• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pemanfaatan Kawasan Budidaya

Dalam dokumen Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar (Halaman 118-123)

Peta Struktur Tata Ruang Kabupaten Aceh Besar

Bab 6 RENCANA PENGELOLAAN DAN

B. Program Pemanfaatan Kawasan Budidaya

Program program pemanfaatan pada kawasan budi daya antara lain :

ƒ Kehutanan : budidaya tanaman hutan berumur pendek serta pengawasan dan pengendalian hutan produksi.

ƒ Perkebunan : Identifikasi dan pengembangan untuk perkebunan sawit.

ƒ Pertanian tanaman pangan lahan basah : Pembersihan dan rehabilitasi saluran irigasi yang terkena gempa.

Tabel 6.2

Kewenangan Pengelolaan Kawasan Budidaya Di Kabupaten Aceh Besar

No. Tingkat Kewenangan Keterangan

1. Provinsi • Kegiatan operasional produksi kehutanan pada

kawasan hutan

2. Kabupaten • Memberikan perijinan investasi di bidang pertanian

• Memberikan penyuluhan, sosialisasi dan percontohan intensifikasi produksi

• Menyusun dan menyebarluaskan sistem informasi kesesuaian lahan dan potensi pertanian.

Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan.

• Operasional kegiatan kehutanan termasuk penanaman, penebangan, pemasaran, pengendalian, pengawasan kawasan hutan

Dinas Kehutanan

• Memberikan perijinan investasi di bidang

perdagangan dan perindustrian, sehingga dapat dikendalikan peruntukan lahan untuk kegiatan tersebut sesuai dengan arahan yang telah ditetapkan

Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Dinas Kimpraswil.

Memberikan perijinan tentang pendirian rumah beserta aturan aturan bangunan yang telah ditetapkan, sehingga dapat dikendalikan peruntukan lahan sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Aceh Besar.

Dinas Kimpraswil

ƒ Melaksanakan program – program pengembangan pertambangan serta penetapan aturan perijinan usaha pertambangan.

Dinas Pertambangan

3. Kecamatan ƒ Memberikan rekomendasi untuk izin izin kegiatan

budidaya

Camat

4. Mukim ƒ Melakukan pengendalian dan pengawasan untuk

kegiatan budidaya Keujruen Blang, Keujruen Sueneubok, Panglima Uteun, Panglima Laoet, Keujruen Bandar.

5. Desa/Gampong ƒ Melakukan pengendalian dan pengawasan untuk

kegiatan budidaya

Keuchik dan Staff

6. Masyarakat ƒ Melakukan aktivitas budidaya diluar kawasan

hutan milik negara

ƒ Melakukan budidaya dan investasi di bidang pertanian

Petani, nelayan, pedagamg, usahawan, dll.

ƒ Pertanian tanaman pangan lahan kering : pemanfaatan lahan untuk tanaman pangan lahan kering.

ƒ Peternakan : Rehabilitasi sarana penggemukan sapi

ƒ Perikanan : Rehabiltasi sarana dan prasarana tambak

ƒ Permukiman : Penataan kembali serta pengendalian dan penertiban.

6.1.3 Pengawasan

Kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang terdiri atas :

a. Pemantauan, adalah usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

b. Pelaporan adalah kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang

c. Evaluasi adalah usaha untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang.

Kegiatan pengawasan terhadap rencana pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya dilakukan dengan pemantauan, pelaporan dan evaluasi seperti yang jelaskan diatas. Kegiatan pengawasan terhadap aktivitas yang berlangsung di kawasan lindung dan budidaya memerlukan kerjasama antara seluruh jajaran pelaku pembangunan, yaitu jajaran Dinas/Badan/lembaga Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, Desa, swasta, lembaga kemasyarakatan serta masyarakat. Aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi lindung harus dilaporkan kepada instansi yang berwewenang sehingga dapat dilakukan penertiban.

Kegiatan pemantauan dilakukan terhadap penyimpangan/pelanggaran terhadap rencana tata ruang, secara khusus dilakukan terhadap instansi yang memberi izin serta instansi lain yang terkait. Pemantauan sangat diperlukan karena perkembangan yang terjadi dilapangan sangat dinamis, sehingga adanya perubahan yang mungkin berimplikasi dari skenario dari rencana yang sudah ditetapkan akan cepat diketahui dan dapat dibuat skenario baru sebagai langkah antisipasinya. Pemantauan rencana pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya dilakukan oleh Bappeda dan dilakukan sekurang kurangnya sekali dalam setahun.

