• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Franchisee terhadap Franchise fee dan Royalty fee Yang Diterapkan Bakmi Tebet

C1. Identitas Responden

Dalam penelitian ini menggunakan tujuh (7) buah item pertanyaan sebagai data responden. Data responden tersebut adalah nama cabang, pimpinan cabang,jenis kelamin, alamat cabang, pengetahuan tentang waralaba Bakmi Tebet, lama bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet, besar Franchise fee saat bergabung, dan sistem

pembayaran Franchise fee pada saat bergabung.Gambaran identitas responden

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Distribusi Responden Berdasarkan Nama Cabang

Responden Nama Cabang

1 Bakmi Tebet ITC Depok

2 Bakmi Tebet Anyer

3 Bakmi Tebet Blora

4 Bakmi Tebet Depok

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

      

4

Muchlish Usman, Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 1997),h.119

Tabel 1.1 menunjukkan Responden berasal dari cabang yang berbeda-beda, yang tersebar di seluruh Indonesia. Satu cabang berada diluar kota Jakarta, yaitu cabang Blora. Sisanya, berada di dalama wilayah Jakarta.

Tabel 1.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Pria 3 75

Wanita 1 25

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 3 orang (75%) dan jumlah responden yang berjenis wanita sebanyak 1 orang (25%).

Tabel 1.3

Gambaran Identitas dan Karateristik Pengetahuan Franchisee (Menurut Pengetahuan tentang Adanya Waralaba Bakmi Tebet) Sumber Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Teman 4 100

Brosur/Majalah/Koran 0 0

Media Televisi 0 0

Media Internet 0 0

Total 4 100 Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa semua responden (100%) mengetahui adanya waralaba Bakmi Tebet dari teman. Dari tabel ini pula dapat kita lihat bahwa manajemen Bakmi Tebet harus lebih banyak mempromosikan waralaba Bakmi Tebet melalui media brosur, majalah, televisi dan internet, agar lebih efektif untuk menjaring franchisee baru.

Tabel 1.4

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bergabung dengan Manajemen Bakmi Tebet

Lama Bergabung Frekuensi Persentase (%) Kurang dari 1 Tahun

1-5 Tahun 3 75

5-10 Tahun 1 25

Lebih dari 10 Tahun

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan lama bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet sebanyak 3 orang responden (75%) mengaku bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet dalam rentang waktu 1-5 tahun, diikuti dengan satu orang responden (25%) yang sudah bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet dengan rentang waktu lebih dari 5 tahun.

Tabel 1.5

Distribusi Responden Berdasarkan Franchise Fee

yang Dibayarkan kepada Manajemen Bakmi Tebet

Besar Franchise Fee Frekuensi Persentase (%)

Rp 20-25 juta 0 0

Rp 50-75 juta 1 25

Rp 75-100 juta 1 25

Lebih dari Rp 100 juta 2 50

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa besarnya franchise fee yang responden bayarkan kepada manajemen Bakmi Tebet berbeda-beda antara satu responden dengan yang lain. Sebanyak 1 responden (25%) membayar franchise fee sebesar (Rp 50-75 juta), sedangkan 1 responden membayar franchise fee berkisar antara Rp75-100 juta, dan 2 responden (50%) mengaku membayar franchise fee lebih dari Rp 100 juta. Dapat kita simpulkan bahwa setiap cabang tidak sama dalam pengenaan Franchise fee, hal ini dikarenakan kebutuhan setiap cabang berbeda, walaupun pada dasarnya besar franchise fee diawal perjanjian ditetapkan sebesar Rp 25 juta sampai Rp 90 juta, tetapi hal ini masih bisa dinegosiasikan dengan franchisee. Manajemen Bakmi Tebet sangat terbuka dengan hal ini, dengan tujuan agar tidak memberatkan pihak franchisee.

Tabel 1.6

Distribusi Responden Berdasarkan Sistem Pembayaran Franchise Fee Sistem Pembayaran

Franchise Fee Frekuensi Persentase (%)

Angsuran 0 0

Tunai 4 100

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan kuisioner

Dari table 1.6 dapat kita lihat bahwa semua responden (100%) mengaku bahwa mereka membayar tunai franchise fee yang ditetapkan manajemen Bakmi Tebet, walaupun pada dasarnya manajemen Bakmi Tebet memperbolehkan franchisee membayar franchise fee secara angsuran jika sudah mendapatkan keuntungan dalam usaha waralaba ini.

