• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA SEMARANG"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN

ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI

PROFESIONAL GURU PRODUKTIF

PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN

DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Nida Aulia NIM 7101411297

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau

keseluruhan. Pendapat serta temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari

terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain,

maka saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Oktober 2015

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Wahai orang- orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar (Q.S Al- Baqarah:153)

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil.

Tugas kita adalah untuk mencoba,

karena didalam mencoba itulah kita

menemukan dan belajar

membangunn kesempatan untuk

berhasil ”(Mario Teguh)

Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku Bapak

Priyono Basuki dan Ibu Sulasih

serta keluarga besarku yang selalu

mendoakanku yang memberikanku

semangat

2. Almamaterku Universitas

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pengalaman Mengajar Dan Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Studi Strata I (satu) gelar Sarjana

Pendidikan Koperasi pada Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan

tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menuntut ilmu di

Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun dalam menyelesaikan

skripsi dan studi dengan baik.

3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada

penyusun untuk melakukan penelitian.

4. Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd, Dosen Pembimbing yang memberikan

(7)

5.

Dr. Widiyanto, MBA.,M.M selaku penguji 1 yang telah memberikan

masukan dan bimbingan dalam menyempurnakan skripsi ini.

6.

Drs.Syamsu Hadi,M.Si selaku penguji 2 yang telah memberikan masukan dan

bimbingan dalam menyempurnakan skripsi ini.

7. Seluruh Kepala SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut

8. Seluruh guru produktif pemasaran Semarang yang telah telah bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Adekku Dani Priyo Hutomo dan Doni Lantip Wibowo yang selalu

menyemangatiku.

10. Sahabat-sahabatku NALMY dan Ika Yulianti serta seluruh teman-teman

rombel Pendidikan Koperasi B 2011 yang telah memberikan dukungan dalam

penyelesaian penelitian ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis

terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan perkembangan pendidikan selanjutnya

(8)

SARI

Aulia, Nida.2015. Pengaruh Pengalaman Mengajar Dan Etos Kerja terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd,

Kata kunci: Kompetensi Profesional, Pengalaman Mengajar, Etos Kerja

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal bertujuan mempersiapkan lulusan untuk masuk ke dunia kerja. Guru harus mampu menguasai materi sesuai bidang studi yang diajarkan dengan baik. Disinilah arti pentingnya kompetensi profesional guru produktif pemasaran agar para lulusan kelak dapat bekerja dan berinteraksi dengan baik dalam dunia usaha maupun dunia industri. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa tingkat kompetensi guru produktif pemasaran masih kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang baik secara parsial maupun simultan.

Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah populasi sebanyak 50 guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang. Variabel penelitian ini adalah pengalaman mengajar (X1), etos kerja (X2) dan kompetensi profesional (Y). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan kuesioner (angket). Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini adalah (1) ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional sebesar 17,47%, (2) ada pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional sebesar 18,31% dan (3) ada pengaruh antara pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang secara simultan sebesar 59,5%. Hasil persamaan regresi diperoleh = 4,823 + 0,277X1+ 0,660X2.

(9)

ABSTRACT

Aulia, Nida. 2015. The Influence of Teaching Experience And Work Ethics to Professional Competence Teachers of Productive Marketing Vocational High School Business and Management in Semarang. A Final Project. Economic Education Department. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor: Prof. Dr. Joko Widodo, M. Pd,

Keywords: Professional Competence, Teaching Experience, Work Ethics

Vocational High School (SMK) is one of the formal educational institutions aimed at preparing graduates to enter the workforce. Teachers should be able to master the material according to subject areas taught well. This is where the importance of professional competence of teachers of productive marketing that future graduates can work and interact well in the business world and the industrial world. Based on the results of preliminary observations indicate that the level of competence of teachers of productive marketing is still not good. This study aimed to analyze the influence of teaching experience and work ethic to the professional competence of teachers of productive marketing vocational high school Binis and management in Semarang. either partially or simultaneously.

This study is a population with a total population of 50 teachers of productive marketing vocational high school Binis and management in Semarang. The variables of this study is the teaching experience (X1), work ethic (X2) and professional competence (Y). The data collection method used is the method of documentation and questionnaires (questionnaire). While the method of data analysis using multiple regression analysis.

Results of this study were (1) the influence of teaching experience on the professional competence of 17.47%, (2) the influence on the work ethic of professional competence by 18.31% and (3) the influence between teaching experience and work ethic to professional competence Binis vocational teacher productive marketing and management in Semarang simultaneously of 59.5%. Results of regression equation obtained = 4,823 + 0,277X1 + 0,660X2.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Kegunaan Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1.Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru ... 9

2.2.Konsep Dasar Pengalaman Mengajar ... 22

(11)

2.3.Konsep Dasar Etos Kerja ... 28

2.3.1. Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja ... 31

2.3.2. Aspek-Aspek Etos Kerja ... 32

2.4.Penelitian Terdahulu Yang relevan ... 34

2.5.Kerangka Berfikir ... 35

2.6.Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1. Jenis Dan Desain Penelitian ... 39

3.2. Populasi Penelitian ... 39

3.3. Variabel Penelitian ... 41

3.3.1. Pengalaman Mengajar (X1) ... 41

3.3.2. Etos Kerja (X2) ... 41

3.3.3. Kompetensi Profesional Guru (Y) ... 42

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4.1. Teknik Dokumentasi ... 42

3.4.2. Teknik Kuesioner Atau Angket ... 43

3.5.Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 43

3.5.1. Validitas Instrumen Penelitian ... 43

3.5.2. Reliabilitas Instrumen ... 46

3.6.Teknik Analisis Data ... 48

3.7.Uji Asumsi Klasik ... 51

3.7.1. Uji Normalitas ... 51

(12)

