• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA KEBIJAKAN PARIWISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.3. Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata pada Objek- Objek-objek Wisata di Pangururan

5.4.1. Konsep Dasar Dalam Perencanaan Model Kebijakan

Kesepakatan terhadap suatu model dan paradigma pembangunan kepariwisataan tertentu akan menjadi strategis dan penting ketika semua pemangku kepentingan yang bergerak dalam dunia kepariwisataan membutuhkan kesamaan berpikir, bersikap maupun strategi bertindak, sehingga masing-masing pihak tidak berjalan menurut intuisi, penafsiran dan kepentingan masing-masing (Sunaryo, 2013). Kebutuhan akan suatu model kebijakan yang dapat menjadi pegangan bagi seluruh pemangku kepentingan di Kecamatan Pangururan merupakan hal dasar yang diperlukan untuk pengembangan pariwisata sehingga tidak terjadi

105 pertentangan antar pemangku kepentingan terhadap kepentingan mereka masing-masing. Setiap pemangku kepentingan juga wajib memiliki beberapa wawasan yang sangat membantu dalam kerjasama antar pemangku kepentingan di Kecamatan Pangururan. Seperti yang disebutkan Sunaryo, tentang wawasan yang harus dimiliki pemangku kepentingan, yaitu (a) partisipatif, (b) kepatuhan dan penegakan pada peraturan, (c) transparansi informasi, (d) daya tanggap, (e) Orientasi pada konsensus, (f) bersikap adil, (g) efektifitas dan efisiensi, (h) akuntabilitas dan pertanggung jawaban dan (i) visi strategis.

Dari 9 butir wawasan yang dikemukakan oleh Sunaryo, pemangku kepentingan di Kecamatan Pangururan hanya menerapkan butir (a), (e) dan (i).

Penerapan butir (a) partisipatif pada Kecamatan Pangururan telah dilaksanakan melalui partisipasi seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung pengembangan pariwisata menurut Narasumber (1). Pada butir orientasi pada konsensus, di Kecamatan Pangururan menerapkan butir ini hanya karena pemerintah menetapkan Danau Toba menjadi KSPN sehingga semua pemangku kepentingan hanya mengikuti ketetapan tersebut. Kecamatan Pangururan yang berada dibawah Pemerintah Kabupaten Samosir pastinya mengikuti visi-misi dari Kabupaten Samosir yang berfokus pada pertanian dan pariwisata sehingga butir (i) terpenuhi. Permasalahan Kecamatan Pangururan yang hanya menerapkan 3 butir kriteria dari sekian banyak kriteria disebabkan oleh adanya pemangku kepentingan yang mengambil keuntungan ekonomi untuk diri mereka sendiri tanpa memperhatikan efek yang terjadi.

106 Gambar 5.26 Ilustrasi Konsep Dasar Model Kebijakan untuk Kecamatan

Pangururan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Makin berkembangnya pariwisata di Indonesia juga menyisakan banyak kekhawatiran, ketika dirasakan pengembangan pariwisata saat ini lebih didominasi oleh nilai-nilai ekonomi dan estetika terkait dengan pengembangan industri, dibandingkan pengembangan nilai-nilai etika budaya, sosial dan kearifan lingkungan dari masyarakat (J.T. Haryanto,2014). Pengelola objek wisata misalnya, di Kecamatan Pangururan pengelolaan objek wisata tidak memperhatikan kelestarian lingkungan pada objek wisata yang mereka kelola yang berdampak pada area objek wisata menjadi penuh dengan sampah dari wisatawan maupun pengelola itu sendiri. Disisi lain, pemerintah terkesan kurang tegas dalam penerapan kebijakan karena membiarkan pengelola untuk mengelola tanpa ada standar kualitas yang diterapkan. Masyarakat dalam hal ini juga termasuk kurang peduli terhadap pengelolaan objek wisata yang tidak mematuhi aturan dan tidak menjaga kelestarian lingkungan dan alam sekitar. Masalah-masalah yang

107 ditimbulkan dari para pemangku kepentingan di Pangururan karena hanya mementingkan diri mereka sendiri berakibat pada pembangunan pariwisata yang terhambat karena sulit terbentuknya wajah pariwisata yang baik dan bertanggung jawab di Kecamatan Pangururan (Gambar 5.27).