Tabel C.2. Tanggapan Responden atas Gambaran Umum dan Pengetahuan Responden Terhadap Konsep Waralaba dan Kerjasama dalam Islam

Untuk tanggapan responden ini, metode yang digunakan adalah dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan konsep waralaba dan konsep kerjasama dalam Islam dengan empat alternatif jawaban, yaitu:

a. Tidak Paham c..Paham

b. Kurang Paham d. Sangat Paham Tabel 2.1

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Responden Mengenai Waralaba

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Tidak Paham 0 0 Kurang Paham 0 0 Paham 4 100 Sangat Paham 0 0 Total 4 100  

Sumber: Hasil Pengolahan kuisioner

Dari tabel 2.1 dapat kita lihat bahwa semua responden paham dengan istilah waralaba. Dari hasil wawancara didapatkan keterangan bahwa sebelum bergabung dengan usaha waralaba mereka mempelajari terlebih dahulu tentang waralaba dan berbagai aspek didalamnya, untuk membuat mereka lebih yakin sebelum bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet.

Tabel 2.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Responden Mengenai Konsep Franchise Fee pada Waralaba

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Tidak Paham 0 0

Kurang Paham 2 50

Paham 2 50

Sangat Paham 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari table 2.2 dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 2 responden atau 50% dari total responden mengaku kurang paham dengan konsep Franchise fee. Kurang paham disini maksudnya adalah bahwa meereka kurang menguasai pengetahuan tentang diperuntukkan untuk apa saja franchise fee itu dialokasikan. Berdasarkan hasil wawancara sebagian responden mereka mengaku bahwa berdasarkan pengetahuan mereka, franchise fee ini hanya untuk membayar merek yang mereka gunakan dalam usaha mereka, dan membeli bahan-bahan penunjang usaha Bakmi Tebet ini. Padahal dengan

membayar franchise fee ini, mereka juga mendapatkan pelatihan dari

manajemen Bakmi Tebet selain itu, manajemen Bakmi Tebet juga melakukan promosi bagi setiap cabang Bakmi Tebet yang baru buka dengan cara menyebar brosur dan iklan.

Tabel 2.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Responden Mengenai Konsep Royalty Fee pada Waralaba Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Tidak Paham 0 0

Kurang Paham 1 25

Paham 3 75

Sangat Paham 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Quisioner

Dari Tabel 2.3 dapat kita lihat sebanyak 1 orang responden (25%) mengaku kurang paham dengan konsep royalty fee sedangkan sisanya sebanyak 3 responden (75%) mengaku paham dengan konsep royalty fee dalam usaha waralaba. Ini menandakan bahwa sebagian besar responden sebelum memutuskan untuk bergabung dengan usaha waralaba, dalam hal ini waralaba Bakmi Tebet, sudah mempelajari terlebih dahulu pengetahuan waralaba dan istilah-istilah yang ada didalamnya seperti royalty fee dan franchise fee.

Tabel 2.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman

Responden Mengenai Konsep Waralaba dalam Perspektif Islam Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Tidak Paham 1 25

Kurang Paham 3 75

Paham 0 0

Sangat Paham 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan kuisioner

Dari Tabel 2.4 dapat kita simpulkan bahwa tingkat pemahaman responden mengenai konsep waralaba dalam perspektif Islam berbeda-beda antara satu sama lain. Sebanyak 1 orang responden (25%) mengaku tidak paham dengan konsep waralaba dalam perspektif Islam dikarenakan tidak pernah mendalami konsep waralaba dalam perspektif Islam.Islam.Sedangkan sisanya sebanyak 3 responden (75%) mengaku paham mengenai konsep waralaba dalam perspektif Islam, dimana konsep waralaba dalam perspektif Islam tersebut adalah sangat menjunjung tinggi konsep keadilan dalam berbagai usaha termasuk didalamnya usaha waralaba

Tabel 2.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman

Responden Mengenai Konsep Keadilan Kerjasama secara Umum

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Tidak Paham 0 0

Kurang Paham 0 0

Paham 4 100

Sangat Paham 0 0

Total 4 100 Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 2.5 mengenai seberapa besar pemahaman responden mengenai konsep keadilan kerjasama secara umum semua responden (100%) mengaku paham dengan konsep keadilan kerjasama secara umum.

