• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Konsep Keadilan Kerjasama dalam Islam 1.Pengertian Keadilan 1.Pengertian Keadilan

3. Konsep Keadilan Bisnis dalam Islam

Bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien.Skinner mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang. jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Menurut Anoraga dan Soegiastuti, bisnis memiliki makna dasar sebagai “the buying and selling of goods and service”. Sementara dalam pandangan Straub dan Attner, bisnis tak lain adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit.25

Secara umum ajaran Islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu. Dalam Islam terdapat nilai-nilai       

25

dasar etika bisnis, diantaranya adalah tauhid, khilafah, ibadah, tazkiyah dan ihsan. Dari nilai dasar ini dapat diangkat ke prinsip umum tentang keadilan, kejujuran, keterbukaan (transparansi), kebersamaan, kebebasan, tanggungjawab dan akuntabilitas.26

Adil sangat diperlukan dalam kegiatan perniagaan supaya tidak merugikan salah satu pihak atau bisa mengeksploitasi orang lain. Berbuat adil akan lebih dekat pada takwa sehingga akan terhindar dari hal hal yang akan mengarah pada perbuatan dosa. Dalam Alquran kata adil disebut berkali kali. Artinya, Islam sangat menjunjung tinggi nilai keadilan, termasuk di dalamnya adil ketika melakukan perniagaan. Walaupun mungkin telah disebutkan dalam bab-bab sebelumnya, tetapi perlu digarisbawahi lagi bahwa ada satu hal mendasar dalam penataan hubungan antara manusia yang Islami, yaitu tidak ada yang dizalimi dan tidak ada yang menzalimi atau dalam perkataan lainditegakkan konsep ‘adil’. Al-Quran menegaskan bahwa keadilan adalah salah satu alasan Allah mengirim rasul-Nya pada manusia. Seperti pada firman Allah SWT sebagai beikut:

      

26

Gading Mahendradata,ibid

   

⌦ ) ﺪ ﺪﺤﻟا : 25 (

Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.(QS. Al-Hadid (57): 25).

Rasulullah Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa sebagian besar rezeki manusia di peroleh dari aktifitas perdagangan. Hal ini disabdakan beliau dalam hadist yang diriwayatkan oleh Habsyi AL Harabi “berdaganglah kamu sebab dari sepuluh bagian penghidupan Sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang”. Dalam ilmu ekonomi, perdagangan secara konvensional dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing masing pihak. Mereka yang terlibat dalam aktifitas perdagangan dapat menentukan keuntungan maupun kerugian dari kegiatan tukar menukar secara bebas itu.27

Oleh karena itu, agar diperoleh suatu keharmonisan dalam system perdagangan, diperlukan suatu :perdagangan yang bermoral”. Rasulullah SAW secara jelas telah banyak memberi contoh tentang sistem perdagangan yang jujur dan adil serta tidak merugikan kedua belah pihak. Sabda Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id menegaskan: saudagar yang jujur dan dapat dipercaya

      

27

akan dimasukan dalam golongan para nabi, golongan orang orang jujur dan golongan para syuhada. Hadist tersebut menyatakan bahwa dalam setiap transaksi perdagangan diperintahkan untuk lebih mengutamakan kejujuran dan memegang teguh kepercayaan yang dipegang oleh orang lain. 28

Berdasarkan hadist tersebut tampak jelas bahwa Muhammad SAW telah mengajarkan untuk bertindak jujur dan adil serta bersikap baik dalam setiap transaksi perdagangan.dalam hal ini kunci keberhasilan dan setiap transaksi perdagangan. Dalam hal ini kunci keberhasilan dan kesuksesan Nabi dalam perdagangan diantaranya adalah dimilikinya sifat sifat terpuji beliau yang sangat dikenal penduduk mekah kala itu, yaitu jujur siddiq), menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya (amanah) dan bijaksana (fathanah). Sifat terpuji itulah merupakan kunci kesuksesan Nabi dalam berdagang (Afzalurrahman, 2000). Bersikap adil dan bertindak jujur merupakan prasyarat penting seseorang dalam melakukan perdagangan, disamping menjaga hubungan baik dan berlaku ramah tamah kepada mitra dagang serta para pelanggan. Pedagang yang tidak jujur meskipun mendapat keuntungan dagang yang besar, boleh jadi keuntungan tersebut sifatnya hanya sementara. Ini dikarenakan ketidakjujuran akan menghilangkan kepercayaan para pelanggan sehingga lama