3.7.3. Uji Heteroskedastisitas ... 52

3.8.Analisis Regresi Linear Berganda... 52

3.9.Uji Hipotesis Penelitian ... 53

3.9.1. Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) ... 53

3.9.2. Uji Koefisien Regresi secara Parsisal (Uji t) ... 53

3.9.3. Koefisien Determinasi ... 53

BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1. Gambaran Umum ... 55

4.2. Analisis Deskriptif Variabel ... 55

4.2.1. Deskripsi Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 56

4.2.2. Deskripsi Variabel Pengalaman Mengajar ... 61

4.2.3. Deskripsi Variabel Etos Kerja ... 65

4.3. Uji Asumsi Klasik ... 70

4.3.1. Uji Normalitas ... 70

4.3.2. Uji Multikolinieritas ... 71

4.3.3. Uji Heteroskedastisitas ... 72

4.4. Analisis Regresi Berganda ... 73

4.5. Uji Hipotesis ... 75

4.5.1. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 75

4.5.2. Uji Kofisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 76

4.5.3. Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 77

4.5.4. Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 77

(13)

4.6.1. Pengaruh Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi

Profesional Guru ... 79

4.6.2. Pengaruh Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru ... 85

4.6.3. Pengaruh Pengalaman Mengajar dan Etos Kerja Secara Simultan Terhadap Kompetensi Profesional Guru ... 87

BAB V PENUTUP ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90

5.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ... 40

3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Profesional ... 44

3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Pengalaman Mengajar ... 45

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Etos Kerja ... 46

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 47

3.6 Kategori Variabel Pengalaman Mengajar ... 49

3.7 Kategori Variabel Kategori Variabel Etos Kerja (X2) ... 50

3.8 Kategori Variabel Kompetensi Profesional (Y) ... 50

4.1 Distribusi Variabel Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran ... 56

4.2 Hasil Analisis Indikator Mampu Menangani dan Mengembangkan Bidang Studi yang Menjadi Tanggung Jawabnya ... 58

4.3 Hasil Analisis Indikator Mengerti dan Dapat Menerapkan Metode Pembelajaran yang Bervariasi... 59

4.4 Hasil Analisis Indikator Mampu Mengembangkan Berbagai Alat, Media, Maupun Sumber Belajar yang Relevan ... 60

4.5 Hasil Analisis Indikator Mampu Mengorganisasi dan melaksanakan Program Pembelajaran... 60

4.6 Hasil Analisis Indikator Mampu Melaksanakan Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik ... 61

4.7 Distribusi Variabel Pemgalaman Mengajar... 62

4.8 Hasil Analisis Indikator Latar Belakang Pribadi ... 63

4.9 Hasil Analisis Indikator Kemampuan Analisis dan Manipulatif ... 64

4.10 Hasil Analisis Indikator Keterampilan yang Dimiliki ... 64

4.11 Distribusi Variabel Etos Kerja... 65

4.12 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Amanah ... 67

4.13 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Aktualisasi ... 67

(15)

4.15 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Kehormatan ... 69

4.16 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Pelayanan ... 69

4.17 Hasil Uji Multikolinieritas ... 72

4.18 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 74

4.19 Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 76

4.20 Analisis Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 77

4.21 Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 78

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Hasil Observasi Awal Kompetensi Profesional ... 3 2.1 Karakteristik Dasar Kompetensi ... 13 2.2 Kerangka Berfikir ... 37 4.1 Diagram Batang Deskripsi Variabel Kompetensi Profesional

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Guru Produktif SMK Bisnis dan Manajemen Kota Semarang ... 95

2 Pedoman Wawancara Mengenai Kompetensi Profesional

Guru Produktif Pemasaran ... 98

3 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK Pelita

Nusantara 1... 99

4 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Negeri 2 Semarang ... 100

5 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Purnama Semarang... 102

6 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Ignatius Semarang ... 103

7 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Swadaya Semarang ... 104

8 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Palebon Semarang ... 105

9 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Muhammadiyah 1... 102

10 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK Nusa

Bhakti ... 107

11 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK YPE

Semarang ... 108

12 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Antonius Semarang ... 109 13 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK Cut

Nya’ Dien Semarang ... 110

14 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Negeri 9 Semarang ... 111

15 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Yayasan Pharmasi Semarang ... 112

16 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

(18)

18 Surat Permohonan Pengisian Angket Uji Coba Penelitian .... 116

19 Angket Uji Coba Penelitian ... 117

20 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Kompetensi Profesional ... 125

21 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Pengalaman Mengajar ... 123

22 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Etos Kerja 127 23 Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Kompetensi Profesional 128 24 Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Pengalaman Mengajar ... 133

25 Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Etos Kerja ... 135

26 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Profesional ... 139

27 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Mengajar dan Etos Kerja ... 140

28 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 141

29 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Variabel Pengalaman Mengajar ... 142

30 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Variabel Eto Kerja 143 31 Surat Permohonan Pengisian Angket Penelitian ... 144

32 Angket Penelitian ... 145

33 Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 152

34 Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel Pengalaman Mengajar ... 156

35 Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel Etos Kerja ... 158

36 Hasil Analisis Deskriptif Kompetensi Profesional ... 162

37 Hasil Analisis Deskriptif Pengalaman Mengajar ... 164

38 Hasil Analisis Deskriptif Etos Kerja ... 165

39 Hasil Perhitungan SPSS ... 167

40 Daftar Nama Responden Uji Coba Penelitian ... 170

41 Daftar Nama Responden Penelitian ... 171

42 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ... 173

(19)

44 Surat Pengantar Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Semarang ... 175 45 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Negeri 2

Semarang ... 176 46 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Antonius

Semarang ... 177

47 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Pelita

Nusantara 1 Semarang... 178 48 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Palebon ... 179 49 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Swadaya

Semarang ... 180 50 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Ignatius

Semarang ... 181 51 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK

Muhammadiyah 1 Semarang... 182 52 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Nusa

Bhakti ... 183 53 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Cut Nya’

Dien ... 184 54 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Yayasan

Pharmasi Semarang ... 185 55 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK YPE... 186 56 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Negeri 9

Semarang ... 187 57 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Purnama

1 Semarang ... 188 58 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Taman

(20)

1.1.Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

pendidikan menengah (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003).

Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki

lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan

bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-program

pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan

Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990). Berdasarkan definisi diatas, Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

yang bertujuan mempersiapkan para lulusan untuk masuk ke dunia kerja.

Peran guru dalam memberikan bekal ilmu kepada siswa sebelum mereka

bekerja di dunia usaha atau industri sangat penting. Guru harus mampu menguasai

materi sesuai bidang studi yang diajarkan dengan baik. Disinilah arti pentingnya

kompetensi profesional guru produktif pemasaran agar para lulusan kelak dapat

bekerja dan berinteraksi dengan baik dalam dunia usaha maupun dunia industri.

