• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KEBERLANJUTAN DALAM PARIWISATA

Dalam dokumen Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanj (Halaman 40-47)

BAGIAN KEENAM

KONSEP KEBERLANJUTAN DALAM PARIWISATA

Lanjutkan usaha sampai tujuan yang tak berhingga

Pembangunan Berkelanjutan sebagai Paradigma

Mowforth dan Munt (1998:3) menyebutkan bahwa: (1) sebagai aktivitas personal, pariwisata dilakukan oleh beragam penduduk di dunia, (2) sebagai suatu industri, pariwisata adalah multisektor, dan (3) sebagai alat pertukaran ekonomi dan buda- ya, pariwisata memiliki banyak jenis dan bentuk. Artinya, kaji- an kepariwisataan merupakan suatu kajian multidisiplin.

Perkembangan jenis dan bentuk pariwisata saat ini diaki- batkan oleh 3 isu utama yaitu pembangunan yang tidak merata dan tidak adil, hubungan kekuasaan, dan globalisasi seperti dijelaskan Mowforth dan Munt (1998:3-5). Pergeseran para- digma pariwisata dari wisata massal ke wisata baru dibentuk dari pertanyaan-pertanyaan kaitan pariwisata dan keberlanjutan (sustainability).

Seiring dengan perkembangan pariwisata itu sendiri, menurut Weaver (2001:105), ada tiga unsur kunci dalam men- definisikan ekowisata (sebagai salah satu bentuk wisata baru), yaitu (1) fokus atraksi pada lingkungan alam atau kawasan spesifik, (2) menekankan pada pembelajaran sebagai bentuk interaksi wisatawan dengan alam, dan (3) harus berkelanjutan. Ekowisata juga memiliki manfaat penting dalam upaya mem- perbaiki konsep wisata massal ke arah wisata yang lebih ber-

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

41

tanggung jawab. Weaver (2001:109) dengan baik mengilus- trasikan hubungan antara ekowisata dan wisata massal, terutama hal-hal yang menyangkut tentang diversifikasi produk wisata, membangkitkan wisata yang lebih bertanggung jawab, dan me- nerapkan prinsip dan praktek keberlanjutan.

Namun demikian, Zhenjia (2008:105) juga mengingatkan adanya pencemaran pada kawasan destinasi ekowisata itu sendiri yang mendorong sebuah metode keberlanjutan, bukan hanya berkaitan dengan manfaat ekonomi tapi juga unsur sosial politik dan ekosistem kawasan. Isu-isu keberlanjutan menjadi isu global setelah Komisi Brundtland (World Commission on Environmental Development/WCED) memperkenalkan pemba- ngunan berkelanjutan (sustainable development) pada tahun 1985. Munasinghe pada tahun 1993 (Rogers et al. 2008:23) memperkenalkan tiga pendekatan dalam pembangunan berke- lanjutan yang dikenal sebagai komponen, yaitu ekonomi, eko- logi, dan sosial budaya.

Gambar 6.1 menjelaskan kepada kita bagaimana hubungan 3 komponen pembangunan berkelanjutan dalam mendukung pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Gambar tersebut mengilustrasikan pentingnya pengembangan ekonomi berbasis masyarakat lokal, keadilan konservasi, dan keterpaduan aspek ekonomi dan lingkungan.

Pengembangan ekonomi berbasis masyarakat lokal telah banyak diperkenalkan dalam berbagai penelitian dan diprak- tekkan pada berbagai destinasi wisata. Contohnya, Chamley (2005:75) memperkenalkan 3 kondisi mendasar yang harus di- penuhi dalam pengembangan wisata berkelanjutan seperti eko- wisata, yaitu: (1) peluang menangkap manfaat ekonomi harus

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

42

distrukturkan dalam cara yang dapat diterima secara budaya sehingga dapat diakses oleh penduduk, (2) ekowisata harus mendukung keamanan tenurial dan masyarakat memiliki kemampuan untuk memutuskan penggunaan lahannya, dan (3) ekowisata harus mendorong keadilan sosial dan politik yang lebih nyata.

Gambar 6.1. Model Pembangunan Berkelanjutan dalam Kepariwisataan (Dorobantu dan Nistoreanu 2012: 262)

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

43

Terkait dengan keadilan konservasi, menurut Sama (2011:80), ekowisata harus mampu mendorong pelatihan kepada masyarakat tentang cara-cara konservasi yang diperlukan dalam perlindungan lingkungan dan keahlian usaha dalam mengem- bangkan produk-produk lokal. Jadi, upaya konservasi bukan hanya mencakup hal-hal yang terkait dengan perlindungan eko- sistem alami dengan segala isinya, tapi juga menyangkut kea- dilan dan jaminan mata pencaharian bagi masyarakat lokal. Bahkan Dilly (2003:71) juga telah mendorong bahwa kebijakan dan program pengembangan ekowisata harus mampu membe- rikan kesempatan yang adil antara pria dan wanita (perspektif gender) dalam membangun kerjasama untuk keberhasilan jang- ka panjang, termasuk dalam upaya konservasi.

