• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERAN DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM PENGENDALIAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PERAN DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM PENGENDALIAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN GOWA"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PENGENDALIAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN GOWA

NURYANTI

Nomor Stambuk : 10561 03964 11

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

DI KABUPATEN GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh NURYANTI

No. Stambuk : 10561 03964 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

i

(3)

i

DI KABUPATEN GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh NURYANTI

Nomor Stambuk : 10561 03964 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(4)

ii

(5)

iii

(6)

iv

(7)

v ABSTRAK

NURYANTI. Peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Pengendalian Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Gowa, (dibimbing oleh Muhammadiah dan Andi Nuraeni Aksa).

Gelandangan dan Pengemis merupakan salah satu permasalahan yang timbul akibat kemiskinan, masalah masyarakat yang tergolong miskin dan mencari nafkah di jalanan. Berdasarkan hal tersebut peneliti terdorong untuk mencoba menggambarkan dan menjelaskan peran dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi di Kabupaten Gowa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran dinas, sosial tenaga kerja dan transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis.

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif dan analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang di gunakan peneliti adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Sementara informan dalam penelitian ini adalah kepala dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi, seksi jaminan sosial tenaga kerja, seksi penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja, seksi pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, seksi pembinaan keluarga dan anak, seksi pembinaan mental dan spiritual, dan seksi pembinaan fakir miskin dan lanjut usia,satpol-pp, gelandangan dan pengemis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam pengendalian gelandangan dan pengemis di Kabupaten Gowa sudah terlaksana dengan baik karena sudah berjalan sesuai dengan berbagai upaya-upaya yang diberikan seperti upaya prepentif, represif dan rehabilitatif meskipun sekarang ini masih terdapat gelandangan dan pengemis namun peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi masih tetap dijalankan. Faktor yang mempengaruhi pengendalian gelandangan dan pengemis yaitu kurangnya pemahaman masyarakat terhadap Program Pembangunan Bidang Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, meningkatnya angka pengangguran dan penyandang masalah sosial, tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan semakin tinggi, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan tidak sebanding dengan tuntutan pasar kerja serta terbatasnya lapangan kerja tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah angkatan kerja.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah rabbil alamin penulis panjatkan puja kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dan melengkapi skripsi yang berjudul “Peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Pengendalian Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Gowa”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Muhammadiah, MM dan Ibu Hj. Andi Nuraeni Aksa, SH, MH selaku pembimbing dalam penulisan proposal dan skripsi kami yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatannya dalam memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini bisa selesai.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

vii

3. Bapak Dr. Burhanuddin. M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administarsi Negara yang sangat baik dan mampu membawa jurusan yang dipimpinnya bersaing dengan jurusan-jurusan lain di Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan partisipasi dalam proses belajar mengajar juga dorongan kepada penulis.

5. Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, beserta para Staf, dan jajarannya, yang telah mengizinkan peneliti untuk meneliti di wilayahnya untuk mengumpulkan data dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Kedua orang tua serta segenap keluarga yang telah mendidik, mendoakan, senantiasa memberikan nasehat, semangat dan bantuan, baik moril maupun materil.

7. Buat sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini The Lingu’s (Sri Rezki, Rahma, Ninzi, Norisa, Asnita, Leni Amriani) dan teman-teman seperjuangan jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2011 penulis banyak mengucapkan terima kasih.

8. Buat semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak sempat disebutkan satu-persatu terima kasih atas bantuannya.

(10)

viii

Akhirnya semoga Allah SWT menerima dan membalas segala amal perbuatan pihak-pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Amin………..

Billahifisabililhaq Fastabiqulhairat

Assalamualaikum Wr Wb

.

Makassar, 30 Desember 2014

NURYANTI

(11)

ix DAFTAR ISI Halaman Sampul

Halaman Pengajuan ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Persetujuan Tim ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya ilmiah... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar……… ... vi

Daftar Isi ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peran ... 8

B. Konsep dan Fungsi Pemerintah ... 10

C. Konsep dan Fungsi Manajemen ... 12

D. Konsep Gelandangan dan Pengemis ... 20

E. Kerangka Pikir ... 24

F. Fokus Penelitian ... 25

G. Deskripsi Fokus Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 27

C. Sumber Data... 28

D. Informan Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data... 31

G. Pengabsahan Data ... 32

(12)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi atau Karakteristik ObjekPenelitian ... 33 B. Peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi ... 55 C. Faktor Pengendalian Gelandangan dan Pengemis ………. .... 64 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA ... 69

(13)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara kaya di dunia. Di sebut kaya karena tanah Indonesia sangat subur dan menyimpan berbagai kekayaan alam, seperti minyak bumi, tambang batu bara, tambang emas, rempah-rempah dan masih banyak lagi kekayaan alam yang terkandung di tanah Indonesia. Semua kekayaan tersebut dikelola oleh pemerintah dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.Hal ini telah diamanatkan dalam pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Penyaluran atau pemanfaatan kekayaan alam Indonesia tersebut dirasakan kurang merata bagi masyarakat Indonesia. Tidak dapat terpenuhinya kebutuhan masyarakat secara layak, inilah yang menimbulkan adanya gelandangan dan pengemis.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31. Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis, dimana dikemukakan gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.Gelandangan dan Pengemis pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitumereka yang masuk dalam kategori menggelandang dan

1

(14)

mengemis untuk bertahan hidup, dan mereka yang menggelandang dan mengemis karena malas dalam bekerja. Gelandangan dan pengemis pada umumnya tidak memiliki kartu identitas karena takut atau malu dikembalikan ke daerah asalnya, sementara pemerintah kota tidak mengakui dan tidak mentolerir warga kota yang tidak mempunyai kartu identitas. Sebagai akibatnya perkawinan dilakukan tanpa menggunakan aturan dari pemerintah, yang sering disebut dengan istilah kumpul kebo (living together out of wedlock).

Gelandangan sebagai gejala sosial yang tumbuh di daerah perkotaan kemudian menjadi masalah sosial, karena: Pertama,keberadaan kelompok gelandangan dengan pemukiman kumuh dan gubuk liarnya seringkali dianggap merusak keindahan kota. Keadaan demikian dapat memberikan kesan yang kurang baik di mata-tamu dari negara asing.Kedua, mengganggu ketertiban dan kesejahteraan.Ketiga,gelandangan seringkali juga dianggap sebagai sumber pencemaran dan sumber penyakit, karena perilaku mereka yang kurang memperhatikan syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan sanitasi.Misalnya, untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus mereka seringkali memanfaatkan air sungai.Keempat, keberadaan gelandangan seringkali juga dianggap sebagai sumber penyakit sosial. Di sentra-sentra gelandangan banyak ditemui adanya perilaku yang dianggap menyimpang dari norma umum, seperti: pengemis, kumpul kebo, dan berbagai tindak kejahatan (pencurian, perampokan, pencopetan, perjudian, d1l). Kelima,tempat hunian gelandangan yang dibangun secara liar di atas tanah milik pemerintah atau di atas tanah yang bukan miliknya seringkali mengacaukan pola tata kota yang telah direncanakan pemerintah. Keberadaan

(15)

gelandangan yang menimbulkan berbagai permasalahan sosial tersebut memunculkan adanya semacam stigma atau atribut yang melekat pada gelandangan, bahwa kehidupan gelandangan selalu diwarnai bentuk-bentuk kriminalitas, sumber penyakitdan berbagai atribut negatif yang lain.

