PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN
ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU PRODUKTIF
PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN
DI KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Nida Aulia NIM 7101411297
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau
keseluruhan. Pendapat serta temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari
terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain,
maka saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Oktober 2015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Wahai orang- orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar (Q.S Al- Baqarah:153)
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil.
Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena didalam mencoba itulah kita
menemukan dan belajar
membangunn kesempatan untuk
berhasil ”(Mario Teguh)
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku Bapak
Priyono Basuki dan Ibu Sulasih
serta keluarga besarku yang selalu
mendoakanku yang memberikanku
semangat
2. Almamaterku Universitas
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pengalaman Mengajar Dan Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Studi Strata I (satu) gelar Sarjana
Pendidikan Koperasi pada Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menuntut ilmu di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun dalam menyelesaikan
skripsi dan studi dengan baik.
3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada
penyusun untuk melakukan penelitian.
4. Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd, Dosen Pembimbing yang memberikan
5.
Dr. Widiyanto, MBA.,M.M selaku penguji 1 yang telah memberikanmasukan dan bimbingan dalam menyempurnakan skripsi ini.
6.
Drs.Syamsu Hadi,M.Si selaku penguji 2 yang telah memberikan masukan danbimbingan dalam menyempurnakan skripsi ini.
7. Seluruh Kepala SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut
8. Seluruh guru produktif pemasaran Semarang yang telah telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Adekku Dani Priyo Hutomo dan Doni Lantip Wibowo yang selalu
menyemangatiku.
10. Sahabat-sahabatku NALMY dan Ika Yulianti serta seluruh teman-teman
rombel Pendidikan Koperasi B 2011 yang telah memberikan dukungan dalam
penyelesaian penelitian ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis
terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan perkembangan pendidikan selanjutnya
SARI
Aulia, Nida.2015. Pengaruh Pengalaman Mengajar Dan Etos Kerja terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd,
Kata kunci: Kompetensi Profesional, Pengalaman Mengajar, Etos Kerja
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal bertujuan mempersiapkan lulusan untuk masuk ke dunia kerja. Guru harus mampu menguasai materi sesuai bidang studi yang diajarkan dengan baik. Disinilah arti pentingnya kompetensi profesional guru produktif pemasaran agar para lulusan kelak dapat bekerja dan berinteraksi dengan baik dalam dunia usaha maupun dunia industri. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa tingkat kompetensi guru produktif pemasaran masih kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang baik secara parsial maupun simultan.
Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah populasi sebanyak 50 guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang. Variabel penelitian ini adalah pengalaman mengajar (X1), etos kerja (X2) dan kompetensi profesional (Y). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan kuesioner (angket). Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini adalah (1) ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional sebesar 17,47%, (2) ada pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional sebesar 18,31% dan (3) ada pengaruh antara pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang secara simultan sebesar 59,5%. Hasil persamaan regresi diperoleh = 4,823 + 0,277X1+ 0,660X2.
ABSTRACT
Aulia, Nida. 2015. The Influence of Teaching Experience And Work Ethics to Professional Competence Teachers of Productive Marketing Vocational High School Business and Management in Semarang. A Final Project. Economic Education Department. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor: Prof. Dr. Joko Widodo, M. Pd,
Keywords: Professional Competence, Teaching Experience, Work Ethics
Vocational High School (SMK) is one of the formal educational institutions aimed at preparing graduates to enter the workforce. Teachers should be able to master the material according to subject areas taught well. This is where the importance of professional competence of teachers of productive marketing that future graduates can work and interact well in the business world and the industrial world. Based on the results of preliminary observations indicate that the level of competence of teachers of productive marketing is still not good. This study aimed to analyze the influence of teaching experience and work ethic to the professional competence of teachers of productive marketing vocational high school Binis and management in Semarang. either partially or simultaneously.
This study is a population with a total population of 50 teachers of productive marketing vocational high school Binis and management in Semarang. The variables of this study is the teaching experience (X1), work ethic (X2) and professional competence (Y). The data collection method used is the method of documentation and questionnaires (questionnaire). While the method of data analysis using multiple regression analysis.
Results of this study were (1) the influence of teaching experience on the professional competence of 17.47%, (2) the influence on the work ethic of professional competence by 18.31% and (3) the influence between teaching experience and work ethic to professional competence Binis vocational teacher productive marketing and management in Semarang simultaneously of 59.5%. Results of regression equation obtained = 4,823 + 0,277X1 + 0,660X2.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 6
1.3.Tujuan Penelitian ... 7
1.4.Kegunaan Penelitian... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1.Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru ... 9
2.2.Konsep Dasar Pengalaman Mengajar ... 22
2.3.Konsep Dasar Etos Kerja ... 28
2.3.1. Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja ... 31
2.3.2. Aspek-Aspek Etos Kerja ... 32
2.4.Penelitian Terdahulu Yang relevan ... 34
2.5.Kerangka Berfikir ... 35
2.6.Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
3.1. Jenis Dan Desain Penelitian ... 39
3.2. Populasi Penelitian ... 39
3.3. Variabel Penelitian ... 41
3.3.1. Pengalaman Mengajar (X1) ... 41
3.3.2. Etos Kerja (X2) ... 41
3.3.3. Kompetensi Profesional Guru (Y) ... 42
3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.4.1. Teknik Dokumentasi ... 42
3.4.2. Teknik Kuesioner Atau Angket ... 43
3.5.Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 43
3.5.1. Validitas Instrumen Penelitian ... 43
3.5.2. Reliabilitas Instrumen ... 46
3.6.Teknik Analisis Data ... 48
3.7.Uji Asumsi Klasik ... 51
3.7.1. Uji Normalitas ... 51
3.7.3. Uji Heteroskedastisitas ... 52
3.8.Analisis Regresi Linear Berganda... 52
3.9.Uji Hipotesis Penelitian ... 53
3.9.1. Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) ... 53
3.9.2. Uji Koefisien Regresi secara Parsisal (Uji t) ... 53
3.9.3. Koefisien Determinasi ... 53
BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
4.1. Gambaran Umum ... 55
4.2. Analisis Deskriptif Variabel ... 55
4.2.1. Deskripsi Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 56
4.2.2. Deskripsi Variabel Pengalaman Mengajar ... 61
