah bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian perintah. Pimpinan lebih melimpahkan sebagian wewenangnya kepada bawahannya.

d. Motivasi merupakan hal-hal yang menyebabkan, menyatukan serta memperhatikan orang berprilaku tertentu. Motivasi dipengaruhi oleh kondisi fisik, kebutuhan seseorang serta kondisi sosial orang.

e. Komunikasi, didalam komunikasi terdapat hubungan antara orang dengan orang-orang dengan lembaga dan sebaliknya. Komunikasi berguna untuk menciptakan hubungan yang serasi dan menciptakan saling pengertian.

4. Fungsi Pengendalian (controlling)

Pengendalian (controlling) merupakan suatu faktor penunjang penting terhadap efisiensi organisasi, demikian juga pada perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan. Pengendalian adalah suatu fungsi yang positif dalam menghindarkan dan memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari sasaran-sasaran atau target yang direncanakan setiap pengorganisasian, oleh karena itu harus memiliki system pengawasan (pengendalian).

Selanjutnya Schermerhorn (2002:82) pengendalian/pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaina hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.

Menurut Salam (2004:21) adapun fungsi pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengawasi kegiatan yang dilaksanakan oleh para

pegawai.Apabila kegiatan yang dilakukan tidak berjalan dengan baik dalam suatu organisasi, maka harus dikendalikan supaya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut, terarah dan terencana dengan baik. Beberapa proses pengendalian melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menentukan standar atau dasar kontrol agar pengawasan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama.

2. Ukuran yang telah ditetapkan harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

3. Melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar penyimpangan dan kesalahan dalam melakukan kegiatan dapat dicegah serta diperbaiki.

Proses pengendalianpun harus adanya ukuran yang ditetapkan, artinya seiap perencanaan yang dibuat harus memiliki sebuah target, hal ini dimaksudkan agar perencanaan yang dibuat memenuhi apa yag menjadi target sebuah organisasi.

Tahap terakhir dari sebuah pengendalian adalah melakukan perbaikan, hal ini diperuntukkan agar adanya evaluasi dari sebuah perencanaan agar hal-hal yang menjadi faktor penghambat dalam sebuah perencanaan dapat diatasi dalam proses perencanaan yang akan datang sehingga hal-hal yang terjadi dalam perencanaan yang telah berlalu tidak terulang pada perencanaan dikemudian hari. Dengan adanya pengendalian diharapkan agar pemanfaatan semua unsur manajemen efektif dan efisien. Dalam bidang pemerintahan pengendalian merupakan tahap terakhir yang dilakukan seorang kepala dinas dalam mengendalikan aparatur-aparatur pemerintahan agar tujuan dari organisasi dapat tercapai.

Selanjutnya Stoner Ect (2005:170) Pengendalian/pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. He process of ensuring that actual avtivities conform the planned activities. Hal ini dilakukan untuk menjamin aktivitas yang dilakukan sesuai

dengan apa yang telah ditetapkan organisasi. Suatu sistem pengendalian memiliki beberapa elemen yang memungkinkan pengendalian berjalan baik. Elemen-elemen tersebut adalah:

1. Sensor/Detektor yakni suatu alat untuk mengidentifikasi apa yang sedang terjadi dalam suatu proses.

2. Assessor yakni suatu alat untuk menentukan ketepatan. Biasanya

ukurannya dengan membandingkan kenyataan dan standar yang telah ditetapkan.

Organisasi terdiri dari manajer dan karyawan harus dimotivasi dan dituntun agar melakukan apa yang diinginkan pimpinannya dan harus dikoreksi jika menyimpang dari arah pencapaian tujuan organisasi. Dasar dari semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variable, atau sekumpulan variable guna mencapai tujuan tertentu. Variabel dapat berupa manusia, mesin, organisasi.

Berdasarkan defenisi yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu proses atau sistem yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dari kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan apakah

pekerjaan tersebut dilakukan sesuai dengan rencana atau tidak, dan jika tidak harus segera dilakukan perbaikan.

D. Konsep Tentang Gelandangan dan Pengemis 1. Pengertian Gelandangan dan Pengemis

Istilah gelandangan berasal dari kata gelandang yang artinya "yang selalu mengembara", yang berkelana (lelana).Gelandangan oleh karenanya seringkali

dilukiskan sebagai sebagai orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan layak, tidak memiliki tempat tinggal yang tetap dan layak, serta makan di sembarang tempat (Onghokham', 1984: 3).

Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta hidup mengembara di tempat umum (PP. No. 31 Tahun 1980).

Pengemis adalah orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan orang lain (PP. No. 31 Tahun 1980).Gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai norma kehidupan yang layak dalam masyarakat, tidak mempunyai mata pencaharian dan tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Istilah gelandangan berasal dari kata gelandangan, yang artinya selalu berkeliaran atau tidak pernah mempunyai tempat kediaman tetap (Suparlan, 1993: 179).

Dewasa ini gelandangan seringkali dikaitkan dengan keadaan masyarakat kota golongan rendah yang sangat miskin, mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, atau kalau mereka memiliki tempat tinggal biasanya hanya berupa

gubuk-gubuk yang terbuat dari bahan yang mudah rusak atau mudah dibongkar seperti:

kardus, triplek, plastik, dan lain-lain.Senada dengan itu Guinnes (1985: 116) mengemukakan dua ciri yang membedakan gelandangan dengan masyarakat kota yang lain, yaitu bahwa mereka merupakan penduduk yang paling miskin, dan mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap. Pada umumnya gelandangan dapat ditemui di emperan-emperan toko, kolong jembatan, kuburan cina, tepi sungai, dan sebagainya.