Upaya penanggulangan gelandangan dan pengemis berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31. Tahun 1980 terdiri dari upaya : Preventif, Represif dan Rehabilitatif.Upaya preventif yang dimaksudkan usaha yang meliputi penyuluhan, bimbingan, latihan dan pendidikan, pemberian bantuan, pengawasan serta pembinaan lanjut kepada berbagai pihak yang ada hubungannya dengan gelandangan dan pengemis.Upaha represif yaitu upaya yang meliputi razia, penampungan.Serta upaya rehabilitatif yg dimaksudkan penyantunan, pemberian diklat, pemulihan kemampuan dan penyaluran kembali ke daerah transmigran atau ke tengah masyarakat dalam rangka pembinaan lebih lanjut.

Menurut pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah disebutkan bahwa “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin dan semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara oleh negara, tetapi pada kenyataannya yang ada di lapangan bahwa tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Penanganan masalah masyarakat miskin yang bergantung pada penghasilan di jalanan merupakan masalah yang harus dihadapi oleh semua pihak, bukan hanya orang tua atau keluarga saja, tetapi juga setiap orang yang berada dekat anak tersebut harus

(16)

dapat membantu pertumbuhan anak dengan baik. Mengenai anak terlantar banyak hal yang sebenarnya dapat diatasi seperti adanya panti-panti yang khusus menangani masalah anak terlantar tetapi karena kurangnya tenaga pelaksana dan minimnya dana yang diperoleh untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut maka kelihatannya panti-panti tadi tidak berfungsi dengan baik.

Sesuai kondisi objektif,masih banyak masyarakat miskin tersebut yang seharusnya mendapat perhatian pemerintah hingga sekarang ini banyak kita temukan di jalan-jalan. Fenomena ini muncul seiring dengan perkembanganbudaya yang bergeser semakin jauh menyimpang.Pergeseran nilai dan sikap anak–anak dan remaja telah terjadi dan seakan–akan sulit dibendung.Hal ini disebabkan karena derasnya arus informasi yang cepat tanpa batas dan juga masalah lingkungan keluarga dan masyarakat yang komitmennya sudah mengalami penurunan terhadap penerapan nilai dan norma.

Banyak hal yang menjadi faktor pendorong ataupun penarik bagi seorang untuk terjun dan bergabung menjadi gelandangan, salah satunya adalah masalah kemiskinan. Belum lagi masalah masyarakat yag tergolong miskin dan mencari nafkah di jalanan.

Hampir di setiap jalan kita selalu melihat dan menyaksikan anak jalanan, gelandangan, dan pengamis yang memberikancitra buruk, selalu merusak keindahan. Masalah sosial menjadi konvensional masih berlanjut termasuk keberadaan anak jalanan, serta adanya pelaku eksploitasi, merupakan beban bagi Pemerintah. Permasalahan tersebut merupakan kenyataan sosial kemasyarakatan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, kebodohan, urbanisasi,

(17)

ketiadaan lapangan pekerjaan, sulitnya mendapatkan pelayanan pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Dari konsep demokrasi jelas bahwa peran pemerintah dan masyarakat sangatlah dibutuhkan dan harusdibarengi dengan semuapotensi yang dimiliki. Namun dengan fenomena kemiskinan dan semakin banyaknya masyarakat miskin yang menafkahi dirinya di jalanan yang kemudian diterlantarkan membuat konsep ini tidak akan berjalan ideal. Jelas masalah ini bukanlah sebuah masalah yang harus dikesampingan.

Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan.Mereka menjadi pengemis, pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas.Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan.Pemecahan masalah ini cukup mudah yaitu asal diberikan pekerjaan selesailah masalah pengangguran tersebut.Akan tetapi didalam pelaksanaannya tidaklah semudah itu. Untuk membuka lapangan kerja baru memerlukan dana yang cukup besar. Kadang-kadang lapangan kerja sudah tersedia, tetapi pendidikan tenaga kerja yang tersedia tidak sesuai dengan yang diinginkan lapangan kerja. Jika kondisinya demikian, berapapun banyaknya lapangan kerja yang tersedia tidak akan dapat menyerap tenaga pengangguran akibat tidak sesuainya keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja yang masih menganggur tersebut.

(18)

Cara mengatasi pengangguran yaitu mengikuti pelatihan kerja, mereka seharusnya mau mengikuti berbagai pelatihan kerja yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja setempat sehingga bisa membantu menambah keterampilan pencari kerja.Pelatihan kerja dapat dimaknai sebagai sebuah kegiatan memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan (PP. No. 31.Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional).

Berdasarkan dari gambaran diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Pengendalian Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Gowa’’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana peran Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pengendalian Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Gowa?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengendalian Gelandangan dan Pengemis Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Gowa?

(19)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pengendalian Gelandangan dan Pengemis diKabupaten Gowa 2. Untuk mengetahui faktor-faktor pengendalian Gelandangan dan Pengemis

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Gowa.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat secara akademik yaitu dari hasil penelitian ini, diharapkan menjadi acuan atau referensi bagi mahasiswa dan akademisi yang ingin mengetahui dan mendalami sejauh mana peran Dinas Sosial,TenagaKerja dan Transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis.

2. Dan dari segi praktis kegunaan penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pedoman dan pembenaan dalam membina masyarakat khususnya bagi para gelandangan dan pengemis.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peran

Kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama.Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 751). Peran adalah perangkat tindakan yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa.

Marjo (2007: 179) peran mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak dalam permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat, ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (mendapatkan) suatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.