4.2.3. Deskripsi Variabel Etos Kerja ... 65
4.3. Uji Asumsi Klasik ... 70
4.3.1. Uji Normalitas ... 70
4.3.2. Uji Multikolinieritas ... 71
4.3.3. Uji Heteroskedastisitas ... 72
4.4. Analisis Regresi Berganda ... 73
4.5. Uji Hipotesis ... 75
4.5.1. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 75
4.5.2. Uji Kofisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 76
4.5.3. Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 77
4.5.4. Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 77
4.6.1. Pengaruh Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi
Profesional Guru ... 79
4.6.2. Pengaruh Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru ... 85
4.6.3. Pengaruh Pengalaman Mengajar dan Etos Kerja Secara Simultan Terhadap Kompetensi Profesional Guru ... 87
BAB V PENUTUP ... 90
5.1. Kesimpulan ... 90
5.2. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Populasi Penelitian ... 40
3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Profesional ... 44
3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Pengalaman Mengajar ... 45
3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Etos Kerja ... 46
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 47
3.6 Kategori Variabel Pengalaman Mengajar ... 49
3.7 Kategori Variabel Kategori Variabel Etos Kerja (X2) ... 50
3.8 Kategori Variabel Kompetensi Profesional (Y) ... 50
4.1 Distribusi Variabel Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran ... 56
4.2 Hasil Analisis Indikator Mampu Menangani dan Mengembangkan Bidang Studi yang Menjadi Tanggung Jawabnya ... 58
4.3 Hasil Analisis Indikator Mengerti dan Dapat Menerapkan Metode Pembelajaran yang Bervariasi... 59
4.4 Hasil Analisis Indikator Mampu Mengembangkan Berbagai Alat, Media, Maupun Sumber Belajar yang Relevan ... 60
4.5 Hasil Analisis Indikator Mampu Mengorganisasi dan melaksanakan Program Pembelajaran... 60
4.6 Hasil Analisis Indikator Mampu Melaksanakan Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik ... 61
4.7 Distribusi Variabel Pemgalaman Mengajar... 62
4.8 Hasil Analisis Indikator Latar Belakang Pribadi ... 63
4.9 Hasil Analisis Indikator Kemampuan Analisis dan Manipulatif ... 64
4.10 Hasil Analisis Indikator Keterampilan yang Dimiliki ... 64
4.11 Distribusi Variabel Etos Kerja... 65
4.12 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Amanah ... 67
4.13 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Aktualisasi ... 67
4.15 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Kehormatan ... 69
4.16 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Pelayanan ... 69
4.17 Hasil Uji Multikolinieritas ... 72
4.18 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 74
4.19 Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 76
4.20 Analisis Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 77
4.21 Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Hasil Observasi Awal Kompetensi Profesional ... 3 2.1 Karakteristik Dasar Kompetensi ... 13 2.2 Kerangka Berfikir ... 37 4.1 Diagram Batang Deskripsi Variabel Kompetensi Profesional
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Guru Produktif SMK Bisnis dan Manajemen Kota Semarang ... 95
2 Pedoman Wawancara Mengenai Kompetensi Profesional
Guru Produktif Pemasaran ... 98
3 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK Pelita
Nusantara 1... 99
4 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
Negeri 2 Semarang ... 100
5 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
Purnama Semarang... 102
6 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
Ignatius Semarang ... 103
7 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
Swadaya Semarang ... 104
8 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
Palebon Semarang ... 105
9 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
Muhammadiyah 1... 102
10 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK Nusa
Bhakti ... 107
11 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK YPE
Semarang ... 108
12 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
Antonius Semarang ... 109 13 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK Cut
Nya’ Dien Semarang ... 110
14 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
Negeri 9 Semarang ... 111
15 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
Yayasan Pharmasi Semarang ... 112
16 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK
18 Surat Permohonan Pengisian Angket Uji Coba Penelitian .... 116
19 Angket Uji Coba Penelitian ... 117
20 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Kompetensi Profesional ... 125
21 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Pengalaman Mengajar ... 123
22 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Etos Kerja 127 23 Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Kompetensi Profesional 128 24 Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Pengalaman Mengajar ... 133
25 Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Etos Kerja ... 135
26 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Profesional ... 139
27 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Mengajar dan Etos Kerja ... 140
28 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 141
29 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Variabel Pengalaman Mengajar ... 142
30 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Variabel Eto Kerja 143 31 Surat Permohonan Pengisian Angket Penelitian ... 144
32 Angket Penelitian ... 145
33 Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 152
34 Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel Pengalaman Mengajar ... 156
35 Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel Etos Kerja ... 158
36 Hasil Analisis Deskriptif Kompetensi Profesional ... 162
37 Hasil Analisis Deskriptif Pengalaman Mengajar ... 164
38 Hasil Analisis Deskriptif Etos Kerja ... 165
39 Hasil Perhitungan SPSS ... 167
40 Daftar Nama Responden Uji Coba Penelitian ... 170
41 Daftar Nama Responden Penelitian ... 171
42 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ... 173
44 Surat Pengantar Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Semarang ... 175 45 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Negeri 2
Semarang ... 176 46 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Antonius
Semarang ... 177
47 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Pelita
Nusantara 1 Semarang... 178 48 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Palebon ... 179 49 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Swadaya
Semarang ... 180 50 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Ignatius
Semarang ... 181 51 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK
Muhammadiyah 1 Semarang... 182 52 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Nusa
Bhakti ... 183 53 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Cut Nya’
Dien ... 184 54 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Yayasan
Pharmasi Semarang ... 185 55 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK YPE... 186 56 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Negeri 9
Semarang ... 187 57 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Purnama
1 Semarang ... 188 58 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Taman
1.1.Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003).
Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki
lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan
bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-program
pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990). Berdasarkan definisi diatas, Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal
yang bertujuan mempersiapkan para lulusan untuk masuk ke dunia kerja.
