• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENELITIAN EKOWISATA

Dalam dokumen Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanj (Halaman 47-57)

BAGIAN KETUJUH

PENGARUH PENELITIAN EKOWISATA

Temuan tanpa mempengaruhi seperti

sebuah batu di dalam air laut” Kenapa Peneliti Gagal Mempengaruhi?

Kita mungkin sering mendengar pernyataan “sudah ba- nyak penelitian ekowisata yang telah dilakukan, tapi permasa- lahan pariwisata kita tidak pernah selesai?”. Banyak kontestasi untuk pernyataan tersebut dan biasanya bermuara pada pene- litian yang dilakukan belum tepat sasaran dan tepat guna. Perta- nyaan selanjutnya apakah mungkin penelitian yang sudah begitu banyak dengan fokus yang sudah mencakup pokok-pokok ba- hasan faktual dan luas belum mampu menjawab permasalahan kita.

Court dan Young (2003:9) telah membagi fokus-fokus pe- nelitian menjadi 5 tipe, yaitu (1) studi kasus yang mencakup ak- tivitas yang luas, (2) melibatkan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga internasional, perguruan tinggi, dan pusat-pusat pemikir lainnya, (3) mencakup pengetahuan yang luas, (4) mempertimbangkan hasil-hasil penelitian dari ber- bagai belahan dunia, dan (5) fokus pada bagian-bagian khusus dalam kejadian kebijakan khusus. Lima tipe tersebut dapat kita maknai sudah menyentuh berbagai aspek dalam kehidupan kita.

Berawal dari hal tersebut di atas, kita mencoba mereview tulisan Kartodihardjo (2013:1-8) yang berjudul “Memahami Konsep Politik Adopsi Ilmu Pengetahuan sebagai Strategi

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

48

Pengembangan Penelitian”. Kita mencoba menggali pokok- pokok pikiran dalam tulisan tersebut dan memperkayanya de- ngan berbagai literatur terkait (baik yang telah diacu dalam tu- lisan tersebut maupun yang belum) dalam konteks analisis kebi- jakan.

Young (2008:4) menyebutkan bahwa bukti-bukti dari ha- sil-hasil penelitian belum memainkan peranan yang penting da- lam proses kebijakan. Karena kurangnya peran penelitian dalam proses kebijakan, International Development Research Centre (IDRC) dan Overseas Development Institute (ODI) telah memu- lai cara-cara menilai hubungan penelitian untuk mempengaruhi kebijakan sejak tahun 2000 seperti yang dikemukakan Mably (2006:7), terutama untuk berbagai isu kebijakan di negara- negara berkembang.

Kegagalan penelitian memainkan peran untuk mem- pengaruhi kebijakan dapat kita rumuskan dari saran-saran Karto- dihardjo (2013:6) yang disampaikan, yaitu:

“Kualitas bukti, argumen dan bagaimana hal itu

dikomunikasikan, serta hubungan antara peneliti- akademisi-pemikir dan pembuat kebijakan sangat penting. Meskipun banyak diantara mereka tidak secara eksplisit tertarik mengubah, memperbaiki atau membentuk kebijakan publik, sebaliknya cenderung lebih tertarik pada insentif akademik, penghargaan publikasi akademik, ketimbang pengaruhterutama bagi peneliti dan akademisi—hasil kerjanya bagi kebijakan”

Pernyataan tersebut didukung dengan pendapat Court dan Young (2003:27-28). Dengan menegatifkan pendapat mereka, kita menilai kegagalan peneliti dalam mempengaruhi kebijakan

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

49

karena (1) kurang memahami konteks, (2) tidak mengenali pe- laku, (3) tidak menanggapi permintaan, (4) tidak belajar dari pe- ngalaman (kasus), (5) kurang praktis, (6) tidak memiliki kredibi- litas, (7) tidak legitimasi, (8) kurang komunikasi, dan (9) tidak memiliki jaringan.

Bagaimana Kerangka Interaksi dalam Mempengaruhi?