Setiap guru dituntut untuk memiliki standar profesi yang telah ditetapkan,

agar guru mampu berperan secara optimal dalam mencapai tujuan pendidikan,

Standar guru profesional merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang sudah

(21)

pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru. Salah satu terobosan yang

dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru antara lain melalui

standar kompetensi dan sertifikasi guru (Mulyasa,2013:14). Ada empat standar

kompetensi yang harus dikuasai guru salah satunya adalah memenuhi standar

kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru yaitu kemampuan untuk

menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

guru mampu membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompetensi

minimal yang seharusnya dikuasai peserta didik (Sujanto,2007:33).

Guru memiliki peran penting dalam menentukan hasil belajar siswa. Guru

yang profesional mampu menguasai dan mengelola pembelajaran sesuai mata

pelajaran yang diampunya. Guru juga perlu mengembangkan penguasaan materi

agar informasi yang disampaikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Peserta didik dapat lebih fokus dan tertarik dengan materi yang

disampaikan jika guru dapat menjelaskan materi dengan cara yang tidak monoton

dengan menggunakan media ataupun teknologi pembelajaran yang sesuai. Melalui

penggunaan teknologi pembelajaran dan penerapan metode pembelajaran yang

relevan dengan materi yang disampaikan akan mempermudah peserta didik dalam

memahami materi yang disampaikan oleh guru. Seperti yang dipaparkan oleh

Agung (2012:107) penguasaan materi cenderung kurang memberikan dampak

positif terhadap hasil belajar siswa apabila guru kurang mampu mengembangkan

bahan ajar dalam pengelolaan pembelajaran, melainkan diduga hanya akan

menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang tidak mengalami perubahan

(22)

Namun pada kenyataanya setelah dilakukan observasi awal mengenai

kompetensi profesional kepada guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan

Manajemen di Kota Semarang, menunjukkan bahwa guru produktif pemasaran

belum maksimal memenuhi semua indikator standar kompetensi profesionalnya.

Hasil observasi mengenai komptensi profesional dapat dilihat melalui gambar

berikut:

Gambar 1.1 Hasil Observasi Awal Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang Tahun 2015

Sumber : Data penelitian yang diolah tahun 2015

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di SMK Bisnis dan

Manajemen Kota Semarang 11 guru dari 14 guru produktif pemasaran

menyatakan bahwa guru tersebut sudah kompeten dalam mengembangkan materi

yang diajarkan atau sebesar 78,58 %. Sedangkan 3 guru kurang kompeten dalam

mengembangkan materi yang diajarkan atau sebesar 21,42% %. 10 dari 14 guru

kurang kompeten dalam mengerti dan menerapkan berbagai metode pembelajaran

(23)

atau sebesar 71,43% guru sedangkan 28,57 % guru produktif pemasaran sudah

kompeten.

Dalam mengembangkan media, alat, maupun sumber belajar yang sesuai

dengan materi yang diajarkan sebesar 57,15 % atau delapan dari 14 dikatakan

kurang kompeten dan 42,85% guru sudah kompeten. Sedangkan 11 guru dari 14

guru produktif pemasaran atau sebesar 78,58 % guru kurang kompeten dalam

mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran dan 21,42% guru sudah

kompeten dalam mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran.

Sementara itu kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar sudah kompeten

yaitu sebesar 85,72 % dan 14,28% kurang kompeten. Dari hasil observasi

tersebut mengindikasikan bahwa secara menyeluruh guru dapat memenuhi kriteria

kompeten akan tetapi kompetensi profesional guru produktif pemasaran belum

secara maksimal terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator

pengukuran kompetensi profesional, masih ditemukan beberapa guru yang kurang

kompeten.

Pengalaman guru dalam mengajar dan melaksanakan tugas sebagai pendidik

merupakan suatu hal yang berharga. Tingkat kompetensi profesional diduga

dipengaruhi oleh pengalaman mengajar guru. Wibowo (2014:284)

mengemukakan bahwa pengalaman merupakan elemen yang perlu, tetapi untuk

menjadi ahli tidak cukup dengan pengalaman. Namun demikian, pengalaman

merupakan aspek lain kompetensi yang dapat berubah dengan perjalanan waktu

dan perubahan lingkungan. Menurut Uno (2007:17) pada dasarnya perubahan

(24)

pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Semakin

berpengalaman guru dalam mengajar semakin luas materi pelajaran yang dikuasai

sehingga memungkinkan guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.

Widoyoko (2005) memaparkan bahwa pengalaman mengajar pada hakekatnya

merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami

dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasinya, baik

tentang pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang menyatu padanya.

Hasil penelitian Widoyoko (2005) menunjukkan bahwa pengalaman mengajar

memberikan sumbangan sebesar 6,35% terhadap kompetensi mengajar guru IPS

SMA Kabupaten Purworejo. Sejalan dengan hasil hasil penelitian Widyaningsih

(2014) menyatakan bahwa pengalaman mengajar memberikan sumbangan relatif sebesar 42% dan sumbangan efektif 5%. Hal ini menunjukkan pengalaman mengajar berpengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru MA Negeri 1 Surakarta.

Sedangkan hasil penelitian Eliyanto dan Wibowo (2013) Pengalaman mengajar

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profesionalisme guru

SMK Muhammadiyah di Kabupaten Kebumen yaitu sebesar 12,2%.

Selain pengalaman mengajar, diduga etos kerja guru juga memepengaruhi

tingkat kompetensi profesional guru. Etos kerja perlu dimiliki seorang guru agar

dapat mencapai standar yang telah ditetapkan, karena dengan ini guru mempunyai

semangat yang amat kuat untuk mengerjakan tugasnya secara optimal. Seperti

yang dikemukakan Mohamad Surya (2004:38) salah satu ciri profil guru yang

diperkirakan sesuai dengan tuntutan masa depan menghadapi abad 21 adalah guru

(25)

mendorong dan mengendalikan perilaku kearah terwujudnya kualitas kerja yang

ideal (Kartini:2011). Setiap organisasi yang selalu ingin maju akan melibatkan

anggota untuk meningkatkan mutu kerjanya, diantaranya setiap organisasi harus

memiliki etos kerja, begitupun dengan guru sebagai anggota organisasi sekolah.