Peran guru dalam memberikan bekal ilmu kepada siswa sebelum mereka
bekerja di dunia usaha atau industri sangat penting. Guru harus mampu menguasai
materi sesuai bidang studi yang diajarkan dengan baik. Disinilah arti pentingnya
kompetensi profesional guru produktif pemasaran agar para lulusan kelak dapat
bekerja dan berinteraksi dengan baik dalam dunia usaha maupun dunia industri.
Setiap guru dituntut untuk memiliki standar profesi yang telah ditetapkan,
agar guru mampu berperan secara optimal dalam mencapai tujuan pendidikan,
Standar guru profesional merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang sudah
pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru. Salah satu terobosan yang
dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru antara lain melalui
standar kompetensi dan sertifikasi guru (Mulyasa,2013:14). Ada empat standar
kompetensi yang harus dikuasai guru salah satunya adalah memenuhi standar
kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru yaitu kemampuan untuk
menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
guru mampu membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompetensi
minimal yang seharusnya dikuasai peserta didik (Sujanto,2007:33).
Guru memiliki peran penting dalam menentukan hasil belajar siswa. Guru
yang profesional mampu menguasai dan mengelola pembelajaran sesuai mata
pelajaran yang diampunya. Guru juga perlu mengembangkan penguasaan materi
agar informasi yang disampaikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Peserta didik dapat lebih fokus dan tertarik dengan materi yang
disampaikan jika guru dapat menjelaskan materi dengan cara yang tidak monoton
dengan menggunakan media ataupun teknologi pembelajaran yang sesuai. Melalui
penggunaan teknologi pembelajaran dan penerapan metode pembelajaran yang
relevan dengan materi yang disampaikan akan mempermudah peserta didik dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Seperti yang dipaparkan oleh
Agung (2012:107) penguasaan materi cenderung kurang memberikan dampak
positif terhadap hasil belajar siswa apabila guru kurang mampu mengembangkan
bahan ajar dalam pengelolaan pembelajaran, melainkan diduga hanya akan
menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang tidak mengalami perubahan
Namun pada kenyataanya setelah dilakukan observasi awal mengenai
kompetensi profesional kepada guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan
Manajemen di Kota Semarang, menunjukkan bahwa guru produktif pemasaran
belum maksimal memenuhi semua indikator standar kompetensi profesionalnya.
Hasil observasi mengenai komptensi profesional dapat dilihat melalui gambar
berikut:
Gambar 1.1 Hasil Observasi Awal Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang Tahun 2015
Sumber : Data penelitian yang diolah tahun 2015
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di SMK Bisnis dan
Manajemen Kota Semarang 11 guru dari 14 guru produktif pemasaran
menyatakan bahwa guru tersebut sudah kompeten dalam mengembangkan materi
yang diajarkan atau sebesar 78,58 %. Sedangkan 3 guru kurang kompeten dalam
mengembangkan materi yang diajarkan atau sebesar 21,42% %. 10 dari 14 guru
kurang kompeten dalam mengerti dan menerapkan berbagai metode pembelajaran
atau sebesar 71,43% guru sedangkan 28,57 % guru produktif pemasaran sudah
kompeten.
Dalam mengembangkan media, alat, maupun sumber belajar yang sesuai
dengan materi yang diajarkan sebesar 57,15 % atau delapan dari 14 dikatakan
kurang kompeten dan 42,85% guru sudah kompeten. Sedangkan 11 guru dari 14
guru produktif pemasaran atau sebesar 78,58 % guru kurang kompeten dalam
mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran dan 21,42% guru sudah
kompeten dalam mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran.
Sementara itu kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar sudah kompeten
yaitu sebesar 85,72 % dan 14,28% kurang kompeten. Dari hasil observasi
tersebut mengindikasikan bahwa secara menyeluruh guru dapat memenuhi kriteria
kompeten akan tetapi kompetensi profesional guru produktif pemasaran belum
secara maksimal terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator
pengukuran kompetensi profesional, masih ditemukan beberapa guru yang kurang
kompeten.
Pengalaman guru dalam mengajar dan melaksanakan tugas sebagai pendidik
merupakan suatu hal yang berharga. Tingkat kompetensi profesional diduga
dipengaruhi oleh pengalaman mengajar guru. Wibowo (2014:284)
mengemukakan bahwa pengalaman merupakan elemen yang perlu, tetapi untuk
menjadi ahli tidak cukup dengan pengalaman. Namun demikian, pengalaman
merupakan aspek lain kompetensi yang dapat berubah dengan perjalanan waktu
dan perubahan lingkungan. Menurut Uno (2007:17) pada dasarnya perubahan
pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Semakin
berpengalaman guru dalam mengajar semakin luas materi pelajaran yang dikuasai
sehingga memungkinkan guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.
Widoyoko (2005) memaparkan bahwa pengalaman mengajar pada hakekatnya
merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami
dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasinya, baik
tentang pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang menyatu padanya.
Hasil penelitian Widoyoko (2005) menunjukkan bahwa pengalaman mengajar
memberikan sumbangan sebesar 6,35% terhadap kompetensi mengajar guru IPS
SMA Kabupaten Purworejo. Sejalan dengan hasil hasil penelitian Widyaningsih
(2014) menyatakan bahwa pengalaman mengajar memberikan sumbangan relatif sebesar 42% dan sumbangan efektif 5%. Hal ini menunjukkan pengalaman mengajar berpengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru MA Negeri 1 Surakarta.
Sedangkan hasil penelitian Eliyanto dan Wibowo (2013) Pengalaman mengajar
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profesionalisme guru
SMK Muhammadiyah di Kabupaten Kebumen yaitu sebesar 12,2%.
