• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

3. Konsep Hasil Belajar dan Retensi

Dalam penelitian ini hasil belajar menjadi variabel terikat yang akan diukur pencapaiannya setelah menggunakan media pembelajaran CAI yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya. Bahasan pada subbab ini akan menjelaskan teori-teori tentang belajar dan hasil belajar.

a. Belajar

1) Pengertian Belajar

Hilgard dalam Suyono mengemukakan, bahwa belajar adalah suatu proses dimana perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama-sama dengan Marquis, Hilgard memperbarui definisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui dalam diri.38 Gagne seperti yang

dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono, menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya. 39

Belajar dapat dijelaskan juga sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, (knowledge), atau a body knowledge. Jadi, proses pengetahuan terjadi melalui pengalaman yang dialami manusia tersebut..40

Purwanto juga menjelaskan, bahwa belajar adalah adanya aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan

37Ibid., h. 191.

38Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2011), h. 12.

39 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.

10.

19

sikap.41 Kemudian Slameto mengartikan bahwa, belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Misalnya, tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula, perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan tersebut tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.42

Bruner mengemukakan bahwa di dalam proses belajar penting adanya partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses belajar, yaitu perlu lingkungan yang mendukung siswa untuk melakukan eksplorasi, serta menemukan penemuan-penemuan baru yang belum dikenal. Lingkungan tersebut dinamakan “discovery learning environtment”. Setiap lingkungan memiliki

bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan, dan hambatan yang dihayati oleh siswa berbeda-beda, disesuaikan dengan usianya.43

Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman, latihan, dan interaksi dengan lingkungan secara berkelanjutan.

2) Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam proses pembelajaran perlu adanya perhatian tentang prinsip-prinsip pembelajaran untuk proses pembelajaran dan pengembangan yang lebih optimal. Prinsip-prinsip pembelajarn dibangun oleh teori psikologi dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran.

Atwi yang mengadaptasi pemikiran Fillbeck dalam Siregar menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

a) Adanya respons baik dari guru dan siswa. Ketika siswa belajar, harus diminta responnya agar tidak hanya duduk diam. Ketika siswa benar, harus diberi umpan balik positif.

41 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), h. 39.

42 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempngaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2003), h. 2.

agar siswa dapat belajar lebih baik.

c) Pemberian isi pelajaran yang berguna bagi siswa di luar ruangan kelas dan pemberian tes pengetahuan untuk memunculkan sikap baru setelah pembelajaran.

d) Pemberian kegiatan pembelajaran di kelas yang mirip kondisinya dengan di luar kelas. Sehingga pembelajaran membutuhkan media pembelajaran seperti gambar, video, rekaman, dan lain sebagainya.

e) Belajar menggeneralisasikan dan membedakan mana yang positif dan negatif dalam satu pemecahan masalah.

f) Menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi pembelajaran.

g) Guru harus memahami bagaimana siswa mengalami proses belajar

dengan kegiatan-kegiatan kecil diertai latihan dan umpan balik.

h) Kegiatan-kegiatan kecil untuk mempelajari satu materi kompleks yang dapat diwujudkan dalam satu model dan metode pembelajaran.

i) Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional.

j) Urutan pembelajaran harus dimulai dari materi yang sederhana ke materi kompleks.

k) Pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasayarat sebelum menuju materi selanjutnya.

l) Memungkinkan siswa untuk belajar menggunakan sumber, cara, dan

waktu selain yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.44 3) Ciri-Ciri Belajar

Seseorang dikatakan telah belajar jika sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut akibat dari latihan dan interaksi dengan lingkungan yang menjadikan pengalaman belajar.

Lebih jelasnya ciri-ciri belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Terdapat perubahan atau kemampuan baru.

b) Perubahan dapat disimpan dan tidak hanya berlangsung sesaat.

44 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Penerbit

21

c) Perubahan harus dihasilkan dengan usaha yaitu interaksi dengan lingkungan.

d) Perubahn tidak berlangsung hanya karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, kelelahan, penyakit atau obat-obatan.45

4) Aspek-aspek Belajar

Proses belajar melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif, prosesnya memberikan perubahan dalam hal kemampuan berpikir (cognitive), pada aspek afektif memeberikan perubahan dalam hal kemampuan merasakan (affective), sedangkan aspek psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric). Proses belajar merupakan proses yang unik dan kompleks, karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu memiliki karakteristik individualnya yang khas, seperti minat intelegensi, perhatian, bakat dan sebagainya.46

Kemampuan kognitif siswa dapat berkembang melalui tiga aspek yaitu persepsi (penerimaan), atensi (perhatian), dan memori (ingatan).47

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang digunakan untuk mengetahui dan memahami lingkungan sekitar. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem alat indra manusia. Pada dasarnya persepsi menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia menghubungkan stimulus yang ada di sekitarnya dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki.48

Atensi atau perhatian merupakan aspek penting juga dalam perkembangan kognitif yang penting dalam proses pemrosesan informasi. Atensi juga mempunyai peranan dalam persepsi. Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan sebuah konsep multi-dimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sistem kognitif. Margaret W Matlin juga mengatakan bahwa atensi merujuk pada