Gambar 5.27 Ilustrasi Good Tourism Governance Model Sumber: B. Sunaryo, 2013

Permasalahan yang ditimbulkan dari para pemangku kepentingan dapat diselesaikan dengan adanya proses penerapan model kebijakan yang tepat dan dapat diterima oleh semua pemangku kepentingan di Kecamatan Pangururan. Empat nilai yang harus mendasari suatu model dan strategi perencanaan pembangunan pariwisata menurut Bambang Sunaryo adalah :

1. Keberpihakan terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran prioritas tertentu dari proses pembangunan kepariwisataan yang akan diselenggarakan.

108 2. Fleksibilitas yang adaptif dari pertumbuhan pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan dinamika perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan politik

3. Terjaganya keberlanjutan pembangunan kepariwisataan.

4. Antisipatif dan responsif, yang harus memperhatikan, meperhitungkan dan mempertimbangkan keseluruhan dinamika situasi dan realitas kepariwisataan.

Gambar 5.28 Model Kebijakan Pemerintahan Pariwisata yang Bertanggung Jawab untuk Kecamatan Pangururan

Perencanaan sebuah model kebijakan pariwisata untuk Kecamatan Pangururan harus memperhatikan keempat nilai tersebut agar terbentuk sebuah model kebijakan yang dapat diterima dan diadaptasi dengan mudah oleh seluruh

Pemerintah

Sosialisasi

Pemberian pelatihan

Penegakan peraturan secara tegas

Kebijakan adaptasi secara bertahap

Ekosistem Kepariwisataan Berkelanjutan

Terjaganya Kelestarian Lingkungan

Kepuasan wisatawan terhadap pelayanan

Peningkatan ekonomi masyarakat

Peningkatan citra destinasi wisata

Peningkatan kualitas hidup Masyarakat

Taat terhadap regulasi

Peka terhadap kelestarian lingkungan

Aktif dalam pelatihan dan sosialisasi

Mempertahankan budaya

Pengelola wisata

Taat terhadap regulasi

Menjaga kebersihan objek wisata

109 pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan pariwisata di Pangururan. Seperti yag dikatakan oleh Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo "Kami harus bersinergi dengan berbagai stakeholder. Kami juga harus bersinergi dengan kalangan akademisi, kalangan bisnis, pemerintah pusat hingga daerah dan media," (sumber : https://news.detik.com/berita/d-4679874/bpodt-ungkap-penghambat-danau-toba-jadi-kawasan-pariwisata-internasional). Pembentukan sebuah visi, misi dan tujuan serta sasaran prioritas dapat membentuk pola pikir pemangku kepentingan dalam menjalankan kegiatan kepariwisataan di Kecamatan Pangururan. Pembentukan pola pikir dari pemangku kepentingan sangatlah penting untuk diberi perhatian khusus karena dengan adanya dasar pola pikir yang benar, Kegiatan Pariwisata di Kecamatan Pangururan dapat berlangsung dengan berkelanjutan. Model kebijakan yang direncanakan di Kecamatan Pangururan harus dapat mengikuti dinamika perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Penyesuaian terhadap kondisi dan perkembangan elemen-elemen tersebut di Pangururan wajib untuk diberi atensi khusus yang sehingga dapat berlanjut dari generasi ke generasi. Keberpihakan semua stakeholder terhadap suatu model kebijakan, dengan memiliki pemikiran yang antisipatif dan responsif pada kejadian dan realitas kegiatan pariwisata di Kecamatan Pangururan akan sangat membantu dalam peningkatan kepariwisataan di Pangururan. Pemikiran yang antisipatif dan responsif antar stakeholder industri pariwisata di Pangururan akan memberikan impresi bahwa adanya keperdulian antar pemangku kepentingan tersebut. Jika ketiga nilai ini dijalankan dengan baik,

110 maka nilai keempat yaitu tentang keberlanjutan pembangunan kepariwisataan di Pangururan dapat tercapai.

5.4.2. Ekowisata Sebagai Sasaran Model Kebijakan yang Berkelanjutan di