Tabel D.3 Respon Responden terhadap Penetapan Franchise fee dan Pembagian Royalty Fee yang Diterapkan Manajemen Bakmi Tebet

Untuk tanggapan responden ini, metode yang digunakan adalah dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan kepuasan responden terhadap Penetapan Franchise fee dan Royalty Fee yang diterapkan oleh manajemen Bakmi Tebet, dengan beberapa alternatif jawaban yang disesuaikan dengan pertanyaan yang diajukan.

Tabel 3.1

Pendapat Responden Mengenai Besarnya Franchise Fee yang Dibayarkan

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%)

Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 1 25

Setuju 3 75

Sangat Setuju 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.1 dapat di simpulkan bahwa sebanyak 1 orang responden (25%) mengaku kurang setuju dengan besarnya franchise fee yang dibayarkan diawal perjanjian, alasan yang mendasarinya adalah belum diberlakukannya DP (Down Payment) ketika bergabung sehingga dirasa terlalu berat untuk membayar scara tunai.sedangkan sisanya 3 responden (75%) mengaku setuju dengan besarnya franchise fee yang harus dibayarkan kepada Manajemen Bakmi Tebet. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas responden setuju dengan besarnya franchise fee yang harus dibayarkan karena sesuai dengan yang didapatkan, seperti responden (dalam hal ini franchise) mendapatkan peralatan-peralatan masak untuk menunjang usahanya yang notabene restoran bakmi.

Tabel 3.2

Pendapat Responden Mengenai Konsep Keadilan Terhadap Besarnya Franchise Fee yang Harus Dibayarkan

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%)

Tidak Adil 0 0

Kurang Adil 1 25

Adil 3 75

Sangat Adil 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.2 menunjukkan bahwa 1 orang responden (25%) mengaku bahwa

penetapan franchise fee kurang adil, dengan alasan tidak sesuai ekspetasi

dengan apa yang didapatkan ketika bergabung.Sedangkan mayoritas responden (75%) mengaku bahwa penetapan franchise fee yang ditetapkan oleh

manajemen Bakmi Tebet adil bagi mereka. Mayoritas responden setuju dengan

besarnya franchise fee yang dibayarkan dan merasa adil karena dengan

membayar franchise fee yang jumlahnya cukup besar tersebut, responden juga mendapatkan lisensi atau merek Bakmi Tebet yang sudah dikenal masyarakat, sehingga memudahkan mereka untuk memulai usahanya.

Tabel 3.3

Pendapat Responden Mengenai Kepuasan Responden Terhadap Besarnya Franchise Fee yang Harus Dibayarkan Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%)

Tidak Puas 0 0

Kurang Puas 1 25

Puas 3 75

Sangat Puas 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.3 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden (75%) mengaku puas dengan besarnya franchise fee yang harus dibayarkan kepada manajemen Bakmi Tebet. Hanya satu responden (25%) yang kurang puas dengan besarnya franchise fee yang harus dibayarkan, terkait dengan ekspetasi yang terlalu tinggi bahwa dengan membayar franchise fee yang sudah ditetapkan franchisee akan mendapakan terus-menerus pelatihan dari manajemen.

Tabel 3.4

Pendapat Responden Mengenai Besarnya Royalty Fee

yang Ditetapkan Manajemen Bakmi Tebet

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%)

Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 0 0

Setuju 4 100

Sangat Setuju 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.4 Mengenai pendapat responden terhadap besarnya royalty fee yang ditetapkan manajemen Bakmi Tebet, dapat diambil kesimpulan bahwa semua responden (100%) setuju dengan besarnya royalty fee yang harus dibayarkan kepada manajemen Bakmi Tebet. Berdasarkan hasil wawancara, responden mengaku setuju karena royalty fee merupakan hak franchisor sebagai pemilik waralaba dan sudah seharusnya franchisee membayar hak tersebut dari hasil usahanya.

Tabel 3.5

Pendapat Responden Mengenai Konsep Keadilan Terhadap Besarnya Royalty Fee yang Harus Dibayarkan

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%)

Tidak Adil 0 0

Kurang Adil 1 25

Adil 3 75

Sangat Adil 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.5 mengenai pendapat responden terhadap konsep keadilan terhadap besarnya royalty fee yang harus dibayarkan, mayoritas responden (75%) mengaku bahwa besarnya royalty fee yang harus dibayarkan adil bagi mereka. Adil disini maksudnya adalah bahwa royaty fee yang ditetapkan tidak memberatkan responden. Dengan besarnya royalty fee sebesar 3,5% dari omset kotor perbulan yang harus dibayarkan kepada manajemen Bakmi Tebet, responden tetap mendapatkan keuntungan yang lumayan.sedangkan satu orang responden merasa kurang adil dengan royalty fee yang harus dibayarkan setiap bulannya, karena keuntungan yang didapatkan masih sedikit sehingga terasa berat untuk membayar kewajiban royalty fee tersebut.