Kegagalan peneliti mempengaruhi kebijakan dapat dijelaskan dari interaksi dalam mempengaruhi kebijakan itu sendiri. Mengutip dari Neilson (2001), Kartodihardjo (2013:1- 2) dalam tulisannya tersebut mengemukakan 8 kerangka inte- raksi yang seringkali menjebak peneliti dalam kegagalan untuk mempengaruhi, yaitu (1) teori dua komunitas, (2) proses linear pembuatan kebijakan, (3) proses bertahap pembuatan kebijakan, (4) proses kebijakan interaktif, (5) jaringan kebijakan, (6) model agenda-setting, (7) narasi kebijakan, (8) model transfer kebijak- an.

Kesemua kerangka tersebut, menurut Kartodihardjo (2013: 2), menyumbangkan pemahaman bagaimana proses terjadinya sebuah kebijakan. Namun yang perlu kita ingat adalah proses kebijakan bukan suatu proses yang linear atau monolitik karena prosesnya bisa sangat kompleks, melibatkan multifaktor, dan terdiri atas berbagai proses seperti diungkapkan Young (2008:6) dan Ridde (2009:939). Oleh karena itu, Sutton (1999:32) telah menyebutkan bahwa pembuatan kebijakan harus dipahami seba- gai sebuah proses politik, bukan semata sebuah analisis atau pemecahan masalah.

Meijerink (2005:1-30) juga menjelaskan bagaimana 4 teori (kerangka advocacy coalition, multiple streams, punctuated-

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

50

equilibrium, dan epistemic communities) relevan untuk mene- rangkan proses pengkondisian stabilitas dan perubahan kebi- jakan. Penggunaan teori tersebut secara komplementer dapat meningkatkan pemahaman kita terhadap proses kebijakan. Shanahan et al. (2011:556) juga telah mengkaji bagaimana ke- mampuan kerangka advocacy coalition dan narasi kebijakan ser- ta menyimpulkan bahwa narasi kebijakan lebih mampu mengu- kur kejadian dan strategi politik yang menuju kehancuran.

Artinya, kerangka interaksi peneliti dan pembuat kebijak- an dapat menjelaskan bagaimana kapasitas peneliti sebagai aktor untuk mempengaruhi kebijakan. Karena proses kebijakan itu sebagai sebuah proses politik, Court dan Cotterrell (2006:9) mengungkapkan 3 aspek kenapa bukti-bukti penelitian yang sahih sekalipun seringkali dilupakan. Aspek-aspek tersebut adalah (1) kegagalan sistem/proses, (2) tidak adanya konsensus, dan (3) blocking oleh kepentingan tertentu.

Bagaimana Meningkatkan Pengaruh Penelitian?

Kartodihardjo (2013:3) menggunakan kerangka kerja RAPID (Research and Policy in Development) yang dikembangkan oleh Court dan Young (2003) untuk menjelaskan bagaimana bukti-bukti penelitian digunakan. Dalam tulisan tersebut, ada 3 faktor yang mendorong bukti-bukti penelitian digunakan oleh pembuat kebijakan, yaitu politik, bukti/pengetahuan, dan penghubung antara kebijakan dan penelitian. Tiga faktor tersebut dikondisikan oleh dimensi pengaruh eksternal, seperti konteks sosial-ekonomi, pengaruh lembaga donor ataupun kebijakan nasional dan internasional yang lebih luas.

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

51

Memperhatikan pendapat tersebut, beralasan bagi Young (2008:7) mengusulkan peningkatan upaya pada level individu dan lembaga dari semua stakeholder, baik penyedia, pengguna, maupun kelompok penghubung dari penelitian itu sendiri. Carden (2005:6) telah mengusulkan agar peneliti seharusnya memulai penelitian dengan pertanyaan berapa banyak kepen- tingan yang ada dalam penelitiannya dan bagaimana struktur dan prosedur yang ada akan mampu mendorong pembuat kebi- jakan melaksanakan rekomendasi penelitian tersebut. Bahkan ketika menghadapi kompleksitas, penggunaan pendekatan sis- tem dapat memperbaiki pemahaman terhadap proses kebijakan seperti telah dilakukan Hosse et al. (2013:65).

