• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN

Dalam dokumen Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar (Halaman 73-77)

STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH

4.2 KONSEP DASAR PENGEMBANGAN

Sebagai langkah awal dalam pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar, maka dibuat konsep dasar pengembangan yang meliputi konsep dasar pengembangan fisik, konsep dasar pengembangan ekonomi serta konsep pengembangan tata ruang.

4.2.1 Konsep Dasar Pengembangan Fisik

Konsep pengembangan fisik di Kabupaten Aceh Besar didasarkan pada daya dukung fisik lahan, fungsi lahan dan penggunaan lahan. Selengkapnya konsep dasar pengembangan fisik tersebut diuraikan berikut ini.

a. Daya dukung fisik lahan

Dalam rangka pengembangan fisik lahan, maka daya dukung fisik lahan perlu mendapatkan pertimbangan dan perhatian yang serius, terutama menyangkut topografi, kemiringan lereng, kesesuaian lahan, geologi dan geomorfologi serta sumber daya air. Untuk pengembangan kawasan budidaya pertanian maupun perkebunan, maka semua faktor pertimbangan tersebut dijadikan dasar utama dalam pengembangan. Sementara untuk pengembangan kawasan lindung, maka selain pertimbangan tersebut diatas juga pertimbangan lain seperti : kelestarian flora dan fauna, kelestarian alam, kelestarian budaya dan sejarah dan lain sebagainya.

b. Fungsi lahan

Fungsi lahan akan menentukan dalam pengembangan fisik lahan, karena lahan lahan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung berdasarkan peraturan yang sudah berlaku, maka akan sulit untuk menjadikan lahan tersebut untuk dijadikan kawasan budidaya.

c. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan yang ada akan mendasari dalam pengembangan fisik, bila penggunaan lahan berupa sawah, maka pengembangan fisiknya akan cenderung berupa sawah. Demikian juga bila penggunaan lahan berupa permukiman, maka pengembangan fisiknnya mengarah pada permukiman.

4.2.2 Konsep Dasar Pengembangan Ekonomi

Konsep dasar pengembangan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar terkait dengan pengembangan KAPET Bandar Aceh Darussalam yang meliputi wilayah Kota Banda Aceh (seluruh kecamatan), Kabupaten Aceh Besar (Kec. Lhoknga, Darussalam, Kuta Baro, Peukan Bada, Seulimeum dan Kec. Mesjid Raya) serta Kab. Pidie (Kec. Batee, Padang Tiji, Muara Tiga dan Kota Sigli). Program perencanaan untuk wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah : Pengembangan kawasan industri terpadu Blang Ulam dan kawasan peternakan terpadu Kuta Baro.

Disamping itu terkait pula dengan penetapan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, kawasan Sabang adalah wilayah yang meliputi : Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, Pulau Rondo, Pulau Breuh, Pulau Nasi dan Pulau Teunom serta pulau pulau kecil disekitarnya. Pulau Breuh dan Pulau Nasi itu sendiri terdapat di

Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Sehingga kawasan Sabang meliputi juga sebagian wilayah di Kabupaten Aceh Besar.

Dalam konteks wilayah, Kota Sabang, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar terkait dalam satu kesatuan ekonomi, sehingga pengembangan ekonomi Kabupaten Aceh Besar terkait dengan kedua kota tersebut. Berdasarkan PDRB Sabang tahun 2004 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 142,6 juta, sektor utama konstruksi dan bangunan (22,2 %), perdagangan restoran dan hotel (22,1 %) dan pertanian (19,6 %). PDRB Banda Aceh pada tahun 2004 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 992,6 juta, sektor utama transportasi dan perhubungan (33,2 %), perdagangan restoran dan hotel (21 %), pertanian (16,7 %). Adapun PDRB Aceh Besar pada tahun 2004 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 1.976,4 juta, sektor utama pertanian (48,00 %), (industri pengolahan (17,56 %), bangunan konstruksi (12,18 %), transportasi dan perhubungan (8,81 %) (lihat grafik pada Gambar

4.1)

Berdasarkan perbandingan PDRB tersebut, ternyata Kab. Aceh Besar yang mempunyai nilai PDRB yang paling Besar terutama di sektor pertanian dan industri pengolahan. Dengan demikian berdasarkan sektor utama yang dominan dalam PDRB serta program program perencanaan dalam KAPET Bandar Aceh Darussalam dan potensi yang dilikinya, maka konsep pengembangan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar diarahkan pada :

a. Pengembangan pertanian yang mencakup pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.

b. Pengembangan industri pengolahan yang berbasis pada agro industri.