Selain pengalaman mengajar, diduga etos kerja guru juga memepengaruhi
tingkat kompetensi profesional guru. Etos kerja perlu dimiliki seorang guru agar
dapat mencapai standar yang telah ditetapkan, karena dengan ini guru mempunyai
semangat yang amat kuat untuk mengerjakan tugasnya secara optimal. Seperti
yang dikemukakan Mohamad Surya (2004:38) salah satu ciri profil guru yang
diperkirakan sesuai dengan tuntutan masa depan menghadapi abad 21 adalah guru
mendorong dan mengendalikan perilaku kearah terwujudnya kualitas kerja yang
ideal (Kartini:2011). Setiap organisasi yang selalu ingin maju akan melibatkan
anggota untuk meningkatkan mutu kerjanya, diantaranya setiap organisasi harus
memiliki etos kerja, begitupun dengan guru sebagai anggota organisasi sekolah.
Seperti yang diungkapkan Sinamo (2005:249) etos kerja adalah syarat utama bagi
semua upaya peningkatan kualitas tenaga kerja atau SDM, baik pada level
individual, organisasional, maupun sosial. Hasil penelitian penelitian Widoyoko
(2005) menunjukkan bahwa etos kerja memberikan sumbangan positif terhadap
kompetensi mengajar guru sebesar 16,59%. Sejalan dengan hasil penelitian oleh
Sudana (2012) etos kerja signifikan terhadap pengembangan kinerja guru dan
memberikan sumbangan efektif sebesar 12,16 % terhadap kinerja guru SMP di
Kecamatan Ubud. Sedangkan hasil penelitian Heryanto (2014) etos kerja guru
berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas proses belajar mengajar
sebesar 42,5%.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk meneliti fenomena
tersebut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Mengajar Dan Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Semarang”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka masalah
1. Seberapa besar pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi
professional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota
Semarang?
2. Seberapa besar pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional guru
produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang?
3. Seberapa besar pengaruh pengalaman dan etos kerja secara bersama-sama
terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan
Manajemen di Kota Semarang?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan penulis, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh pengalaman
mengajar terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK
Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh etos kerja
terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan
Manajemen di Kota Semarang.
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh pengalaman
mengajar dan etos kerja secara bersama-sama terhadap kompetensi profesional
guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil penelitian nantinya diharapkan dapat memperkaya pengetahuan
secara teoritis tentang pengaruh pengaruh pengalaman mengajar dan etos
kerja terhadap kompetensi profesional guru.
b. Menjadi bahan referensi atau bacaan, khususnya bagi pihak yang
mengadakan penelitian selanjutnya yang relevan.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan tentang pentingnya
memumbuhkan etos kerja sehingga dapat meningkatkan kompetensi
profesional guru.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
menentukan kebijakan yang relevan sebagai upaya untuk meningkatkan
kompetensi profesional guru.
c. Bagi Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Hasil penelitian dapat memberi sumbangan pemikiran bagi
lembaga perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas akademik
2.1. Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru
Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu pekerjaan atau pekerjaan
yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tugas guru sebagai profesi
meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti menerusakan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa (Usman,1990:4). Selain
mendidik, mengajar dan melatih tugas utama guru sebagai pendidik profesional
menurut Danim dan Khairil (2011:5) juga mengarahkan, membimbing, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Sedangkan Subini
(2012:14) menyatakan bahwa tugas–tugas profesional guru adalah meneruskan
atau menstransmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai lain yang
sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui anak. Maka dengan
berbagai tugas yang dipersyaratkan, profesi guru bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah dan tidak sembarangan orang dapat melakukannya.
Pada hakikatnya guru sebagai suatu profesi memerlukan suatu kamampuan
dan keahlian khusus agar mampu membimbing aktifitas belajar dan menilai
peserta didiknya maupun melakukan refleksi diri sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang ditentukan. Guru memiliki pengetahuan yang luas yang dapat
ditularkan kepada peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti
keahlian tertentu agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Seperti
dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 menegaskan bahwa guru
diharuskan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi
profesional, sebagai standar yang mencerminkan penguasaan guru terhadap materi
pembelajaran bidang studi yang diajarkan. Sepeti yang dipaparkan Uno (2008:20)
bahwa pada dasarnya seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru
berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar ini sangat berkaitan dengan
kompetensi profesionalnya. Oleh karena itu kompetensi profesional guru penting
dikuasai oleh guru.
Yamin dan Maisah (2010:1) menggambarkan istilah competencies, competence dan competent diterjemahkan sebagai kompetensi, kecakapan dan keberdayaan merujuk pada keadaan atau kualitas mampu dan sesuai. Kompetensi
menurut Majid, (2005:5) adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung
jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Berdasarkan
pandangan diatas seseorang dikatakan kompeten jika memiliki kecakapan dan
kualitas yang sesuai dengan tugas pada bidang tertentu yang digeluti.
Sementara Len holmes (1992) mendefinisikan kompetensi sebagai berikut:
“A competency is a description of something with a person who works in a
given occupational area should be able to do. It is a description of an
action, behavior or outcome which a person should be able to demonstrate”
Kutipan diatas menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki kompetensi
berarti dapat bekerja sesuai dengan apa yang harusnya dikerjakan. Dengan kata
lain seorang guru dikatakan memiliki kompetensi jika guru tersebut mampu
mengajar dan memenuhi tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Tentu saja itu
semua dapat dipenuhi oleh guru apabila guru tersebut mempunyai kemampuan
yang relevan dalam bidangnya. Kompetensi ini yang digunakan dalam mengukur
kualifikasi dan profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan
(Depdiknas, 2004).
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
memaparkan pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Wibowo (2014:271)
mendeskripsikan bahwa kompetensi adalah suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
ketrampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau
pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu
sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut.
Sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Wibowo, kompetensi guru lebih
bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang
menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan
direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran
di sekolah (Mulyasa, 2013:32).
Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli diatas menunjukkan bahwa
kompetensi mencakup keterampilan, sikap yang harus dimiliki oleh guru atau
pendidik untuk menjalankan tugas-tugas profesinya guna mencapai suatu standar
yang telah ditentukan. Subini (2012:73) menjelasakan bahwa keberhasilan guru
secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan murid ketika mengikuti proses dan
mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang berkompeten akan menyelenggarakan
pembelajaran secara efektif, sehingga dapat menjadi guru yang unggul
dibidangnya. Sebaliknya dengan guru yang hanya sekedar melakukan
pembelajaran secara formalitas sebagai penggugur kewajiban mengajar dikelas
sulit mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kompetensi memiliki karakteristik tertentu, Spencer dan Spencer (1993)
membagi lima karakteristik kompetensi yaitu sebagai berikut:
1) Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.
2) Sifat adalah karakteritik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi.
3) Konsep diri adalah sikap, nilai, atau citra diri sesorang. Percaya diri merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap situasi. 4) Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik. 5) Ketrampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu
(Wibowo,2014: 272).
Sejalan dengan Yamin dan Maisah (2010:1) juga memaparkan lima jenis
karakteristik kompetensi yaitu: (1) pengetahuan, merujuk pada informasi dan hasil
sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang; (4) karakteristik pribadi, merujuk pada
karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap situasi dan informasi; dan
(5) motif, merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau
dorongan-dorongan lain yang memicu tindakan.
Begitu pula menurut pendapat Judisseno (2008:49) ada lima karakteristik
dasar yang mempengaruhi kompetensi seseorang meliputi: (1) motive adalah sesuatu yang selalu dipikirkan orang secara konsisten, yang melahirkan
keinginan untuk melakukan suatu tindakan tertentu dengan baik; (2) trait
merupakan naluri secara konsisten dapat memberikan respons yang cepat dan
tepat terhadap suatu keadaan atau informasi yang diterima; (3) self-concept, konsep pribadi mengenai sikap perilaku, persepsi diri dan sistem nilai dengan
yang kita harapkan; (4) knowledge adalah sekumpulan informasi dan pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu; (5) skill adalah kemampuan menyelesaikan tugas secara nyata. Satu dan lainnya saling
berhubungan membentuk ketiga unsur yang digambarkan dalam gambar berikut:
Intent Action Outcome
Gambar 2.1. Karakteristik Dasar Kompetensi Ciri dan
karakter pribadi
Tindakan terampil
Unjuk kerja dan hasil
akhir
Motive, Trait, Self-concept,
knowlwdge
Job
performanc e
Kompetensi inti merupakan prasyarat mutlak yang harus dimiliki seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan unggul. Pernyataan tersebut
mengidentifikasikan bahwa dengan menguasai kompetensi inti wajib dikuasai
guru agar bekerja secara profesional dalam organisasi sekolah dan juga dapat
memahami visi-misi dan nilai sekolah yang bersangkutan. Ada empat kompetensi
inti yang harus dikuasai guru, yaitu: (1) Kompetensi pedagogik; (2) Kompetensi
kepribadian; (3) Kompetensi sosial; dan (4) Kompetensi profesional.
Penelitian ini memfokuskan pada kompetensi profesional guru. Dari uraian
diatas telah dipaparkan mengenai definisi kompetensi, sebelum menelaah
menganai definisi kompetensi profesional, maka perlu dipahami mengenai makna
profesional terlebih dahulu. Pasal 1 angka 4 UUGD menjelaskan bahwa
“profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang
menjadi sumber penghasilan yang memerlukan keahlian serta memerlukan
pendidikan profesi”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa profesional merujuk
pada pekerjaan yang membutuhkan keahlian yang dipersyaratkan. Seperti yang
dikemukakan oleh Yamin dan Maisah (2010:30) bahwa profesional berarti jenis
pekerjaan khas yang memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu pengetahuan
yang diaplikasikan untuk berhubungan dengan orang lain. instansi atau lembaga.
Mengacu pada definisi diatas, maka profesional dapat diartikan sebagai suatu
pekerjaan atau aktivitas yang dikerjakan seseorang atas profesinya dengan
bersungguh-sungguh dan memenuhi persyratan yang telah ditetapkan. Tentu saja
profesional, tentu saja dibutuhkan waktu yang relatif panjang dengan serangkaian
proses.
Sujanto (2007:33) mendefinisikan guru profesional adalah guru yang
menguasai mata pelajaran dengan baik dan mampu membelajarkan siswa secara
optimal, menguasai semua kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang guru.
Sedangkan Mulyasa (2013:6) juga mensyaratkan guru profesional memiliki
standar kompetensi dan sertifikasi guru. Dengan kata lain sebutan “guru
profesional” didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan
kompetensi guru tersebut atas profesinya.
Penguasaan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan pada akhirnya
akan berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Kemampuam dasar, materi
pokok pembelajaran dan indikator yang telah dicantumkaan dalam silabus
merupakan aspek yang harus dikuasai oleh siswa. Apabila guru mampu
menerangkan materi dengan baik dan variatif, tentu saja peserta didik akan lebih
fokus dan tertarik terhadap materi ajar yang disampaikan tersebut. Hal ini erat
kaitannya dengan penguasaaan kompetensi profesional guru. Pada umumnya
sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan
menerapkan “pembelajaran dengan melakukan untuk menggantikan cara mengajar
dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan” (Uno,
2008:18). Proses pembelajaran sebaiknya melibatkan siswa secara aktif
berpartipasi tidak hnaya sekedar menjadi pendengar dan pemerhati. Maka dengan
sesuatu yang membuat siswa menjadi lebih menelisik lebih lanjut apa yang telah
diajarkan hingga pada akhirnya mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Kompetensi profesional menurut Agung (2012:101) adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik atau siswa memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan kompetensi profesional guru
menurut Sujanto (2007:33) yaitu kemampuan untuk menguasai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru mampu
membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompetensi minimal yang
seharusnya dikuasai peserta didik. Uno (2008:18) juga memaparkan kompetensi
profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki
seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil.
Setelah mengetahui definisi kompetensi profesional dari para ahli, dapat
disimpulkan bahwa kompetensi profesional adalah seperangkat kemampuan guru
dalam menguasai materi ajar sesuai bidang studi secara mendalam serta dapat
mengarahkan peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan sebagai
tugas mengajarnya.
