• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DEMOKRASI

BAB VI BELA NEGARA

B. KONSEP DEMOKRASI

Kebebasan dan persamaan adalah pondasi demokrasi, dan sarana penting untuk mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa adanya pembatasan dari penguasa. Demokrasi karenanya merupakan pelembagaan dari kebebasan. Sementara itu kedaulatan rakyat pada hakekatnya merupakan kebi-jakan yang dibuat atas kehendak rakyat untuk kepentingan rakyat. Mekanisme se-macam ini akan mencapai dua hal, yaitu pertama, kecil kemungkinan terjadi penya-lahgunaan kekuasaan, dan kedua, terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan. Perwujudan lain konsep kedaulatan rakyat adalah pengawasan oleh rakyat.

B. KONSEP DEMOKRASI

Konsep demokrasi pada masa sekarang ini tidak saja difahami sebagai bentuk

peme-rintahan, tetapi juga sebagai sistem politik, dan sebagai sikap hidup.

1. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan :

Konsep ini berasal dari para filsuf Yunani. Pembagian bentuk pemerintahan menurut Plato (429-347), dibedakan menjadi :

a. Monarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang (Raja) sebagai pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan rakyat.

b. Tirani, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang sebagai pe-mimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan pribadi sang pepe-mimpin. c. Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok

d. Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok orang dan dijalankan untuk kelompok itu sendiri.

e. Mobokrasi/Okhlokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rak-yat, tetapi yang tidak tahu apa-apa, tidak berpendidikan, tidak faham tentang pemerintahan, sehingga pemerintahan yang dijalankan tidak berhasil untuk kepentingan rakyat banyak.

f. Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dan dija-lankan untuk kepentingan rakyat banyak.

Menurut Nicollo Machiavelli, bentuk pemerintahan ada dua, yaitu :

a. Monarki, yaitu bentuk pemerintahan kerajaan. Pemimpin negara umumnya bergelar Raja, Ratu, Sultan, atau Kaisar. Pengangkatan/penunjukannya ber-dasarkan keturunan atau pewarisan.

b. Republik, yaitu bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Presiden atau Perdana Menteri. Pengangkatan/penunjukannya berdasarkan pemilihan. Sementara itu bentuk pemerintahan menurut Aristoteles :

a. Monarki bentuk merosotnya, tirani. b. Aristokrasi bentuk merosotnya, oligarki. c. Republik bentuk merosotnya, demokrasi. Pendapat lain, demokrasi bentuk merosotnya, okhlokrasi.

3. Demokrasi sebagai Sistem Politik :

Sistem politik cakupannya lebih luas dari sekedar bentuk pemerintahan. Hal ini terlihat dari definisi demokrasi yang diberikan Henry B. Mayo dan S.P.

Hun-tington. Menurut S.P. Huntington (2001), sistem politik dibedakan menjadi

dua, yaitu sistem politik demokrasi, dan sistem politik nondemokrasi. Sistem politik demokrasi adalah sistem pemerintahan dalam suatu negara yang menja-lankan prinsip-prinsip demokrasi. Sedangkan sistem politik nondemokrasi adalah sistem pemerintahan yang tidak menjalankan prinsip-prinsip demokrasi, misalnya otoriter, totaliter, diktator, rezim militer, rezim satu partai, monarki

Akan tetapi dalam kenyataannya, bisa saja bentuk pemerintahan monarki (kerajaan) dan republik pun merupakan negara demokrasi, atau diktator, bergan-tung pada prinsip-prinsip yang dijalankannya. Dengan demikian, ada negara kerajaan yang demokratis, dan ada yang diktator/otoriter, demikian juga ada negara republik yang demokratis dan ada yang diktator/otoriter.

Menurut Sukarna (1981), prinsip-prinsip sistem politik demokrasi adalah : a. Pembagian kekuasaan : Legislatif, eksekutif, dan yudikatif berada pada

ba-dan baba-dan yang berbeda; b. Pemerintahan konstitusional;

c. Pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law); d. Pemerintahan mayoritas;

e. Pemerintahan dengan diskusi; f. Pemilihan umum yang bebas;

g. Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya; h. Manajemen yang terbuka;

i. Pers yang bebas;

j. Pengakuan terhadap hak-hak minoritas; k. Perlindungan terhadap hak asasi manusia; l. Peradilan yang bebas dan tidak memihak; m. Pengawasan terhadap administrasi negara;

n. Mekanisme politik yang berubah antara kehidupan politik masyarakat dengan kehidupan politik pemerintah;

o. Kebijakan pemerintah dibuat oleh badan perwakilan politik tanpa paksaan dari lembaga mana pun;

p. Penempatan pejabat pemerintahan dengan merit sistem bukan spoil sistem; q. Penyelesaian secara damai bukan kompromi;

r. Jaminan terhadap kebebasan individu dalam batas-batas tertentu; s. Konstitusi/undang-undang dasar yang demokratis;

t. Prinsip persetujuan.

