• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. KONSEP DASAR PERSALINAN

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik, dan

janin turun dalam jalan lahir. kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. (Sarwono, 2008:100)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam

2. Tujuan persalinan normal

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan

hidup dan memberikan drajat kesehatan yang tinggibagi ibu dan bayinya,

melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan

intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginka (optimal). (JNPK-KR:

2008:3)

3. Tanda dan Gejala

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu

sebelumnya wanita memasuki ”Bulannya”, minggunya dan ”Harinya” yang

disebut kala pendahuluan (preparatomi satge of labor) memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Ligehtening/settling/dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada primigravida.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaan sering atau susah kencing, karena kandung kemih tertekan

oleh bagian terendah janin.

d. Rasa sakit perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah

dari uterus kadang-kadang disebut ”false labor pains” Serviks menjadi lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah dan bisa

bercampur darah (bloody show).

e. Tanda dan gejala inpartu seperti adanya penipisan dan pembukaan

serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan servik

(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), dan cairan lendir

4. Lima benang merah

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan

saling terkait asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek

tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis.

Lima benang merah tersebut (JNPK-KR, 2008 : 7) adalah :

a. Keputusan klinik

Langkah dalam membuat keputusan klinik antara lain:

1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat

keputusan

2) Menginterprestasikan data dan mengidentifikasi masalah.

3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi/dihadapi

4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk

mengatasi masalah.

5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk

solusi masalah.

6) Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih.

7) memant au dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi.

b. Asuhan sayang ibu dan bayi

Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengkutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan

kelahiran bayi. Banyak hasil menunjukkan bahwa jika para ibu

diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran

asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan hasil

rasa aman dan hasil yang lebih baik.

Disebutkan pula bahwa hal tersebut pula dapat mengurangi

terjadinya persalinan dengan vakum, cunam, dan seksio sesar, dan

persalinan berlangsung lebih cepat.

c. Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan

lengkap yang di berikan kepada ibu dan bayi baru lahir serta harus di

laksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan

kelahiran. Saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan

antenatal atau post partum, dan saat menatalaksana penyulit.

1) Tujuan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan a) Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh

mikroorganisme.

b) Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam

jiwa seperti hepatitis, HIV/AIDS.

2) Tindakan – tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan

asuhan kesehatan, yaitu :

a) Cuci tangan ;

b) Memakai sarung tangan ;

c) Memakai perlengkapan pelindung (celemek/ baju penutup,

kacamata, sepatu tertutup) ;

d) Menggunakan asepsis atau teknik aseptic ;

e) Memproses alat bekas pakai ;

g) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta

pembuangan sampah secara benar.

d. Pendokumentasian

Pendokumentasian adalah bagian penting dari proses

membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong

persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang

diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Catat semua

asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi, jika asuhan yang

telah diberikan tidak dicatat maka maka dapat dianggap bahwa tidak

pernah dilakukan asuhan yang dimaksud.

e. Rujukan

Rujukan adalah kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas

kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap

diharapkan mampu menyelamatkan jiwa ibu dan bayinya.

Singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan dalam

mempersiapkan rujukan :

1) B : ( Bidan ) Pastikan bahwa ibu dan bayi di dampingi oleh

penolong persalinan saat di bawa ke fasilitas kesehatan rujukan.

2) A : ( Alat ) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan

persalinan ke tempat rujukan, perlengkapan dan bahan-bahan

tersebut mungkin di perlukan dalam perjalanan.

3) K : ( Keluarga ) Beritahu ibu dan keluarga mengenai ibu dan

janin, suami atau keluarga yang lain harus menemani ibu dan

4) S : ( Surat ) Berikan surat ke tempat rujukan, surat ini harus

memberikan identifikasi mengenai ibu dan bayi.

5) O : ( Obat ) Bawa obat-obatan esensial pada mungkin diperlukan

selama perjalanan.

6) K : ( Kendaraan ) Siapkan kendaraan yang paling mungkin untuk

merujuk dalam kondisi yang cukup nyaman.