Keterpaduan ekonomi dan lingkungan dalam pengem- bangan ekowisata dijelaskan oleh Sama (2011:80) dengan menekankan pada distribusi kembali pendapatan dari ekowisata untuk menciptakan insentif pengendalian dan pengelolaan sumber daya alam kepada masyarakat untuk menjamin perlindungan lingkungan jangka panjang. Meskipun ekowisata berbasis masyarakat tidak selalu menjamin pertumbuhan eko- nomi dan perlindungan lingkungan, kecuali jika dilembagakan secara benar, ekowisata dapat menjadi model pengelolaan sum- ber daya alam bagi negara-negara berkembang untuk mengha- dapi masa depan.

Peran Ilmuwan Lingkungan

Hal-hal tersebut di atas menjadi tantangan bagi maha- siswa-mahasiswa master dan doktor Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL). Seorang master dan doktor PSL

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

44

harus mampu mendorong kebijakan pengelolaan yang menjaga keseimbangan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi dalam setiap pembangunan, termasuk pariwisata. Dengan demikian, peran strategis yang harus dimainkan seorang PSL (terutama untuk level master dan doktor) adalah sebagai berikut:

1. Penilaian status keberlanjutan destinasi wisata (dalam kajian aspek sosial, ekonomi, ekologi, dan kelembagaan).

2. Pengembangan model kebijakan pariwisata yang menginte- grasikan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi.

3. Pengembangan usaha wisata berkelanjutan dalam konteks globalisasi dan perubahan iklim.

4. Peningkatan peran serta masyarakat lokal dalam pengem- bangan ekowisata pada kawasan-kawasan rentan dan remote.

Berdasarkan peran yang dimainkan tersebut, seorang PSL diharapkan berkontribusi dalam mendorong implementasi kebi- jakan dan memberikan solusi terhadap permasalahan kepari- wisataan di Indonesia. Beberapa contoh keputusan dan solusi terkait dengan pengembangan pariwisata adalah seorang PSL dapat sebagai berikut:

1. Menerapkan kebijakan ecolabeling dan ecocertification se- cara konsisten dalam pengembangan pariwisata.

2. Memperkenalkan pola dan upaya adaptasi dan mitigasi dampak pariwisata berbasis capacity building masyarakat lokal.

3. Menerapkan zonasi kawasan wisata berbasis keberlanjutan sosial, ekonomi, dan ekologi kawasan.

4. Menginternalisasikan pengetahuan dan kearifan lokal dalam pengembangan destinasi wisata secara berkelanjutan.

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

45

5. Menerapkan insentif ekonomi bagi perlindungan ekosistem pada kawasan destinasi wisata.

Kesimpulan

Peran seorang PSL sangat strategis karena aktivitas wisata merupakan suatu aktivitas yang kompleks dan memerlukan pen- dekatan sistem dalam memahami perilaku berbagai pihak dan komponen pembentuk sistem kepariwisataan secara kompre- hensif dan holistik. Peran tersebut juga sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi secara baik.

Daftar Pustaka

Charnley S. 2005. From nature tourism to ecotourism? The case of the Ngorongoro Conservation Area, Tanzania. Human Organization. 64(1):75-88.

Dilly BJ. 2003. Gender, culture, and ecotourism: Development policies and practices in the Guyanese rain forest. Women's Studies Quarterly. 31(3/4):58-75.

Dorobantu MR dan Nistoreanu P. 2012. Rural tourism and ecotourism: The main priorities in sustainable develop- ment orientations of rural local communities in Romania. Economy Transdisciplinarity Cognition. XV(1):259-266. Mowforth M dan Munt I. 1998. Tourism and Sustainability:

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

46

Rogers PP, Jalal KF, dan Boyd JA. 2008. An Introduction to Sustainable Development. London. Glen Educational Foundation, Inc.

Sama D. 2011. The relationship between common management and ecotourism regulation: Tragedy or triumph of the commons? A law and economics answer. Journal of Advanced Research in Law and Economics. 1(3): 78-81. Weaver DB. 2001. Ecotourism as mass tourism: Contradiction

or reality? Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly. 42(2):104-112.

Zhenjia Z. 2008. Significance of protecting natural sites for ecotourism development. Management Science and Engi- neering. 2(1):101-106.

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

47

Dalam dokumen Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanj (Halaman 40-47)

Dokumen terkait