• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. Hubungan Strategi Inkuiri Dengan Kesadaran Diri

Menurut A. Tabrani Rusyam dkk dalam buku Fadriati (2014:107) strategi Inkuiri merupakan strategi dimana pendidikan menyajikan bahan tidak dalam bentuk final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri melalui metode pemecahan masalah.

Selanjutnya Wina Sanjaya (2008: 196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri:

“Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya”.

Sedangkan kesadaran diri menurut Goleman (2001:513) yaitu mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Adapun karakteristik dari kesadaran diri adalah kemampuan mendalami dirinya sendiri, memilik kepercayaan diri yang tinggi, memahami emosi dalam dirinya dengan baik dan kemampuan keras kerhadap cita-cita.

Dari beberapa kutipan diatas jelas terlihat adanya hungungan antara strategi inkuiri dengan kesadaran diri, dimana strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan dan seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri, sedangkan kesadaran diri menekankan kemampuan mendalami dirinya sendiri, memilik kepercayaan diri yang tinggi, memahami emosi dalam dirinya dengan baik dan kemampuan keras kerhadap cita-cita.

4. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agam Islam

Secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama (Zuhairini, 2004, p. 1).

Dan di dalam Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan ta`dib. Namun istilah yang sekarang berkembang di dunia Arab adalah tarbiyah.

Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata , raba yarbu ( – ) yang berarti bertambah dan tumbuh, yang kedua rabiya yarba ( – ) yang berarti tumbuh dan berkembang, yang ketiga rabba yarubbu ( - ) yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan pada sesuatu kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.

32

Jadi pengertian pendidikan secara harfiah berarti membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara.

Esensi dari pendidikan adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan agama Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu: a) Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam b) Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran agama Islam (Muhaimin, 2001, p.75-76).

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bab 1 tentang ketentuan umum ayat (1) disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.

Zuhairini (2001: 75-76) Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat.

Dengan demikian, maka pengertian Pendidikan Agama Islam berdasarkan rumusan-rumusan di atas adalah pembentukan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran agama Islam. Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi dalam usaha menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikanajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial

yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim.

Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya.

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil unsur yang merupakan karakteristik Pendidikan Agama Islam:

1) Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan, latihan, pengajaran, secara sadar yang diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik.

2) Proses pemberian bimbingan dilaksseseorangan secara sistematis, kontinyu dan berjalan setahap demi setahap sesuai dengan perkembangan kematangan peserta didik.

3) Tujuan pemberian agar kelak seseorang berpola hidup yang dijiwai oleh nilainilai Islam.

4) Dalam pelaksanaan pemberian bimbingan tidak terlepas dari pengawasan sebagai proses evaluasi.

b. Dasar Pendidikan Agama Islam

Terdapat dua hal yang menjadi dasar pendidikan agama Islam, yaitu:

1) Dasar Religius

Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang termaktub dalam Al- Qur`an dan Hadist Nabi. Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya:“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah: 11)

34

Al-Qur`an surat Az-Zumar ayat 9 juga menerangkan:

Artinya: “Katakanlah:”adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?

“Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.(QS Az-Zumar : 9)

Al-Qur`an surat Al-Alaq: 1-5 juga menerangkan:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al-Alaq:

1-5)

2) Dasar Yuridis

Dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari perundang-undangan, yang berlaku di Negara Indonesia yang secara langsung atau tidak dapat dijadikan pegangan untuk melaksanakan pendidikan agama.

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karasteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lainya. Bahkan sangat mungkin berbeda sesuai dengan orientasi dari masing- masing lembaga yang menyelenggarakanya.