Mifta Thoha (1985:53) peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan- peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

Soejono Soekanto (1990: 268) mengatakan bahwa “peranan diartikan sebagai suatu aspek yang dinamis daripada kedudukan (status) sesuai dengan hak dan kewajiban”. Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan, yaitu bahwa

8

(21)

peranan adalah yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal dan aspek dinamis daripada kedudukan sesuai dengan hak dan kewajiban.Thoha Mifta (1985: 187) memberi batasan bahwa: “peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang terwujud, yang ditimbulkan karena jabatan tertentu”. Dari pendapat di atas, maka peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang di laksanakan menurut hak dan kewajiban oleh individu sesuai dengan kedudukannya.Dalam suatu Negara, pemerintah memegang peranan penting dalam usaha mewujudkan tujuan Negara. Pemerintah harus mampu menjembatangi kepentingan dalam masyarakat, ia harus mampu memberikan pelayanan yang baik, sebagai pelayan yang baik bagi masyarakat seharusnya pemerintah dapat melayani masyarakat dengan memuaskan. Peranan dari pemerintah yang lain adalah sebagai penentu kebijakan. Hal ini dikatakan oleh Winarno (2007:123-127) bahwa presiden (eksekutif), lembaga yudikatif, lembaga legislatif, bahkan badan-badan administrasi mempunyai tugas masing-masing dalam penentuan kebijakan.Kebijakan-kebijakan yang diambil biasanya dapat meminimalisir masalah-masalah yang terjadi dan berkembang di masyarakat.Sehingga dapatdilihat bagaimana peran pemerintah dalam menanggulangi masalah yang menjamur dalam masyarakat.Jadi peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.Misalnya dalam keluarga, perilaku Ibu dalam keluarga diharapkan bisamemberi anjuran, memberi penilaian, memberi sanksi dan lain-lain.

Siagian (2005:116) menyebutkan bahwa, peranan pemerintah dalam pembanguna adalah sebagai berikut:

(22)

1. Sebagai stabilisator, yang mendukung makna bahwa pemerintah harus mampu bekerja dan membuat suasana stabil dan dapat menekan ketidakstabilan yang timbul.

2. Sebagai innovator, yang mana pemerintah harus bisa menjadi sumber ide baru terutama yang berhubungan dengan kegiatan pembangunan.

3. Sebagai pelopor, pemerintah harus mampu memberikan contoh kepada seluruh masyarakatnya.

Oleh karena itu, dalam konteks pembahasan ini maka peranan yang dimaksudkan sebagai keterlibatan atau keikutsertaan secara aktif dalam suatu pencapaian yang dilakukan oleh pemerintah terhadap pengendalian gelandangan dan pengemis di Kabupaten Gowa.

B. Konsep dan Fungsi Pemerintah

Kata “pemerintah” berasal dari bahasa Jawa yaitu “titah” (sabdo, perintah, instruksi). Bahasa Inggris “pemerintah” ialah “Government” berasal dari kata govern, yaitu merupakan institusi atau lembaga beserta jajarannya yang

mempunyai tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab untuk mengurus tugas dan menjalankan kehendak rakyat. Kecenderungannya lebih tertuju kepada eksekutif saja. Pemerintah dalam arti sempit yaitu sebagai organ Negara pelaksana tugas-tugas eksekutif saja, sedangkan pemerintah dalam arti luas adalah seluruh lembaga atau organ Negara yang menjalankan kewajiban Negara sebagai organisasi sosial (societal) yang sangat besar dan kompleks. Eksekutif, Yudikatif dan Auditif.Menurut Osborne dan Plastrik (2000:55) bahwa pemerintah

(23)

merupakan lembaga yang besar, kompleks, dan ruwet.Menurut Samuel Edward Finer mengatakan bahwa pemerintah diartikan sebagai publik seruan dan menyimpan 3 pengertian diantaranya:

a. Kegiatan atau proses memerintah, yakni melakukan kontrol atas pihak lain b. Menunjuk pada masalah-masalah negara dalam kegiatan atau proses yang

dijumpai.

c. Menunjuk pada cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu diperintah.

Menurut Max Weber pemerintah tidak lain merupakan apapun yang berhasil menopang kliem bahwa dialah yang secara eksklusif berhak menggunakan kekuatan fisik untuk memaksakan aturan-aturannya dalam suatu wilayah tertentu (Dahl, 1994:13).

Tujuan utama dibentuknya pemerintah adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban umum di dalam mana setiap warga masyarakat dapat menjalankan kehidupannya secara wajar. Menurut C.F. Stoner, pemerintah adalah organisasi yang memiliki hak untuk melaksanakan kewenangan yang berdaulat atau tertinggi.

Dasar pemikiran dibentuknya pemerintah adalah untuk menjaga sistem ketertiban agar masyarakat dapat melakukan aktivitas kehidupan secara wajar, dengan demikian pemerintah berkewajiban untuk memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Terdapat beberapa pendapat ahli yang mengemukakan fungsi-fungsi pemerintah yaitu: Menurut Ndraha (2000: 78-79), pemerintah memiliki dua fungsi

(24)

dasar yaitu : fungsi primer atau fungsi pemberdayaan. Fungsi primer yaitu fungsi pemerintah sebagai providerjasa-jasa publik yang tidak dapat diprivatisasikan termasuk jasa hankam, layanan sipil dan layanan birokrasi. Sementara itu, fungsi sekunder yaitu sebagai provider kebutuhan dan tuntutan yang diperintah akan barang dan jasa yang mereka tidak mampu penuhi sendiri karena masih lemah dan tak berdaya (powerless) termasuk penyediaan dan pembangunan sarana dan prasarana.

Sementara itu, Rasyid (2002:59) berpendapat bahwafungsi-fungsi pemerintahan adalah fungsi pengaturan, pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan.

Menurut Rewansyah (2011:133) mengemukakan 5(lima) fungsi utama (main function) eksekutif (pemerintah) yaitu:

(1). Fungsi pengaturan/Regulasi

(2). Fungsi pelayanan kepada masyarakat (public service)

(3). Fungsi pemberdayaan kepada masyarakat (empowering people), (4). Fungsi pemberdayaan aset/ kekayaan Negara

(5). Fungsi keamanan, pengalaman dan perlindungan.

C. Konsep dan Fungsi Manajemen

Manajemen merupakan suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi.

Manullang (2005:17) mendefenisikan manajemen sebagai: “Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan

(25)

daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”.

Terry (2004:12), yang dikenal dengan planning, organizing, actuating dan controlling (POAC). Menurut Hasibuan (2000:165), mengatakan bahwa

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sarwoto (2012:166), Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal.Deskripsi tersebut mengindikasikan bahwa manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi, manajemen yang baik memudahkan terwujudnya tujuan organisasi.

Lebih lanjut menurut Sarwoto (2012:166) mengemukakan bahwa manajemen adalah proses pemimpin dan melancarkan pekerjaan bagi orang-orang yang terorganisir secara formal sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.