Seperti yang diungkapkan Sinamo (2005:249) etos kerja adalah syarat utama bagi

semua upaya peningkatan kualitas tenaga kerja atau SDM, baik pada level

individual, organisasional, maupun sosial. Hasil penelitian penelitian Widoyoko

(2005) menunjukkan bahwa etos kerja memberikan sumbangan positif terhadap

kompetensi mengajar guru sebesar 16,59%. Sejalan dengan hasil penelitian oleh

Sudana (2012) etos kerja signifikan terhadap pengembangan kinerja guru dan

memberikan sumbangan efektif sebesar 12,16 % terhadap kinerja guru SMP di

Kecamatan Ubud. Sedangkan hasil penelitian Heryanto (2014) etos kerja guru

berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas proses belajar mengajar

sebesar 42,5%.

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk meneliti fenomena

tersebut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Mengajar Dan Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Semarang”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka masalah

(26)

1. Seberapa besar pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi

professional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota

Semarang?

2. Seberapa besar pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional guru

produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang?

3. Seberapa besar pengaruh pengalaman dan etos kerja secara bersama-sama

terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan

Manajemen di Kota Semarang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan penulis, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh pengalaman

mengajar terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK

Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh etos kerja

terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan

Manajemen di Kota Semarang.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh pengalaman

mengajar dan etos kerja secara bersama-sama terhadap kompetensi profesional

guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

a. Hasil penelitian nantinya diharapkan dapat memperkaya pengetahuan

secara teoritis tentang pengaruh pengaruh pengalaman mengajar dan etos

kerja terhadap kompetensi profesional guru.

b. Menjadi bahan referensi atau bacaan, khususnya bagi pihak yang

mengadakan penelitian selanjutnya yang relevan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat dijadikan masukan tentang pentingnya

memumbuhkan etos kerja sehingga dapat meningkatkan kompetensi

profesional guru.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

menentukan kebijakan yang relevan sebagai upaya untuk meningkatkan

kompetensi profesional guru.

c. Bagi Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Hasil penelitian dapat memberi sumbangan pemikiran bagi

lembaga perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas akademik

(28)

2.1. Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru

Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu pekerjaan atau pekerjaan

yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tugas guru sebagai profesi

meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti menerusakan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti

mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa (Usman,1990:4). Selain

mendidik, mengajar dan melatih tugas utama guru sebagai pendidik profesional

menurut Danim dan Khairil (2011:5) juga mengarahkan, membimbing, menilai

dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Sedangkan Subini

(2012:14) menyatakan bahwa tugas–tugas profesional guru adalah meneruskan

atau menstransmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai lain yang

sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui anak. Maka dengan

berbagai tugas yang dipersyaratkan, profesi guru bukanlah suatu pekerjaan yang

mudah dan tidak sembarangan orang dapat melakukannya.

Pada hakikatnya guru sebagai suatu profesi memerlukan suatu kamampuan

dan keahlian khusus agar mampu membimbing aktifitas belajar dan menilai

peserta didiknya maupun melakukan refleksi diri sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang ditentukan. Guru memiliki pengetahuan yang luas yang dapat

ditularkan kepada peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti

(29)

keahlian tertentu agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Seperti

dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 menegaskan bahwa guru

diharuskan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi

profesional, sebagai standar yang mencerminkan penguasaan guru terhadap materi

pembelajaran bidang studi yang diajarkan. Sepeti yang dipaparkan Uno (2008:20)

bahwa pada dasarnya seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru

berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar ini sangat berkaitan dengan

kompetensi profesionalnya. Oleh karena itu kompetensi profesional guru penting

dikuasai oleh guru.

Yamin dan Maisah (2010:1) menggambarkan istilah competencies, competence dan competent diterjemahkan sebagai kompetensi, kecakapan dan keberdayaan merujuk pada keadaan atau kualitas mampu dan sesuai. Kompetensi

menurut Majid, (2005:5) adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung

jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu

melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Berdasarkan

pandangan diatas seseorang dikatakan kompeten jika memiliki kecakapan dan

kualitas yang sesuai dengan tugas pada bidang tertentu yang digeluti.

Sementara Len holmes (1992) mendefinisikan kompetensi sebagai berikut:

“A competency is a description of something with a person who works in a

given occupational area should be able to do. It is a description of an

action, behavior or outcome which a person should be able to demonstrate”

(30)

Kutipan diatas menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki kompetensi

berarti dapat bekerja sesuai dengan apa yang harusnya dikerjakan. Dengan kata

lain seorang guru dikatakan memiliki kompetensi jika guru tersebut mampu

mengajar dan memenuhi tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Tentu saja itu

semua dapat dipenuhi oleh guru apabila guru tersebut mempunyai kemampuan

yang relevan dalam bidangnya. Kompetensi ini yang digunakan dalam mengukur

kualifikasi dan profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan

(Depdiknas, 2004).

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

memaparkan pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru

atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Wibowo (2014:271)

mendeskripsikan bahwa kompetensi adalah suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas

ketrampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh

pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau

pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu

sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut.

Sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Wibowo, kompetensi guru lebih

bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang

menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan

(31)

direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran

di sekolah (Mulyasa, 2013:32).

Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli diatas menunjukkan bahwa

kompetensi mencakup keterampilan, sikap yang harus dimiliki oleh guru atau

pendidik untuk menjalankan tugas-tugas profesinya guna mencapai suatu standar

yang telah ditentukan. Subini (2012:73) menjelasakan bahwa keberhasilan guru

secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan murid ketika mengikuti proses dan

mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang berkompeten akan menyelenggarakan

pembelajaran secara efektif, sehingga dapat menjadi guru yang unggul

dibidangnya. Sebaliknya dengan guru yang hanya sekedar melakukan

pembelajaran secara formalitas sebagai penggugur kewajiban mengajar dikelas

sulit mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kompetensi memiliki karakteristik tertentu, Spencer dan Spencer (1993)

membagi lima karakteristik kompetensi yaitu sebagai berikut:

1) Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.

2) Sifat adalah karakteritik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi.

3) Konsep diri adalah sikap, nilai, atau citra diri sesorang. Percaya diri merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap situasi. 4) Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik. 5) Ketrampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu

(Wibowo,2014: 272).