kelamaan akan memundurkan dan mematikan usahanya.29

4. Konsep Kerjasama dalam Islam       

28

Era Muslim, “Media Islam Rujukan” dikutip pada 11 Agustus 2010 dari

www.eramuslim.com/.../hadist-hadist-tentang-keutamaan-dan-keadilan-sahabat.htm - 29

Kerjasama dalam Islam disebut dengan syirkah. Syirkah menurut bahasa berarti pencampuran. Secara terminologi definisi syirkah adalah akad yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerjasama dalam modal dan keuntungan.dengan adanya akad syirkah yang disepakati diantara kedua belah pihak, semua pihak yang mengikatkan diri berhak hukum terhadap harta syarikat itu dan berhak mendapatkan keuntungan terhadap harta yang disepakati.30 Akad syirkah diperbolehkan menurut para ulama fiqh, berdasarkan kepada firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 12 yang berbunyi:

Artinya: …Maka mereka berserikat dalam sepertiga harta…(Q.S An-Nisa ayat 12) Konsep kerjasama dalam Islam ada 2 macam:

a. Syirkah AlMusyarakah. secara etimologi asy syirkah berarti percampuran yaitu

percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya sehingga sulit dibedakan.31

Sedangkan menurut terminology adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal /expertise) denggan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

      

30

A.H Azarudin Latif, Fiqh Muamalat, (Penerbit: UIN Jakarta Press, Jakarta, 2005) h. 129 31

Antonio syafii, Bank syariah dari teori ke praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 48

b. Syirkah ada dua jenis syirkah al Amlak (kepemilikan) dan syirkah al uqud (akad / kontrak). Syirkah kepemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lain yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam syirkah ini kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut. Sedangkan syirkah akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah merekapun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.

Syirkah akad menjadi:

1) Syirkah al-‘Inan

Para ulama fiqih sepakat bahwa syirkah al-‘inan hukumnya boleh. Dalam syirkah ini modal yang digabungkan oleh masing-masing pihak tidak harus sama jumlahnya, demikian juga halnya dalam soal tanggung jawab, kerja, keuntungan serta kerugian yang terjadi jumlahnya tidak harus sama dan dilakukan berdasarkan kontrak atau perjanjian.Syirkah al-‘inan merupakan jenis syirkah yang paling banyak diterapkan dalam dunia bisnis, hal ini dikarenakan keluasan ruang lingkupnya dan sistem pelaksanaannya yang fleksibel. Berikut ini beberapa karakteristik dari syirkah al-‘inan :

a. Besar penyertaan modal dari masing-masing anggota tidak harus sama.

b. Masing-masing anggota mempunyai hak penuh untuk aktif langsung dalam

pengelolaan usaha, tetapi ia juga dapat menggugurkan hak tersebut dari dirinya.

c. Pembagian keuntungan dapat didasarkan pada persentase modal masing-masing, tetapi dapat pula atas dasar negosiasi.

d. Kerugian dan keuntungan bersama sesuai dengan besarnya penyertaan modal

masing-masing.

2) Syirkah al-Mufawadhah

Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak menyerahkan bagian modal yang jumlahnya sama besar dan ikut berpartisipasi dalam pekerjaan. Demikian pula tanggung jawab dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak. Beberapa syarat dalam syirkah al-mufawadhah adalah sebagai berikut :

a. Nilai masing-masing pihak harus sama.

b. Persamaan wewenang dalam bertindak. Dengan demikian tidak sah

perserikatan anak kecil dengan orang dewasa.

c. Persamaan agama. Maka tidak sah perserikatan antara orang muslim dengan

non muslim.

d. Setiap pihak atau mitra harus dapat penjamin atau wakil pihak yang lainnya

dalam pembelian dan penjualan barang yang diperlukan.