7) U : ( Uang ) Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam

jumlah yang cukup.

8) Da : ( Darah untuk transfusi )

(JNPK-KR, 2008 : 36)

5. Faktor Penting Dalam Persalinan

a. Passange (jalan lahir)

Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari

rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan

plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan

lahir tersebut harus normal. Rongga-rongga panggul yang normal

adalah pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan

melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina

ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas

(90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas

panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm,

ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul)

14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul)

Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat

menyebabkan hambatan persalinan apabila panggul sempit

seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul

seperti corong, ada tumor dalam panggul. Dasar panggul terdiri dari

otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi

dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah

meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka otot-otot

ini akan mudah ruptur.

Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh

serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks

yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE

tidak terbuka), edema serviks (terutama karena kesempitan panggul,

sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul

edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.

b. Power (kekuatan)

Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang

terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.

Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang

dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.His

adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.Kontraksi adalah

gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi

diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf

Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat

menetap setelah adanya kontraksi.His yang normal adalah timbulnya

mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat

sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian

berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His tersebut makin lama makin

cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai

anak dilahirkan. His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot

rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris,

fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya

seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali

ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh

parturient. Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga

sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan

pada saat kala 2 dan untuk membantu mendorong bayi keluar,

tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma.

Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu

dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul. Persalinan akan

berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his

dan tenaga meneran dapat disebabkan karena hypotonic / atonia

uteri dan hypertonic / tetania uteri.

c. Passanger

Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan

passanger utama, dan bagian janin yang paling penting adalah

90% bayi dilahirkan dengan letak kepala. Kelainan-kelainan yang

sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran

dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun

anencephalus, kelainan letak seperti letak muka ataupun letak dahi,

kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang ataupun letak

sungsang.

d. Psyche (psikologis)

Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi

penyebab lamanya persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan

menjadi kurang lancer. Menurut Pritchard, perasaan takut dan cemas

merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam

persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.

e. Penolong (tenaga kesehatan)

Meliputi pengalamannya dalam memimpin persalinan,

kesabaran dan pengertiannya dalam menghadapi pasien terutama

terhadap primípara. (Safrudin,2009:101)

6. Mekanisme Persalinan Normal

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam

menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala

melewati panggul, yaitu :

a. Engangement

Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir

kehamilan, dan pada multigravida terjadi pada awal persalinan.

pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik didalam

jalan lahir dan sedikit fleksi. (Sumarah,2009:88)

b. Penurunan kepala

Menurut Cuningham (1995) dan Varney (2002) seperti dikutip

pada sumarah (2009:92), kekuatan yang mendukung yaitu tekanan

cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong, kontraksi

otot-otot abdomen, ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang

belakang janin menyebabkan penurunan kepala.

c. Fleksi

Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin terhambat oleh serviks, dinding panggul atau

dasar panggul.Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka

diameter oksipitofrontalis 12cm berubah menjadi

suboksipitobregmatika 9 cm. Posisi dagu bergeser kearah dada janin.

(Sumarah, 2009:92)

d. Rotasi dalam

Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran

bagian terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai

dibawah simpisis. Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk

menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah

dan pintu bawah panggul.Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati

hodge III (setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada

pemeriksaan dalam ubun- ubun kecil mengarah ke jam 12.

e. Ekstensi

Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah

panggul mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala

menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya. Pada

saat itu ada dua gaya yang mempengaruhi, yaitu :

1) Gaya dorong dari fundus uteri kearah belakang.

2) Tahanan dasar panggul dan simpisis kearah depan.

Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva dan

terjadilah ekstensi. Maka berangsur–angsur lahirlah ubun-ubun

kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu. Pada

saat kepala sudah lahir seluruhnya, dagu bayi berada di atas anus ibu.