Tabel 3.6

Pendapat Responden Mengenai Kepuasan Responden Terhadap Penetapan Royalty Fee sebesar 3,5%

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%)

Tidak Puas 0 0

Kurang Puas 0 0

Puas 4 100

Sangat Puas 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa semua responden (100%) mengaku puas dengan penetapan royalty fee sebesar 3,5% dari omset kotor. Walaupun pada Tabel 3.4 terdapat satu responden yang berpendapat kurang adil dengan

penetapan royalty fee, namun jika berbicara tentang kepuasan, semua responden berpendapat sama, yaitu puas dengan penetapan royalty fee karena royalty fee sebesar 3,5% bersifat fleksibel, yaitu jika omset dibawah Rp 15 juta perbulan

maka franchisee tidak diharuskan membayar royalty fee kepada manajemen

Bakmi Tebet. Inilah yang membedakan antara waralaba Islami dengan waralaba pada umumnya. Pada konsep waralaba yang umum, untung ataupun rugi, franchisee tetap harus membayar royalty fee, berbeda dengan waralaba Islami yang lebih adil dalam penetapan franchise fee dan royalty fee.

Tabel 3.7

Pendapat Responden Mengenai Kinerja Manajemen Bakmi Tebet Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%)

Tidak Bagus 0 0

Kurang Bagus 0 0

Bagus 4 100

Sangat Bagus 0 0

Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.6 Mengenai pendapat responden mengenai kinerja manajemen Bakmi Tebet,semua responden berpendapat (100%) berpendapat bahwa kinerja manajemen Bakmi Tebet bagus. Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan kesimpulan bahwa responden sangat terbantu dengan adanya pelatihan yang diberikan kepada manajemen Bakmi Tebet, seperti pelatihan untuk mempromosikan cabang-cabang yang baru buka,

 

pelatihan untuk melatih koki baru yang dipekerjakan di cabang-cabang yang dikelola franchisee, dan banyak lainnya.

1. Sistem waralaba Bakmi Tebet tidak bertentangan dengan konsep musyarakah secara Islami, sistem waralaba Bakmi Tebet ini sejalan dengan konsep musyarakah Al Abdan dan Al Inan dimana pada kedua konsep tersebut terdapat unsur keadilan dan kerelaan diantara dua pelaku bisnis yang saling bekerjasama, dalam hal ini antara franchisor sebagai pemilik waralaba Bakmi Tebet dan franchisee sebagai mitra usaha.

2. Franchise fee yang di tetapkan Bakmi Tebet sepanjang tahubn 2003-2007 belum memenuhi prinsip syariah, karena didalamnya franchisor Bakmi Tebet sudah mengambil keuntungan dari penjualan bahan baku utama yang merupakan satu paket dengan pemberian waralaba (exlusive purchase arrangement), hal ini bertentangan dengan Peraturan Pemerintah No 16 tahun 1997 tentang waralaba bahwa kompensasi tidak langsung dalam bentuk moneter tidak diperbolehkan, karena kerjasama belum berjalan. Namun sejak tahun 2008 hingga kini dalam waralaba Bakmi Tebet tidak terdapat unsur eksploitasi antara franchisor terhadap franchisee, yang terjadi adalah kesetaraan yang saling menolong dan membutuhkan. Hal ini dapat dilihat dalam penetapan franchise fee. Waralaba Bakmi Tebet menetapkan franchise fee yang bersifat fleksibel yang memudahkan calon franchisor untuk bergabung. Fleksibel disini adalah pihak waralaba Bakmi Tebet tidak menetapkan aturan yang baku mengenai franchise fee yang harus dibayarkan