3) Syirkah al-Abdan (al-A’mal)

Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih yang memiliki keahlian atau profesi yang sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dimana keuntungan dibagi bersama. Misalnya, kerjasama dua orang arsitek untuk menggarap proyek atau kerjasam dua orang penjahit untuk menerima order seragam kantor. Profesi dan

keahlian ini bisa sama dan juga bisa berbeda, misalnya tukang kayu dengan tukang besi, mereka menyewa tempat untuk perniagaannya dan bila mendapat keuntungan dibagi menurut kesepakatan bersama. Dalam syirkah ini para mitra hanya menyumbangkan keahlian dan tenaga untuk bisnis tanpa memberikan modal. Syirkah ini lazim disebut juga syirkah al-sanaa’i (syirkah para tukang) atau syirkah al-taqabbul (syirkah penerimaan).

4) Syirkah al-Wujuh

Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memiliki reputasi dan kredibilitas (kepercayaan) dalam melakukan suatu usaha. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dibagi sama. Syirkah semacam ini mirip dengan makelar yang banyak dilakukan orang pada zaman modern sekarang ini. Dalam perserikatan ini pihak yang berserikat membeli suatu barang hanya didasarkan kepada kepercayaan yang kemudian barang tersebut mereka bayar dengan tunai.

1. Sama halnya dengan syirkah abdan, dimana para mitra hanya menyumbangkan

keahlian dan tenaganya untuk mengelola bisnis tanpa memberikan modal, dalam syirkah wujuh para mitra juga hanya menyumbangkan goodwill, credit worthiness dan hubungan-hubungan (kontak-kontak) mereka untuk mempromosikan bisnis mereka tanpa menyetorkan modal. Oleh karena itu biasanya kedua bentuk kemitraan ini terbatas hanya digunakan untuk usaha kecil saja.

1. Syarat Akad. Karena musyarakah merupakan hubungan yang dibentuk oleh para mitra melalui kontrak/akad yang disepakati bersama, maka otomatis empat syarat akad yaitu: 1) syarat berlakunya akad (In’Iqod), 2) syarat sahnya akad (Shihah) 3) syarat terealisasinya akad (Nafadz) dan 4) syarat lazim juga harus dipenuhi. Misalnya para mitra usaha harus memenuhi syarat pelaku akad (ahliyah dan wilayah), akad harus dilaksanakan atas persetujuan para pihak tanpa adanya tekanan, penipuan, atau penggambaran yang keliru dan sebagainya.

2. Pembagian proporsi keuntungan. Dalam pembagian proporsi keuntungan, harus

dipenuhi hal-hal berikut:

a. Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada mitra usaha harus disepakati

diawal kontrak/akad. Jika proporsi belum ditetapkan, akad tidak sah menurut syariah.

b. Rasio / nisbah keuntungan untuk masing-masing mitra usaha harus ditetapkan sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha, dan tidak ditetapkan berdasarkan modal yang disertakan. Tidak diperbolehkan untuk menetapkan lumsum untuk mitra tertentu, atau tingkat keuntungan tertentu yang dikaitkan dengan modal investasinya.

3. Penentuan proporsi keuntungan. Dalam menentukan proporsi keuntungan terdapat

beberapa pendapat para ahli hokum Islam sebagai berikut:

a. Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa proporsi keuntungan dibagi

diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad sesuai dengan proporsi modal yang disertakan.