(Sumarah,2009:95)

f. Rotasi luar

Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar

dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul,sama seperti pada rotasi

dalam. (Sumarah,2009:97)

g. Ekspulsi

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah

kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang

sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu

7. Langkah Pertolongan Persalinan dan Manajemen Kebidanan Pada Ibu

Bersalin

Berlangsungnya proses persalinan normal dibagi menjadi 4 kala, yaitu:

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan

lengkap (10 cm). Pada fase aktif Lamanya kala 1 untuk primigravida

berlangsung 13 jam, sedangkan multigravida sekitar 7 jam dengan

perhitungan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan

multigravida 2 cm/jam. (Saifuddin, 2008:N8)

1) Kala I ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

a) Fase laten

Dimana pembukaan servik berlangsung lambat, sampai

pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7–8 jam.

b) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu

fase akselerasi berlangsung selama 2 jam (pembukaan

terjadi 4 cm), fase dilatasi maksimal selama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, fase

deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

(pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap).

Fase-fase tersebut diatas dijumpai pada primigravida pada

multigravida pun demikian, tetapi fase laten, fase aktif dan

2) Asuhan Kala I Persalinan

a) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti

suami, dan keluarga untuk memberikan dukungan kepada

ibu.

b) Mengatur aktifitas dan posisi yang nyaman bagi ibu.

c) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dengan cara

ibu diminta untuk menarik nafas panjang, kemudian

dilepaskan dengan meniup sewaktu ada his.

d) Menjaga privasi ibu antara lain dengan menggunakan

penutup atau tirai dan tidak menghadirkan orang lain tanpa

pengetahuan ibu dan seizin ibu.

e) Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi

dalam tubuh ibu, prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil

pemeriksaan.

f) Menjaga kebersihan diri dengan membolehkan ibu untuk

mandi dan menganjurkan ibu untuk membasuh

kemaluannya seusai buang air besar atau kecil.

g) Mengatasi rasa panas ibu bersalin biasanya merasa panas

dan banyak keringat. Bidan dapat mengatasinya dengan

meggunakan kipas angin/AC.

h) Masase dengan melakukan pijatan pada punggung dan

mengusap perut dengan lembut.

i) Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi

j) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dengan

menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.

k) Memberikan support pada ibu dan keluarga.

(Saifuddin,2008:N8)

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2–

3 menit sekali, kepala janin telah turun masuk ruang panggul

sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang

secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan karena tekanan pada

rektum, ibu merasa seperti ingin BAB, dengan tanda anus terbuka,

kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin dan lahirlah kepala,

diikuti oleh seluruh badan janin, kala II pada primi: 2 jam pada multi: 1

jam. (sumarah, 2009:106)

1) Tanda dan gejala kala II

a) Ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran/doran)

b) Perineum menonjol (perjol)

c) Vulva vagina membuka (vulka)

d) Adanya tekanan pada spincter anus (teknus)

e) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

f) Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir

g) Kepala telah turun didasar panggul

h) Ibu kemungkinan ingin buang air besar

2) Asuhan Kala II

a) Memberikan dukungan pada ibu dalam menghadapi

persalinan.

b) Memberikan ibu makanan dan minuman jika tidak ada his.

c) Mendampingi ibu dengan keluarga atau suami saat

melahirkan.

d) Memantau DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan

janin tidak mengalami bradikardi (nadi 12x/menit). Selama

mengedan yang lama akan terjadi pengurangan aliran darah

dan oksigen ke janin.

e) Memimpin persalinan jika sudah ada tanda-tanda Kala II. f) Memakai sarung tangan saat kepala bayi terlihat

g) Menjaga kebersihan ibu jika ada kotoran keluar dari rektum,

bersihkan dengan kain bersih.

h) Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantara his.

i) Begitu kepala bayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan

kasa bersih dan biarkan kepala bayi memutar.

j) Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar,

bantulah persalinan dengan cara tepat.

k) Segera setelah lahir, periksa keadaaan bayi, letakkan di perut

ibu, dan segara keringkan bayi dengan handuk bersih yang

hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru

yang bersih dan hangat.

l) Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klem di dua

m) Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui.

(JNPK,2008:79)

c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.Setelah bayi

lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.

Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan

plasenta dari dindingnya. (sumarah, 2009:7)

Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah uterus yang

membundar dan keras, uterus terdorong keatas, tali pusat bertambah

panjang, ada semburan darah.Setelah plasenta lahir harus diperiksa

untuk melihat apakah ada bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus, dan biasanya eksplorasi kavum secara manual.

(Prawirohardjo, 2008;117)

1) Manajemen aktif Kala III

Penatalaksanaan aktif Kala III (Pengeluaran Aktif

Plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan

pasca persalinan. Adapun penatalaksanaan kala III meliputi:

a) Pemberian oksitosin dengan segera (2 menit setelah bayi

lahir).

b) Pengendalian tarikan pada tali pusat.

c) Pemijatan uterus segera setelah pada tali pusat.

2) Asuhan Kala III

a) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi

kelahiran bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau

memberikan ergometrin 0,2 mg IM.

b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), PTT

dilakukan hanya kalau uterus berkontraksi.

c) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase

fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan

pasca persalinan.

d) Jika menggunakan manajemen aktif Kala III dan plasenta

belum lahir dalam 15 menit, berikan oksitosin 10 unit IM dosis

kedua.

e) Periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi jika kandung

kemih penuh.

f) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.

d. Kala IV (Kala Pengawasan atau Observasi)

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sedikit terjadi pada 2 jam pertama.

Hal-hal yang diobservasi adalah tingkat kesadaran pasien.

Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan

pernapasan, kontraksi uterus dan perdarahan yang terjadi.

Darah yang keluar harus ditukar sebaik-baiknya. Kehilangan

darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada

pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum.Perdarahan

perdarahan lebih maka harus dicari penyebabnya. (Manuaba,

2010:174)

Sebelum meninggalkan wanita pospartum petugas harus

memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran

plasenta dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.

(Saifuddin, 2008:5)

WHO/UNICEF/IVACG Task Force, 2006 merekomendasikan

pemberian 2 dosis vitamin A 200.000 IU dalam selang waktu 24 jam

pada ibu pasca bersalin untuk memperbaiki kadar vitamin A pada ASI

dan mencegah terjadinya lecet puting susu. Selain itu suplementasi

vitamin A akan meningkatkan daya tahan tubuh ibu terhadap infeksi perlukaan atau laserasi akibat proses persalinan. (JNPK-KR

2008:110)

1) Asuhan Kala IV

a) Evaluasi fungsi fundus dengan meletakkan jari tangan anda

secara melintang antara pusat dan fundus uteri.

b) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

c) Periksa perenium perdarahan aktif (misalnya, apakah dari

laserasi atau episiotomi). Laserasi diklasifikasikan

berdasarkan luasnya robekan, yaitu:

(1) Laserasi derajat 1: Robekan terjadi pada mukosa

vagina, komisura posterior, dan kulit perineum. Tidak

perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka

(2) Laserasi derajat 2: Robekan terjadi pada mukosa

vagina, komisura posterior, kulit perineum, dan otot

perineum. Diperlukan penjahitan.

(3) Laserasi derajat 3: Robekan terjadi pada mukosa

vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, dan otot sfingter ani.

(4) Laserasi derajat 4: Robekan terjadi pada mukosa

vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot sfingter ani, dan dinding depan rektum.

Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk

reparasi laserasi perineum derajat 3 atau 4. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.

d) Evaluasi kondisi secara umum.

e) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV

persalinan.

(JNPK-KR,2008:111)

8. Pertolongan persalinan menggunakan metode Asuhan Persalinan Normal

58 angkah Asuhan Persalinan Normal :

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali

pakai 2 ½ ml ke dalam wadah partus set.

3) Memakai celemek plastik.

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan

5) Menggunakasn sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dan

gerakan vulva ke perineum.

8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam

larutan clorin 0,5 %, membuka sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan merendamnya dalam larutan clorin 0,5 %.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,

pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada His apabila ibu sudah

merasa ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat ada His, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia meneran nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

Dokumen terkait