• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Elastisitas

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

2. Konsep Elastisitas

Elastisitas permintaan menggambarkan derajat kepekaan fungsi permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang mempengaruhinya. Oleh karena pada dasarnya ada tiga variabel yang mempengaruhi maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu elastisitas harga (barang sendiri), elastisitas silang (terhadap perubahan harga barang lain), elastisitas pendapatan (terhadap perubahan pendapatan atau anggaran belanja).

Kerangka teori pendekatan masalah Analisis Permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 3.

Permintaan Kedelai Di Kabupaten Klaten

xxxviii D. Hipotesis

1. Diduga bahwa harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

2. Diduga bahwa kedelai bersifat inelastis, beras merupakan barang komplementer kedelai ,jagung merupakan barang substitusi kedelai, telur merupakan barang substitusi kedelai, dan kedelai merupakan barang normal E. Asumsi-asumsi Dasar

1. Selera dan preferensi konsumen dianggap tetap selama periode penelitian. 2. Faktor lain di luar penelitian yang tidak dimasukkan dalam model tercakup

dalam error.

3. Model analisis yang digunakan berdasarkan pada keadaan pasar dalam bentuk persaingan sempurna dimana konsumen bersikap dan bertindak secara rasional serta mempunyai informasi yang lengkap tentang harga. F. Pembatasan Masalah

Gambar 3. Kerangka Pendekatan Masalah

Variabel : Pendapatan Penduduk

Faktor Penduduk Faktor Harga

Variabel Harga Barang lain: -Harga Beras (komplementer) -Harga Jagung (Substitusi) -Harga Telur (Substitusi)

-Variabel : Harga Kedelai

Estimasi Fungsi Permintaan Kedelai

Elastisitas Permintaan Kedelai Analisis Permintaan

Kebutuhan Pakan Ternak

xxxix

1. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun 1993 sampai tahun 2008.

2. Permintaan yang dimaksud adalah jumlah kedelai yang dibutuhkan di Kabupaten Klaten untuk konsumsi dan pakan ternak.

3. Variabel yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dibatasi pada harga kedelai pada tahun t, harga beras pada tahun t, harga jagung pada tahun t, pendapatan penduduk klaten pada tahun t, dan jumlah penduduk klaten pada tahun t.

4. Harga kedelai yang di teliti adalah jenis kedelai putih. 5. Harga beras yang diteliti adalah jenis beras IR 64. 6. Harga jagung yang diteliti adalah jenis jagung hibrida. 7. Harga telur yang diteliti adalah jenis telur ayam ras. G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Permintaan kedelai adalah jumlah kedelai yang diminta untuk dikonsumsi dan jumlah kedelai yang diminta untuk kebutuhan pakan ternak, oleh masyarakat di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun.

2. Harga kedelai adalah sejumlah uang yang dibayarkan penduduk untuk mendapatkan satu kilogram kedelai, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg. 3. Harga beras adalah sejumlah uang yang dibayarkan penduduk untuk

mendapatkan satu kilogram beras, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg. 4. Harga jagung adalah sejumlah uang yang dibayarkan penduduk untuk

mendapatkan satu kilogram jagung, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg. 5. Harga telur adalah sejumlah uang yang dibayarkan penduduk untuk

mendapatkan satu kilogram telur, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

6. Harga sebelum terdeflasi adalah besarnya harga pada tahun yang bersangkutan.

7. Harga terdeflasi adalah besarnya perubahan harga-harga yang berlaku jika dibandingkan dengan tahun dasar.

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi pada harga, harga dideflasi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar (2002 = 100). Harga terdeflasi dapat dicari dengan rumus berikut ini :

xl

Hx = Ht

IHKt IHKd´ Keterangan :

Hx = Harga yang terdeflasi

IHKd = Indeks Harga Konsumen tahun dasar IHKt = Indeks Harga Konsumen tahun t Ht = Harga sebelum terdeflasi

Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan pertimbangan pada tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan relatif stabil.

8. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kabupaten Klaten per tahunnya, dinyatakan dalam satuan jiwa.

9. Pendapatan perkapita yang dimaksud adalah rata-rata pendapatan riil perkapita penduduk Kabupaten Klaten per tahun yang dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit tahun dasar (2002 = 100). Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan pertimbangan pada tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan relatif stabil.

Pendapatan riil penduduk dihitung dengan rumus : Yt = Yabt

IHt IRd ´ Keterangan :

Yt = pendapatan penduduk tahun t IRd = Indeks Implisit PDRB tahun dasar IHt = Indeks Implisit PDRB tahun t Yabt = PDRB perkapita sebelum terdeflasi

xli

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu kombinasi dari metode deskriptif dan metode analitis. Metode deskriptif bertujuan memperoleh deskripsi yang terpercaya dan berguna sedangkan Metode analitis bertujuan menguji kebenaran hipotesis. Penelitian deskriptif yang baik merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk penelitian analitis. Penelitian analitis tentulah akhirnya untuk membuat

deskripsi baru yang lebih sempurna (Soeratno dan Arsyad, 1995:41)

Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dipilih secara purposive atau secara sengaja, yaitu cara pengambilan daerah lokasi penelitian dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Klaten dengan

pertimbangan pertumbuhan permintaan kedelai yang selalu meningkat setiap tahunnya diikuti peningkatan pendapatan penduduk dan jumlah penduduk jika dibandingkan produksinya yang selalu menurun. Peneliti tertarik untuk

mengamati dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Melihat potensi kedelai sebagai sumber protein yang dapat di beli dengan harga terjangkau, selain itu kedelai yang juga dapat di manfaatkan sebagai pakan ternak, dan faktor lainnya yang menyebabkan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten meningkat setiap tahunnya.

Tabel 7. Rata-rata Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten 2004-2008

Tahun Rata-Rata Permintaan Kedelai

Permintaan Kedelai (kg/th) Pendapatan penduduk (Rp) Jumlah penduduk (Jiwa) 2004 13.586.931,60 3.107.333,54 1.281.786 2005 13.632.214,80 3.240.821,00 1.286.058 2006 13.708.365,20 3.290.470,00 1.293.242 2007 13.748.062,20 3.392.004,66 1.296.987 2008 13.785.236,40 3.516.704,93 1.300.494 Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2004-2008)

Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

xlii

selama 16 tahun dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2008. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian ini. Menurut Supranto (2005:5), data deret waktu (timeseries) adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu (hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun). Data deret waktu bisa digunakan untuk melihat perkembangan kegiatan tertentu (harga, produksi, dan jumlah penduduk) dan sebagai dasar untuk menarik suatu

trend, sehingga bisa digunakan untuk membuat perkiraan-perkiraan yang sangat berguna bagi dasar perencanaan.

Sesuai dengan estimasi yang digunakan untuk menduga beberapa faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten, maka data sekunder yang digunakan meliputi data kebutuhan Kedelai, data perkembangan harga Kedelai, data perkembangan harga Beras,

perkembangan harga jagung, data jumlah penduduk, data pendapatan penduduk serta data pendukung lainnya.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Data dalam penelitian ini diperoleh dari instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian yaitu dari Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, BPS Kabupaten Klaten, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten, dan Dinas Perdagangan dan Peridustrian Kabupaten Klaten.

Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah yang diteliti. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada lembaga-lembaga pemerintahan Kabupaten Klaten serta industri-industri yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku produksinya.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan petugas instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian yaitu wawancara dengan petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dinas Ketahanan Kabupaten Klaten, BPS Kabupaten Klaten, dan Dinas Peridustrian dan Kabupaten Klaten.

3. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu dilakukan dengan pencatatan data yang ada pada instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil atau OLS yaitu proses matematis untuk menentukan intersep dan slope garis yang paling tepat yang menghasilkan jumlah kuadrat deviasi atau simpangan yang minimum. Dengan metode ini akan dihasilkan pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang minimum dalam kelas sebuah pemerkira tanpa bias (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE) (Arsyad, 2008 : 180):

Estimasi Fungsi Permintaan

Estimasi Fungsi Permintaan bertujuan untuk mengetahui elastisitas permintaan kedelai terhadap harga kedelai, harga beras, harga jagung, pendapatan penduduk, jumlah penduduk, dan permintaan kedelai tahun sebelumnya, Model Analisis Permintaan yang digunakan dalam penelitian

xliii

ini ada dua yaitu Model analisis permintaan statis dan model analisis permintaan dinamis.

a. Model Analisis Permintaan Statis

Hubungan antara permintaan kedelai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis dengan analisis regresi non linier berganda dengan model perpangkatan atau eksponensial. Secara matematis model yang digunakan adalah sebagai berikut:

Qd = bo. X1b1 . X2b2 . X3b3. X4b4 .X5b5. X6b6.e

Untuk memudahkan penghitungan, maka regresi non linier berganda ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :

Ln Qd = Ln bo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 + b6 Ln X6 + e

Dimana :

Qd = Jumlah Permintaan kedelai bo = Konstanta

X1 = Harga kedelai tahun t (Rp/kg) X2 = Harga beras tahun t (Rp/kg) X3 = Harga jagung tahun t (Rp/kg) X4 = Harga telur tahun t (Rp/kg)

X5 = Pendapatan penduduk klaten pada tahun t (Rp) X6 = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa) b1 – b6 = Koefisien regresi

e = error

b. Model Analisis Permintaan Dinamis

Model analisis dinamis digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan jangka panjang (long run demand function) diestimasi dari fungsi permintaan jangka pendek (short run demand function) dengan menggunakan model pengestimasian parsial Nerlove. Permintaan kedelai yang diinginkan pada tahun tertentu diestimasi dengan fungsi permintaan :

Qdt* = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e ...(1) Karena Qdt* tidak dapat diestimasi secara langsung, maka digunakan hipotesis penyesuaian parsial dengan persamaan sebagai berikut :

Qdt – Qdt-1 = λ (Qdt* - Qdt-1 ) ...(2)

Dimana nilai penyesuaian parsial diharapkan berada antara 0 dan 1 (0 <λ < 1), sedangkan Qdt – Qdt-1 adalah perubahan sebenarnya dan Qdt*- Qdt-1 merupakan perubahan yang diinginkan.

Persamaan tersebut menyebutkan bahwa Perubahan permintaan sebenarnya Qdt – Qdt-1 dalam suatu periode waktu tertentu `t` adalah suatu fraksi λ dari perubahan yang diinginkan untuk periode itu. Apabila λ = 1 berarti perubahan yang diinginkan sama dengan

perubahan sebenarnya atau terjadi penyesuaian seketika dalam periode waktu yang sama. Apabila λ = 0 berarti tidak terjadi perubahan

xliv

permintaan atau Qdt = Qdt-1 dengan berbagai alasan pengaruh waktu seperti yang telah diuraikan sebelumnya, diharapkan koefisien penyesuaian berada diantara 2 nilai ekstrem yaitu 0 < λ < 1. Setelah mensubstitusikan persamaan (1) kedalam persamaan (2), serta memindahkan Qdt-1 dari ruas kiri ke ruas kanan maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

Qdt = λ {b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e - (Qdt-1)} + Qdt-1 ...(3)

Kemudian tanda dalam kurung dihilangkan dan dilakukan penyederhanaan peroleh persamaan sebagai berikut :

Qdt = λ b0 + λ b1 X1 +λ b2 X2+λ b3 X3 + λ b4 X4 + λ b5 X5 + λ b6 X6 + (1 - λ) Qdt-1+ λ e...4)

Persamaan (4 ) merupakan hasil analisis dinamis short run, yang dalam fungsi double logaritma dapat ditulis :