       

b. Imam Ahmad berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat pula berbeda dari

proporsi modal yang mereka sertakan.

c. Imam Abu Hanifah yang dapat dikatakan sebagai pendapat tengah-tengah

berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat berbeda dari proporsi modal pada kondisi normal. Namun demikian mitra yang memutuskan untuk menjadi sleeping partner, proporsi keuntungannya tidak boleh melebihi proporsi modalnya.32

 

Sebuah gagasan cemerlang kerap muncul disaat yang tepat. Awalnya Dr.Ir.H Wahyu Saidi, Msc adalah murni seorang pekerja mapan di sebuah perusahaan pembangunan jalan tol. Namun krisis moneter yang melanda Indonesia dua belas tahun lalu telah memaksanya untuk beralih profesi menjadi seorang pengusaha.Ketika perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar, dengan jabatan manajer tentulah sulit baginya mencari pekerjaan diperusahaan lain dengan gaji dan jabatan yang setimpal. Maka pilihannya adalah berhenti, dan mencoba berusaha sendiri. Mulailah ia memasuki agribisnis dengan bertanam cabe, ternak ayam, pembesaran ikan, membuka bimbingan belajar, dan membuka usaha makanan Palembang.1

Pada tahun 1996, Pak Wahyu saidi mengawali usahanya dengan membuka rumah makan ikan patin, menu khas Palembang tempat kelahirannya. Namun ternyata hasil yang diperoleh masih jauh dari ekspetasi awal. Hal ini dikarenakan karena menu ikan patin dirasa kurang fleksibel. Dalam artian bahwa penggemar hidangan ini hanya terbatas pada orang dewasa dan hanya nikmat bila dihidangkan di siang hari. Seharusnya yang diusahakan adalah makanan untuk semua umur dan semua waktu. Belajar dari pengalaman inilah Pak Wahyu Saidi kemudian mulai mencari alternatif menu lain yang lebih fleksibel dan populer. Tentunya hidangan       

1

Bud’s, “Doktor Jualan Bakmi” ,artikel ini diakses pada 25 Juni 2010 pada http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=39630&start=0

tersebut harus dapat di nikmati oleh seluruh kalangan baik orang tua maupun anak-anak dan dapat dinikmati kapan saja. Setelah melalui serangkaian pengamatan dibeberapa tempat makan, maka Pak Wahyu akhirnya memilih bakmi sebagai menu andalannya.2

Walaupun demikian, pak wahyu berkeyakinan bahwa usaha makanan adalah usaha yang paling mudah dan beresiko relative kecil karena semua kebutuhan bahan bakunya dapat diperoleh sesuai dengan kebutuhan. Sepanjang jalan di Margonda, Depok ditelusuri untuk survey. Pilihan jatuh pada usaha Bakmi, karena menurutnya selain banyak yang menggemari makanan tersebut yang dapat dinikmati sepanjang hari.3

Bapak Wahyu Saidi mulai belajar membuat bakmi yang lezat. Patokannya adalah Bakmi Gajah Mada (GM). Bapak Wahyu menyatakan kekagumannya pada restaurant yang sangat terkenal dan banyak penggemarnya itu. Sayangnya Bakmi GM tidak membuat waralaba. Tapi Pak Wahyu tak hilang akal, ia mengundang para pakar kuliner analis rasa juga pensiunan koki bakmi GM.. Segala cara dilakukan beliau untuk mendapatkan rahasia bumbu tersebut. Dan akhirnya berhasil didapatkan dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit yaitu sekitar Rp 200 juta rupiah hanya untuk bumbu bakmi saja. Pak Wahyu berhasil memperoleh bumbu penyedap bakmi dan 33 jenis hidangan lain, kendati cita rasanya tentu tak seratus persen menyamai bakmi GM.

      

2 Bud’s,ibid

3

Pada bulan Januari tahun 2002 ia mulai membuka gerai bakmi di Menara Kadin. Lokasi itu diperoleh berkat pertemanannya dengan seorang pengusaha. Gerai pertama itu diberi nama “Langgara”. Omsetnya pada hari pertama sebanyak Rp 66.000. Tak lama kemudian dibukanya lagi satu warung dijalan Pemuda dengan omset hari pertama Rp 200.000.Kemudian menyusul gerai dikawasan Rawamangun Jakarta Timur, lalu dikawasan Setia Budi, Jakarta Selatan. Tapi gerai baru ini menggunakan nama “Bakmi Tebet” yang diambil dari sebuah nama kawasan yang berkonotasi Jakarta, untuk menciptakan kesan bagi orang yang berdomisili di luar Jakarta.

