• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

4. Konsep Hospitalisasi

4.1Defenisi hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan proses karena alasan yang berencana, darurat,mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalamanyang sangat traumatik dan penuh stres. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2003).

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah (Deslidel, Hasan, Hevrialni, Sartika. 2011).

4.2 Stresor hospitalisasi

Stresor yang dialami anak pada saat mengalami hospitalisasi adalah cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh atau nyeri.

4.2.1 Cemas akibat perpisahan

Anak-anak mengatakan tentang ketakutan mereka pada saat dirawat dirumah sakit, anak-anak tersebut menunjukkan bahwa jauh dari keluarga memiliki peringkat yang lebih tinggi dari pada ketakutan lainnya yang muncul akibat hospitalisasi (Hart & bossert,1994, Wilson & Yorker,1997 dalam Wong,2008).

Anak-anak usia sekolah memiliki aktivitas fisik dan mental yang tinggi yang kerap kali menemukan ketidaksesuaian dengan lingkungan rumah sakit dan bahkan meskipun ketika mereka tidak menyukai sekolah, mereka mengakui kehilangan rutinitasnya dan merasa khawatir mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan teman sekelas mereka pada saat mereka kembali masuk sekolah. Kesepian, bosan, isolasi, dan depresi umum terjadi. Anak usia sekolah membutuhkan dan menginginkan dukungan orang tua (Wong, 2008).

4.2.2 Kehilangan kendali

Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit menjadi rentan terhadap kejadian-kejadian yang dapat mengurangi rasa kendali dan kekuatan mereka. Banyak rutinitas rumah sakit yang mengambil kekuatan dan identitas individu. Bagi anak usia

sekolah, aktivitas ketergantungan seperti tirah baring yang dipaksakan, penggunaan pispot, ketidakmampuan memilih menu, kurangnya privasi, bantuan mandi di tempat tidur, atau berpindah dengan kursi roda atau brankar dapat menjadi ancaman langsung bagi rasa aman mereka. Prosedur tersebut tidak memungkinkan kebebasan memilih bagi anak-anak yang ingin bertindak dewasa. Akan tetapi, jika anak-anak tersebut diizinkan memegang kendali, tanpa memperhatikan keterbatasannya maka biasanya mereka akan berespons dengan sangat baik terhadap prosedur apapun. Selain lingkungan rumah sakit, penyakit juga dapat menyebabkan perasaan kehilangan kendali. Salah satu masalah yang paling signifikan dari anak-anak dalam kelompok usia ini berpusat pada kebosanan (Wong,2008).

4.2.3 Cedera tubuh atau nyeri

Ketakutan mendasar terhadap sifat fisik dari penyakit muncul pada saat ini. Anak usia sekolah tidak begitu khawatir terhadap nyeri jika dibandingkan dengan disabilitas, pemulihan yang tidak pasti, atau kemungkinan kematian. Anak perempuan cenderung mengekspresikan ketakutan yang lebih banyak dan lebih kuat dibandingkan dengan anak laki-laki, dan hospitalisasi sebelumnya tidak berdampak pada frekuensi atau intensitas kecemasn karena kemampuan kognitif mereka sedang berkembang, anak usia sekolah waspada terhadap pentingnya berbagai penyakit yang

berbeda. Pentingnya anggota tubuh tertentu, bahaya pengobatan, dan makna kematian (Wong,2008). Kekhawatiran utama anak usia sekolah pada saat hospitalisasi adalah ketakutan mereka akan perkataan bahwa ada sesuatu yang salah dalam tubuh mereka (Hart dan Bossert,1994 dalam, Wong,2008).

4.3 Reaksi anak terhadap hospitalisasi

Reaksi anak bersifat individual dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya. Reaksi anak yang terjadi karen sakit, kecemasan karena perpisahan, kehilangan atau luka tubuh dan rasa nyeri. Masa sekolah (6-12 tahun), kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap luka atau nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu untuk mengkomunikasikannya (Deslidel, Hasan, Hevrialni, Sartika, 2011).

4.4 Dampak hospitalisasi pada anak

Anak akan merasa cemas, takut, sedih, dan perasaan tidak nyaman saat dirawat (Supartini, 2004). Anak yang cemas akan mengalami kelelahan karena menangis, tidak mau berinteraksi dengan perawat, rewel, menolak makan

sehingga memperlambat proses penyembuhan, menurunnya semangat untuk sembuh dan tidak kooperatif terhadap perawatan (Sari & Sulisno, 2012).

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya. Anak menjadi jauh dari temannya membuat anak merasa sendiri. Anak akan merasakan kecemasan akibat perpisahan yang terjadi.

Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran keluarga, ketidakmampuan fisik, dan takut akan kematian (Wong, 2008). Anak merasa terlantar, cedera permanen, kehilangan penerimaan teman, kurangnya produktivitas, dan ketidakmampuan menghadapi stres (Wong, 2008).

Anak usia sekolah juga akan bereaksi terhadap cedera tubuh atau nyeri. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri. Reaksi diekspresikan secara verbal maupun nonverbal. Reaksi verbal pada anak saat nyeri dengan mengkomunikasikan letak, intensitas, dan deskripsi terhadap nyeri. Pada anak usia sekolah, ekspresi secara nonverbal saat nyeri dengan memegang sesuatu dengan erat, mengepalkan tangan, mengatupkan gigi, menendang dan mencoba melarikan diri (Sari & Sulisno, 2012).

4.5 Manfaat hospitalisasi

Meskipun hospitalisasi dapat dan biasanya menimbulkan stress bagi anak-anak, tetapi hospitalisasi juga dapat bermanfaat. Manfaat yang paling nyata adalah pulih dari sakit, hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stress dan merasa kompeten dalam

kemampuan koping mereka. Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman sosialisasi yang baru bagi anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal mereka (Wong, 2008).

Menurut Deslidel (2011), manfaat hospitalisasi pada anak yaitu membantu orang tua dan anak dengan cara memberikan kesempatan pada orang tua untuk mempelajari tumbuh kembang anak, dapat dijadikan sebagai media belajar bagi orang tua, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi kesempatan bagi anak untuk mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang lain dan percaya diri.

Dokumen terkait