Pusat Kurikulum Depdiknas Mengemukakan bahwa pendidikan Agama di Indonesia mempunyai tujuan menumbuh kembangkan dan meningkatkan keimanan, peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT. Serta berakhlakul karimah dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pusat Kurikulum Depdiknas, 2004: 4)

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Nyoman Oka Mudana,Ketut Dharsana, dan Kadek Suranata yang berjudul “Penerapan konseling gestalt dengan teknik reframing untuk meningkatkan kesadaran diri dalam belajar siswa kelas VIII a1 SMP negeri 4 singaraja Tahun ajaran 2013/2014”. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya peningkatan kesadaran diri dalam belajar pada siswa dari skor data awal dengan rata-rata 58,93% (kesadaran diri dalam belajar rendah) menjadi 81,73% (kesadaran diri dalam belajar tinggi) pada siklus I, dan peningkatan dari 81,73% (kesadaran diri dalam belajar tinggi) menjadi 88,33% (kesadaran diri dalam belajar tinggi) pada siklus II. Berdasarkan pada hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling gestalt dengan teknik reframing dapat meningkatkan kesadaran diri dalam belajar siswa kelas VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Selain itu Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih berfokus kepada Penerapan konseling gestalt dengan teknik reframing, sedangkan penulis berfokus terhadap penerapan strategi pembelajaran Inkuiri terhadap

36

kesadaran diri siswa pada pembelajaran PAI dan lokasi penelitiannya yaitu di SMP 2 Sungai Tarab.

Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti Kartika Dewi yang berjudul

“Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai Karakter Lokal Jawa Untuk Meningkatkan Kesadaran Diri (Self Awareness) Siswa”. Hasil dari penelitian tersebut adalah bimbingan kelompok berbasis nilai karakter lokal jawa efektif untuk meningkatkan kesadaran diri (self awareness) siswa. Meningkatnya kesadaran diri siswa ini terlihat dari perolehan skor kesadaran diri pada pree test dan post test yang mengalami peningkatan sebesar16%. Sedangkan berdasarkan Uji keefektifan dengan menggunakan T-Test menunjukkan bahwa hasil 0,000 yang artinya signifikan, sehingga ada perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berbasis nilai karakter lokal. Dengan demikian model bimbingan kelompok berbasis nilai karakter lokal jawa ini efektif untuk meningkatkan kesadaran diri (self awareness) siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Hastuti Wibowo, Ratu Betta Rudibyani, Tasviri Efkar yang berjudul “Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Efikasi Diri Dan Penguasaan Konsep Siswa”. Hasil dari penelitian tersebut adalah efektivitas model Inkuiri Terbimbing memiliki kriteria “tinggi” dan memiliki ukuran pengaruh yang

“kecil” terhadap efikasi diri dan ukuran pengaruh yang “besar” terhadap penguasaan konsep.Hal ini terlihat dari skor yang diberikan observer rata-rata ketercapaiansebesar 46%.Siswa masih mengalami kendala dalam membuat hipotesis, menganalisis data serta suasana kelas kurang kondusif yang membuat pemahaman materi sedikit terhambat. Pada pertemuan kedua ketercapaian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mencapai rata-rata 70,57%, terdapat peningkatandari pertemuan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hendra Sastrawinata, S.E., MM. yang berjudul “ pengaruh kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan

keterampilan sosial terhadap kinerja auditor pada kap di kota palembang”.

Hasil dari penelitian tersebut adalah Pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja auditor KAP dengan signifikansi variabel independen p > 0.05. 2. Kesadaran diri, Pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja auditor auditor KAP di Palembang, dimana nilai F hitung sebesar 50.258 dan signifikansi 0.000 (p < 0.05) serta R Square sebesar 0.937.

Penelitian yang dilakukan oleh Maria Ulfa yang berjudul “Pengaruh Zikir Asmaul Husna Terhadap Self Awareness Anak Asuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan self awareness sebelum dan Hadlonah Semarang yang ditunjukkan dengan perbedaan self awareness yang signifikan antara hasil tes sebelum sebesar 39.82 dan setelah diberi perlakuan berupa zikir Asmaul Husna sebesar 53.71 pada signifikan 0,003<0,05 dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada perbedaan self awareness pada anak ash sebelum dan sesudah diberi zikir Asmaul Husna pada kelompok eksperimen diterima. Sedangkan pada hipotesis kedua yang berbunyi ada perbedaan self awareness pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diterima terbukti pada hasil signifikansi sebesar 0.011 < 0,05.

sesudah diberi perlakuan zikir Asmaul Husna pada anak asuh Panti Asuhan Darul.

