Kemampuan seorang guru dalam mengajar merupakan salah satu
persyaratan utama agar mampu mengantarkan peserta didik mencapai hasil belajar
yang baik. Sardiman (2014:47) mendefisinikan bahwa mengajar adalah
menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut Sedarmayanti (2009: 75) “Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang, sedangkan pengalaman hanya mungkin diperoleh dalam hubungan lingkungannya”. Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan kemampuan seseorang akan lebih
mapan jika orang tersebut telah merasakan keadaan yang sebenarnya.
Seorang guru yang profesional harus memiliki seperangkat pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan standar yang berlaku. Semakin banyak jam mengajar
dan semakin lama guru mengajar maka semakin banyak pula pengalaman yang
didapakan guru tersebut. Sehingga dengan pengalaman mengajar guru dapat
meningkatkan pencapaian standar kompetensi profesional guru. Menurut
Djamarah (1997:28), pengalaman mengajar adalah salah satu aspek yang
mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran.
Kompetensi profesional menyangkut penguasan materi keilmuan yang
sesuai dengan bidang studi yang diampu guru. Suharsimi (1998:17) menyatakan
bahwa pengalaman maksudnya bukan hanya terbatas pada banyaknya tahun
menyesuaikan materi pelajaran dengan kondisi siswa dan perkembangan jaman
sehingga materi pelajaran tersebut benar-benar aktual dan dapat bermanfaat
dikehidupan sehari-hari siswa. Semakin terbiasa guru menyampaikan materi yang
diajarkan, maka bisa dikatakan guru akan semakin trampil dalam pembelajaran
sehingga lebih efektif dalam menjalankan tugas mereka. Kebiasaan dalam
mengajar yang kurang tepat serta penyampaian materi yang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran didalam kelas.
Menurut Sumitro (2002:70) hal yang perlu diperhatikan guru adalah bahwa
mereka harus senantiasa meningkatkan pengalamannya sehingga mempunyai
pengalaman yang banyak dan berkualitas yang dapat menunjang keberhasilan
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Bagi seorang guru
pengalaman mengajar dapat memberikan pemahaman dalam melaksanakan tugas
kerja untuk kedepannya, karena setidaknya guru sudah pernah melakukan
pekerjaan itu sehingga ia akan tahu tentang pekerjaan yang akan dihadapi. Setiap
pengalaman yang diperoleh seseorang akan membantunya memberikan
keterampilan dan pengetahuan khusus sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya.
Seseorang yang melakukan jenis pekerjaan tertentu secara berulang-ulang dalam
jangka waktu yang cukup lama akan menjadikan dirinya cukup terampil dalam
pekerjaan tersebut.
Hamalik (1993:173) mendeskripsikan praktik kerja adalah serangkaian
bidang pembangunan dalam jangka waktu enam minggu kerja penuh yang
bertujuan untuk memperoleh pengalaman kerja lapangan dengan bimbingan
pelatih yang berpengalaman dan ahli sebelum mendapat tugas penuh sebagai
tenaga diidaerah masing-masing. Berdasarkan uraian tersebut periode praktik
kerja tentunya dapat disesuaikan kebutuhan dilapangan. Kurikulum yang berlaku
di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) mengharuskan
mahasiswanya sebagai calon pendidik untuk menempuh praktik pengalaman
lapangan sebagai bekal calon pendidik sebelum meraka terjun dalan dunia
pendidikan. Kegiatan ini memberikan pengalaman kepada calon pendidik
mengenai cara mengajar yang baik dan juga pengetahuan mengenai penerapan
tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Diharapkan melalui
praktik kerja yang disyaratkan kepada calon guru dapat memberikan pengalaman
dan bekal sebelum calon guru tersebut masuk ke dunia pendidikan sebagai tenaga
pendidik yang profesional.