4.2.3 Konsep Dasar Pengembangan Tata Ruang Wilayah

Wilayah Kabupaten Aceh Besar merupakan wilayah yang bervariasi yang mempunyai wilayah pegunungan, daratan, pesisir pantai dan pulau pulau kecil. Untuk itu, konsep dasar pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Aceh tidak lepas kaitannya dengan bentuk bentuk wilayah tersebut. Dalam pengembangan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar didasarkan pada :

ƒ Unsur unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis yang berhubungan satu dengan lainnya membentuk struktur ruang kabupaten.

ƒ Jaringan jalan yang menghubungkan pusat pusat kegiatan dan pusat pusat pelayanan.

Dalam pengembangan pemanfaatan ruang meliputi pengembangan pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dasar dasar pengembangan pemanfaatan kawasan lindung adalah :

P

PDDRRBBAAcceehhBBeessaarr 2004 harga berlaku Rp. 1.976,4 juta. Sektor

Utama: Pertanian (48,00%), Industri Pengolahan (17,56%), Bangunan Knstruksi (12,18%) Transportasi & Perhubungan

(8,81%)

P

PDDRRBBBBaannddaaAAcceehh 2004 harga berlaku Rp. 992,6 juta . Sektor Utama :

Transportasi & Perhubungan (33,2%), Perdagangan, Restoran & Hotel (21,8%), pertanian (16,7%)

P

PDDRRBBSSaabbaanngg 2004 harga berlaku Rp. 142,6 juta. Sektor Utama :

Konstruksi dan Bangunan (22,2%), Perdagangan, Restoran & Hotel (22,1%), Pertanian (19,6%) -100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00 600.000,00 700.000,00 800.000,00 900.000,00 1.000.000,00 P e rtani an P e rtam ban gan dan P enggal ia n Indus tr i P engol aha n Li s tr ik dan A ir M inu m B angunan /K ons tr u k s i P e rdagang an, hote l dan r e s tor an P engangk utan dan ko m u n ika si K euan gan, pe rs ew aan dan ja s a per us ahaan Ja sa -ja s a

Banda Aceh Aceh Besar Sabang Gambar 4.1

Perbandingan Nilai PDRB Kota Sabang, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar

ƒ Peraturan perundang undangan maupun ketetapan ketetapan yang ada yaitu UU No. 5 Tahun 1990 tentang Pokok Pokok Kehutanan, Kepres No. 32 Tahun 1990 Tentang Kawasan Lindung serta peta fungsi hutan SK Menhut No. 17/KPTS-II/2003 Tentang Kawasan Hutan dan Perairan NAD.

ƒ Kendala kendal fisik seperti topografi dan kemiringan, rawan bencana (erosi, longsor, banjir).

Adapun pengembangan pemanfaatan kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Besar didasarkan pada: kesesuaian lahan, aksesibiltas lokasi dan orientasi pengembangan.

a. Kesesuaian lahan

Pemanfaatan kawasan budidaya didasarkan pada kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian lahan basah, pertanian lahan kering maupun tanaman tahunan/perkebunan. b. Aksesibilitas

Aksesibilitas lokasi untuk kegiatan kegiatan tertentu seperti kegiatan permukiman, perdagangan dan perindustrian menjadi dasar untuk pengembangan kegiatan tersebut. c. Orientasi pelayanan

Orientasi pelayanan wilayah Kabupaten Aceh Besar cenderung ke Kota Banda Aceh, baik itu pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan maupun pelayanan ekonomi dan jasa seperti pasar, pertokoaan dan perkantoran, sehingga banyak penduduk Kabupaten Aceh Besar yang tinggal dekat dengan Kota Banda Aceh. Untuk itu, pengembangan permukiman maupun perdagangan dan jasa di Kabupaten Aceh Besar lebih diarahkan pada wilayah wilayah yang dekat dengan Kota Banda Aceh seperti Kota Lambaro, Peukan Bada, Lampeneurut, Cot iri, Peukan Ateuk, Lambaro Angan dan Lambada Lhok.

Dalam dokumen Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar (Halaman 73-77)

Dokumen terkait