Peneliti yang mengabaikan perbedaan antara keputusan rasional dan sensitif akan mengalami kegagalan untuk mempe- ngaruhi faktor-faktor politik dan kelembagaan (Lomas 2000: 144). Peneliti juga harus memahami bagaimana perilaku pem- buat kebijakan meliputi pendidikan, sikap, kepercayaan, ide, kesediaan waktu, dan kepribadian pembuat kebijakan tersebut (Court dan Cotterrell 2006:15). Kartodihardjo (2013:4) menjelaskan 8 faktor kunci sikap pembuat kebijakan, yaitu na- rasi kebijakan yang digunakan, informasi hasil penelitian, informasi atau advokasi dari media atau interest groups, kondisi sosial-ekonomi-politik, pihak-pihak yang mengalami dampak kebijakan, epistemic community, peraturan perundangan, dan orientasi yang lebih tinggi.

Maetz dan Balié (2008:12) juga menyebutkan 6 pendo- rong sebuah penelitian dapat mempengaruhi kebijakan, yaitu (1) mengutamakan dialog, (2) advokasi dan peningkatan kapasitas, (3) jaringan peneliti, (4) kerjasama antar lembaga, (5) publikasi pada lembaga-lembaga kompeten, dan (6) publikasi pada jurnal-

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

52

jurnal sejawat. Jauh sebelumnya, Weiss (1977) dalam Neilson (2001:9) telah mengemukakan 7 faktor penggunaan penelitian oleh pembuat kebijakan, yaitu (1) knowledge-driven, (2) meme- cahkan masalah, (3) memberikan pencerahan, (4) politis, (5) taktis, (6) interaktif, dan (7) upaya intelektual.

Mempengaruhi dalam konteks kebijakan dapat kita paha- mi sebagai proses pertukaran dan transfer pengetahuan yang me- libatkan proses interaktif antara penyedia dan pengguna pene- litian (Mitton et al. 2007:729). Pesan yang dibungkus dalam suatu produk yang berasal dari program penelitian harus diko- munikasikan melalui berbagai cara kepada pembuat kebijakan agar mau mengambil tindakan. Oleh karena itu, Weiner (2011: 309) menyarankan promosi dan publikasi harus dilakukan de- ngan efektif dan pertanyaan-pertanyaan penelitian harus mudah dipahami dan berguna bagi masyarakat dan peneliti serta mam- pu memperbaiki teori dan paradigma kebijakan.

Proses cerdas dan teknis harus dilakukan oleh peneliti untuk menjelaskan kepada pembuat kebijakan tentang kenapa dan bagaimana suatu rekomendasi itu dilakukan seperti diungkap oleh Gookins (2008:71-72) dan Nwagboso (2012:59). Proses mempengaruhi juga harus menyentuh street-level bureaucrats yang secara positif mempengaruhi nilai-nilai yang dapat ditransfer kepada kliennya dan juga mempengaruhi keinginannya untuk melaksanakan kebijakan seperti telah diungkap Tummers dan Bekkers (2012:17) dan Kartodihardjo (2013:5).

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

53

Kesimpulan

Sidney (2007:79) menyatakan bahwa perumusan kebijakan merupakan tahapan penting dalam proses kebijakan karena proses ini juga mengekspresikan dan mengalokasikan kekuasaan diantara kepentingan sosial, politik, dan ekonomi yang ada. Dalam konteks tersebut, peneliti pasti akan menghadapi banyak tantangan agar mampu menemukenali dan menganalisis masalah-masalah yang tepat dan benar seperti diungkap Kartodihardjo (2013:7). Penting juga diperhatikan oleh peneliti untuk mengubah cara-cara implementasi kebijakan yang bersifat top down seperti yang dikemukakan Pülzl dan Treib (2007:94) menjadi cara-cara yang berakar dari kebutuhan (bottom up) karena kebijakan itu harusnya juga bersifat dinamis.

