• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Masa Nifas a. Definisi

Masa nifas disebut juga masa puerperium adalah masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan sebagainya berkaitan saat melahirkan.13

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.

38

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, serta mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, serta pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.15 c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan Sistem Reproduksi Proses Involusi

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram.

Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:7

a) Iskemia Miometrium disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

b) Atrofi Jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormone esterogen saat pelepasan plasenta.

c) Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan, hal ini disebabkan karena penurunan hormone esterogen dan progesterone.10

d) Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk

39

mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

e)

f) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.

Pada masa nifas biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara sendirinya, kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan selulitis yang dapat menjalar menjadi sepsis

g) Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil h) Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

menpunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang pada vagina normal.

i) Diastasis rekti

40

Diastasis rekti dengan lebar 2 jari dapat kembali pulih pada kunjungan pascapartum minggu ke-6, diastasis yang lebih lebar membutuhkan waktu lebih lama. Penyembuhan dipercepat dengan latihan abdomen.

kegagalan mengoreksi pemisahan otot menimbulkan masalah pada punggung nantinya

j) Perubahan Pada Sistem Pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya makanan berserat selama persalinan. Disamping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perineum yang menyebabkan rasa takut akan rasa nyeri.26

k) Perubahan Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema kandung kemih sesudah bagian ini mengalami tekanan antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.

Urine dalm jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam postpartum.

Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut dengan diuresis.

Ureter berdilatasi dan akan kembali normal dalam 6 minggu.

Dinding kandung kemih memperlihatkan edema dan hyperemia, kadang-kadang edema trgonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio urin. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residu ( normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.

4. Kebutuhan dasar ibu nifas a) Nutrisi dan cairan

41

Pada masa nifas diet perlu mendapatkan perhatian khusus, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan gizi sebagai berikut : 13

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup

c) minum sedikitnya 3 liter setiap hari

d) Pil zat besi harus diminum setidaknya selama 40 hari pasca persalinan 5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam agar bisa memperlancar ASI.

b) Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur 24-48 jam postpartum

Keuntungan early ambulation diantaranya adalah Ibu merasa lebih sehat dan kuat serta faal usus dan kandung kemih lebih baik. Early ambulation tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung,penyakit par,demam dsb.

c) Eliminasi a) Buang air kecil

Ibu diminta buang air kecil pada 6 jam postpartum. jika dalam 8 jam postpartum belum berkemih atau sekali berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi18.Akan tetapi jika kandung kemih penuh tidak perlu menunggu hingga 8 jam untuk kateterisasi

b) Buang air besar

42

Ibu postpartum dharapkan dapat buang air besar setelah hari kedua postpartum. jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencaar per oral ataupun per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).

d) Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini.

a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap

b) Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

e) Istirahat

Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama segera setelah melahirkan. 3 hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat penumpukan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat karena perineum. Rasa tidak nyaman di kandung kemih, perineum, serta gangguan bayi semuanya dapat menyebabkan kesulitan tidur. Secara otomatis pola tidur kembali mendekati normal dalam 2 atau 3 minggu setelah persalinan, tetapi ibu yang menyusui mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

a) Mengurangi jumlah ASI yang di produksi.

b) Memperlambat proses involusio uterus dan meningkatkan perdarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.