Hamalik (2004:39) juga mendeskripsikan guru yang dinilai kompeten secara
profesional apabila: (1) guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab
dengan sebaik-baiknya; (2) guru tersebut mampu melaksankan perannya secara
berhasil;(3) guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan (tujuan instruksional) sekolah; dan (4) guru tersebut melaksanakan
aspek yang perlu diperlu diperhatikan agar guru menguasai kompetensi
professional yaitu: (1) kode etik profesi; (2) pengembangan penguasaan materi;
(3) pengembangan penguasaan kompetensi mata pelajaran; (4) pengembangan
materi atau bahan ajar; (5) pengembangan diri (profesi). Berdasarkan pemaparan
tersebut Hamalik cenderung melihat profil guru yang kompeten secara umum
sedangkan Agung menyebutkan secara lebih spesifik mengenai peran guru yang
dianggap profesional.
Berikut ini ciri-ciri umum guru profesional menurut Danim dan Khairil
(2011:23) adalah (1) melakukan profesionalisasi diri; (2) memotivasi diri; (3)
memiliki disiplin diri tinggi; (4) mengevaluasi diri; (5) memiliki kesadaran diri;
(6) melakukan pengembangan diri; (7) menjadi pembelajar; (8) melakukan
hubungan efektif; (9) menempati tinggi dan (10) taat asas pada kode etik.
Ciri-ciri guru profesional yang disebutkan diatas lebih mengidentifikasi guru
dari pengembangan diri dengan orientasi dirinya sendiri berbeda dengan yang
dikemukakan oleh Subini (2012:58) yang lebih menekankan pada proses
pengembangan diri seorang guru yang langsung bersangkutan kepada peserta
didik yang dijabarkan berikut ini : (1) biasa mempersiapkan model dan instrumen
bahan pembelajaran dengan kesadaran sendiri; (2) aktif mencari dan
mengembangkan bahan pembelajaran; (3) aktif mencari cara agar anak didiknya
berhasil; (4) sering menjadikan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik
pembicaraan; (5) Aktif mengevaluasi kinerjanya sendiri; (6) berusaha menjadi
contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa; dan (7) keberhasilan mengajar yang
Dari pemaparan ciri-ciri guru profesional tersebut, seorang guru yang
profesional lebih baik apabila mampu menyeimbangkan potensi untuk mencapai
kriteria guru profesional, tidak hanya melihat dari prespektif pengembangan diri
sendiri terhadap pekerjaannya tetapi juga melihat terhadap apa yang dikerjakan.
Maksudnya guru tidak hanya mengembangkan diri untuk lebih baik bagi dirinya
sendiri akan tetapi menjadi lebih baik untuk peserta didik dalam membantu
memcapai tujuan pembelajaran. .
Kecakapan kompetensi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
menurut Michael Zwell (2000:68) sebagai berikut: (1) keyakinan dan nilai-nilai,
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Oleh
karena itu setiap orang harus berfikir positif terhadap dirinya ataupun orang lain;
(2) keterampilan, pengembangan keterampilan yang secara spesifik berkaitan
dnegan kompetensi dapat berdampak baik pada budaya organisasi dan kompetensi
individual; (3) pengalaman, orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit
pemikiran strategis kurang mengembangkan kompetensiinya daripada mereka
yang telah menggunakan pemikiran strategis bertahun-tahun; (4) karakteristik
pribadi, dengan kepribadian orang merespon dan berinteraksi dengan kekuatan
dan lingkungan sekitarnya; (5) motivasi, ini dapat memberikan dorongan agar
seseorang tetap berorientasi pada pekerjaannya; (6) isu emosional; hambatan
emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi; (7) kemampuan intelektual,
kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran konseptual dan
pemikiran analitis; (8) budaya organisasi, system dan kebiasaan dalam organisai
Semantara itu, Kartini (2011) menyebutkan ada delapan faktor yang
mempengaruhi kompetensi professional guru yaitu: (1) training atau diklat dan
atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); (2) kualifikasi akademik atau
disebut juga dengan latar belakang pendidikan; (3) supervise akademik atau
disebut dengan pengawasan secara berkelanjutan; (4) kepemimpinan kepala
sekolah; (5) motivasi; (6) kesejahteraan atau kompensasi; (7) etos kerja; (8)
kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Kompetensi guru sebagai salah satu aspek untuk mencapai tujuan
pembelajaran disekolah dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan,
pengalaman mengajar dan lama mengajar (Uno,2008:64). Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kompetensi
profesional guru baik faktor dari dalam diri guru sendiri atau intrinsik maupun
faktor dari luar atau ekstrinsik.
Secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup
kompetensi profesional guru sebagai berikut (Mulyasa,2013:135):
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis dan sebagainya
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi 5) Mampu mengembangkan dan mengembangkan berbagai alat, media
maupun sumber belajar yang relevan
6) Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik
Sedangkan indikator kompetensi profesional yang dikutip dari Yamin dan
Maisah (2010:11) yaitu:
1) Sub kompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;memhami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau kohernen dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Sub-kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki
standar esensial; menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi secara profesional dalam konteks global.
Berdasarakan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, komponen yang harus dikuasai guru mata pelajaran di SMK sebagai
perwujudan kompetensi profesionalnya sebagai berikut:
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu , yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. a. Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
b. Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. b. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan.
c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri, yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.
b. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
Sedangkan Wahyudi (2012:24) menjabarkan guru yang memiliki
kompetensi profesional perlu menguasai antara lain: (1) Disiplin ilmu
pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran; (2) bahan ajar yang disampaikan;
(4) pengetahuan tentang karakteristik siswa; (5) pengetahuan tentang filsafat dan
tujuan pendidikan; (6) pengetahuan serta penguasaan metode dan model
mengajar; (7) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran; (8)
pengetahuan terhadap penilaian dan mampu merencanakan, memimpin guna
kelancaran proses pendidikan.
Dari berbagai uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa indikator
variabel kompetensi profesional dalam penelitian ini mengacu pada teori Mulyasa
yang disederhanakan dengan mengambil indikator yang mempunyai kesamaan
makna dengan indikator yang ada pada teori milik Wahyudi dan Yamin.