Siagian (2001:166) mengungkapkan bahwa manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berangkat dari pemikiran itu, prinsip-prinsip manajemen organisasi sesungguhnya adalah manajemen orang-orang didalamnya.SDM merupakan faktor yang paling penting dalam kelangsungan hidup organisasi.Manusia adalah pendiri, perancang, pekerja, pengamat,

(26)

pengkritik, pemutus suatu organisasi.Tanpa mereka tidak ada organisasi.Oleh karena itu konsep manajemen organisasi ideal ideal haruslah berpusat pada manusia. Setidaknya prinsip-prinsip pokok dalam manajemen yakni planning, organizing, actuating dan controlling dengan demikian dapat diartikan sebagai

berikut:

1. Fungsi Perencanaan (planning)

Menurut Salam (2004:14), Perencanaan adalah usaha membuat suatu pilihan tindakan dari berbagai alternative yang mungkin dapat tersedia dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapatnya sebagaimana diketahui bahwa dalam menentukan sebuah rencana, jenis rencana tersebut menentukan sebuah rencana itu bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak berjalan. Menurut salam (2004:15) ada beberapa jenis rencana itu ialah:

a. Kebijakan adalah pernyataan atau pengertian umum yang memberikan bimbingan berfikir dalam menentukan keputusan.

b. Anggaran adalah suatu ihtiar dari hasil yang diharapkan dan pengeluaran yang sediakan untuk mencapai hasil tersebut dinyatakan dalam kesatuan uang.

c. Prosedur adalah suatu rangkaian tugas yang mewujudkan urutan waktu dan rangkaian yang harus dilaksanakan.

Deskripsi di atas, bahwa fungsi perencanaan ini mencakup juga penetapan alat yang sesuai untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.Hasil yang diharapkan dari fungsi ini adalah kesepakatan tentang sejumlah kegiatan yang harus

(27)

dilakukan oleh anggota organisasi secara propesional dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)

Menurut Salam (2004:19), Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokkan dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai kegiatan, penempatan orang-orang (pegawai) terhadap kegiatan- kegiatan dari penyediaan fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan penyuluhan hubungan wewenang yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan kegiatan yang diharapkan oleh organisasi.

Menurut Salam (2004:19) mengemukakan ada beberapa tahap dalam pengorganisasian yaitu:

a. Penentuan kegiatan adalah seorang pemimpin harus mengetahui dan merumuskan kegiatan yang diperlukan serta menyusun daftar kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. Pengelompokan kegiatan harus mengelompokkan kegiatan atas dasar tujuan yang sama, hal ini berdasarkan atas dasar proses atau peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan.

c. Pendelegasian wewenang adalah seorang pemimpin harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada bawahan.

Berdasarkan pendapat diatas, maka fungsi pengorganisasian ini meliputi semua kegiatan manajemen yang diwujudkan dalam struktur tugas dan

(28)

wewenang.Pengorganisasian mengatur kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh unit-unit organisasi seperti pendelegasian wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, hubungan informasi dan horizontal, dalam suatu kondisi koordinasi yang efektif dan efisien.

3. Fungsi Pengarahan (actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.

Terry (2004:16), mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut.

Cara-cara pengarahan menurut Terry (2004:22) adalah sebagai berikut:

a. Orientasi merupakan cara pengarahan dengan hanya memberikan informasi yang perlu agar kegiatan dapat dilakukan dengan baik.

b. Perintah merupakan permintaan dari pemimpin kepada karyawannya untuk melakukan kegiatan tertentu dalam keadaan tertentu.

(29)

c. Delegasi wewenang yang dimaksud adalah bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian perintah. Pimpinan lebih melimpahkan sebagian wewenangnya kepada bawahannya.

d. Motivasi merupakan hal-hal yang menyebabkan, menyatukan serta memperhatikan orang berprilaku tertentu. Motivasi dipengaruhi oleh kondisi fisik, kebutuhan seseorang serta kondisi sosial orang.

e. Komunikasi, didalam komunikasi terdapat hubungan antara orang dengan orang-orang dengan lembaga dan sebaliknya. Komunikasi berguna untuk menciptakan hubungan yang serasi dan menciptakan saling pengertian.

4. Fungsi Pengendalian (controlling)

Pengendalian (controlling) merupakan suatu faktor penunjang penting terhadap efisiensi organisasi, demikian juga pada perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan. Pengendalian adalah suatu fungsi yang positif dalam menghindarkan dan memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari sasaran-sasaran atau target yang direncanakan setiap pengorganisasian, oleh karena itu harus memiliki system pengawasan (pengendalian).

Selanjutnya Schermerhorn (2002:82) pengendalian/pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaina hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.

Menurut Salam (2004:21) adapun fungsi pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengawasi kegiatan yang dilaksanakan oleh para

(30)

pegawai.Apabila kegiatan yang dilakukan tidak berjalan dengan baik dalam suatu organisasi, maka harus dikendalikan supaya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut, terarah dan terencana dengan baik. Beberapa proses pengendalian melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menentukan standar atau dasar kontrol agar pengawasan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama.

2. Ukuran yang telah ditetapkan harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

3. Melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar penyimpangan dan kesalahan dalam melakukan kegiatan dapat dicegah serta diperbaiki.

Proses pengendalianpun harus adanya ukuran yang ditetapkan, artinya seiap perencanaan yang dibuat harus memiliki sebuah target, hal ini dimaksudkan agar perencanaan yang dibuat memenuhi apa yag menjadi target sebuah organisasi.

Tahap terakhir dari sebuah pengendalian adalah melakukan perbaikan, hal ini diperuntukkan agar adanya evaluasi dari sebuah perencanaan agar hal-hal yang menjadi faktor penghambat dalam sebuah perencanaan dapat diatasi dalam proses perencanaan yang akan datang sehingga hal-hal yang terjadi dalam perencanaan yang telah berlalu tidak terulang pada perencanaan dikemudian hari. Dengan adanya pengendalian diharapkan agar pemanfaatan semua unsur manajemen efektif dan efisien. Dalam bidang pemerintahan pengendalian merupakan tahap terakhir yang dilakukan seorang kepala dinas dalam mengendalikan aparatur- aparatur pemerintahan agar tujuan dari organisasi dapat tercapai.

(31)

Selanjutnya Stoner Ect (2005:170) Pengendalian/pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. He process of ensuring that actual avtivities conform the planned activities. Hal ini dilakukan untuk menjamin aktivitas yang dilakukan sesuai

dengan apa yang telah ditetapkan organisasi. Suatu sistem pengendalian memiliki beberapa elemen yang memungkinkan pengendalian berjalan baik. Elemen- elemen tersebut adalah:

1. Sensor/Detektor yakni suatu alat untuk mengidentifikasi apa yang sedang terjadi dalam suatu proses.

2. Assessor yakni suatu alat untuk menentukan ketepatan. Biasanya

ukurannya dengan membandingkan kenyataan dan standar yang telah ditetapkan.