Lingkup kegiatan pemantauan ini selain mengawasi kemungkinan adanya penyimpangan dilapangan yang menyangkut pemanfaatan ruang yang sudah ditetapkan, juga meliputi up dating/pembaharuan berbagai data data dan informasi yang mendukung tata ruang.

Berbagai metode dan cara dalam upaya memudahkan sistem pemantaiuan antara lain dengan menyusun data base yang terintegrasi dengan sistem pemetaan (grafis) dan atisipatif terhadap adanya perubahan perubahan yang terjadi, sehingga proses perubahan sekecil apapun dapat segera diketahui oleh instansi yang berwenang untuk segera diambil langkah langkah penanganannya.

Sebagai tindak lanjut untuk mengantisipasi perubahan perubahan yang terjadi, maka perlu pengendalian pemanfaatan ruang dalam bentuk perizinan, yaitu setiap pemanfaatan ruang terutama yang bersekala besar wajib mengajukan permohonan Surat Ijin Pemanfaatan Ruang (IPR). Permohonan dapat dilakukan oleh orang per orang, kelompok orang maupun badan hukum. Permohonan dilakukan dengan tata cara serta persyaratan yang akan diatur oleh instansi yang terkait. Sebaiknya perijinan perijinan pembangunan meliputi :

a. Ijin Lokasi

b. Ijin Pemanfaatan Ruang c. Site Plan (Rencana Tapak) d. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

6.1.4 Penertiban

Penertiban terhadap pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan laporan perkembangan pengawasan. Tindakan penertiban pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui pemeriksaan dan penyelidikan atas semua pelanggaran/penyimpangan dalam pemanfaatan ruang yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Penertiban terhadap pemanfaatan ruang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui aparat yang diberi wewenang dalam hal penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang termasuk aparat desa. Kegiatan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dilakukan dengan cara pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

6.1.5 Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang

Peran serta masyarakat dalam penataan ruang seperti yang diamanatkan dalam UU Republik Indonesia No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh adalah :

• Masyarakat berhak terlibat untuk memberikan masukan secara lisan maupun tertulis tentang penyusunan perencanaan pembangunan Aceh dan Kabupaten/Kota melalui penjaringan aspirasi dari bawah (Pasal 141 ayat 3).

• Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan maupun tertulis dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang Aceh dan Kabupaten/Kota (Pasal 142 ayat 5).

• Masyarakat berhak mendapatkan informasi tata ruang yang sudah ditetapkan Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota (Pasal 143 ayat 4).

• Masyarakat berhak untuk terlibat secara aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup (Pasal 148 ayat 2).

Penjabaran lebih lanjut tentang peran serta masyarakat dalam penataan ruang seperti yang disebutkan dalam UU Pemerintahan Aceh tersebut, dapat diuraikan peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah, meliputi :

a. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah b. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan

c. Bantuan untuk merumuskan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten

d. Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan startegi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah kabupaten

e. Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang wilayah kabupaten Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah, meliputi :

a. Pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundang udangan, agama, adat atau kebiasaan yang berlaku.

b. Memberikan masukan berupa pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan perdesaan

c. Menyelenggarakan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

d. Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara dan sumberdaya alam lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas.

e. Perubahan atau konvensi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW kabupaten f. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang, dan atau

g. Berpartisipasi untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan.

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang meliputi :

a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang kabupaten termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah

b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban kegiatan pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang

Tata cara peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang dilaksanakan dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi dan masalah yang dilakukan secara lisan atau tertulis.

Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku yang pelaksanaannya di koordinasikan oleh Kepala Daerah.

Tata cara peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Kepala Daerah dan pejabat yang berwenang.

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat wajib : a. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang

b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

c. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

6.2 PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN PERKOTAAN DAN

Dalam dokumen Laporan Akhir Rtrw Aceh Besar (Halaman 118-123)

Dokumen terkait