Ln Qdt = λ ln bo + b1λ ln X1+ b2λ ln X2 + b3λ ln X3 + b4λ ln X4 + b5λ ln X5 + b6λ ln X6 + (1 - λ ) ln Qdt-1+ λ e

Keterangan :

Qdt = jumlah permintaan kedelai pada tahun ke-t (kg) Qdt-1 = jumlah permintaan kedelai pada tahun yang lalu (kg) X1 = harga kedelai pada tahun ke-t (Rp/kg)

X2 = harga beras tahun t (Rp/kg)

X3 = harga jagung pada tahun ke-t (Rp/kg) X4 = Harga telur tahun t (Rp/kg)

X5 = Pendapatan penduduk klaten pada tahun t (Rp) X6 = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa) b0 = intersep

b1λ –b6λ = koefisien elastisitas permintaan terhadap perubahan variabel-variabel yang bersangkutan

λ = koefisien penyesuai (adjustment coefficient), diperoleh dengan rumus (1-bQdt-1), dimana bQdt-1 koefisienregresi Qdt-1 e = error / kesalahan pengganggu

Kemudian untuk menghitung nilai elastisitas jangka panjang dilakukan dengan cara membagi koefisien regresi setiap variabel dengan λ atau (䤘

λ). Analisis dinamis dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu harga kedelai, harga beras, harga jagung harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang dengan menambah variabel lag (Qdt-1), yaitu konsumsi atau permintaan kedelai pada tahun lalu sebagai variabel independen. Pengujian Model

Untuk menguji hasil perhitungan agar tidak menghasilkan persamaan yang bias, maka dilakukan uji statistik dan uji asumsi klasik. Uji statistik

xlv

meliputi uji 2, uji F dan uji t. Sedangkan uji asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji R2 adjusted (R2)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Nilai R2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 < R2≤ 1). Semakin besar R2 (mendekati 1) semakin baik hasil regresi tersebut (semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas), dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah permintaan kedelai pada tingkat signifikansi (a) = 1%, 5%, atau 10%.

Hipotesis:

Ho : b1 = b2 ... = b5 = 0

Ha : b1 ≠ b2 ... b5 ≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0) Kriteria pengambilan keputusan :

1) Nilai signifikansi < a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

2) Nilai signifikansi > a maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas pada tingkat signifikansi (a) = 1%, 5%, atau 10%.

Hipotesis :

Ho : b1 = b2 ... = b5 = 0

Ha : b1 ≠ b2 ... b5 ≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0) Kriteria pengambilan keputusan :

1) Nilai signifikansi < a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

2) Nilai signifikansi > a maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

xlvi

Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap

permintaan kedelai, digunakan standard koefisien regresi partial, yang dapat diperoleh dengan rumus :

bi = b x i d d y Keterangan :

bi = Standar koefisien regresi variabel bebas ke-i b = Koefisien regresi variabel bebas ke-i

dy = Standar deviasi variabel tak bebas

di = Standar deviasi variabel bebas ke-i

Nilai koefisien regresi partial yang terbesar merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Uji Asumsi Klasik

Agar hasil koefisien-koefisien regresi yang diperoleh dengan metode OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimation), maka beberapa asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh model.

a. Non Multikolinieritas (tidak terjadi hubungan di antara variabel bebas) Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dapat digunakan pendekatan matriks korelasi, dengan melihat nilai matriks Pearson Correlation (PC). Apabila nilai PC < 0,8 berarti antar variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas. Bila terjadi angka korelasi lebih dari 0,8 maka variabel-variabel tersebut perlu dipertimbangkan apakah digunakan atau tidak dalam model (Soekartawi, 1993:107). b. Tidak terjadi kasus heteroskedatisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini Uji heteroskedastisitas

dilakukan dengan Metode Park dan diagram scatterplot. Apabila dari grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yang teratur maka hal tersebut menunjukkan bahwa kesalahan

pengganggu memiliki varian yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 1997:186).

c. Tidak terjadi autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antar anggota seri observasi yang disusun menurut urutan tempat, atau autokorelasi pada dirinya sendiri. Untuk mengujinya dilakukan dengan uji statistik durbin watson. Adapun hipotesis yang digunakan adalah: Ho : tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif

Adapun kriteria adanya autokorelasi adalah sebagai berikut : 1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat disimpulkan.

xlvii

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi. (Sulaiman, 2002:155-156).