Pemerintah menyebutkan pengalaman mengajar sebagai salah satu aspek
penilaian guru yang profesional pada Pasal 2 Permendiknas No. 18 Tahun 2007
ayat 3 berbunyi: Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian
terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan: (1) kualifikasi akademik; (2)
pendidikan dan pelatihan; (3 pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan pengawasan; (6) prestasi
ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan (10)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Yang perlu dicermati dari ayat 3 butir c, yaitu: “Pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan
pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang
(dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan)”. Belajar dari berbagai pengalaman dalam jabatan dan rentang waktu panjangnya pengalaman mengajar akan semakin mempermantap kematangan
pribadi seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
seorang guru. Pengalaman yang dilalui guru akan membantunya untuk
menentukan langkah-langkah tertentu yang dapat menunjang keberhasilan dalam
pembelajaran maupun tanggung jawab guru lainnya. Demikian juga melalui
pengalaman mengajar, guru menjadi lebih memahami hal-hal yang harus dihindari
karena akan menjadi penghambat dan berujung pada kegagalan menjalankan
profesinya.
Muslich (2007:13) mengemukakan bahwa pengalaman kerja guru itu sendiri
adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan
pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang
(dapat dari pemerintah atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan).
Masa mengajar merupakan faktor yang mendukung proses mengajar seorang
guru, seorang guru akan dapat mengukur kemampuannya dalam mengajar secara
diangkat dan bertugas menjadi guru pada suatu satuan pendidikan khususnya pada
mata pelajar yang diampu guru tersebut.
Menurut Uno (2007:17) pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat
ditunjukkan peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Maka pengalaman mengajar
merupakan salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Melalui pengalaman guru juga belajar mengembangkan dan
memperbaiki diri menjadi lebih baik, karena sesuai dengan teori kontruktivisme
belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau
bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga
pengertiannya menjadi berkembang.
Guru yang mempunyai pengalaman kerja yang cukup banyak cenderung
mutu pembelajarannya menjadi baik, sebaliknya guru yang pengalaman kerjanya
kurang, mutu pembelajannya pun menjadi rendah. Agar mutu pembelajaran dapat
menjadi lebih tinggi tentu diperlukan adanya dukungan sarana prasarana yang
memadai sesuai dengan standar, tanpa adanya sarana prasarana yang memadai
mustahil mutu pembelajaran dapat menjadi baik. Dengan peningkatan mutu
diharapkan para guru bisa menjadi lebih profesional.
Dalam International Journal of Instruction oleh Unal (2012), hasil peneltiannya sebagai berikut:
“Teachers with higher number of years of teaching experience are found to
be favouring maximum teacher control (Interventionism) more than that of
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa masa mengajar guru
menyokong tingkat pengendalian guru tersebut, semakin tinggi masa mengajar
guru maka guru lebih mampu mengendalikan kelas yang diajarnya. Semakin
sering guru menghadapi siswa semakin mampu guru memahami karakteristik
siswa sehingga mampu menyampaikan materi pelajaran.
Menurut Widoyoko (2005) “Pengalaman mengajar pada hakekatnya merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami
dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasinya, baik
tentang pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang menyatu padanya”. Jika dalam mengajar seorang guru menemukan hal-hal yang baru kemudian
dipahaminya, maka guru tersebut akan memperoleh pengalaman kerja baru.
Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian pengalaman mengajar adalah serangkaian pelajaran yang diperoleh
guru sehingga mengakibatkan perubahan kearah kematangan tingkah laku,
pertambahan pengetahuan, informasi dan keterampilan yang didapat oleh guru
selama mengampu bidang studi yang diajarkan. Melalui hal tersebut
dimungkinkan semakin berpengalaman guru mengajar maka kompetensi guru
dalam mengajar juga baik.
2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Mengajar
Berikut ini adalah faltor yang dapat mempengaruhi pengalama mengajar
seseorang. Beberapa faktor mungkin juga berpengaruh dalam kondisi tertentu
tetapi tidak mungkin untuk menyatakan secara tepat semua faktor yang dicari
pengalaman mengajar menurut Handoko (2003:241) yaitu (1) latar belakang
pribadi; (2) bakat dan minat; (3) sikap dan kebutuhan; (4) kemampuan analisis
dan manipulative; (5) keterampilan dan kemampuan teknik dan (6) kesehatan,
tenaga dan stamina.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunkan indikator berikut ini untuk
mengukur variabel pengalaman mengajar yaitu (1) latar belakang pribadi (2)
kemampuan analitis dan manipulatif; (3) keterampilan yang dimiliki.