Organisasi terdiri dari manajer dan karyawan harus dimotivasi dan dituntun agar melakukan apa yang diinginkan pimpinannya dan harus dikoreksi jika menyimpang dari arah pencapaian tujuan organisasi. Dasar dari semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variable, atau sekumpulan variable guna mencapai tujuan tertentu. Variabel dapat berupa manusia, mesin, organisasi.

Berdasarkan defenisi yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu proses atau sistem yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dari kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan apakah

(32)

pekerjaan tersebut dilakukan sesuai dengan rencana atau tidak, dan jika tidak harus segera dilakukan perbaikan.

D. Konsep Tentang Gelandangan dan Pengemis 1. Pengertian Gelandangan dan Pengemis

Istilah gelandangan berasal dari kata gelandang yang artinya "yang selalu mengembara", yang berkelana (lelana).Gelandangan oleh karenanya seringkali

dilukiskan sebagai sebagai orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan layak, tidak memiliki tempat tinggal yang tetap dan layak, serta makan di sembarang tempat (Onghokham', 1984: 3).

Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta hidup mengembara di tempat umum (PP. No. 31 Tahun 1980).

Pengemis adalah orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan orang lain (PP. No. 31 Tahun 1980).Gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai norma kehidupan yang layak dalam masyarakat, tidak mempunyai mata pencaharian dan tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Istilah gelandangan berasal dari kata gelandangan, yang artinya selalu berkeliaran atau tidak pernah mempunyai tempat kediaman tetap (Suparlan, 1993: 179).

Dewasa ini gelandangan seringkali dikaitkan dengan keadaan masyarakat kota golongan rendah yang sangat miskin, mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, atau kalau mereka memiliki tempat tinggal biasanya hanya berupa gubuk-

(33)

gubuk yang terbuat dari bahan yang mudah rusak atau mudah dibongkar seperti:

kardus, triplek, plastik, dan lain-lain.Senada dengan itu Guinnes (1985: 116) mengemukakan dua ciri yang membedakan gelandangan dengan masyarakat kota yang lain, yaitu bahwa mereka merupakan penduduk yang paling miskin, dan mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap. Pada umumnya gelandangan dapat ditemui di emperan-emperan toko, kolong jembatan, kuburan cina, tepi sungai, dan sebagainya.

Terlepas dari berbagai atribut tersebut, Wirosardjono (1984: 59) mengemukakan ciri-ciri dasar yang melekat pada gelandangan antara lain:

memiliki lingkungan pergaulan, norma-norma dan aturan tersendiri yang berbeda dengan lapisan masyarakat lain, mereka tidak memiliki tempat tinggal, pekerjaan, dan pendapatan yang layak dan wajar menurut norma yang berlaku, mereka juga memiliki sub kultur yang khas yang mengikat masyarakat tersebut.

Gelandangan sebagai kelompok yang memiliki suatu sub kultur yang khas selalu dihubungkan dengan kemiskinan. Kemiskinan dalam hal ini, dapat didefinisikan sebagai suatu standar hidup yang rendah yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada suatu kelompok dalam masyarakat dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku umum dalam masyarakat yang bersangkutan (Suparlan: 1984: 12). Tentang aspek sub kultur dari kehidupan gelandangan ini barangkali konsep kebudayaan kemiskinan Oscar Lewis (1984) relevan untuk dikemukakan. Dikatakannya bahwa kebudayaan kemiskinan merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian dan sekaligus juga merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka dalam. masyarakat yang berstrata kelas,

(34)

sangat individualistis, dan berciri kapitalisme. Kebudayaan tersebut mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa harapan yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil bagi mereka untuk dapat meraih sukses dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas.

Oscar lewis (1984) mengemukakan bahwa kemiskinan mereka bukanlah semata-mata berupa kekurangan dalam ukuran ekonomi, tetapi juga melibatkan kekurangan dalam ukaran kebudayaan dan kejiwaan (psikologi) dan memiliki corak tersendiri yang diwariskan dari generasi orangtua kepada generasi anak- anak dan seterusnya melalui proses sosialisasi sehingga kalau dilihat dalam perspektif ini kebudayaan kemiskinan itu tetap lestari.

2. Faktor penyebab Gelandangan

Dari beberapa hasil pengamatan terhadap gelandangan, dapat disebutkan bahwa penyebab munculnya gelandangan besar dibedakan kedalam Faktor Intern dan Faktor Ekstern.

Faktor Intern: faktor malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kuat, adanya cacat fisik, dan adanya cacat psikis (jiwa). SedangkanFaktor Ekstern:

faktor ekonomi, geografi, sosial, pendidikan, psikologis, lingkungan danagama.

Faktor ekstern ini adalah faktor yang utama dan rentan untuk melahirkan gelandangan yaitu:

a) Faktor Ekonomi b) Faktor Geografi c) Faktor Sosial

(35)

d) Faktor Pendidikan e) Faktor Psikologis f) Faktor Lingkungan g) Faktor Agama

Ada beberapa penyimpangan prilaku yang ditimbulkan oleh fenomena gelandangan dibawah ini adalah :

a) Melakukan perbuatan miras b) Melakukan tindakan kriminal c) Melakukan tindakan asusila

d) Melakukan perbuatan mengemis dan pemulung

3. Upaya penanggulangan gelandangan dan pengemis berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31. Tahun 1980 terdiri dari upaya : Preventif, Represif dan Rehabilitatif.

Rehabilitasi sosial yang mencakup serangkaian kegiatan yang terkait dengan penanganan gelandangan dan pengemis seperti preventif, pemberdayaan, jaminan dan perlindungan sosial melalui panti, pemukiman dan transmigrasi.Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Sistem Panti Tujuan dari proses rehabilitasi adalah membuat seorang menyadari potensi-potensinya dan selanjutnya melalui sarana dan prasarana yang diberikan kepadanya berusaha untuk mewujudkan atau mengembangakan potensi-potensi tersebut secara maksimal untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal. Menurut Nitimihardja (2004) Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang bertujuan untuk mengintegrasikan seseorang yang mengalami masalah sosial kedalam kehidupan

(36)

masyarakat dimana dia berada.Pengintegrasian tersebut dapat dilakukan melalui upaya peningkatan penyesuaian diri, baik terhadap keluarga, komunitas maupun pekerjaannya.

E. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini akan mengkaji permasalahan atau fenomena pengendalian gelandangan dan pengemis dalam hal ini peran pemerintahsangatdiperlukan. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Presiden RI No. 40 Tahun 1943 tentang Koordinasi Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.

Keterlibatan pemerintah secara aktif dalam proses pengendalian gelandangan dan pengemis di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada akhirnya akan berkolerasi secara positif terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam mengurangi angka gelandangan dan pengemis.