Sejalan dengan Yamin dan Maisah (2010:1) juga memaparkan lima jenis

karakteristik kompetensi yaitu: (1) pengetahuan, merujuk pada informasi dan hasil

(32)

sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang; (4) karakteristik pribadi, merujuk pada

karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap situasi dan informasi; dan

(5) motif, merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau

dorongan-dorongan lain yang memicu tindakan.

Begitu pula menurut pendapat Judisseno (2008:49) ada lima karakteristik

dasar yang mempengaruhi kompetensi seseorang meliputi: (1) motive adalah sesuatu yang selalu dipikirkan orang secara konsisten, yang melahirkan

keinginan untuk melakukan suatu tindakan tertentu dengan baik; (2) trait

merupakan naluri secara konsisten dapat memberikan respons yang cepat dan

tepat terhadap suatu keadaan atau informasi yang diterima; (3) self-concept, konsep pribadi mengenai sikap perilaku, persepsi diri dan sistem nilai dengan

yang kita harapkan; (4) knowledge adalah sekumpulan informasi dan pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu; (5) skill adalah kemampuan menyelesaikan tugas secara nyata. Satu dan lainnya saling

berhubungan membentuk ketiga unsur yang digambarkan dalam gambar berikut:

Intent Action Outcome

Gambar 2.1. Karakteristik Dasar Kompetensi Ciri dan

karakter pribadi

Tindakan terampil

Unjuk kerja dan hasil

akhir

Motive, Trait, Self-concept,

knowlwdge

Job

performanc e

(33)

Kompetensi inti merupakan prasyarat mutlak yang harus dimiliki seseorang

untuk melakukan suatu pekerjaan unggul. Pernyataan tersebut

mengidentifikasikan bahwa dengan menguasai kompetensi inti wajib dikuasai

guru agar bekerja secara profesional dalam organisasi sekolah dan juga dapat

memahami visi-misi dan nilai sekolah yang bersangkutan. Ada empat kompetensi

inti yang harus dikuasai guru, yaitu: (1) Kompetensi pedagogik; (2) Kompetensi

kepribadian; (3) Kompetensi sosial; dan (4) Kompetensi profesional.

Penelitian ini memfokuskan pada kompetensi profesional guru. Dari uraian

diatas telah dipaparkan mengenai definisi kompetensi, sebelum menelaah

menganai definisi kompetensi profesional, maka perlu dipahami mengenai makna

profesional terlebih dahulu. Pasal 1 angka 4 UUGD menjelaskan bahwa

“profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang

menjadi sumber penghasilan yang memerlukan keahlian serta memerlukan

pendidikan profesi”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa profesional merujuk

pada pekerjaan yang membutuhkan keahlian yang dipersyaratkan. Seperti yang

dikemukakan oleh Yamin dan Maisah (2010:30) bahwa profesional berarti jenis

pekerjaan khas yang memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu pengetahuan

yang diaplikasikan untuk berhubungan dengan orang lain. instansi atau lembaga.

Mengacu pada definisi diatas, maka profesional dapat diartikan sebagai suatu

pekerjaan atau aktivitas yang dikerjakan seseorang atas profesinya dengan

bersungguh-sungguh dan memenuhi persyratan yang telah ditetapkan. Tentu saja

(34)

profesional, tentu saja dibutuhkan waktu yang relatif panjang dengan serangkaian

proses.

Sujanto (2007:33) mendefinisikan guru profesional adalah guru yang

menguasai mata pelajaran dengan baik dan mampu membelajarkan siswa secara

optimal, menguasai semua kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang guru.

Sedangkan Mulyasa (2013:6) juga mensyaratkan guru profesional memiliki

standar kompetensi dan sertifikasi guru. Dengan kata lain sebutan “guru

profesional” didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan

kompetensi guru tersebut atas profesinya.

Penguasaan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan pada akhirnya

akan berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Kemampuam dasar, materi

pokok pembelajaran dan indikator yang telah dicantumkaan dalam silabus

merupakan aspek yang harus dikuasai oleh siswa. Apabila guru mampu

menerangkan materi dengan baik dan variatif, tentu saja peserta didik akan lebih

fokus dan tertarik terhadap materi ajar yang disampaikan tersebut. Hal ini erat

kaitannya dengan penguasaaan kompetensi profesional guru. Pada umumnya

sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan

menerapkan “pembelajaran dengan melakukan untuk menggantikan cara mengajar

dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan” (Uno,

2008:18). Proses pembelajaran sebaiknya melibatkan siswa secara aktif

berpartipasi tidak hnaya sekedar menjadi pendengar dan pemerhati. Maka dengan

(35)

sesuatu yang membuat siswa menjadi lebih menelisik lebih lanjut apa yang telah

diajarkan hingga pada akhirnya mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Kompetensi profesional menurut Agung (2012:101) adalah kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik atau siswa memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan kompetensi profesional guru

menurut Sujanto (2007:33) yaitu kemampuan untuk menguasai materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru mampu

membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompetensi minimal yang

seharusnya dikuasai peserta didik. Uno (2008:18) juga memaparkan kompetensi

profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki

seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil.

Setelah mengetahui definisi kompetensi profesional dari para ahli, dapat

disimpulkan bahwa kompetensi profesional adalah seperangkat kemampuan guru

dalam menguasai materi ajar sesuai bidang studi secara mendalam serta dapat

mengarahkan peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan sebagai

tugas mengajarnya.

Hamalik (2004:39) juga mendeskripsikan guru yang dinilai kompeten secara

profesional apabila: (1) guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab

dengan sebaik-baiknya; (2) guru tersebut mampu melaksankan perannya secara

berhasil;(3) guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan

pendidikan (tujuan instruksional) sekolah; dan (4) guru tersebut melaksanakan

(36)

aspek yang perlu diperlu diperhatikan agar guru menguasai kompetensi

professional yaitu: (1) kode etik profesi; (2) pengembangan penguasaan materi;

(3) pengembangan penguasaan kompetensi mata pelajaran; (4) pengembangan

materi atau bahan ajar; (5) pengembangan diri (profesi). Berdasarkan pemaparan

tersebut Hamalik cenderung melihat profil guru yang kompeten secara umum

sedangkan Agung menyebutkan secara lebih spesifik mengenai peran guru yang

dianggap profesional.