38

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan di atas maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:

D. Hipotesa

Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan strategi Inkuiri terhadap kesadaran diri siswa.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan strategi Inkuiri terhadap kesadaran diri siswa.

Strategi Inkuiri

1. Tahap Permulaan 2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Akhir

Kesadaran Diri

1) Attention (Atensi; Perhatian) 2) Wakefulness (Kesiagaan;

keterjagaan)

3) Architecture (Arsitektur) 4) Recall of knowledge

(Mengingat Pengetahuan).

5) Emotive (Emosi)

39 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian pre-exspriment.

Pre-Exspriment adalah eksperimen yang pada prinsipnya hanya menggunakan satu kelompok. Ini berarti bahwa dalam tipe penelitian ini tidak ada kelompok kontrol (Muri Yusuf, 2014:78).

Adapun dari segi pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang pengolahan datanya berkaitan dengan angka dan analisisnya menggunakan statistik. Jadi, penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang datanya berkaitan dengan angka-angka atau hitung-hitungan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakuakan di SMP N 2 Sungai Tarab yaitu kelas VIII dan waktu penelitian November 2018 sampai dengan Januari 2019.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Suatu penelitian tentu memerlukan suatu objek yang akan dijadikan sebagai sasaran penelitian, yang sering disebut sebagai objek penelitian, oleh karena itu sebelum penelitian dilaksanakan maka penulis perlu untuk menetapkan terlebih dahulu objek penelitiannya yang disebut dengan istilah populasi dan sampel.

Populasi menurut Sukardi pada prinsipnya adalah “semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian” (2009, p. 53).

Sedangkan populasi menurut Sugiono adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

40

karaktristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dengan kemudian ditarik kesimpulannya (2007: 297). Objek yang akan menjadi populasi pada penelitian ini adalah siswa SMP N 2 Sungai Tarab kelas VIII yang terdiri dari 2 lokal berjumlah 50 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1

Populasi Siswa Kelas VIII di SMP N 2 Sungai Tarab

No Kelas Jumlah siswa

1 VIIIa 25 orang

2 VIIIb 25 orang

Jumlah 50 orang

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007,p.118) Sedangkan menurut Muri Yusuf sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut (2005,p.150). Berdasarkan pendapat di atas yang mengatakan bahwa sampel adalah perwkilan dari populasi yang akan diteliti oleh peneliti, dengan kata lain sampel adalah perwakilan dari keseluruhan populasi yang ada.

Penelitian eksperimen ini, penulis menggunakan Disproportionate Stratified Random Sampling. Menurut Sugiyono (2007: 121) menyatakan bahwa :

“Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proposional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang lulusan S2, itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP”.

Pada penelitian ini terdapat 2 kelas yaitu kelas VIIIa dan kelas VIIIb, berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru

bidang studi pendidikan agama islam, dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki kesadaran diri yang rendah terdapat pada kelas VIIIa. oleh karena itu penulis mengambil kelas VIIIa sebagai kelas eksperimen.

D. Desain Penelitian

Jenis desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimen dengan tipe one group pre-test-post-test design. Menurut one group pre-test-post-test design muri yusuf one group pre-test-post-test design adalah “rancangan ini terdiri dari satu kelompok (tidak ada kelompok kontrol)” (Muri Yusuf, 2015). Dalam penelitian ini dilakukan pre-test, diberikan tindakan setelah itu diberikan post-test untuk melihat pengaruh dari penerapan yang diberikan. Dari hasil post-test tersebut dilihat apakah terjadi perubahan setelah diberi tindakan. Yaitu dengan cara

“sebelum diberi perlakuan kelompok eksperimen diberi pretest untuk mengukur kondisi awal (01). Selanjutnya diberikan perlakuan (X). Sesudah selesai diberi perlakuan diberi test lagi sebagai post-test (02)” (Juliansyah Noor, 2013:115).