Daftar Pustaka

Carden F. 2005. Capacities, Contexts, Conditions: The Influ- ence of IDRC-Supported Research on Policy Processes. IDRC’s Evaluation Unit.

Court J dan Cotterrell L. 2006. What political and institutional context issues matter for bridging research and policy? A literature review and discussion of data collection approaches. Working Paper 269. London. Overseas Development Institute.

Court J dan Young J. 2003. Bridging Research and Policy: Insights from 50 Case Studies. Working Paper 213. London. Overseas Development Institute.

Gookins AJ. 2008. The role of intelligence in policy making. SAIS Review. 28(1):65-73.

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

54

Hosse RS, Sikatzki SS, Schnieder E, dan Bandelow NC. Understanding policy processes by engineering principles of systems theory. Systemics, Cybernetics, and Informatics. 11(2):65-72.

Kartodihardjo H. 2013. Memahami Konsep Politik Adopsi Ilmu Pengetahuan sebagai Strategi Pengembangan Penelitian. Ekspose Hasil Penelitian di Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru pada tanggal 19 September 2013. Lomas J. Connecting research and policy. Spring Printemps.

Hal 140-144.

Mably P. 2006. Evidence based advocacy: NGO research capacities and policy influence in the field of international trade. Working Paper 4, IDRC Globalization, Growth and Poverty Working Paper Series. Ottawa. International Development Research Centre.

Maetz M dan Balié J. 2008. Influencing Policy Processes: Lessons from Experience. Roma. FAO.

Meijerink SV. 2005. Understanding policy stability and change: The interplay of advocacy coalitions and epistemic communities, windows of opportunity, and Dutch coastal flooding policy 1945-2003. Working Paper Series 2005/2. Research Group Government and Places University of Nijmegen.

Mitton C, Adair CE, McKenzie E, Patten SB, dan Perry BW. 2007. Knowledge transfer and exchange: Review and synthesis of the literature. The Milbank Quarterly. 85(4):729–768.

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

55

Neilson S. 2001. Knowledge Utilization and Public Policy Processes: A Literature Review. IDRC-Supported Research and Its Influence on Public Policy. IDRC Evaluation Unit.

Nwagboso CI. 2012. Public policy and the challenges of policy evaluation in the Third World. British Journal of Humanities and Social Sciences. 5(1):59-76.

Pülzl H dan Treib O. 2007. Implementing Public Policy. Di dalam: Fischer F, Miller GJ, dan Sidney MS (Editor). Handbook of Public Policy Analysis: Theory, Politics, and Methods. New York. CRC Press.

Ridde V. 2009. Policy implementation in an African State: An extension of Kingdon’s Multiple-Streams Approach. Public Administration. 87(4):938–954.

Shanahan EA, Jones MD, dan McBeth MK. 2011. Policy narratives and policy processes. The Policy Studies Journal. 39(3):535-561.

Sidney MS. 2007. Policy Formulation: Design and Tools. Di dalam: Fischer F, Miller GJ, dan Sidney MS (Editor). Handbook of Public Policy Analysis: Theory, Politics, and Methods. New York. CRC Press.

Sutton R. 1999. The policy process: An overview. Working Paper 118. London. Overseas Development Institute. Tummers L dan Bekkers V. 2012. Discretion and its effects:

Analyzing the experiences of street-level bureaucrats during policy implementation. PSG XIII: On Public Policy. EGPA Conference in Bergen, Norway, 5-8 September 2012.

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

56

Weiner S. 2011. How information literacy becomes policy: An analysis using the Multiple Streams Framework. Library Trends. 60(2)297–311.

Young J. 2008. Working with complexity: Impact of research on policy and practice. A Gateway for Capacity Development. 35:1-16.

Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: Dimulai dari Konsep Sederhana

57

Dalam dokumen Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanj (Halaman 47-57)

Dokumen terkait