Di bisnis bakminya pak Wahyu sengaja membidik kalangan menengah ke bawah. Hal ini berbeda dari beberapa rumah makan bakmi terkemuka yang lebih banyak menjadikan kalangan menengah ke atas sebagai target utama konsumen mereka. Pak wahyu mengambil peluang ini dengan menjual makanannya dengan harga yang relatif murah.4 Untuk bisnis bakminya yang berada di luar Jakarta, bapak Wahyu menggunakan merek Bakmi Tebet dengan alasan bahwa biasanya segala sesuatu yang “berbau” Jakarta disukai oleh orang daerah, karena Tebet merupakan salah satu nama kawasan di Jakarta, maka Pak Wahyu memutuskan untuk menggunakan nama Bakmi Tebet bagi restaurannya diluar Jakarta.5

Walaupun Bakmi Tebet dan Bakmi Langgara merupakan satu produk yang sama, namun dalam pengelolaanya, tetap mempunyai manjemen dan strategi yang       

4 Majalah sharing, bisnis waralaba Islami. 5

berbeda. Di karenakan target pasar yang berbeda pula. Meski bisnisnya terus berkembang pak wahyu mengaku masih menghadapi kendala terutama masalah keterbatasan sumber daya manusia. Saat ini banyak lulusan akademi pariwisata yang enggan masuk ke dapur mie miliknya. Sehingga ia memilih tenaga tamatan SMA yang bersedia menjadi karyawannya. Enam bulan pertama menggeluti bisnis ini, beliau masih ragu karena perekonomian mulai membaik, godaan kerja banyak, sementara penghasilan dibandingkan dengan tawaran hanya sekitar 30 %, sementara itu berjualan bakmi juga tifak mempunyai suatu kebanggaan.

Setelah satu tahun berjalan, beliau mulai merasa senang dengan bisnis yang dijalaninya tetapi keraguan masih tinggi. Namun dibalik keraguan itu, beliau tetap berusaha terus untuk untuk mengembangkan bisnisnya dengan membuka cabang ke 5, penghsilan beliau setara dengan ataupun sebelum krisis moneter. Hal ini juga yang membuat semangat untuk terus ,membuka cabang lagi. Dan keyakinan berbisnis mulai dirasakan setelah membuka cabang yang ke 10.6

Konsep waralaba mulai dikembangkan pada saat membuka cabang ke 11. Tapi sebenarnya lebih pada konsep Joint Operation, Partnership Waralaba baru dimulai ketika membuka cabang yang ke 12. Bagi mereka yang minat untuk berbisnis dimakanan ini cukup menyediakan dana sekitar kurang dari Rp 100 juta. Ia berkeyakinan modal akan kembali dalam waktu enam bulan sampai satu tahun apabila bisnis

      

6

Bila ingin mencicipi pasar bakmi yang cukup besar, tawaran waralaba Bakmi tebet ini bisa menjadi pilihan. Modalnya relative terjangkau. Diharapkan usaha ini bias balik modal dalam waktun Sembilan bulan hingga 1,5 tahun. Dia memang bukan makanan asli Indonesia. Tapi panganan bernama bakmi ini sudah lekat dengan masyarakat Indonesia. Penggemarnya banyak dan tak kenal kasta. Abang becak maupun tukang ojek bisa menikmati bakmi pengkolan di gerobak. Ibu rumah tangga ataupun anak kos bias mencegat tukang bakmi keliling diperumahan mereka. Para bos pun biasa menyantapnya direstauran.7