Pengambilan indikator didasarkan dari pertimbangan jumlah indikator yang
disesuaikan dengan kemampuan peneliti dan waktu pelaksanaan penelitian.
Indikator kompetensi pada penelitian ini yaitu: (1) Mampu menangani dan
mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya; (2) Mengerti dan
dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; (3) Mampu
belajar yang relevan; (4) Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program
pembelajaran; (5) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
2.2.Konsep Dasar Pengalaman Mengajar
Kemampuan seorang guru dalam mengajar merupakan salah satu
persyaratan utama agar mampu mengantarkan peserta didik mencapai hasil belajar
yang baik. Sardiman (2014:47) mendefisinikan bahwa mengajar adalah
menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut Sedarmayanti (2009: 75)
“Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang,
sedangkan pengalaman hanya mungkin diperoleh dalam hubungan
lingkungannya”. Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan
seseorang dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan kemampuan seseorang akan lebih
mapan jika orang tersebut telah merasakan keadaan yang sebenarnya.
Seorang guru yang profesional harus memiliki seperangkat pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan standar yang berlaku. Semakin banyak jam mengajar
dan semakin lama guru mengajar maka semakin banyak pula pengalaman yang
didapakan guru tersebut. Sehingga dengan pengalaman mengajar guru dapat
meningkatkan pencapaian standar kompetensi profesional guru. Menurut
Djamarah (1997:28), pengalaman mengajar adalah salah satu aspek yang
mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran.
Kompetensi profesional menyangkut penguasan materi keilmuan yang
sesuai dengan bidang studi yang diampu guru. Suharsimi (1998:17) menyatakan
bahwa pengalaman maksudnya bukan hanya terbatas pada banyaknya tahun
menyesuaikan materi pelajaran dengan kondisi siswa dan perkembangan jaman
sehingga materi pelajaran tersebut benar-benar aktual dan dapat bermanfaat
dikehidupan sehari-hari siswa. Semakin terbiasa guru menyampaikan materi yang
diajarkan, maka bisa dikatakan guru akan semakin trampil dalam pembelajaran
sehingga lebih efektif dalam menjalankan tugas mereka. Kebiasaan dalam
mengajar yang kurang tepat serta penyampaian materi yang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran didalam kelas.
Menurut Sumitro (2002:70) hal yang perlu diperhatikan guru adalah bahwa
mereka harus senantiasa meningkatkan pengalamannya sehingga mempunyai
pengalaman yang banyak dan berkualitas yang dapat menunjang keberhasilan
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Bagi seorang guru
pengalaman mengajar dapat memberikan pemahaman dalam melaksanakan tugas
kerja untuk kedepannya, karena setidaknya guru sudah pernah melakukan
pekerjaan itu sehingga ia akan tahu tentang pekerjaan yang akan dihadapi. Setiap
pengalaman yang diperoleh seseorang akan membantunya memberikan
keterampilan dan pengetahuan khusus sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya.
Seseorang yang melakukan jenis pekerjaan tertentu secara berulang-ulang dalam
jangka waktu yang cukup lama akan menjadikan dirinya cukup terampil dalam
pekerjaan tersebut.
Hamalik (1993:173) mendeskripsikan praktik kerja adalah serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga kerja yang telah mengikuti program
bidang pembangunan dalam jangka waktu enam minggu kerja penuh yang
bertujuan untuk memperoleh pengalaman kerja lapangan dengan bimbingan
pelatih yang berpengalaman dan ahli sebelum mendapat tugas penuh sebagai
tenaga diidaerah masing-masing. Berdasarkan uraian tersebut periode praktik
kerja tentunya dapat disesuaikan kebutuhan dilapangan. Kurikulum yang berlaku
di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) mengharuskan
mahasiswanya sebagai calon pendidik untuk menempuh praktik pengalaman
lapangan sebagai bekal calon pendidik sebelum meraka terjun dalan dunia
pendidikan. Kegiatan ini memberikan pengalaman kepada calon pendidik
mengenai cara mengajar yang baik dan juga pengetahuan mengenai penerapan
tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Diharapkan melalui
praktik kerja yang disyaratkan kepada calon guru dapat memberikan pengalaman
dan bekal sebelum calon guru tersebut masuk ke dunia pendidikan sebagai tenaga
pendidik yang profesional.
Pemerintah menyebutkan pengalaman mengajar sebagai salah satu aspek
penilaian guru yang profesional pada Pasal 2 Permendiknas No. 18 Tahun 2007
ayat 3 berbunyi: Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian
terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan: (1) kualifikasi akademik; (2)
pendidikan dan pelatihan; (3 pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan pengawasan; (6) prestasi
ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan (10)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Yang perlu dicermati dari ayat 3 butir c, yaitu: “Pengalaman mengajar
adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan
pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang
(dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara
pendidikan)”. Belajar dari berbagai pengalaman dalam jabatan dan rentang waktu
panjangnya pengalaman mengajar akan semakin mempermantap kematangan
pribadi seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
seorang guru. Pengalaman yang dilalui guru akan membantunya untuk
menentukan langkah-langkah tertentu yang dapat menunjang keberhasilan dalam
pembelajaran maupun tanggung jawab guru lainnya. Demikian juga melalui
pengalaman mengajar, guru menjadi lebih memahami hal-hal yang harus dihindari
karena akan menjadi penghambat dan berujung pada kegagalan menjalankan
profesinya.
Muslich (2007:13) mengemukakan bahwa pengalaman kerja guru itu sendiri
adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan
pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang
(dapat dari pemerintah atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan).
Masa mengajar merupakan faktor yang mendukung proses mengajar seorang
guru, seorang guru akan dapat mengukur kemampuannya dalam mengajar secara
diangkat dan bertugas menjadi guru pada suatu satuan pendidikan khususnya pada
mata pelajar yang diampu guru tersebut.