Berikut ini ciri-ciri umum guru profesional menurut Danim dan Khairil

(2011:23) adalah (1) melakukan profesionalisasi diri; (2) memotivasi diri; (3)

memiliki disiplin diri tinggi; (4) mengevaluasi diri; (5) memiliki kesadaran diri;

(6) melakukan pengembangan diri; (7) menjadi pembelajar; (8) melakukan

hubungan efektif; (9) menempati tinggi dan (10) taat asas pada kode etik.

Ciri-ciri guru profesional yang disebutkan diatas lebih mengidentifikasi guru

dari pengembangan diri dengan orientasi dirinya sendiri berbeda dengan yang

dikemukakan oleh Subini (2012:58) yang lebih menekankan pada proses

pengembangan diri seorang guru yang langsung bersangkutan kepada peserta

didik yang dijabarkan berikut ini : (1) biasa mempersiapkan model dan instrumen

bahan pembelajaran dengan kesadaran sendiri; (2) aktif mencari dan

mengembangkan bahan pembelajaran; (3) aktif mencari cara agar anak didiknya

berhasil; (4) sering menjadikan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik

pembicaraan; (5) Aktif mengevaluasi kinerjanya sendiri; (6) berusaha menjadi

contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa; dan (7) keberhasilan mengajar yang

(37)

Dari pemaparan ciri-ciri guru profesional tersebut, seorang guru yang

profesional lebih baik apabila mampu menyeimbangkan potensi untuk mencapai

kriteria guru profesional, tidak hanya melihat dari prespektif pengembangan diri

sendiri terhadap pekerjaannya tetapi juga melihat terhadap apa yang dikerjakan.

Maksudnya guru tidak hanya mengembangkan diri untuk lebih baik bagi dirinya

sendiri akan tetapi menjadi lebih baik untuk peserta didik dalam membantu

memcapai tujuan pembelajaran. .

Kecakapan kompetensi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor,

menurut Michael Zwell (2000:68) sebagai berikut: (1) keyakinan dan nilai-nilai,

keyakinan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Oleh

karena itu setiap orang harus berfikir positif terhadap dirinya ataupun orang lain;

(2) keterampilan, pengembangan keterampilan yang secara spesifik berkaitan

dnegan kompetensi dapat berdampak baik pada budaya organisasi dan kompetensi

individual; (3) pengalaman, orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit

pemikiran strategis kurang mengembangkan kompetensiinya daripada mereka

yang telah menggunakan pemikiran strategis bertahun-tahun; (4) karakteristik

pribadi, dengan kepribadian orang merespon dan berinteraksi dengan kekuatan

dan lingkungan sekitarnya; (5) motivasi, ini dapat memberikan dorongan agar

seseorang tetap berorientasi pada pekerjaannya; (6) isu emosional; hambatan

emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi; (7) kemampuan intelektual,

kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran konseptual dan

pemikiran analitis; (8) budaya organisasi, system dan kebiasaan dalam organisai

(38)

Semantara itu, Kartini (2011) menyebutkan ada delapan faktor yang

mempengaruhi kompetensi professional guru yaitu: (1) training atau diklat dan

atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); (2) kualifikasi akademik atau

disebut juga dengan latar belakang pendidikan; (3) supervise akademik atau

disebut dengan pengawasan secara berkelanjutan; (4) kepemimpinan kepala

sekolah; (5) motivasi; (6) kesejahteraan atau kompensasi; (7) etos kerja; (8)

kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Kompetensi guru sebagai salah satu aspek untuk mencapai tujuan

pembelajaran disekolah dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan,

pengalaman mengajar dan lama mengajar (Uno,2008:64). Maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kompetensi

profesional guru baik faktor dari dalam diri guru sendiri atau intrinsik maupun

faktor dari luar atau ekstrinsik.

Secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup

kompetensi profesional guru sebagai berikut (Mulyasa,2013:135):

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis dan sebagainya

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik

3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi 5) Mampu mengembangkan dan mengembangkan berbagai alat, media

maupun sumber belajar yang relevan

6) Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik

(39)

Sedangkan indikator kompetensi profesional yang dikutip dari Yamin dan

Maisah (2010:11) yaitu:

1) Sub kompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;memhami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau kohernen dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Sub-kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki

standar esensial; menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi secara profesional dalam konteks global.

Berdasarakan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru, komponen yang harus dikuasai guru mata pelajaran di SMK sebagai

perwujudan kompetensi profesionalnya sebagai berikut:

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu , yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu

3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. a. Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

b. Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. b. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan

keprofesionalan.

c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.

(40)

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri, yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.

b. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

Sedangkan Wahyudi (2012:24) menjabarkan guru yang memiliki

kompetensi profesional perlu menguasai antara lain: (1) Disiplin ilmu

pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran; (2) bahan ajar yang disampaikan;

(4) pengetahuan tentang karakteristik siswa; (5) pengetahuan tentang filsafat dan

tujuan pendidikan; (6) pengetahuan serta penguasaan metode dan model

mengajar; (7) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran; (8)

pengetahuan terhadap penilaian dan mampu merencanakan, memimpin guna

kelancaran proses pendidikan.

Dari berbagai uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa indikator

variabel kompetensi profesional dalam penelitian ini mengacu pada teori Mulyasa

yang disederhanakan dengan mengambil indikator yang mempunyai kesamaan

makna dengan indikator yang ada pada teori milik Wahyudi dan Yamin.

Pengambilan indikator didasarkan dari pertimbangan jumlah indikator yang

disesuaikan dengan kemampuan peneliti dan waktu pelaksanaan penelitian.

Indikator kompetensi pada penelitian ini yaitu: (1) Mampu menangani dan

mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya; (2) Mengerti dan

dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; (3) Mampu

(41)

belajar yang relevan; (4) Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program

pembelajaran; (5) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

2.2.Konsep Dasar Pengalaman Mengajar

Kemampuan seorang guru dalam mengajar merupakan salah satu

persyaratan utama agar mampu mengantarkan peserta didik mencapai hasil belajar

yang baik. Sardiman (2014:47) mendefisinikan bahwa mengajar adalah

menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut Sedarmayanti (2009: 75)

“Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang,

sedangkan pengalaman hanya mungkin diperoleh dalam hubungan

lingkungannya”. Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan

seseorang dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan kemampuan seseorang akan lebih

mapan jika orang tersebut telah merasakan keadaan yang sebenarnya.