Terlepas dari berbagai atribut tersebut, Wirosardjono (1984: 59) mengemukakan ciri-ciri dasar yang melekat pada gelandangan antara lain:

memiliki lingkungan pergaulan, norma-norma dan aturan tersendiri yang berbeda dengan lapisan masyarakat lain, mereka tidak memiliki tempat tinggal, pekerjaan, dan pendapatan yang layak dan wajar menurut norma yang berlaku, mereka juga memiliki sub kultur yang khas yang mengikat masyarakat tersebut.

Gelandangan sebagai kelompok yang memiliki suatu sub kultur yang khas selalu dihubungkan dengan kemiskinan. Kemiskinan dalam hal ini, dapat didefinisikan sebagai suatu standar hidup yang rendah yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada suatu kelompok dalam masyarakat dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku umum dalam masyarakat yang bersangkutan (Suparlan: 1984: 12). Tentang aspek sub kultur dari kehidupan gelandangan ini barangkali konsep kebudayaan kemiskinan Oscar Lewis (1984) relevan untuk dikemukakan. Dikatakannya bahwa kebudayaan kemiskinan merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian dan sekaligus juga merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka dalam. masyarakat yang berstrata kelas,

sangat individualistis, dan berciri kapitalisme. Kebudayaan tersebut mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa harapan yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil bagi mereka untuk dapat meraih sukses dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas.

Oscar lewis (1984) mengemukakan bahwa kemiskinan mereka bukanlah semata-mata berupa kekurangan dalam ukuran ekonomi, tetapi juga melibatkan kekurangan dalam ukaran kebudayaan dan kejiwaan (psikologi) dan memiliki corak tersendiri yang diwariskan dari generasi orangtua kepada generasi anak-anak dan seterusnya melalui proses sosialisasi sehingga kalau dilihat dalam perspektif ini kebudayaan kemiskinan itu tetap lestari.

2. Faktor penyebab Gelandangan

Dari beberapa hasil pengamatan terhadap gelandangan, dapat disebutkan bahwa penyebab munculnya gelandangan besar dibedakan kedalam Faktor Intern dan Faktor Ekstern.

Faktor Intern: faktor malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kuat, adanya cacat fisik, dan adanya cacat psikis (jiwa). SedangkanFaktor Ekstern:

faktor ekonomi, geografi, sosial, pendidikan, psikologis, lingkungan danagama.

Faktor ekstern ini adalah faktor yang utama dan rentan untuk melahirkan gelandangan yaitu:

a) Faktor Ekonomi b) Faktor Geografi c) Faktor Sosial

d) Faktor Pendidikan e) Faktor Psikologis f) Faktor Lingkungan g) Faktor Agama

Ada beberapa penyimpangan prilaku yang ditimbulkan oleh fenomena gelandangan dibawah ini adalah :

a) Melakukan perbuatan miras b) Melakukan tindakan kriminal c) Melakukan tindakan asusila

d) Melakukan perbuatan mengemis dan pemulung

3. Upaya penanggulangan gelandangan dan pengemis berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31. Tahun 1980 terdiri dari upaya : Preventif, Represif dan Rehabilitatif.

Rehabilitasi sosial yang mencakup serangkaian kegiatan yang terkait dengan penanganan gelandangan dan pengemis seperti preventif, pemberdayaan, jaminan dan perlindungan sosial melalui panti, pemukiman dan transmigrasi.Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Sistem Panti Tujuan dari proses rehabilitasi adalah membuat seorang menyadari potensi-potensinya dan selanjutnya melalui sarana dan prasarana yang diberikan kepadanya berusaha untuk mewujudkan atau mengembangakan potensi-potensi tersebut secara maksimal untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal. Menurut Nitimihardja (2004) Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang bertujuan untuk mengintegrasikan seseorang yang mengalami masalah sosial kedalam kehidupan

masyarakat dimana dia berada.Pengintegrasian tersebut dapat dilakukan melalui upaya peningkatan penyesuaian diri, baik terhadap keluarga, komunitas maupun pekerjaannya.

E. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini akan mengkaji permasalahan atau fenomena pengendalian gelandangan dan pengemis dalam hal ini peran pemerintahsangatdiperlukan. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Presiden RI No. 40 Tahun 1943 tentang Koordinasi Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.

Keterlibatan pemerintah secara aktif dalam proses pengendalian gelandangan dan pengemis di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada akhirnya akan berkolerasi secara positif terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam mengurangi angka gelandangan dan pengemis.

Bagan Kerangka Pikir

F. Fokus Penelitian

Uraian tujuan penelitian maka yang menjadi fokus penelitian yaitu bagaimana peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis serta faktor yang mempengaruhi pengendalian gelandangan dan pengemis.

G. Deskripsi Fokus

Dari bagan di atas dapat dikatakan Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi memiliki peran penting sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No. 31. Tahun 1980bahwa untuk menanggulangi gelandangan dan pengemis maka dilakukan:

a) Upaya Preventif yaitu usaha secara terorganisir yang meliputi penyuluhan, bimbingan, latihan dan pendidikan, pemberian bantuan, pengawasan serta pembinaan lanjutan kepada para pemangku kepentingan.

b) Upaya Represif dimaksudkan untuk menghilangkan gelandangan dan pengemis, serta meluasnya keberadaan mereka di masyarakat. Upayanya meliputi : razia, penampungan sementara untuk diseleksi dan pelimpahan.

b) Upaya Represif dimaksudkan untuk menghilangkan gelandangan dan pengemis, serta meluasnya keberadaan mereka di masyarakat. Upayanya meliputi : razia, penampungan sementara untuk diseleksi dan pelimpahan.

Dokumen terkait