Bagan Kerangka Pikir

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

 Preventif

 Represif

Rehabilitatif

Terkendalinya Jumlah Gelandangan dan

Pengemis dpengemis Peran Pemerintah

Faktor Mempengaruhi

Pengendalian Gelandangan dan

Pengemis

(37)

F. Fokus Penelitian

Uraian tujuan penelitian maka yang menjadi fokus penelitian yaitu bagaimana peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis serta faktor yang mempengaruhi pengendalian gelandangan dan pengemis.

G. Deskripsi Fokus

Dari bagan di atas dapat dikatakan Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi memiliki peran penting sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No. 31. Tahun 1980bahwa untuk menanggulangi gelandangan dan pengemis maka dilakukan:

a) Upaya Preventif yaitu usaha secara terorganisir yang meliputi penyuluhan, bimbingan, latihan dan pendidikan, pemberian bantuan, pengawasan serta pembinaan lanjutan kepada para pemangku kepentingan.

b) Upaya Represif dimaksudkan untuk menghilangkan gelandangan dan pengemis, serta meluasnya keberadaan mereka di masyarakat. Upayanya meliputi : razia, penampungan sementara untuk diseleksi dan pelimpahan.

Seleksi tersebut untuk menetapkan kualifikasi gelandangan untuk menentukan langkah selanjutnya terdiri dari:Dilepaskan dengan syarat, dimasukkan ke panti sosial, dikembalikan kepada orang tua/wali/keluarga/kampung halaman, diserahkan ke proses hukum dipengadilan, diberikan pelayanan kesehatan.

c) Upaya Rehabilitatif meliputi penyantunan, pemberian diklat, pemulihan kemampuan dan penyaluran kembali ke daerah transmigran atau ke tengah

(38)

masyarakat dalam rangka pembinaan lebih lanjut agar mereka mempunyai kemampuan untuk hidup secara layak.

Faktor yang mempengaruhi pengendalian gelandangan dan pengemis yaitu: berpindah-pindahnya tempat para gelandangan serta kurangnya pemahaman masyarakat terhadap program pembangunan bidang sosial tenaga kerja dan transmigrasi, meningkatnya angka pengangguran dan penyandang masalah sosial, tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan semakin tinggi serta rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan tidak sebanding dengan tuntutan pasar kerja serta terbatasnya lapangan kerja tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah angkatan kerja.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu danLokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu tiga bulan dan lokasi penelitian dilakukan di Kantor Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa sebagai salah satu unsur pemerintahan di Kabupaten Gowa yang secara fungsional terhadap pengendalian gelandangan dan pengemis. Alasan memilih lokasi ini didasarkan pada: Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa merupakan salah satu unsur yang memiliki tugas dan tanggungjawab dalam pengendalian gelandangan dan pengemis. Adapun pertimbangan dalam memilih lokasi penelitian didasarkan pada efektivitas, waktu dan kemudahan dalam mengumpulkan berbagai informasi dan data yang di butuhkan oleh peneliti.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang berusaha memberikan penjelasan dan gambaran peran pemerintah dalam pengendalian gelandangan dan pengemis dari berbagai macam data yang telah dikumpulkan yang berkaitan dengan peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Gowa.

27

(40)

2. Tipe Penelitian

Sedangkan tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan didukung data kualitatif dimana peneliti berusaha untuk mengungkapkan suatu fakta atau fenomena realita sosial tertentu sebagaimana adanya dan memberikan secara objektif tentang keadaan dan permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan peran Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis di Kabupaten Gowa.

C. Sumber Data

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan informan yaitu kepada orang-orang yang mengetahui tentang topik penelitian secara akurat dan mampu mewakili kelompok dalam membahas tentang peran pemerintah dalam pengendalian gelandangan dan pengemis adapun informan yang penulis maksud adalah Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Seksi jaminan Sosial Tenaga Kerja, Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, Seksi Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja, Seksi Pembinaan Keluarga dan Anak, Seksi Pembinaan Mental dan Spiritual, Seksi Pembinaan Fakir dan Miskin.

2. Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari bahan-bahan bacaan, dokumen-dokumen atau laporan yang relevan dibahas dengan peran dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi dalam pengendalian gelandangan dan pengemis

(41)

D. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang memiliki informasi tentang subjek yang ingin diketahui oleh peneliti dan dapat memberikan penjelasan tentang peran pemerintah dalam pengendalian gelandangan dan pengemis.

Adapun yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah:

NO Keterangan Jumlah

1 Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 Orang

2 Seksi Jaminan Sosial Tenaga Kerja 1 Orang

3 Seksi Kesempatan Tenaga Kerja & Perluasan Kerja 1 Orang 4 Seksi Pelatihan & Produktivitas Tenaga Kerja 1 Orang

5 Seksi Pembinaan Keluarga & Anak 1 Orang

6 Seksi Pembinaan Mental & Spiritual 1 Orang 7 Seksi Pembinaan Fakir Miskin & Lanjut Usia 1 Orang

8 Satpol-PP 1 Orang

9 Gelandangan 1 Orang

10 Pengemis 1 Orang

Jumlah 10 Orang

Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 10 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

(42)

1. Observasi.

Yaitu suatu cara mengumpulkan data melalui pengamatan secara langsung kelokasi penelitian tentang masalah yang akan diteliti. Observasi di lakukan di Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa.

2. Wawancara.

Wawancara adalah pengumpulan informasi dengan cara memberikan pertanyaan secara langsung dan dijawab secara langsung. Wawancara disini dilakukan dalam bentuk wawancara berpedoman yaitu wawancara dituntun oleh sejumlah pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu (interview guide).

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder, yakni dengan cara mengumpulkan data-data pegawai Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dokumen-dokumen, dan rencana strategi tahunan (renstra).

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dimana data yang dikumpulkan di lapangan, di deskripsikan secara kualitatif berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang bisa memperoleh kesimpulan hasil penelitian secara jelas.

(43)

G. Keabsahan Data

Kredibilitas data sangat mendukung hasil penelitian, oleh Karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data.Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dengan mengacu William Wiersma, (1986) dalam Sugiono (2012:273), maka pelaksanaan teknis dari langkah pengujian yaitu:

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi Waktu

Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan observasi, wawancara atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum Kabupaten Gowa serta gambaran umum mengenai lokasi penelitian yaitu Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa (DISNAKERTRANS).

A. Karaakteristik Obyek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa berada pada 12ᴼ38.16ˈBujur Timur dari Jakarta dan 5ᴼ33.6ˈBujur Timur dari Kutub Utara.Letak wilayah administrasinya antara 12ᴼ33.19ˈhingga 13ᴼ15.17ˈBujur Timur dan 5ᴼ5ˈ hingga 5ᴼ34.7ˈLintang Selatan dari Jakarta. Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan tujuh kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba dan Bantaeng.Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi selatan. Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitive sebanyak 167 dan 726 Dusun./Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi sembilan kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao,

33

(45)

Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,76% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi sembilan Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

Total luas Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk topografi wilayah yang sebagian besar berupa dataran tinggi, wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi selatan adalah Sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km.