Seorang guru yang profesional harus memiliki seperangkat pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan standar yang berlaku. Semakin banyak jam mengajar

dan semakin lama guru mengajar maka semakin banyak pula pengalaman yang

didapakan guru tersebut. Sehingga dengan pengalaman mengajar guru dapat

meningkatkan pencapaian standar kompetensi profesional guru. Menurut

Djamarah (1997:28), pengalaman mengajar adalah salah satu aspek yang

mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran.

Kompetensi profesional menyangkut penguasan materi keilmuan yang

sesuai dengan bidang studi yang diampu guru. Suharsimi (1998:17) menyatakan

bahwa pengalaman maksudnya bukan hanya terbatas pada banyaknya tahun

(42)

menyesuaikan materi pelajaran dengan kondisi siswa dan perkembangan jaman

sehingga materi pelajaran tersebut benar-benar aktual dan dapat bermanfaat

dikehidupan sehari-hari siswa. Semakin terbiasa guru menyampaikan materi yang

diajarkan, maka bisa dikatakan guru akan semakin trampil dalam pembelajaran

sehingga lebih efektif dalam menjalankan tugas mereka. Kebiasaan dalam

mengajar yang kurang tepat serta penyampaian materi yang mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran didalam kelas.

Menurut Sumitro (2002:70) hal yang perlu diperhatikan guru adalah bahwa

mereka harus senantiasa meningkatkan pengalamannya sehingga mempunyai

pengalaman yang banyak dan berkualitas yang dapat menunjang keberhasilan

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Bagi seorang guru

pengalaman mengajar dapat memberikan pemahaman dalam melaksanakan tugas

kerja untuk kedepannya, karena setidaknya guru sudah pernah melakukan

pekerjaan itu sehingga ia akan tahu tentang pekerjaan yang akan dihadapi. Setiap

pengalaman yang diperoleh seseorang akan membantunya memberikan

keterampilan dan pengetahuan khusus sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya.

Seseorang yang melakukan jenis pekerjaan tertentu secara berulang-ulang dalam

jangka waktu yang cukup lama akan menjadikan dirinya cukup terampil dalam

pekerjaan tersebut.

Hamalik (1993:173) mendeskripsikan praktik kerja adalah serangkaian

kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga kerja yang telah mengikuti program

(43)

bidang pembangunan dalam jangka waktu enam minggu kerja penuh yang

bertujuan untuk memperoleh pengalaman kerja lapangan dengan bimbingan

pelatih yang berpengalaman dan ahli sebelum mendapat tugas penuh sebagai

tenaga diidaerah masing-masing. Berdasarkan uraian tersebut periode praktik

kerja tentunya dapat disesuaikan kebutuhan dilapangan. Kurikulum yang berlaku

di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) mengharuskan

mahasiswanya sebagai calon pendidik untuk menempuh praktik pengalaman

lapangan sebagai bekal calon pendidik sebelum meraka terjun dalan dunia

pendidikan. Kegiatan ini memberikan pengalaman kepada calon pendidik

mengenai cara mengajar yang baik dan juga pengetahuan mengenai penerapan

tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Diharapkan melalui

praktik kerja yang disyaratkan kepada calon guru dapat memberikan pengalaman

dan bekal sebelum calon guru tersebut masuk ke dunia pendidikan sebagai tenaga

pendidik yang profesional.

Pemerintah menyebutkan pengalaman mengajar sebagai salah satu aspek

penilaian guru yang profesional pada Pasal 2 Permendiknas No. 18 Tahun 2007

ayat 3 berbunyi: Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian

terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan: (1) kualifikasi akademik; (2)

pendidikan dan pelatihan; (3 pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan pengawasan; (6) prestasi

(44)

ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan (10)

penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Yang perlu dicermati dari ayat 3 butir c, yaitu: “Pengalaman mengajar

adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan

pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang

(dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara

pendidikan)”. Belajar dari berbagai pengalaman dalam jabatan dan rentang waktu

panjangnya pengalaman mengajar akan semakin mempermantap kematangan

pribadi seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

seorang guru. Pengalaman yang dilalui guru akan membantunya untuk

menentukan langkah-langkah tertentu yang dapat menunjang keberhasilan dalam

pembelajaran maupun tanggung jawab guru lainnya. Demikian juga melalui

pengalaman mengajar, guru menjadi lebih memahami hal-hal yang harus dihindari

karena akan menjadi penghambat dan berujung pada kegagalan menjalankan

profesinya.

Muslich (2007:13) mengemukakan bahwa pengalaman kerja guru itu sendiri

adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan

pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang

(dapat dari pemerintah atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan).

Masa mengajar merupakan faktor yang mendukung proses mengajar seorang

guru, seorang guru akan dapat mengukur kemampuannya dalam mengajar secara

(45)

diangkat dan bertugas menjadi guru pada suatu satuan pendidikan khususnya pada

mata pelajar yang diampu guru tersebut.

Menurut Uno (2007:17) pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat

ditunjukkan peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan

pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Maka pengalaman mengajar

merupakan salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar. Melalui pengalaman guru juga belajar mengembangkan dan

memperbaiki diri menjadi lebih baik, karena sesuai dengan teori kontruktivisme

belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau

bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga

pengertiannya menjadi berkembang.

Guru yang mempunyai pengalaman kerja yang cukup banyak cenderung

mutu pembelajarannya menjadi baik, sebaliknya guru yang pengalaman kerjanya

kurang, mutu pembelajannya pun menjadi rendah. Agar mutu pembelajaran dapat

menjadi lebih tinggi tentu diperlukan adanya dukungan sarana prasarana yang

memadai sesuai dengan standar, tanpa adanya sarana prasarana yang memadai

mustahil mutu pembelajaran dapat menjadi baik. Dengan peningkatan mutu

diharapkan para guru bisa menjadi lebih profesional.