Tabel 2

Model Pre Eksperimen

Pengukuran Manipulasi Pengukuan

X

Keterangan:

01: Pre-test (pengukuran pertama sebelum diberikan perlakuan).

X: Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen.

02: Post-test (pengukuran kedua setelah diberikan perlakuan yaitu penerapan strategi Inkuiri).

42

Peneliti membandingkan dan untuk dapat diketahui seberapa peningkatan kesadaran diri yang timbul. Perbandingan dilakukan dengan cara menganalisis pretest dan postest, berupa hasil skala yang telah diberikan kepada subjek penelitian. Perbandingan ini dilakukan untuk mengetahui atau melihat apa terdapat pengaruh signifikankah atau tidak dari penerapan strategi Inkuiri terhadap kesadaran diri siswa. Secara umum langkah-langkah dalam melakukan penelitian eksperimen adalah:

1. Melakukan pre-test, yaitu memberikan tes berupa pertanyaan atau pernyataan tentang pengembangan kesadaran diri, sebelum diberikan strategi Inkuiri. Tujuannnya untuk mengetahui kesadaran diri siswa sebelum diterapkan strategi Inkuiri.

2. Memberikan perlakuan yaitu menerapkam strategi Inkuiri dengan kesadaran diri siswa. Penerapan strategi Inkuiri akan dilaksanakan sebanyak 3- 4 kali pertemuan.

3. Melakukan post-test setelah perlakuan diberikan, yaitu mengadakan tes dengan memberikan angket yang sama tes awal terhadap kelompok subjek. Tujuannya untuk membandingkan rata-rata tes pertama dengan tes kedua, apakah ada peningkatan skor atau tidak.

E. Instrumen Penelitian 1. Validitas

Menurut Gay (dalam Sukardi), mengatakan bahwa “suatu instrumen di katakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur” (2009, p. 121). Jadi validitas ialah suatu alat ukur dinyatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur dan mengungkapkan data yang tepat dari suatu yang diteliti.

Instrumen yang peniliti buat untuk mengukur kesadaran diri siswa dikatakan valid jika benar-benar dapat mengukur kesadaran diri siswa.

Validitas instrumen pada penelitian ini penulis menggunakan validitas isi. Validitas isi ialah “derajat dimana sebuah tes mengukur

cakupan substansi yang ingin diukur” (Sukardi, 2009, p. 123). validitas isi mencakup khususnya, hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item itu menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur. Berdasarkan kutipan di atas, skala dalam penelitian ini dikatakan mempunyai validitas isi apabila pernyataan skala untuk mengukur perubahan kesadaran diri siswa benar-benar menggambarkan apa yang ingin diukur validitasnya.

Validitas isi dan revisi butir pernyataan berdasarkan pendapat dan penelaah atau pembimbing (Dr. Ridwal Trisoni, M. Pd dan Dr. Hj.

Demina, M. Pd). Dan juga guru PAI di SMP N 2 Sungai Tarab (Ispendrita, S.Pd), Instrumen penelitian yang berjudul Penerapan Strategi Inkuiri Terhadap Kesadaran Diri Siswa kelas VIII di SMP N 2 Sungai Tarab, penulis juga menggunakan aplikasi SPSS 21 untuk menguji validasinya.