Tak heran ada banyak restaurant yang khusus menyajikan bakmi sebagai menu utama. Sebut saja bakmi GM yang sudah taka sing lagi ditelinga kita. Ada juga bakmi Gang Kelinci, Bakmi Japos, bakmi golek, hingga Bakmi Margonda. Diluar nama nama beken itu, diluar masih banyak rumah makan bakmi yang diam diam tumbuh membesar dikawasan jabotabek hingga ke berbagai daerah. Contohnya Bakmi langgara yang juga beken dengan nama Bakmi Tebet, dua merek dengan satu nama.8

Sulur sulur bakmi tebet disekitar Jakarta sudah mencapai 32 cabang. Menu andalan Bakmi Tebet tak jauh beda denggan menu restaurant bakmi lain. Ada bakmi kuah, ada pula bakmi goreng dengan aneka varian. Tampilan dan rasanya mirip dengan bakmi GM namun dengan harga yang sedikit lebih murah. Wahyu Saidi       

7

Wahyu saidi, asiknya berbisnis restaurant panduan untuk sukses, Penerbit: Enno Media 2007 h. 5

8

Nugroho Dewanto, Artikel “ Doktor Bakmi Waralaba “ Majalah Tempo no 40 /XXXIII/ 29 nov -5 des 2004

pemilik Bakmi Tebet mengakui bahwa bakmi GM masih menjadi patokan penggemar bakmi seluruh Indonesia.”bila tidak bisa menyamai bakmi GM, minimal kita bisa menyerupainya dengan racikan sendiri” kata bapak wahyu.

Perkembangan cara waralaba Bakmi Langgara ini sangat cepat terutama diluar kota Jakarta khusus nya di pulau jawa dan luar pulau jawa. Hal ini dikarenakan bakmi ayam merupakan jenis makanan yang belum dikenal. Sehingga kompetitornya masih terbilang sedikit. Serta untuk pasar bakmi ayam ini diluar Jakarta dan diluar pulau Jawa terbuka lebar. Hal ini yang terlihat dari perkembangan cara waralaba ini adanya peningkatan permintaan bahan baku yang sangat signifikan serta dari royalty fee yang juga semakin meningkat.9

Merek itu diciptakan agar mudah diingat orang karena berpengaruh pada persepsi yang akan terus diingat. Merk juga sebaiknya mengandung arti baik diciptakan sendiri maupun yang sudah diketahui umum. Karena arti itu berhubungan dengan produk yang ditawarkan pada konsumen. Wahyu mencontohkan nama bakmi langgara yang terkesan nuansa islamnya. Itu sengaja dilakukan karena selama ini makanan bakmi identik dengan makanan non-muslim pihaknya sendiri tidak bias mengklaim bakmi sebagai makanan umat muslim karena nantinya yang non-muslim tidak akan menyukai bakminya.10

      

9

Skripsi Ulfa Treni Juliana, Analisis Sistem Waralaba Dilihat dari Transaksi Bisnis Syariah (Studi kasus Bakmi Langgara) hal 58

10

Pendirian restoran ini tidak pernah direncanakan secara akademis seperti: pemakaian grafik-grafik ROI dan planning tetapi pendirian restoran dimulai dari sebuah mimpi dan dibuat sesuatunya secar berbeda. Perkembangan restoran dipikirkan selama 24 jam sehingga bakmi berasal dari Jakarta bisa masuk ke Depok, Jabotabek, Bandung lalu Cirebon, Cilegon, Jateng, Pekanbaru serta Palembang. Tahapan-tahapan tersebut memerlukan pengetahuan managerial karena menyangkut SDM, distribusi, dan pengontrolan.11

Untuk bisnis ini beliau memakai tenaga ahli di bidang managerial dan tenaga ahli untuk bumbu misalnya koki, tenaga untuk marketing dan pengembangan restaurant.Pemilihan lokasi restoran sebaiknya di jalan dan di dekat persimpangan ditengah keramaian, dekat sekolah favorit, dekat pasar, dekat pertokoan, tempat ibadah, dan bila perjalanan pulang berada di sebelah kiri jalan. Dalam mengembangkan bisnis bakmi langgara dan bakmi tebet bapak wahyu saidi melakukan beberapa cara yaitu:

Dokumen terkait