franchisor namun disesuaikan pula dengan standar yang dibutuhkan.hal ini juga sejalan dengan prinsip keadilan dan kerelaan dalam bertransaksi secara Islami. Dalam penetapan franchise fee, franchisor berusaha bersikap seadil mungkin dan bersikap transparan kepada franchisee terhadap franchise fee yang telah dibayarkan. Dalam hal pembagian royalty fee, waralaba Bakmi Tebet pun sudah sejalan dengan prinsip keadilan kerjasama dalam islam. Dimana dalam waralaba terdapat unsure penghargaan atas karya cipta orang lain, penghargaan tersebut tidak sebatas jargon belaka, akan tetapi dalam bentuk riil yaitu membayar royalty fee yang dalam hal ini merupakan hak dari franchisor waralaba Bakmi Tebet. Dan besar royalty fee yang harus dibayarkan franchisee pun disesuaikan dengan prinsip keadilan. Prinsip keadilan disini makasudnya adalah bahwa manajemen waralaba Bakmi Tebet tidak menetapkan royalty fee yang besar agar tidak membebani franchisee, besar royalty fee pun hanya sebesar 3,5 % dari omset kotor franchisee. Bahkan jika omset franchisee kurang dari Rp 30 juta sebulan, franchisee tidak harus membayar royalty fee kepada franchisor.

3. Berdasarkan angket yang penulis sebarkan kepada beberapa franchisee Bakmi Tebet dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya franchise fee yang ditetapkan manajemen Bakmi Tebet pada setiap cabangnya tidak sama satu sama lain bergantung pada biaya yang dibutuhkan untuk membuka suatu cabang. Dan dalam penetapan Franchise fee ini 75% responden yang merupakan franchisee waralaba Bakmi Tebet mengaku puas dengan besar

yang dibebankan yaitu sebesar 3,5 % dari omset kotor, 75% responden mengaku puas dan tidak berkeberatan dengan penetapan royalty fee tersebut dengan alasan bahwa royalty fee adalah hak franchisor dan itu merupakan kewajiban mereka untuk membayarnya. Mengenai kinerja manajemen Bakmi Tebet, 100% responden mengaku puas dengan kinerja manajemen Bakmi Tebet karena secara berkala selalu memberikan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan franchisee dalam mengelola cabang Bakmi Tebet.

B. Saran

1. Saran untuk manajemen Bakmi Tebet agar lebih banyak mempromosikan waralaba Bakmi Tebet lewat berbagai media seperti televisi dan internet agar semakin banyak orang tertarik untuk menjadi Franchisee Bakmi Tebet sehingga membangkitkan kembali waralaba Bakmi Tebet yang pernah berjaya pada tahun 2005 silam.

2. Saran untuk manajemen Bakmi Tebet mengenai penetapan franchise fee dan royalty fee agar selalu mengedepankan nila-nilai keadilan dan transparansi didalamnya, sehingga dapat menjalin hubungan bisnis yang harmonis antara franchisor dan franchisee serta untuk mendapat ridho Allah SWT.

3. Saran untuk manajemen bakmi Tebet jika dimungkinkan dalam bagi hasil keuntungan di ambil dari net profit ataupun gross profit yang berlaku umum dan lebih adil bagi franchisor dan franchisee.

Rineka Cipta, 2002

Artikel KOMPAS, Wahyu dan “Virus” Wirausaha 12 September 2005

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Budi, Darmawan Suseno,Waralaba Syariah, Jakarta: Cakrawala,2008,

Brosur Bakmi Tebet

Dewanto, Nugroho, “ Doktor Bakmi Waralaba” Tempo No 40/XXX/III/29Nov-5 Des 2004.

Hakim, Lukman Info Lengkap Waralaba, Jakarta: PT.Buku Kita, 2008

Iqbal, M Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalianesia, 2002

Jusmaliani, dkk, Bisnis Berbasis Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Majalah Sharing Bisnis waralaba Islami, grup langgara: intinya bagi hasil yang adil. Mendelshon, Martin, Franchising: Petunjuk Praktis bagi Franchisor dan Franchisee,

Jakarta: PT Pustaka Binaman Press Indo 1993.

Muslim, Era“Media Islam Rujukan” dikutip pada 11 Agustus 2010 dari

www.eramuslim.com/.../hadist-hadist-tentang-keutamaan-dan-keadilan-sahabat.htm

Naika “Etika Bisnis dalam Islam” artikel diakses pada 24 Maret 2010 dari http://naika-permata.blogspot.com/2009/12/etika-bisnis-dalam-islam.html

Pramono, Peni Cara Memilih Waralaba yang Menjanjikan Profit, Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2007.