45Ibid., h. 6

46 Purwanto, Op.Cit., h. 43

47 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Ddidik, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2011), h. 116.

meniadakan stimulus lain yang mengganggu.49 5) Faktor-faktor dalam Belajar

Pada faktor internal, secara mendasar Dollar and Miller menegaskan bahwa keefektifan perilaku belajar itu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:

a) Adanya motivasi (drives), siswa harus menghendaki sesuatu (the learner must want something);

b) Adanya perhatian dan mengetahui sasaran (cue), siswa harus

memperhatikan sesuatu (the learner must notice something);

c) Adanya usaha (response), siswa harus melakukan sesuatu (the learner must do something);

d) Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) siswa harus memperoleh sesuatu (the learner must get something).50

Selain faktor internal tersebut, belajar akan lebih baik jika didorong oleh lingkungan siswa. Faktor eksternal yang merupakan lingkungan siswa dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Guru sebagai pembina siswa. Guru harus dapat menjadi diri profesional agar dapat menjadi teladan siswa.

b) Sarana dan prasarana pembelajaran. Sarana dan prasarana yang lengkap dan baik akan menimbukan kondisi pembelajaran yang baik.

c) Kebijakan dan penilaian. Siswa akan memandang dan mengharapkan

umpan balik ketika dirinya telah belajar dilihat dari keputusan penilaian hasil belajarnya. Maka dari itu sekolah harus arif dan bijak ketika memberikan penilain pengajaran.

d) Lingkungan sosial siswa. Lingkungan sosial yang mewujudkan suasana akrab, nyaman, dan damai akan mendukung proses belajar mengajar.

e) Kurikulum sekolah. Kurikulum yang sesuai dengan keadaan sekolah akan

menimbulkan proses belajar mengajar yang baik.

49Ibid., h. 126.

50 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan; Perangkat Sistem Pengajaran

23

b. Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dan siswa. Berbagai perubahan akan terjadi pada diri siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Perubahan tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu output dan outcome.

Output merupakan kecakapan yang dikuasai siswa segera, setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran. Adapun Outcome merupakan prestasi sosial siswa dalam masyarakat, hasil pembelajaran ini bersifat jangka panjang.51

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat suatu aktivitas atau proses yang telah dilakukan. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finishing goods). Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya, perubahan yang terjadi tersebut dapat dikatakan hasil belajar.52 Dapat dikatakan juga bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Gagne dalam Dahar mengemukakan bahwa terdapat lima macam hasil belajar, tiga diantaranya besifat kognitif, afektif, dan psikomotor. Penampilan yang diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan. Ada lima kemampuan yaitu keterampilan intelektual, penggunaan strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan motorik.53

Salah satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dan dipatuhi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip keseluruhan, yaitu prinsip dimana seorang evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi

51 S. Eko Putro W, Evaluasi Program Pembelajaran; Panduan Praktis Bagi Pendidik dan

Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), h. 25.

52 Purwanto, op.cit., h. 44.

53 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h.

atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kogntif), dari segi penghayatan (aspek afektif), maupun pengalamannya (aspek psikomotorik). Adapun penjelasan ketiga ranah tersebut, menurut Mukhtar yang dikutip oleh Sudaryono yaitu, ranah kognitif menurut Bloom dan kawan-kawan mencakup; Pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Kemudian ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Krathwol, Bloom, dan kawan-kawan meliputi; Penerimaan (receiving), partisipasi (responding), penilaian/penentuan sikap (valuing), organisasi (organization), pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex). Terakhir yaitu ranah psikomotorik (psychomotoric domain) menurut klasifikasi Simpson mencakup; Persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan yang terbiasa (mechanical response), gerakan yang kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan (adjustment), dan kreativitas (creativity).54

Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam memahami dan menguasai bahan pengajaran.

Lebih jelasnya, penjelasan dari kelima tipe dari ranah kognitif menurut Sudjana adalah sebagai berikut:

a) Tipe hasil belajar: Pengetahuan

Pengetahuan di sini mengandung pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota, dan sebagainya. Tipe hasil belajar pengetahuan adalah tingkat kognitif paling rendah.

b) Tipe hasil belajar: Pemahaman

Pemahaman lebih tinggo daripada pengetahuan. Pemahaman dapat dibagi menjadi tiga kategori. Tingkat yang paling rendah adalah pemahamam terjemahan, baik terjemahan alih bahasa, mengartikan simbol, dan istilah-

istilah lainnya. Kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni

54 Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.

25

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya. Ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi yaitu dapat melihat apa yang ada dibalik tulisan, memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

c) Tipe hasil belajar: Aplikasi

Aplikasi adalah kemampuan untuk membuat abstraksi yang berupa prinsip, aturan, atau metode menjadi situasi baru atau situasi konkret. d) Tipe hasil belajar: Analisis

Analisis merupakan kemampuan kompleks yang memanfaatkan ketiga kemampuan sebelumnya. Analisis adalah usaha untuk menguraikan informasi yang reintegrasi menjadi komponen-komponen yang jelas susunannya.

e) Tipe hasil belajar: Sintesis

Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk yang padu dan menyeluruh. Kemampuan sintesis dapat diklasifiasikan menjadi tiga kemampuan yaitu, kemampuan menemukan hubungan yang menarik, kemampuan menyusun rencana atau langkah- langkah dalam pemecahan masalah, dan kemampuan menyimpulkan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah.

f) Tipe hasil belajar: Evaluasi

Kemampuan evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan keputusan tentang nilai sesuatu yang dapat dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, dan materiil.55

2) Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Terdapat dua faktor yang memengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari diri pebelajar (faktor internal) dan faktor yang berasal dari lingkungan (faktor eksternal). Faktor internal yang memengaruhi hasil belajar antara lain adalah faktor fisiologis dimana keadaan fisiologis yang baik seperti kesehatan prima, tidak lelah, tidak dalam kekurangan atau kerusakan anggota tubuh, dan sebagainya akan membuat hasil belajar baik. Kemudian faktor psikologis dimana psikologis tiap orang akan berbeda dan akan memengaruhi proses dan hasil

55 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja

bakat, motivasi, kognitif serta daya tangkap. 56

Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar. Faktor eksternal belajar dari luar diri siswa. Faktor eksternal yang memengaruhi adalah faktor lingkungan, yaitu kondisi lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial dapat memengaruhi hasil belajar siswa. Kedua adalah faktor instrumental yang merupakan faktor dimana keberadaannya direncanakan untuk pengajaran seperti: kurikulum, sarana, fasilitas, dan guru. 57

c. Retensi (Daya Ingat) 1) Pengertian Retensi

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, daya ingat merupakan salah satu aspek penting dalam belajar. Hubungan antara belajar, daya ingat, dan pengetahuan sangat erat dalam suatu proses pembelajaran.

Daya ingat atau memori adalah fungsi mental berupa storage system, yang menangkap informasi dari stimulus, dan juga merupakan sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam pikiran manusia. Bruno mengemukakan bahwa memori ialah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan.58

Suharnan mengemukakan bahwa ingatan atau memori menunjuk pada proses

penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining

information over-time). Sementara itu Santrock mendefinisikan memori sebagai

retensi informasi dari waktu ke waktu, dengan melibatkan encoding

(pengkodean), storage (penyimpanan), dan retrieval (pengambilan kembali)59 Salah satu model memori yang ada adalah model memori dari Atkinson dan Shiffrin, yang membagi memori menjadi 3 tempat penyimpanan, yaitu sensory memory (memori sensori), short term memory (memori jangka pendek), dan long

56 Yudhi Munadi, op.cit., h. 24-26. 57Ibid., h. 31-32.

58 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011), h. 94.

27

term memory (memori jangka panjang). Ketiga memory tersebut saling erat

berkaitan dalam memproses dan menyimpan informasi.60

Dapat disimpulkan bahwa daya ingat merupakan “tempat penyimpanan” yang berada dalam pikiran manusia yang digunakan untuk memproses, dan menyimpan informasi dari rangsangan yang ada serta dapat memanggil kembali informasi tersebut di waktu yang berbeda.

2) Jenis-Jenis Ingatan

Terdapat dua jenis ingatan, yiatu ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Ingatan jangka pendek (IJpe), yaitu suatu sistem penyimpanan sementara yang dapat menyimpan informasi secara terbatas. Ingatan jangka pendek ini adalah bagian dar ingatan, dimana informasi yang baru saja didapat tersimpan.61 Ingatan jangka pendek hanya daoat atau mampu mengingat lima

sampai tujuh informasi.62

Kemudian Ingatan jangka panjang (IJpa) adalah bagian sistem daya ingat yang menjadi tempat menyimpan informasi dalam kurun waktu yang lama dan dianggap sebagai suatu penyimpanan yang berkapasitas besar dan berdaya ingat sangat panjang.63 Menurtut Doug Rohrer dan Harold Pashler mengemukakan

bahwa retensi jangka panjang dapat diujikan setelah 1-4 minggu setelah aktivitas belajar terakhir di kelas.64

3) Lupa dalam belajar

Lupa ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya kita pelajari. Secara sederhana, Gulo dan Reber dalam Syah mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau

60Fatimah Saguni, “Prinsip-prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality

dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar” JurnalINSAN, Vol. 8, No. 3, 2006, h. 149.

61

Sri Esti W. Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), h. 153.

62

Ibid., h. 154.

63 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori Dan Praktik, Jilid I, terjemahan

Marianto Samosir, (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 225.

64 Doug Rohrer and Harold Pashler, Increasing Retention Without Increasing Study Time,

2007, p. 184. (tersedia melalui http: www.interscience.wiley.com, diunduh pada tanggal 20 Juni 2015).

bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.65 Salah satu bentuk melupakan melibatkan petunjuk atau isyarat (cue). Cue- dependent forgetting adalah kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif. Prinsip Cue-dependent forgetting sesuai dengan teori inferensi, yang menyatakan bahwa kita lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi karena ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat informasi yang kita inginkan.66

Dokumen terkait