Menurut Uno (2007:17) pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat
ditunjukkan peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Maka pengalaman mengajar
merupakan salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Melalui pengalaman guru juga belajar mengembangkan dan
memperbaiki diri menjadi lebih baik, karena sesuai dengan teori kontruktivisme
belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau
bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga
pengertiannya menjadi berkembang.
Guru yang mempunyai pengalaman kerja yang cukup banyak cenderung
mutu pembelajarannya menjadi baik, sebaliknya guru yang pengalaman kerjanya
kurang, mutu pembelajannya pun menjadi rendah. Agar mutu pembelajaran dapat
menjadi lebih tinggi tentu diperlukan adanya dukungan sarana prasarana yang
memadai sesuai dengan standar, tanpa adanya sarana prasarana yang memadai
mustahil mutu pembelajaran dapat menjadi baik. Dengan peningkatan mutu
diharapkan para guru bisa menjadi lebih profesional.
Dalam International Journal of Instruction oleh Unal (2012), hasil peneltiannya sebagai berikut:
“Teachers with higher number of years of teaching experience are found to
be favouring maximum teacher control (Interventionism) more than that of
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa masa mengajar guru
menyokong tingkat pengendalian guru tersebut, semakin tinggi masa mengajar
guru maka guru lebih mampu mengendalikan kelas yang diajarnya. Semakin
sering guru menghadapi siswa semakin mampu guru memahami karakteristik
siswa sehingga mampu menyampaikan materi pelajaran.
Menurut Widoyoko (2005) “Pengalaman mengajar pada hakekatnya
merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami
dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasinya, baik
tentang pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang menyatu padanya”.
Jika dalam mengajar seorang guru menemukan hal-hal yang baru kemudian
dipahaminya, maka guru tersebut akan memperoleh pengalaman kerja baru.
Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian pengalaman mengajar adalah serangkaian pelajaran yang diperoleh
guru sehingga mengakibatkan perubahan kearah kematangan tingkah laku,
pertambahan pengetahuan, informasi dan keterampilan yang didapat oleh guru
selama mengampu bidang studi yang diajarkan. Melalui hal tersebut
dimungkinkan semakin berpengalaman guru mengajar maka kompetensi guru
dalam mengajar juga baik.
2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Mengajar
Berikut ini adalah faltor yang dapat mempengaruhi pengalama mengajar
seseorang. Beberapa faktor mungkin juga berpengaruh dalam kondisi tertentu
tetapi tidak mungkin untuk menyatakan secara tepat semua faktor yang dicari
pengalaman mengajar menurut Handoko (2003:241) yaitu (1) latar belakang
pribadi; (2) bakat dan minat; (3) sikap dan kebutuhan; (4) kemampuan analisis
dan manipulative; (5) keterampilan dan kemampuan teknik dan (6) kesehatan,
tenaga dan stamina.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunkan indikator berikut ini untuk
mengukur variabel pengalaman mengajar yaitu (1) latar belakang pribadi (2)
kemampuan analitis dan manipulatif; (3) keterampilan yang dimiliki.
2.3. Konsep Dasar Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, watak,
karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sedangkan dalam istilah Inggris ethos
diartikan sebagai watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai
ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu
kelompok masyarakat.
Tasmara (2002:15) memaparkan bahwa dalam etos ada semacam semangat
untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan
sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan
sama sekali cacat dari hasil kerjanya. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Ndara (2002:91) bahwa etos kerja berkaitan erat dengan
budaya kerja, sehingga akan menghasilkan produktivitas dan kualitas kerja. Suatu
pekerjaan akan lebih terasa ringan apabila dikerjakan dengan semangat yang kuat
demi memehuhi tanggung jawab kerja yang diemban. Begitu pula dengan guru,
apabila hanya berorientasi pada suatu bentuk usaha komersial maka meraka akan
peserta didiknya dari pembelajaran yang berlangsung. Maka Etos kerja perlu
dimiliki seorang guru agar dapat mencapai standar yang telah ditetapkan. Etos
kerja ini bisa bersifat positif atau negatif sehingga dapat mempengaruhi organisasi
(Barkah, 2002).
Sejalan dengan yang dipaparkan oleh Ndara, menurut Djohar MS
(2006:125) etos kerja guru sebagai perwujudan memanage diri sendiri yang kreatif terukur dari kinerja guru, tahu apa yang dikerjakan, mampu menciptakan
kerja tanpa perintah orang lain, segera beralih kepekerjaan lain bila telah selesai,
mampu mengatur waktu dan menikmati pekerjaan. Melalui etos kerja guru
semakin memiliki rasa tanggung jawab terhadap profesinya, sehingga guru akan
mengoptimakan pencapaian standar kerja guru salah satunya satndar kompetensi
professional guru.
Menurut Anoraga (2006:29) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam
komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi
manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan
pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan,
maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah. Sejalan dengan Mulyana
(2010:23) bahwa sebagai guru etos kerja itu sangat penting, karena sebesar
apapun etos kerja sangat menentukan produktivitas yang akan dihasilkan.
Kompetensi profesional mengharuskan guru untuk terus mengembangkan
pengetahuannya serta mampu mengelola pembelajaran oleh karena itu etos kerja
Etos kerja merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan
perilaku kearah terwujudnya kualitas kerja yang ideal (Kartini:2011). Dalam
rumusan Sinamo (2005:26), Etos Kerja profesional adalah seperangkat perilaku
positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total
pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi,
atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen
pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku
kerja mereka yang khas.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa etos kerja adalah hal yang penting
dimiliki oleh setiap guru yang pada akhirnya berujung pada budaya kerja yang
dimiliki guru. Apabila guru memiliki etos kerja yang baik maka guru akan
senantiasa melakukan tugasnya secara optimal. Melalui berbagai pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau
pandangan mendasar yang dipegang seseorang agar dapat meningkatan kualitas
kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka suatu individu atau kelompok
masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi atau positif, apabila
menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: (1) Menempatkan pandangan tentang
kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia; (2) Kerja yang
dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia; (3) Kerja
dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana