• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Kala III

2.3 Konsep Dasar Asuhan Nifas

2.3.1Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).

2.3.2Tahap masa nifas 1. Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan(Sulistyawati, 2009).

2.3.3 Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas 1. Perubahan uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar daridesidua

yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neorotic (layu atau mati).

Table 2.2 Perubahan involusi uterus

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat symphisis 500 gram

2 minggu Teraba di atas symphisis 350 gram

6 minggu Fundus uteri mengecil (tak teraba) 50 gram (Sulistyawati,2009).

1. Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:

a. Lokhea rubra (merah)

Lokhea ini keluar pada hari ke 1 – 4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), mekonium.

b. Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

c. Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

d. Lokhea alba/ putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desisua, sel epitel, selaput lendir serviks,dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum (Sulistyawati, 2009).

2. Perubahan serviks, vagina, dan perinium a. Perubahan pada serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangakan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks terbentuk seperti cincin.

b. Perubahan pada vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta perengangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil.

c. Perubahan pada perinium

Segara setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil.

3. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Bila ini tidak berhasil dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.

4. Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebabnya adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar dimhasilkan dalam 12-36 jam post partum (Sulistyawati, 2009).

2.3.4 Proses adaptasi psikilogis masa nifas

1. Periode “Taking In”

Periode yang terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.

2. Periode “Taking Hold”

periode terjadi pada hari ke 2-4 post partum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuanya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.

3. Periode “Letting Go”

Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah. Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga (Sulistyawati, 2009).

2.3.5 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas 1. Kebutuhan gizi ibu menyusui

kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat mempengaruhi produksi ASI. ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu sendiri. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung sekitar 600 kkal, sedangkan pada ibu dengan status gizi kurang ,biasanya memproduksi kurang dari itu.

2. Energi

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca partum mencapai 500 kkal. Rekomendasi ini berdasarkan pada asumsi bahwa tiap 100cc ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal.

3. Protein

Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein diatas normal sebesar 20gr/hari. Dasar ketentuan ini adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 gr protein. Dengan demikian 830 cc ASI mengandung 10 gr protein (Sulistyawati, 2009).

3. Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing untuk berjalan.

Adapun keuntunganya adalah antaara lain : a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya.

d. Lebih sesuai dengan keadaaan Indonesia (lebih ekonomis) 4. Eliminasi

Dalam 6 jam pertama post partum , pasien harus sudah dapat buang air kecil. Semakin lama urin tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan ,misalnya infeksi.

5. Kebersihan diri

Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.

6. Istirahat

Istirahat ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi untuk menyusui bayinya nanti.

7. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memassukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

8. Senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani peersalinan deenga normal dan tidak ada penyulit post partum. (Sulistyawati 2009).

Gambar 2.3 Senam Nifas

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6

Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12

(Kemenkes RI) 9. kunjungan masa nifas

Tabel.2.3 Kunjugan Nifas Kunjunga n Waktu Tujuan 1. 6-8 jam setelah persalina n

a. Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain

pendarahan RUJUK bila ada pendarahan berlanjut. c. Memberikan Konseling kepada ibu atau anggota

keluarga cara mencegah pendarahan pada masa nifas.

d. Mengajari ibu cara menyusui pada pemberian ASI awal.

e. Mengajari ibu cara merawat bayi agar tidak terjadi hipotermia dan menjaga kebersihan bayi terutama pada tali pusat.

f. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas.

2 6 hari

setelah persalina n

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada tanda-tanda infeksi dan lochea sanguinolenta.

b. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan istirahat.

c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan tanda-tanda penyulit.

d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan merawat bayi sehar-hari.

3 2 Minggu

setelah persalina n

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada tanda-tanda infeksi dan lochea serosa.

4 6 Minggu

setelah persalina n

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang dialami ibu maupun bayi.

b. Memberi konseling KB secara dini.

2.3.6 Konsep SOAP Nifas

Tanggal :... Waktu :...

1. S ( Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Pada Ibu riwayat abortus biasanya ibu mengeluh nyeri pada bekas luka jahitan perineum.

2. O (Objective) : Data yang diobservasi a. Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum : baik, lemah

Kesadaran : composmentis, somnolen TTV : TD : 110/70-130/90mmHg

N : 60-90x/menit S : 36,5oC-37,5oC RR : 16-24x/menit b. Pemeriksaan fisik khusus

1) Abdomen : Kontraksi uterus, bagus atau tidak, hari ke-1 fundus uteri + 3 jari bawah pusat. Selama 2 hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sudah 2 hari ini terus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapai lagi ukuran yang normal.

2) Genetalia :keluar lochea rubra, terjadi perdarahan apa tidak.

3. Analisa data

P..A..hari ke ... post partum fisiologis”.

4. Penatalaksanaan : Apa yang dilakukan terhadap masalah

1. Mendiskusikan pada ibu tentang kondisinya. Meliputi hasil TTV dan keadaan umum. Ibu mengerti tentang kondisinya.

2. Membantu ibu untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap. Dimulai dengan miring kanan kiri, kemudian belajar setengah duduk, dilanjutkan dengan duduk dan ibu belajar berjalan. Ibu mengerti dan mau melakukan nasehat petugas.

3. Menganjurkan ibu istirahat cukup untuk mengurangi nyeri perineum. Ibu mengerti penjelasan petugas.

4. Memberitahu ibu tentang personal hygiene menjaga kebersihan daerah sekitar vagina dan perineum, dengan cara ganti pembalut minimal 2x sehari atau jika sudah penuh. Dan jika setelah BAK atau BAB membasuhnya dengan cara dari depan ke belakang. Ibu mengerti dan mau melakukan nasehat petugas.

5. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas, seperti panas tinggi, perdarahan dalam jumlah banyak, sakit kepala hebat, bengkak pada seluruh tubuh dan lain-lain. Ibu mengerti dan mampu mengulangi penjelasan petugas. (Rimandini, 2014)