Dalam International Journal of Instruction oleh Unal (2012), hasil peneltiannya sebagai berikut:

“Teachers with higher number of years of teaching experience are found to

be favouring maximum teacher control (Interventionism) more than that of

(46)

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa masa mengajar guru

menyokong tingkat pengendalian guru tersebut, semakin tinggi masa mengajar

guru maka guru lebih mampu mengendalikan kelas yang diajarnya. Semakin

sering guru menghadapi siswa semakin mampu guru memahami karakteristik

siswa sehingga mampu menyampaikan materi pelajaran.

Menurut Widoyoko (2005) “Pengalaman mengajar pada hakekatnya

merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami

dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasinya, baik

tentang pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang menyatu padanya”.

Jika dalam mengajar seorang guru menemukan hal-hal yang baru kemudian

dipahaminya, maka guru tersebut akan memperoleh pengalaman kerja baru.

Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pengertian pengalaman mengajar adalah serangkaian pelajaran yang diperoleh

guru sehingga mengakibatkan perubahan kearah kematangan tingkah laku,

pertambahan pengetahuan, informasi dan keterampilan yang didapat oleh guru

selama mengampu bidang studi yang diajarkan. Melalui hal tersebut

dimungkinkan semakin berpengalaman guru mengajar maka kompetensi guru

dalam mengajar juga baik.

2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Mengajar

Berikut ini adalah faltor yang dapat mempengaruhi pengalama mengajar

seseorang. Beberapa faktor mungkin juga berpengaruh dalam kondisi tertentu

tetapi tidak mungkin untuk menyatakan secara tepat semua faktor yang dicari

(47)

pengalaman mengajar menurut Handoko (2003:241) yaitu (1) latar belakang

pribadi; (2) bakat dan minat; (3) sikap dan kebutuhan; (4) kemampuan analisis

dan manipulative; (5) keterampilan dan kemampuan teknik dan (6) kesehatan,

tenaga dan stamina.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunkan indikator berikut ini untuk

mengukur variabel pengalaman mengajar yaitu (1) latar belakang pribadi (2)

kemampuan analitis dan manipulatif; (3) keterampilan yang dimiliki.

2.3. Konsep Dasar Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, watak,

karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sedangkan dalam istilah Inggris ethos

diartikan sebagai watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai

ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu

kelompok masyarakat.

Tasmara (2002:15) memaparkan bahwa dalam etos ada semacam semangat

untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan

sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan

sama sekali cacat dari hasil kerjanya. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Ndara (2002:91) bahwa etos kerja berkaitan erat dengan

budaya kerja, sehingga akan menghasilkan produktivitas dan kualitas kerja. Suatu

pekerjaan akan lebih terasa ringan apabila dikerjakan dengan semangat yang kuat

demi memehuhi tanggung jawab kerja yang diemban. Begitu pula dengan guru,

apabila hanya berorientasi pada suatu bentuk usaha komersial maka meraka akan

(48)

peserta didiknya dari pembelajaran yang berlangsung. Maka Etos kerja perlu

dimiliki seorang guru agar dapat mencapai standar yang telah ditetapkan. Etos

kerja ini bisa bersifat positif atau negatif sehingga dapat mempengaruhi organisasi

(Barkah, 2002).

Sejalan dengan yang dipaparkan oleh Ndara, menurut Djohar MS

(2006:125) etos kerja guru sebagai perwujudan memanage diri sendiri yang kreatif terukur dari kinerja guru, tahu apa yang dikerjakan, mampu menciptakan

kerja tanpa perintah orang lain, segera beralih kepekerjaan lain bila telah selesai,

mampu mengatur waktu dan menikmati pekerjaan. Melalui etos kerja guru

semakin memiliki rasa tanggung jawab terhadap profesinya, sehingga guru akan

mengoptimakan pencapaian standar kerja guru salah satunya satndar kompetensi

professional guru.

Menurut Anoraga (2006:29) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam

komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi

manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan

pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan,

maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah. Sejalan dengan Mulyana

(2010:23) bahwa sebagai guru etos kerja itu sangat penting, karena sebesar

apapun etos kerja sangat menentukan produktivitas yang akan dihasilkan.

Kompetensi profesional mengharuskan guru untuk terus mengembangkan

pengetahuannya serta mampu mengelola pembelajaran oleh karena itu etos kerja

(49)

Etos kerja merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan

perilaku kearah terwujudnya kualitas kerja yang ideal (Kartini:2011). Dalam

rumusan Sinamo (2005:26), Etos Kerja profesional adalah seperangkat perilaku

positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total

pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi,

atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen

pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku

kerja mereka yang khas.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa etos kerja adalah hal yang penting

dimiliki oleh setiap guru yang pada akhirnya berujung pada budaya kerja yang

dimiliki guru. Apabila guru memiliki etos kerja yang baik maka guru akan

senantiasa melakukan tugasnya secara optimal. Melalui berbagai pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau

pandangan mendasar yang dipegang seseorang agar dapat meningkatan kualitas

kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka suatu individu atau kelompok

masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi atau positif, apabila

menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: (1) Menempatkan pandangan tentang

kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia; (2) Kerja yang

dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia; (3) Kerja

dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.2. Nilai Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Profesional
Tabel 3.3. Nilai  Hasil Uji Validitas Instrumen Pengalaman Mengajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

(DIDIK WAHYUDI) DIKETAHUI OLEH : (DOMINGGUS KONDANAMU, S.Pt) Detail Pondasi 1 Detail Pondasi 2 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : FT (AUDYA ADOE, ST WINUMURU JENIS PRASARANA

Skripsi ini berjudul “An Analysis of Transitivity Process and the Schematic Structure of News Item in Selected News of VOA News” yang berisi kajian tentang

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS (Penelitian

Kesimpulan dari pernyataan diatas adalah earning per share menunjukkan seberapa besar laba yang diterima oleh investor dari saham yang ia ditanamkan.Pada penelitian terdahulu,

antaranya: 1) mendeskripsikan realisasi bunyi fonem /s/ dalam bahasa Jerman; 2) mendeskripsikan jenis distribusi apa yang terdapat pada bunyi fonem /s/ dalam

• Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai

[r]

Asyhari Marzuqi berkontibusi pada kajian Tafsir al-Qur’an di Nusantara dalam hal memunculkan karya dengan bahasa yang lugas dan komunikatif, sehingga mudah dipahami