a. Ketiga macam kekuasaan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dijalankan oleh satu lembaga saja;

b. Pemerintahan tidak berdasarkan konstitusi, tetapi berdasarkan kekuasaan. Kalaupun ada konstitusi, konstitusinya memberikan kekuasaan besar kepada negara/pemerintah;

c. Supremasi kekuasaan dan ketidaksamaan di depan hukum (rule of power); d. Pembentukan pemerintahan melalui dekrit, tidak berdasarkan hasil

musya-warah;

e. Pemilihan umum tidak demokratis, hanya untuk memperkuat keabsahan penguasa;

f. Terdapat satu partai politik, dan kalaupun banyak, ada parpol yang memono-poli kekuasaan;

g. Manajemen dan kepemimpinan tertutup dan tidak bertanggung jawab; h. Menekan dan tidak mengakui hak-hak minoritas;

i. Tidak ada kebebasan berbicara, berpendapat, dan pers;

j. Tidak ada perlindungan hak asasi manusia, bahkan pelanggaran; k. Badan peradilan tidak bebas, dan bisa diintervensi oleh penguasa; l. Tidak ada pengawasan administrasi dan birokrasi;

m. Mekanisme kehidupan politik dan sosial tidak dapat berubah;

n. Penyelesaian perpecahan atau perbedaan dengan cara kekerasan dan paksaan; o. Tidak ada jaminan hak-hak dan kebebasan individu, misalnya kebebasan

ber-bicara, berpendapat, beragama, dan kebebasan dari rasa takut; p. Prinsip dogmatisme dan banyak doktrin.

Unsur-unsur pendukung tegaknya demokrasi sebagai sebuah tatanan kehidupan kenegaraan, pemerintahan, ekonomi, sosial, dan politik menurut A. Ubaedillah dan Abdul Rozak dkk. dari ICCE-UIN Jakarta, sangat bergantung pada keber-adaan dan peran yang dijalankan oleh unsur-unsur penopang tegaknya demo-krasi, yaitu :

a. Negara Hukum (Rechstaats atau The Rule of Law) yang memberikan perlin- dungan hukum bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan yang bebas

b. Masyarakat Madani (Civil Society), yaitu masyarakat yang ciri-cirinya ter-buka, egaliter, bebas dari dominasi dan tekanan negara;

c. Aliansi Kelompok Strategis yang terdiri dari partai politik, kelompok gerakan dan kelompok penekan (pressure group) atau kelompok-kelompok kepen-tingan termasuk di dalamnya pers yang bebas dan bertanggung jawab.

Demokrasi tidak sekedar wacana yang mengandung prinsip-prinsip demokrasi, akan tetapi mempunyai ukuran atau parameter sehingga suatu negara dapat dikatakan demokratis atau tidak. Dalam hal ini ada tiga aspek yang dapat dijadi-kan parameter sejauh mana demokrasi itu berjalan, yaitu :

a. Pemilihan umum sebagai proses pembentukan pemerintahan. Hingga saat ini diyakini banyak kalangan bahwa pemilu sebagai salah satu instrumen penting dalam proses pergantian pemerintahan;

b. Susunan kekuasaan negara yang dijalankan secara distributif untuk menghin-dari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan atau satu wilayah;

c. Pengawasan rakyat, yakni suatu relasi kuasa yang berjalan secara simetris, memiliki sambungan yang jelas, dan adanya mekanisme yang memungkinkan kontrol dan keseimbangan (check and balance) terhadap kekuasaan yang dija-lankan eksekutif dan legislatif.

Untuk mendukung terlaksananya demokrasi, perlu didukung oleh enam norma/ kaidah pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat pluralis, yaitu :

a. Kesadaran akan adanya pluralisme;’ b. Musyawarah;

c. Sejalan dengan tujuan;

d. Ada norma kejujuran dan mufakat;

e. Kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban; f. Percobaan dan salah (trial and error).

4. Demokrasi sebagai Sikap Hidup :

Pemerintahan atau sistem politik tidak datang, tumbuh, dan berkembang dengan sendirinya. Demokrasi membutuhkan usaha nyata dari setiap warga maupun

politik demokrasi. Perilaku demokrasi sebagai sikap atau pola/pandangan hidup dikemukakan pula oleh :

a. John Dewey, bahwa demokrasi adalah pandangan hidup yang dicerminkan dari perlunya partisipasi warga negara dalam membentuk nilai-nilai yang mengatur kehidupan bersama;

b. Padmo Wahyono (BP-7 Pusat), bahwa demokrasi adalah pola kehidupan

berkelompok yang sesuai dengan keinginan dan pandangan hidup

orang-orang yang berkelompok tersebut;

c. Tim ICCE-UIN Jakarta (2003), bahwa demokrasi sebagai way of life dalam seluk-beluk sendi kehidupan bernegara, baik oleh rakyat (masyarakat) maupun pemerintah.

Dokumen terkait