Pemerintah Kabupaten Gowa yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas +2.415 Km2 yang dapat menyediakan airirigasi seluas +24.600 Ha, konsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3 dan untuk pembangkit tenaga listrik tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt. Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim kemarau dimulai bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada bulan Desember hingga Maret.Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu bulan April-Mei dan Oktober- Nopember.

(46)

Jumlah penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2013 sebesar 695.697 jiwa, laki-laki berjumlah 344.740 jiwa dan perempuan sebanyak 350.957 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut 99,18% adalah pemeluk Agama Islam. Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237, 75 mm dengan suhu 27, 125ºC. curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli-September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.

2. Profil Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa a. Letak Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa beralokasi di Kabupaten Gowa tepatnya di Jl. Masjid Raya No. 30 Lt. II Sungguminasa.

b. Jumlah Pegawai Disnakertrans

Jumlah pegawai Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa sebanyak 68 orang Pegawai Negeri Sipil. Tingkat pendidikan dan pangkat/golongan Pegawai Negeri Sipil di lingkup Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(47)

Tabel. 1

Latar Belakang Pendidikan Pegawai

No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai

1 Strata Dua (S2) 14 Orang

2 Strata Satu (S1) 31 Orang

3 Diploma Tiga (D3) 4 Orang

4 SLTA/SMA/SMU 19 Orang

Total Pegawai 68 Orang

Sumber: DinasSosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Gowa 2013

Tabel. 1 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa memiliki tingkat pendidikan S2 sebanyak 14 orang, S1 seanyak 31 orang, D3 sebanyak 4 orang, SLTA/SMU sebanyak 19 orang.

(48)

Tabel 2

Data Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jabatan Jumlah

S2 Kepala Dinas Sosial

Seksi Penempatan Tenaga kerja &

Perluasan Kesempatan Kerja

Seksi Pelatihan & Produktivitas Tenaga Kerja

Seksi Pembinaan Keluarga & Anak

1 1

1

1 S1 Seksi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Seksi Pembinaan Fakir Miskin &

Lanjut Usia

1 1

SLTA/SMU

-

Seksi Pembinaan Keluarga & Anak Satpol-PP

Gelandangan Pengemis

1 1 1 1

Jumlah 10

Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Gowa 2013

Tabel 1.1 diatas menunjukkan tingkat informan pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang berpendidikan S2 sebanyak 4 orang.Kemudian informan yang berpendidikan S1 sebanyak 2 orang dan 2 orang yang berpendidikan SLTA/SMU dan 2 orang yang tidak tamat SD.

(49)

Tabel. 3

Pangkat dan Golongan

No Pangkat /Golongan Jumlah Pegawai

1 Pembina Tk. I / IV.b 3 Orang

2 Pembina / IV.a 3 Orang

3 Penata Tk. I / III.d 14 Orang

4 Penata / III.c 5 Orang

5 Penata Muda Tk. I / III.b 16 Orang

6 Penata Muda / III.a 12 Orang

7 Pengatur Tk. I / II.d 3 Orang

8 Pengatur Muda Tk. I / II. B 7 Orang

9 Pengatur Muda / II.a 3 Orang

10 Juru / I. c

Total Pegawai

2 Orang 68 Orang Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Gowa 2013

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan Jumlah Pegawai Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa adalah 68 Orang dengan rincian Kepala Dinas 1 orang, Sekretaris 1 orang, 6 orang Kepala Bidang, Kasubag 3 orang,, Kepala Seksi 18 Orang, Staf bagian 39 orang.

(50)

Tabel 4

Data Informan Berdasarkan Golongan Ruang

Jabatan Golongan Jumlah

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

IV/b 1

Seksi Jaminan Sosial Tenaga kerja III/d 1

Seksi Penempatan Tenaga kerja & Perluasan

Kesempatan Kerja III/b 1

Seksi Pelatihan & Produktivitas Tenaga Kerja III/b 1

Seksi Pembinaan Keluarga & Anak III/b 1

Seksi Pembinaan Mental & Spiritual III/b 1 Seksi Pembinaan Fakir Miskin & Lanjut Usia III/d 1

Satpol-PP II/a 1

Gelandangan - 1

Pengemis - 1

Jumlah 10

Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Gowa 2013

Berdasarkan table 2.1 diatas menunjukkan jumlah informan berdasarkan golongan IV sebanyak 1 orang yaitu IV/b dan 6 orang yang tergolong dalam golongan III yaitu III/d Seksi jaminan Sosial Tenaga kerja, III/b Seksi Penempatan Tenaga Kerja & Perluasan Kesempatan Kerja, III/b Seksi Pelatihan &

Produktivitas Tenaga Kerja, III/b Seksi Pembinaan keluarga dan Anak, III/b Seksi Pembinaan Mental dan Spiritual, III/d Seksi Pembinaan Fakir Miskin & Lanjut Usia, II/a Satpol-PP dan 2 orang yang tidak memiliki golongan.

(51)

Tabel 5

Data Informan Berdasarkan Usia

Usia Informan Jumlah

21-30 Thn -

31-40 Thn 2

41-50 Thn 5

51-60 Thn 3

Jumlah 10

Berdasarkan tabel 3 tersebut diatas dapat diketahui informan berdasarkan usia antara 21-30 tahun tidak ada, 2 orang berada pada usia antara 31-40 tahun dan informan yang berada pada usia antara 41-50 tahun sebanyak 5 orang sedangkan dengan usia antara 51-60 tahun sebanyak 3 orang.

Tabel 6

Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin Jabatan Jumlah

Pria Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja & Transmigrasi Seksi Penempatan Tenaga Kerja & Perluasan Kesempatan Kerja

Seksi pembinaan Mental & Spiritual

Seksi Pembinaan Fakir Miskin & Lanjut Usia Satpol-PP

1

1 1 1 1

(52)

Gelandangan 1 Wanita Seksi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Seksi Pelatihan & Produktivitas Tenaga Kerja Seksi Pembinaan Keluarga & Anak

Pengemis

1 1 1 1

Jumlah 10

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa informan pria sebesar 6 orang yaitu Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Seksi Penempatan Tenaga Kerja & Spiritual, Seksi Pembinaan Mental & Spiritual dan Seksi Pembinaan Fakir Miskin & Lanjut Usi, Satpol-PP dan gelandangan.

Sedangkan informan wanita sebanyak 4 orang yaitu Seksi Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Seksi Pelatihan & Produktivitas Kerja dan seksi Pembinaan Keluarga dan Anak serta pengemis.

c. Visi dan Misi

Dinas Sosial,.Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa sebagai salah satu institusi yang kredibel dan professional dalam merumuskan formulasi kebijakan pemerintah daerah dalam bentuk kebijaksanaan pelayanan dibidang kesejahteraan sosial, ketenagakerjaan dan transmigrasi.