Elastisitas Permintaan

Untuk menguji tingkat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang diteliti digunakan elatisitas harga, elastisitas pendapatan dan elastisitas silang.

a. Elastisitas Harga

Elastisitas harga merupakan persentase perubahan barang yang diminta disebabkan oleh perubahan harga. Pada elastisitas permintaan terhadap harga, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah kedelai yang diminta adalah harga kedelai itu sendiri.

Εp= (P) kedelai harga perubahan % kedelai(Q) permintaan perubahan %

Tabel 8. Kriteria Elastisitas Permintaan Terhadap Harga Elastisitas Istilah Keterangan

Εp = 0 Inelastis sempurna

Jumlah kedelai yang diminta tidak berubah dengan adanya perubahan harga

0< Ep< 1 Inelastis Jumlah kedelai yang diminta berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga

Εp = 1 Unitary elasticity

Jumlah kedelai yang diminta berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga 1< Ep< ~ Elastis Jumlah kedelai yang diminta berubah dengan

persentase yang lebih besar daripada perubahan harga

Εp = ~ Elastis sempurna

Pembeli siap membeli kedelai dengan segala kemampuannya pada beberapa tingkat harga dan tidak sama sekali walaupun dengan harga yang sedikit lebih tinggi

Sumber: Lipsey, 1990:85 b. Elastisitas Pendapatan

xlviii

Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta disebabkan adanya perubahan pendapatan. Pada elastisitas permintaan terhadap pendapatan, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah kedelai yang diminta adalah pendapatan perkapita penduduk. ΕI = pendapatan perubahan % kedelai permintaan perubahan %

Tabel 9. Kriteria Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan Elastisitas Kriteria Keterangan

EI > 0 Barang Normal

jumlah kedelai yang diminta meningkat begitu pendapatan naik

EI > 1 Barang Mewah

jumlah kedelai yang diminta meningkat apabila pendapatan sangat tinggi EI < 0 Barang

Inferior

jumlah kedelai yang diminta menurun begitu pendapatan naik.

Sumber: Lipsey, 1990:87

Berdasarkan teori ekonometrika nilai koefisien regresi variabel jumlah penduduk mempengaruhi teori permintaan, sehingga elastisitas jumlah penduduk masuk dalam kriteria elastisitas pendapatan. Hal ini berkaitan dengan perubahan jumlah pendapatan dipengaruhi oleh peningkatan maupun penurunan jumlah penduduk.

c. Elastisitas Silang

Elastisitas silang adalah persentase perubahan permintaan suatu barang terhadap perubahan harga barang lain. Pada elastisitas

permintaan harga silang, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah kedelai yang diminta adalah harga beras sebagai barang

komplementernya dan jagung sebagai barang substitusi. Ec = eras b harga perubahan % kedelai permintaan perubahan % Εc= jagung harga perubahan % kedelai permintaan perubahan % Ec = telur harga perubahan % kedelai permintaan perubahan %

Kriteria elastisitas permintaan silang adalah:

1) Ec positif = Barang substitusi, kenaikan harga jagung mengakibatkan meningkatnya permintaan kedelai. 2) Ec positif = Barang substitusi, kenaikan harga telur

xlix

3) Ec negatif = Barang komplementer, kenaikan harga beras mengakibatkan turunnya permintaan kedelai.

Fungsi permintaan yang digunakan di atas adalah fungsi permintaan dengan model logaritma berganda. Salah satu ciri menarik dari model logaritma berganda ini adalah bahwa nilai koefisien regresi bi merupakan nilai elastisitasnya. Jadi dengan model ini, nilai elastisitasnya merupakan nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebasnya.

Dokumen terkait