Hasil uji validitas instrumen kesadaran diri siswa dalam belajar dengan SPSS dapat diliht dari tabel berikut :

Tabel 3

Validitas Isi dengan SPSS 21

No item St Hasil

Item 01 0,398 Valid tanpa revisi

Item 02 0,693** Valid tanpa revisi

Item 03 0,374 Valid tanpa revisi

Item 04 0,650** Valid tanpa revisi

Item 05 0,309 Valid tanpa revisi

Item 06 0,450* Valid tanpa revisi Item 07 0,462* Valid tanpa revisi Item 08 0,675** Valid tanpa revisi

Item 09 0,362 Valid tanpa revisi

44

Item 10 0,349 Valid tanpa revisi

Item 11 0,499* Valid tanpa revisi

Item 12 0,328 Valid tanpa revisi

Item 13 0,627** Valid tanpa revisi Item 14 0,779** Valid tanpa revisi Item 15 0,700** Valid tanpa revisi

Item 16 0,384 Valid tanpa revisi

Item 17 0,391 Valid tanpa revisi

Item 18 0,485* Valid tanpa revisi

Item 19 0,399 Valid tanpa revisi

Item 20 0,355 Valid tanpa revisi

Item 21 0,666** Valid tanpa revisi Item 22 0,668** Valid tanpa revisi

Item 23 0,361 Valid tanpa revisi

Item 24 0,438* Valid tanpa revisi

2. Reliabilitas

Adapun reliabilitas instrumen merujuk pada konsistensi hasil data (Pengukuran). Menurut Desmita (2006: 131) reliabilitas adalah “sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan data penelitian yang tetap tentang variabel yang di ukur”. Setelah diuji validitas, tahap selanjutnya peneliti melakukan uji reliabilitas untuk melihat apakah skala yang digunakan layak dan dapat dipercaya untuk mengukur kesadaran diri siswa dalam belajar. Ada banyak teknik yang dapat digunakan dalam menentukan reliabilitas.

Untuk dapat menentukan reliabilitas suatu instrumen dapat dilakukan dengan Alfa croanbach. Menurut Saifuddin Azhar (2004 : 75) Alfa croanbach dapat digunakan pada tes yang belahan- belahannya tidak paralel satu sama lain.

Tabel 4 Uji reabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,716 25

Berdasarkan tabel reliability statistics, cronbach‟s alfa menunjukan pada angka 0,716 dapat dipahami bahwa reliabilitas instrumen yang penulis gunakan berada pada klasifikasi tingg. Guilford menyatakan (1956: 145) menyatakan ada beberapa klasifikasi reliabilitas tes, yaitu :

Tabel 5

Klasifikasi Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas tes Klasifikasi 0,80<r11 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60<r11 0,79 Reliabilitas tinggi 0,40<r11 0,59 Reliabilitas sedang 0,20<r11 0,39 Reliabilitas rendah 0, 00<r11 0,19 Reliabilitas sangat rendah (tidak

reliable)

Berdasarkan tabel diatas dapat dipahami bahwa ada beberapa tingkatan/klasifikasi reliabilitas suatu instrumen, jika dilihat dari tabel hasil klasifikasi reliabilitas instrumen maka 0,716 berada pada klasifikasi tinggi. Jadi dapat dipahami bahwa instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini layak digunakan untuk mengukur kesadaran diri siswa.

46

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data tentang kesadaran diri siswa diukur dengan menggunakan skala likert. Jawaban pada setiap item skala likert mempunyai gradasi yaitu bentuk positif ataupun bentuk negatif. Penulis memilih skala likert dalam penelitian ini karena penulis ingin melihat kesadaran diri siswa dalam belajar, jawaban dari skala likert ini memiliki alternatif jawaban berupa “Selalu (SL), Sering (SR), Kadang- kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP)”.

Tabel 6

Kisi- Kisi Skala Kesadaran Diri Siswa No Aspek-

aspek

Indikator No Item Jumlah 1 Mengenali

b. Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan

c. Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja d. Mempunyai kesadaran

yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-sasaran mereka

a. Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya.

b. Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman, terbuka bagi umpan balik yang tulus,

memandang diri sendiri dengan perspektif yang luas

3 Kepercayaa n diri

a. Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan

“keberadaannya”

b. Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia

berkorban demi

kebenaran

c. Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti.

Skala likert digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini, karena skala likert merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

Skala likert digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini, karena skala likert merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

Dokumen terkait