Adapun Visi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa adalah “ Tercapainya Kesejahteraan Sosial oleh dan untuk semua elemen masyararakat ”.

(53)

Misi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah :

1. Meningkatkan manajemen pelayanan sosial, ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

2. Meningkatkan kualitas, kapasitas dan profesionalitas sumber daya aparatur yang religius melalui pendidikan dan pelatihan serta penguasaan teknologi dan informasi.

3. Mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber-sumber kesejahteraan sosial dan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

4. Meningkatkan pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja.

5. Meningkatkan koordinasi antar sektoral khususnya lingkup kesejahteraan sosial, ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

6. Mengembangkan koordinasi yang kondusif kepada masyarakat agar mampu berperan aktif dalam pembangunan.

d. Struktur Organisasi Struktur Organisasi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kepala Dinas sebagai pimpinan pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa

2. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris Dinas dibawahi : 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan 3. Sub Bagian Keuangan

Masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian

(54)

3. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial dipimpin oleh seorang Kepala Bidang membawahi :

1. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial / ANKN dan Penyandang Cacat

2. Seksi Penanggulangan Bencana 3. Seksi Pembinaan Keluarga dan Anak

Masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

4. Bidang Kesetiakawanan Sosial dipimpin oleh seorang kepala Bidang membawahi :

1. Seksi Pembinaan Fakir Miskin dan Lanjut Usia 2. Seksi Pelestarian Nilai Kepahlawanan / Kejuangan 3. Seksi Kelembagaan Sosial

Masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

5. Bidang Pembinaan Keagamaan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang membawahi :

1. Seksi Pembinaan Lembaga-lembaga Keagamaan 2. Seksi Pembinaan Sarana Keagamaan

3. Seksi Pembinaan mental Spiritual

Masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

6. Bidang Pemberdayaan Tenaga Kerja dipimpin oleh seorang Kepala Bidang membawahi :

1. Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan 2. Seksi Penyediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja

(55)

3. Seksi Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja Masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

7. Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang membawahi :

1. Seksi Hubungan Industrial

2. Seksi Pengawasan ketenagakerjaan 3. Seksi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

8. Bidang Transmigrasi dipimpin oleh seorang kepala Bidang membawahi : 1. Seksi Penyiapan pemukiman dan Penempatan

2. Seksi Pengembangan Masyarakat Kawasan Transmigrasi 3. Seksi Pengembangan Kelembagaan

Masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi.

Selanjutnya dapat digambarkan dalam skema struktur organisasi dibawah ini :

(56)
(57)

5 Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Bupati Gowa Nomor 28 Tahun 2008 yang ditetapkan pada tanggal 22 Desember 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut:

A. Kepala Dinas

1. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gowa dipimpin oleh seorang Kepala Dinas Sosial mempunyai tugas merumuskan konsep sasaran, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, membina, mengarahkan, mengevaluasi serta melaporkan urusan pemerintahan daerah di bidang sosial berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

2. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis dinas b. Penyusunan rencana strategis dinas

c. Penyelenggaraan pelayanan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang sosial termasuk keagamaan, tenaga kerja dan transmigrasi.

d. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan dinas

e. Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan dinas dan

(58)

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya

3. Rincian tugas yang dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :

a. Merumuskan rencana strategis dan program kerja dinasyang sesuai dengan visi misi daerah

b. Mengkoordinasikan perumusan dan penyusunan program kerja dinas sesuai bidang tugasnya

c. Menyelenggarakan rencana strategis dan program kerja dinas, menyelenggarakan tenaga fungsional pekerja sosial meliputi : pengangkatan dan pemberhentian pejabat fungsional pekerja sosial, pengusulan calon peserta pendidikan profesi pekerjaan sosial, pengusulan calon peserta pendidikan dan pelatihan pekerja sosial skala kabupaten, menyelenggarakan dan mengembangkan jaminan sosial bagi penyandang cacat fisik dan mental, lanjut usia tidak potensial terlantar yang berasal dari masyarakat rentan dan tidak mampu skala kabupaten.

d. Mengidentifikasi sasaran penanggulangan masalah sosial skala kabupaten e. Mengembangkan jaringan sistem informasi kesejahteraan sosial skala

kabupaten

f. Memberikan penganugerahan pengkargaan sosial skala kabupaten dan menyiapkan bahan kelengkapan usulan penganugerahan satya lencana kebaktian sosial kepada presiden melalui gubernur dan menteri sosial

(59)

g. Membina dan mengembangkan karir pegawai serta pelayanan kepada masyarakat sesuai bidang tugasnya maupun dalam rangka kepentingan Pemerintah Daerah

h. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan karir dan memberi saran dan pertimbangan teknis kepada atasan

i. Membina pelaksanaan Program waskat dilingkungan Dinas, membina pelaksanaan tugas-tugas unit Pelaksana Teknis Dinas

j. Mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati

k. Mengevaluasi hasil pelaksanaan program kerja di lingkungan dinas dan l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan

B. Sekretariat

1. Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, mempunyai tugas merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas kesekretariatan, meliputi urusan umun dan kepegawaian, perencanaan dan pelaporan serta pengelolaan keuangan.

2. Dalam menyelenggarakan tugas ssebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekretaris mempunyai fungsi :

a. Penyusunan kebijakan teknis administrasi kepegawaian, adminstrasi keuangan perencanaa pelaporan

b. Penyelenggaraan kebijakan administrasi kepegawaian, administrasi keuangan perencanaan pelaporan

Referensi

Dokumen terkait

participants in the chain can access the data in real time and can validate which increases trust between parties, our blockchain & IoT based food supply chain system

Hasil evaluasi dari konseling menggunakan pendekatan terapi realitas ini nampak dari subjek yang bersedia untuk berkomitmen secara penuh untuk menjadi lebih rajin

Jual beli yang merupakan salah satu dari bentuk interaksi antar sesama, di mana defini- sinya adalah memindahkan kepemilikan (ter- hadap suatu benda) dengan harga

mempunyai nilai p =0,310 ( p <0,005) artinya ada pengaruh yang bermakna dengan pemberian latihan dengan metode eccentric exercise terhadap peningkatan kemampuan

Dengan demikian kon fi gurasi politik da- lam pemberantasan tindak pidana korupsi lebih baik dan meningkat dibanding- kan dengan kon fi gurasi politik dalam era orde lama dan orde

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

bahwa Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diajukan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, merupakan perwujudan dari rencana kerja Pemerintah

Variabel moderating adalah variabel yang dapat mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel moderat yang