P.Arwinto Nugroho,dkk, Membedah Peta Persaingan Bisnis Bakmi Studi Kasus Bakmi Tebet, Jakarta : Enno Media, 2008

Setiadi,Jaya ”Yuk Bisnis” artikel diakses pada 27 Desember 2009 dari http://yukbisnis.com/content/view/116/47/ .

Sutedi, Andrian Hukum Waralaba, Jakarta: Ghalia Indonesia 2008.

Syafii,Antonio Bank syariah dari teori ke praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2005 Treni, Ulfa Juliana” Analisis Sistem Waralaba Dilihat dari Transaksi Bisnis Syariah

(Studi Kasus Bakmi Langgara)” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum 2007

Wikipedia, diakses pada 9 April 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba  

Jabatan : Pemilik Waralaba Bakmi Tebet Tempat : Kampus A Universitas Negeri Jakarta Tanggal : 5 Mei 2010

Pukul : 17.00-17.35

1. P: Bagaimana sistem pembayaran franchisee fee pada waralaba Bakmi Tebet?

J : pembayaran franchise fee pada waralaba bakmi Tebet sama pada waralaba umumnya. Awal berdirinya Bakmi Tebet ini, kami menetapkan franchise fee

sebesar Rp 90 juta dengan rincian untuk uang muka tanda jadi Rp 50 juta dan untuk uang pembelian barang Rp 40 juta. Namun sejak tahun 2008, kami akhirnya menetapkan besar franchise fee tidak mengikuti standar baku, maksudnya lebih bersifat fleksibel tergantung kondisi keuangan calon franchisee. Namun besaran franchise fee pada setiap cabang yang akan dibuka berbeda-beda, tergantung tingkat kesulitan dan kemampuan dari pihak franchisee itu sendiri.

2. P : Bagaimana sistem pembagian royalty fee pada waralaba Bakmi Tebet?

J : Besar royalty fee yang kami tetapkan adalah sebesar 3,5% dari omset bruto, dengan ketentuan omset dibawah Rp 15 juta sebulan tidak harus membayar royalty fee karena menurut perhitungan omset pada kisaran tersebut sudah pasti untungnya kecil seehingga tidak dibebankan royalty fee

3. P: Bagaimana tata cara pembayaran royalty fee?

J : Royalty fee pada waralaba Bakmi Tebet dibayar setiap tanggal 10 setiap bulannya. Hal ini berlaku sama bagi setiap cabang Bakmi Tebet.

dikatakan setengah dari cabang kami tutup, namun cabang-cabang yang masih bertahan tidak bermasalah dalam pembayaran royalty fee nya, kalaupun ada yang bermasalah persentasinya hanya 1% dari keseluruhan cabang.

5. P : Adakah persentase Return on Investment dari pak saidi selaku franchisor kepada franchisee?

J : untuk bergabung dengan waralaba Bakmi Tebet kami tidak memberikan analisis ataupun presentasi Return on Investment (ROI) karena tidak sesuai dengan nilai Islami. Jika kami memberikan analisis ROI maka kami memberikan iming-iming dan kepastian untung yang dalam Islam kita tidak diperbolehkan karena usaha saja belum berjalan sehingga sama saja memberikan janji kosong.

6. P : Apakah menurut bapak, selaku pemilik waralaba bakmi Tebet, usaha bapak ini sudah menanamkan nilai-nilai Islami didalamnya?

J : Jika kita berbicara tentang usaha waralaba, pada dasanya waralaba itu sendiri tidak bernilai Islami, karena waralaba itu berasal dari barat, dalam sistem waralaba sebenarnya, franchisee sebagai pembeli hak merek suatu waralaba tertentu, tetap harus membayar royalty fee dalam keadaan apapun baik untung maupun rugi. Saya berusaha memodifikasi prinsip-prinsip waralaba dengan prinsip-prinsip Islami. Salah satunya dengan cara penetapan royalty fee yang tidak terlalu besar dan ada batasal minimal keuntungan yang tidak dikenakan royalty fee yaitu sebesar Rp 15 juta sebulan.

7. P : Apakah bapak tetap untung dengan penetapan royalty fee yang menurut saya terlalu kecil untuk standar waralaba?

J : Saya mengambil untung tidak hanya dari royalty fee saja, tetapi juga dari bahan

Dokumen terkait